Anda di halaman 1dari 18

RESUME

Pendekatan- Pendekatan Ekonomi Terhadap Politik


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“ EKONOMI POLITIK”
Dosen Pengampu
Hadi Ma’ruf, M.Pd

Disusun Oleh Kelompok 9:


1. Vinda Vega Amaniar (12402183196)
2. Laili Idatur Rohmah (12402183200)
3. Aldina Triyuana (12402183205)
4. Bibit Wahyuni (12402183206)

EKONOMI SYARIAH VI-E


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
APRIL 2021

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayah-Nya pada kita semua. Dan tidak lupa shalawat serta salam tetap
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “Pendekatan- Pendekatan Ekonomi
Terhadap Politik” ini dalam keadaan sehat wal’afiat tanpa kurang suatu apapun.
Selesainya makalah ini tidak lepas dari bantuan pihak-pihak lain, oleh
karena itu kami tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag. selaku rektor IAIN Tulungagung yang telah
memberikan berbagai fasilitas dalam pembuatan makalah ini.
2. Hadi Ma’ruf, M.Pd selaku dosen pembimbing mata kuliah Ekonomi
Politik.
3. Semua pihak yang telah banyak membantu menyelesaikan makalah ini.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan agar kedepannya menjadi lebih baik lagi. Mudah-mudahan makalah ini
bermanfaat bagi para mahasiswa IAIN Tulungagung pada umumnya.
Wassalamu’alaikumWr. Wb

Tulungangung, April 2021

Penyusun

DAFTAR ISI

ii
Halaman Judul..................................................................................................................i
Kata Pengantar................................................................................................................ii
Daftar Isi.........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................2
C. Tujuan Masalah................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. ............................................................................................................................3
B. ............................................................................................................................5
C. ............................................................................................................................7
D. ............................................................................................................................8

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan..................................................................................................... 12
B. Saran ................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1.
2.

C. Tujuan Masalah
1.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Deskripsi
Ilmu ekonomi (economic) adalah penelitian terhadap manusia dalam
kesibukannya sehari-hari. Ilmu ini meneliti bagian dari tindakan indivisu dan
tindakan sosial yang memiliki hubungan paling erat dengan pencarian dan
pemanfaatan terhadap kebutuhan-kebutuhan material dari kesejahteraan
(Alfread Marshall, Principles of Ekonomics, (1890), 1930:1).
Ilmu ekonomi (economics) adalah ilmu yang meneliti perialaku
manusia sebagai hubungan antara tujuan dan sumber daya yang langka dan
dapat digunakan untuk berbagai macam keperluan. (lionel Robbins, An Essay
on the Nature and Significance of Ecomonic Science, 1932:16).
Dari dua definisi ini, yang pertama menekankan pada kesejahteraan
material dan yang kedua menekankan pada efisiensi dari alokasi, sehingga di
dalam dua definisi ini kita dapat melihat dua dari tiga pendekatan dalam ilmu
ekonomi. Dalam bahasan kali ini kita akan memperkenalkan sebuah
pandangan baru tentang bagaimana hubungan antara politik dengan ekonomi
(yang seharusnya tidak baru dari segi ide, karena ini sebenarnya adalah
pendekatan pilihan rasional yang sudah dibahas dalam bab tentang
pendekatan neoklasik . ekonomi dan politik dipandang secara substantif
sehingga teori yang diajukan berusaha menjelaskan bagaimana dua wilayah
itu saling mempengaruhi satu sama lain. Tapi pendekatan ekonomi terhadap
politik tidak memandang ekonomi politik sebagai beberapa hubungan teoritis
yang memaparkan hubungan antara politik dengan ekonomi, melainkan
politik itu sendiri dianggap bersifat ekonomik, yaitu dengan kata lain bisa
dianalisis dengan menggunakan metode ekonomi, asalkan fakta-fakta politik
itu tetap mengandung kesempatan untuk memilih dan kelangkaan sumber
daya di dalamnya.

2
Ekonomi dan Politik dari Segi Metode dan dari segi Substansi

SUBSTANSI
METODE
Ekonomi Politik
Ekonomi 1) Teori ekonomi tradisional, 2) Penerapan metode
perilaku maksimalisasi ekonomi terhadap politik,
dalam kondisi pasar, teori pilihan publik
harga, efisiensi alokasi
Politik 3) Penerapan metode politik 4) Ilmu politik tradisional,
terhadap ekonomi, analisa analisis distribusi
distribusi kekuasaan dalam kekuasaan dalam bidang
situasi pasar politik.

Hubungan antara ekonomi dan politik yang dipahami secara substantif


dan secara metodologis dipaparkan dalam Kotak (1) dan (4) dalam tabel
diatas adalah ilmu ekonomi tradisional (pendekatan klasik-pent) dan ilmu
politik tradisional. Kotak (1) adalah pertemuan antara pendekatan ekonomi
neo klasik dengan fenomena ekonomi, yaitu yang memandang bahwa
indivisu akan mengajar kepentingan pribadinya secara rasional di dalam
situasi pasar yang sempurna maupun tidak sempurna, dan melakukan
penelitian terhadap pergerakan harga dan sejauh mana sumber daya dialokasi
secara efisien. Kotak (4) adalah ilmu politik dalam artian tradisional, yaitu
telah terhadap pola-pola kekuasaaan dan kewenangan dalam negara. Kotak
(3) adalah bidang yang paling sulit untuk dideskripsikan karena masih belum
ada kejelasan apakah ada metode politik yang khusus yang bisa diterapkan di
sini, dan jika ada, masih belum ada kejelasan tentang apa dan bagaimana
metode yang bisa digunakan (untuk meneliti distribusi kekuasaan dalam
pasar-pent). Kami tidak akan mencoba untuk mengajukan pandangan tentang
cara menyelesaikan masalah ini dan di sini kami hanya adakan mengomentari
bahwa politik memang sering kali telah dicoba dihubungkan dengan metode
analisis terhadap transfer dan distribusi kekuasaan atau dengan metode
analisis terhadap upaya masyarakat untuk membangun dirinya sendiri (dalam
artian menguatkan identitasnya sendiri, menyatakan dirinya secara publik).
Sejauh ini upaya-upaya untuk membuat sebuah metode yang khusus bagi
ilmu politik belum berhasil melepaskan diri dari tema-tema ilmu politik yang
paralel dengan tema-tema dalam ilmu ekonomi.

3
Kotak (2) adalah fokus dari pembahasan dalam bab ini yaitu
penerapan metode ekonomi terhadap tema-tema ilmu politik tampak jelas
dalam teori pilihan publik (public choice) dan teori permainan (mage theory)
yaitu teori permainan diterapkan pada masalah politik atau pelaku politik, dan
analisis ekonomi terhadap institusi hukum dan institusi politik.
Pendekatan ekonomi terhadap politik meminta kita untuk melepaskan
ide bahwa ekonomi politik adalah ilmu yang menelaah hubungan antara
wilayah ekonomi dengan wwilayah politik, atau antara sub-sistem ekonomi
dengan sub-sistem politik. Dengan kata lain, menurut pendekatan ekonomi
terhadap politik, ekonomi politik bukan lagi sebuah telaah tentang “apa yang
akan terjual” ketika wilayah ekonomi bertemu dengan wilayah politik
melainkan ekonomi politik berarti penerapan penalaran ekonomi terhadap
proses-proses politik. Di dalam pendekatan ekonomi politik semacam ini,
konsep politik sebagai substansi (yaitu politik sebagai tindakan para pemain
politik dan transfer kekuasaan-pent) masih tetap dipertahankan, dan sisi
ekonominya diipahami sebagai telaah terhadap sejauh mana indivisu dan
kelompok mematuhi aturan-aturan penghematan (economizing) (bukan
substansi tapi metode atau cara orang bertindak). Berikut ini kami akan
memaparkan tentang pendekatan ekonomi terhadap politik.

B. Mendefinisikan Pendekatan Ekonomi Terhadap Politik


Inti dari pendekatan ekonomi terhadap politik adalah konsep pilihan
rasional dan konsep efisiensi. Pendekatan ekonomi dipahami dengan cara
yang bermacam-macam selama ini, yaitu ada yang memandang bahwwa
pendekatan ekonomi adalah konsep kegunaan subjektif (subjective utility),
upaya memenuhi kepentingan pribadi secara rasional, biaya dan kelangkaan,
analisis marginal, ekuilibrium parsial dan ekuilibrium umum, dan efisiensi
alokasi. Semua konsep ini memang dapat disatukan menjadi sebuah karangka
yang koheren sanpai pada batas tertentu. Pilihan harus dibuat oleh indivisu
karena adanya le;angkaan sumber daya. Ketika dinsividu membuat pilihan
maka individu harus menaggung biaya yaitu paling tidak biaya peluang
(opportunity cost, biaya/kerugian dalam bentuk peluang lain yang tidak jadi

4
diambil). Selanjutnya, rasionalitas, kegunaan (utility) dan efisiensi juga
memiliki hubungan erat dalam artian bahwa keinginan untuk mendapatkan
kegunaan akan mendorong indivisu untuk melakukan tindakan secara rasional
di mana efisiensi berperan sebagai tolak ukur untuk menentukan sampai
sejauh mana si indivisu telah berhasil mencapai tujuannya. Jika seorang
indivisu bertindak secara rasional dalam artian ekonomi, maka intu sma atinya
bahwa dia berhasil mendapatkan apa yang ia inginkan sebatas itu
dimungkinkan oleh batasan-batasan yang ada dalam situasi itu.
1. Rasionalitas
Keinginan (preference) adalah tujuan dari seorang indivisu dalam
kaitannya dengan lingkungan sekitarnya. Keinginan-keinginan atau
tujuan-tujuan ini harus disusun dalam peringkat secara afektif (ditentukan
lewat perasaan belaka) agar bisa konsisten satu sama lain. Selanjutnya
adalah keyakinan (belief). Indiisu yang akan memilih dari sekian banyak
tujuan atau keinginan yang ingin dicapainya itu harus memiliki informasi
tentang berbagai alternatif tujuan yang ada, misalnya seberapa besar
kemungkinan untuk bisa mendapatkannya, bagaimana hubungan antara
tindakan dan dampak, dan beberapa biaya yang haruss ditanggung dalam
bentuk pengeluaran sumber daya atau dalam bentuk peluang-peluang lain
yang tidak jadi diambil. Yang ketiga adalah sumber daya yang
ketersediaannya akan menentukan apa peluang dan hambatan yang
dihadapi individu. Yang keempa, ada tindakan itu sendiri, yang biasanya
menjadi objek yang berusaha dijelaskan oleh analisis ekonomi.
Untuk mengetahui mengapa konsep-konsep ini penting bagi
penjelasan-penjelasan berbasis pilihan rasional. Jika tujuannya adalah
untuk menjelaskan perilaku atau tindakan, maka kita harus tahu apa yang
diinginkan agen, apa yang diyakini agen, dan apa sumber daya dan batasan
yang mereka hadapi. Pilihan harus memiliki bentuk tertentu. Kita harus
bisa menentukan peringkat dari hasil-hasil yang diinginkan, dan peringkat
itu harus bersifat transitif, yang artinya bahwa kalau pilihan A lebih
disukai dari pada pilihan B dan pilihan B lebih disukai dari pilihan C atau
yang dilambangkan sebagai A<B<C, maka itu berarti baha A>C (sifat

5
transitif atau transivitas). Ketentuan ini kelihatannya sederhana saja ketika
diterapkan pada level indivisu, namun seperti yang akan ditunjukkan nanti,
ketentuan transivitas ini tidak mudah dipenuhi untuk kelompok atau
kumpulan dari beberapa individu.
Komponen yang kedua dari skema pilihan rasional adalah
keyakinan. Seperti yang dikatakan Elster “ agar seseorang tahu apa yang ia
lakukan, pertama-tama ia harus tahu apa yang harus ia yakini tentang
masalah-masalah faktual yang relevan. Karenannya sebuah teori pilihan
rasional harus dilengkapi dengan teori keyakinan rasional” (1986:1).
Penekanan terhadap keyakinan ini mengimplikasikan bahwwa indivisu
tidak bertindak semata-mata karena kebiasaan atau karena dorongan emosi
semata, melainkan indivisu juga memiliki keyakinan tertentu tentang
struktur kausal (hubungan sebab akibat) dari dunia sekitarnya, dimana
keyakinan ini menjadi hipotesis tentang antara beberapa jenis tindakan
tertentu dengan konsekuensinya yang dihitung dari segi kegunaan atau
manfaat yang dapat diberikannya bagi sang indivisu. Misalnya, ada orang
yang percaya bahwa tidak makan telur dan banyak makan gandum bisa
memperpanjang usia, tetapi bisa jadi uga, bahwa keyakinan itu salah. Atau
kita dapat menggunakan contoh lain yang mungkin lebih pas untuk
digunakan dalam sebuah buku tentang ekonomi politik, yaitu misalnya
keyakinan bahwa struktur pemerintahan federal, dimana negara dibagi-
bagi menjadi beberapa unit yang berbeda dan masing-masing memiliki
tanggung jawab politik sendiri-sendiri, akan meningkatkan hubungan
damai antarberbagai kelompok etnis dan agama yang berbeda, tapi bisa
jadi juga keyakinan seperti ini salah dan struktur pemerintah federal yang
terbagi-bagi itu justru memperbesar kemungkinan terjadinya konflik antar
kelompok karena tiap-tiap kelompok di tiap wilayah akan lebih mudah
dalam mendapatkan sumber daya yang mereka perlukan untuk melakukan
konflik. Atau contoh lainnya lagi adalah keyakinan bahwa industrialisasi
yang berorientasi pada ekspor adalah kebijakan yang terbaik bagi negara
yang kurang berkembang, dimana “terbaik” disini dipahami dari segi
pertumbuhan input dan kompensasi sektoral dari perekonomian.

6
Komponen yang ketiga dari paradigma pilihan rasional adalah
sumber daya dan batasan. Kadang-kadang dua komponen ini tidak
dimasukkan sebagai bagian dari teori pilihan rasional (lihat Elster 1986)
dengan alasan bahwa dua komponen ini sudah secara implisit termasuk di
dalam pilihan. Pilihan dan sumber daya adalah dua konsep yang berbeda,
karena apa yang kita inginkan dan apa yang kita dapatkan akan menjadi
berbeda kecuali jika keinginan kita sepenuhnya ditentukan oleh apa yang
mungkin terwujud. Maka pada situasi-situasi tertentu, kita bisa
menggabungkan keduanya, seperti yang dilakukan Elster, menjadi sebuaah
“himpunan kemungkinan” (feasibility set), yaitu semua tindakan yang bisa
dilakukan sesuai dengan batasan logis, fisik dan ekonomi. Dengan begitu,
sumber saya dan batasan digabungkan menjadi satu dengan struktur dari
pilihan itu sendiri dan tidak lagi bersifat “eksternal” diluar pilihan (tapi
tentu saja ini bisa berlaku seandainya individu tahu apa saja sumber daya
dan apa saja betasan-batasannya, tapi kalau individu salah dalam
mengetahui sumber daya dan batasan, dia tetap memiliki pilihan yang
tidak masuk akal tapi dia tidak sadar bahwa pilihan itu tidak masuk akal.
Mungkin karena alasan ini, penulis memutuskan untuk membedakan
antara sumber daya dan batasan disatu sisi dengan konsep pilihan di sisi
lain).
Komponen yang keempat dan terakir adalah tindakan itu sendiri,
yaitu perilaku yang dilakukan pelaku dan dapat diobservasi serta bisa
menujukkan apa pilihan yang telah dibuat pelaku. Tujuan dari teori pilihan
rasional adalah menjelaskan tindakan atau pilihan yang sudah diambil ini.
Klaim utama yang diajukan oleh teori pilihan rasional adalah bahwa
pilihan dan keyakinan adalah bersifat eksogen dan tetap dan bahwa pilihan
akan berubah-ubah sesuai dengan perubahan pada insentif atau biaya yang
dihitung sebagai margin.
Inti dari penjelasan dari teori pilihan rasional adalah bahwa pilihan,
keyakinan, sumber daya dan tindakan memiliki hubungan satu sama lain
(Elster 1986:68). Hubungan antara keempat komponen ini dapat dibagi
dua jenis. Yang pertana adalah bahwa struktur pilihan dan keuntungan

7
tersesun sedemikian rupa sesuai dengan kriteria konsistensi dan yang
keddua adalah bahwa ada syarat-syarat yang paling terhubung. Sebuah
tindakan akan dikatakan rasional kalau tindakan itu memiliki hubungan
tertentu dengan pilihan, keyakinan dan sumber daya, yaitu dalam artian
bahwa tindakan itu dapat dibuktikan sebagai tindakan yang paling mampu
memuaskan pilihan si pelaku sesuai dengan keyakinan yang ia miliki dan
dibuktikan secara ex ante dan bukan secara ex post (karena pengetahuan
manusia tidak ada yang sempurna, sehingga orang rasional tetap bisa salah
secara ex post (yaitu ketika dibandingkan dengan hasil nyatanya) biarpun
secara ex ante, yaitu sebelum dampaknya diketahui, keputusannya sudah
rasional). Keyakinan akan dikatakan rasional kalau sesuai dengan bukti-
bukti yang ada. Yang terakir, jumlah dan kualitas dari bukti bisa
dibenarkan berdasarkan rasio biaya terhadap keuntungan (Elster 1986:68).
Di dalam membuat penjelasan secara lengkap dari pilihan rasional, kita
bisa menentukan tindakan, keyakinan dan bukti yang mendasari keyakinan
itu lewat kalkulasi rasional. Ini sama saja dengan mengatakan bahwa
semua komponen ini adalah endogen (lawan dari eksogen, yaitu bisa
dikendalikan si pelaku dan indivisu) kecuali pilihan. Seperti yang
dikatakan Elster, “untuk membuktikan bahwa sebuah tindakan adalah
rasional, kita harus menunjukkan sebuah deret di mana tindakan itu
dipandang sebagai terberi (given) tapi segala sesuatu yang lain harus
dibenarkan atau dicarikan alasannya (dianggap endogen, yaitu dijelaskan
mengapa pelaku mengambil tindakan tertentu, mengapa pelaku mencari
buktu tertentu dengan jumlah dan kualitas tertentu), di mana penjelasan ini
dibuat dengan didasarkan pada keinginan (pilihan, yang bersifat eksogen
atau tidak perlu dijelaskan dan justru malah menjelaskan komponen
tindakan, keyakinan dan bukti)” (1986:59).
Ada bebrapa hal yang belum dibahas tadi dan perlu diungkap disini
untuk menghindari kerancuan tentang makna dari penjelasan-penjelasan
yang dibuat berdasarkan teori pilihan nasional. Yang pertama adalah
mengenai rasionalitas dan kepentingan pribadi (self interest). Kedua istilah
ini sering kali dianggap bermakna sama, padahal sebenarnya berbeda.

8
Seperti yang disampaikan Sen (1989:30), kriteria rasionalitas dalah murni
bersifat prosedural tanpa menspesifikasikan apa pun tentang isi dari tujuan
itu sendiri. Sebaliknya ide kepentingan dari (self interest) paling tidak
mengimplikasikan adanya sebuah lokasi dimana keinginan atau kebutuhan
itu berbeda (yaitu dalam diri?self dari orang yang bersangkutan).
Karenannya, tindakan yang berusaha meningkatkan kesejahteraan dari
orang lain (seperti pasangan hidup, anak, teman, atau umat menusia) juga
bisa bersifat rasional (biarpun bukan kepentingan diri).
Masalah kedua yyang sering menimbulkan kerancuan adalah status
metodologis dari pilihan (atau keinginan atau kebutuhan). Apakah pilihan
dapat dipandang sebagai data psikologis (yaitu sebagai kondisi mental dan
emosional) ataukah harus dipandang sebagai data prilaku (behavioral)
yang tunduk pada persyaratan konsistensi tertentu. Ilmu ekonomi
neoklasik condong pada pilihan yang kedua, yaitu memandang bahwa
pilihan hanya bisa ddiketahui lewat tindakan-tindakan yang dilakukan para
pelaku itu sendiri. Dengan kata lain, pilihan (oreference) direkonstruksikan
ulang berdasarkan tindakan-tindakan yang dilakukan pelaku.
Perdebatan tentang bagaimana status metodologis dari pilihan ini
terkait dengan perdebatan teoritis lain yang lebih luas yaitu bagaimana
sifat dari perilaku yang melakukan transaksi ekonomi. Biarpun istilah
“rasional” dan “pilihan” (choice) memiliki arti bahwa pelaku yang
membantu pilihan rasional akan menimbang antara keuntungan dengan
kerugian/biaya dari berbagai alternatif, namun ada banyakekonom
neoklasik yang memandang bahwa rasionalitas adalah pola perilaku yang
bersifat adaptif atau funsional bagi kebutuhan individu dan kelompok
tertentu (maksudnya apa yang rasional dan fungsional bagi orang atau
kelompok yang satu belum tentu rasional dan fungsional bagi orang lain.
Inividu tidak harus memiliki rasionalitas dalam artian tidak selalu
menghitung secara sadar bagaimana cara terbaik untuk mencapai
tujuan/pilihan/keinginan/kebutuhan mereka. Artinya hasil-hasil yang
rasional bisa didapatkan lewat proses seleksi bersaing (competitive
selection) yang mirip seperti pola adaptasi dalam perkembangan biologi,

9
seperti yang dikatakan Hirschleifer (1985). Ketika dalam lingkungan
terjadi mekanisme seleksi yang konsisten, maka perilaku yan adaptif akan
terbentuk dengan sendirinya lewwat proses penyaringan (wwinnowing),
mengambil yang baik dan membuang yang jelek, seperti orang mengayak
tepung (winnow) ) dan kelangsungan hidup secara diferensional. Maka
beberapa ekonom (Alchian 1950; Hirschlieifer 1985) mengajukan konsep
rasionalitas yang “seolah rasional” (“as-if”, seolah rasional tapi tidak
sepenuhnya rasional dalam artian bertindak secara optimal sesuai
keinginan).
Masalah ketiga yang sering menimbulkan kerancuan atau paling
tidak menimbulkan kompleksitas dalam pemahaman adalah unit yang
dapat dikatakan sebagai memiliki rasionalitas. Kalau yang dikatakan
rasional adalah sebuah kolektivitas atau kelompok, maka akan terjadi
kesulitan tentang bagaimana cara mengagregasikan pilihan-pilihan dari
indivisu-indivisu dalam kelompok itu, dimana kesulitan ini sangat besar
sehingga bahkan hampir-hampir tidak mungkin bagi kita menentukan apa
sebenarnya yang menjadi pilihan sosial. Ini adlah pendapat yang diajukan
oleh Kenneth Arrow (1951) dalam Social Choice and Individual Value.
Arrow mengajukan aegumen bahwa ketika keputusan-keputusan dbuat
oleh kelompok lewat prosedur yang demoktratis, maka mustahil akan bisa
didapatkan fungsi kesejahteraan sosial (rumus kesejahteraan sosial) yang
dapat (1) mengekspesikan pilihan dari semua orang dalam kelompok itu,
dan (2) selaras dengan persyaratan konsistensi dari urutan pilihan individu.
Maka teori pilihan rasional akan mengalami kegagalan untuk menjelaskan
sistem politik karena kelompok sebagai sebuah pelaku tidaklah berperilaku
rasional atau karena konsep rasionalitas itu sendiri memang tidak mungkin
bisa diterapkan bagi kelompok.
2. Efisiensi
Komponen penting kedua dalam pendekatan ekonomi terhadap
politik adalah konsep efisiensi. Karena penalaran ekonomis adalah sebuah
kalkulus mengenai cara dan tujuan dimana sumber daya yang tersedia
tidak dapat memenuhi semua tujuan, maka metode ekonomi harus

10
disesuaikan dengan kondisi kelangkaan sumber daya ini. Sumber daya
yang ada tidak memandai semua keinginan yang ada dalam urutan pilihan
(preference ording).
Maka ide efisiensi itu sendiri memiliki hubungan dengan cara
penggunaan terhadap sumber daya. Efisiensi produksi dari sebuah
perusahaan adalah terkait dengan cara perusahaan itu menggunakan input
berupa tanah, tenaga kerja dan kapital untuk menghasilkan barang dan
jasa. Perusahaaan akan berusaha untuk mengatur sumber daya yang ada
(misalnya membeli input dalam jumlah yang lebih banyak atau lebih
sedikit, membeli input jenis lain, menggabungkan beberapa jenis input
dengan porsi yang berbeda-beda), dan kalau tidak bisa perusahaan akan
berusaha unuk menggunakannya dengan seefisien mungkin agar bisa
menghasilkan output yang lebih banyak dengan menggunakan input yang
sama banyaknya. Bagi seorang konsumen, efisiensi berarti mendapatkan
kegunaan sebesar mengkin dalam batas-batas anggaran yang ada.
Masih ada satu jenis lagi efisiensi yang perlu disampaikan disini,
yaitu efisiensi bagi sebuah kolektif atau kelompok, atau yang disebut juga
sebagai optimalitas Pareto. Pareto berpendapat bahwa distribusi yang satu
dapat dianggap lebih baik dari distribusi yang lain kalau distribusi itu daat
meningkatkan kesejahteraan dari paling tidak satu orang lainnya. Klaim ini
dari konsep optimalitas Pareto menyatakan bahwa sebuah alokasi kolektif
akan dikatakan optimal jika sumber daya yang sudah ada tidak bisa lagi
diatur agar bisa membuat orang lebih baik kesejehteraannya tanpa
mengurangi kesejahteraan orang lain. Semua kebijakan yang bersifat
redistributif (yaitu yang mengambil dari satu orang atau kelompok untuk
diberikan kepada orang atau kelompok lain) akan melanggar syarat
optimaitas Pareto ini.
Berdasarkan uraian diatasm kita dapat bertanya apakah efisiensi
benar-benar merupakan kesimpulan dan perilaku rasional. Dengaan kata
lain, kalau orang berperilaku rasiomal, apakah lalu mereka otomatis
berperilaku efesien? Pertama-tama membedakan antara penggunaan
kriteria efisiensi secara normatif vversus penggunaan kriteria effisiensi

11
untuk menjelaskan fenomena (explanatory) dan yang kedua dengan
meneliti perbedaan antara makna efisiensi dalam konteks pasar dengan
makna efisiensi dalam konteks politik.
Efisiensi bisa digunakan sebagai ukuran normatif, dalam artian
bahwa efisiensi dapat digunakan untuk mengukur beberapa pola pilihan,
distribusi dan alokasi yang berbeda-beda. Disini efisiensi tidak
memprediksikan atau menjelaskan apa pun dan jjuga tidak menjadi faktor
penjelasan tentang mengapa para pembuat keputusan mengalokasikan
sumber daya dengan cara ini aau cara ini, melainkan efisiensi sekedar
digunakan sebagai tolak ukur untuk mengevaluasi sifat-sifat dari alokasi
yang terjadi, tanpa peduli bagaimana cara alokasi itu dilakukan. Namun
disisi lain, efisiensi juga bisa dipandang sebagai penjelas (explanatory)
yaitu sebagai faktor yang berperan secara aktif di dalam menimbulkan
keputusan ekonomi tertentu atau bahkan menjadi faktor penyebab
mengapa para pelaku megambil keputusan yang ekonomis. Ketika
efisiensi digunakan sebagai penjelas seperti ini, maka efisiensi
mendapatkan status teoritis yaitu sebagai faktor yang itut berperan didalam
proses pembuatan keputusan, atau paling tidak ikut ambil bbagian di
dalam struktur seleksi yang menentukan mana keputusan yang akan
berhasil positif dan mampu menghasilkan reproduksi dalam masyarakat.
Kalau efisiensi digunakan sebagai kriteria normatif, maka kita tidka
perlu menghubungkan antara efisiensi dengan perilaku rasional, yaitu
dalam artian bahwa efisiensi tidka digunakan untuk menprediksikan
bagaimana perilaku dari para indivisu. Tapi bahkan ketika efisiensi
digunakan dalam artian ini pun, kasus inefisiensi yang dilakukan individu
itu. Seorang individu seharusnya bisa mendapatkan hasil yang lebih baik
dengan menggunakan sumber daya yang ada, tapi nyatanya dia tidak
mencapai hasil sebaik itu. Dengan sendirinya kita akan bertanya apa yang
menjadi masalahnya, maka kegagalan untuk bentindak atau berperilaku
sevvara efisiensi akan membawa dampak terhadap pandangan kita tentang
rasionalitas dari individu yang melakukan perilaku itu.

12
Sekarang kalau efisiensi tidak dipandang dalam artian normatif,
kita bisa mengajukan pertanyaan yang sama secara terbaik, yaitu apakah
rasionalitas secara otomatis akan menghasilkan efisiensi? Terhadap
pertanyaan ini tergantung pada lingkungan di mana indivisu yang
bersangkutan bertindak. Jika indivisu itu berada dalam konteks pasar,
maka indivisu itu akan melakukan pertukaran scara sukarela, yaitu dalam
artian bahwa indivisu itu akan membuat keputusan sendiri berdasarkan
kepentingan mereka senidiri, tentang apakah mereka akan ikut serta dalam
transaksi-transaksi dimana mereka saling mempertukarkan barang atau
tidak. Agar indivisu bersedia melakukan pertukaran, mereka harus merasa
yakin bahwa pertukaran itu bisa membuat mereka untung, dan jika tidak,
maka individu itu akan menolak untuk melakukan pertukaran.
Kemungkinan untuk berkata “tidak jadi” atau “keluar” (exit) adalah
sebuah sifat dasar dari pasar. Maka dalam konteks pasar, individu akan
melakukan pertukaran sampai mereka mencapai level kepuasan yang
maksimal mungkin.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Analisis investasi saham merupakan hal yang mendasar untuk diketahui
para pemodal, mengingat tanpa analisis yang baik dan rasional para pemodal
akan mengalami kerugian. Keputusan membeli saham terjadi bila nilai
perkiraan suatu saham terjadi di atas harga pasar. Sebaliknya, keputusan
menjual saham terjadi bila nilai perkiraan suatu saham di bawah harga pasar.
Analisis teknikal adalah analisis yang digunakan oleh banyak trader
maupun investor untuk menentukan keputusan dalam melakukan jual-beli
saham. “Analisis teknikal dimulai dengan cara memperhatikan perubahan
saham itu sendiri dari waktu ke waktu. Analisis ini beranggapan bahwa harga
suatu saham akan ditentukan oleh penawaran (supply) dan permintaan
(demand) terhadap saham tersebut” (Halim, 2015:11). “Analisis teknikal pada
dasarnya merupakan upaya pencarian pola perulangan yang dapat diprediksi
dalam harga saham” (Bodie et.al, 2008:481).
Investor yang menggunakan analisis teknikal percaya bahwa pola-pola
pergerakan harga saham dimasa datang dapat diketahui dengan
mengobservasi pola-pola pergerakan harga saham dimasa lalu. Para analis
yang menggunakan analisis teknikal tidak perlu melakukan analisis terhadap
variabel ekonomi dan varibel perusahaan untuk mengestimasi nilai saham.
Ada beberapa teori yang biasanya digunakan oleh para investor, yaitu:
The Dow Theory, chart pola harga saham, analisis rata-rata bergerak (moving
average), dan analisis relative strenght

B. Saran
Kami menyadari sepenuhnya di dalam makalah ini terdapat kekurangan
dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu kami berharap adanya
kritik, saran, dan usulan demi perbaikkan makalah yang telah kami buat.
Mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Sugeng, Suhadak, Raden Rustam Hidayat. 2016. Pengaruh Faktor-faktor


Teknikal Terhadap Saham. Junal Administrasi Bisnis (JAB) Vol.37 No. 1.
Sunaryo, Deni. 2019. Manajemen Investasi dan Portofolio. Serang : CV Penerbit
Qiara Media.
Salim, Joko.2010. 30 Strategi Cerdas Investasi Saham Paling Menguntungkan.
Jakarta: Elex Meedia Komputindo.
Liembono, Hendy Karsito. Buku Saham Analisis Teknikal dan Inspirasi Trader.
Jakarta : BEI15000).
Harwaningrum, Miranti. 2016. Perbandingan Penilaian Saham Dengan Metode
Analisis Fundamental dan Analisis Tehknikal. Jurnal Ilmiah Manajemen
dan Bisnis Vol 2, No 1.

15

Anda mungkin juga menyukai