Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ULUMUL HADITS
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Ulumul Hadits”

Dosen Pengampu:

Suminto, M.Pd.I.

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4

1. Eka Adelya Virantika (12402183192)


2. Vinda Vega Amaniar (12402183196)
3. Tika Risma Fizanain (12402183208)
4. Moh.Ulimta Rusda (12402183219)

EKONOMI SYARIAH 1E
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
SEPTEMBER 2018

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur hanya layak tercurahkan kepada Allah SWT., karena


atas limpahan karunia-Nya. Sholawat serta salam semoga tercurahkan
kepada Rasullullah SAW. Manusia istimewa yang seluruh perilakunya
layak untuk diteladani, yang seluruh ucapannya adalah kebenaran, yang
seluruh getar hatinya kebaikan. Sehingga kami dapat menyeleseikan tugas
kelompok ini tepat pada waktunya. Kami sangat tertarik untuk membahas
tentang Ulumul Hadits.

Banyak kesulitan dan hambatan yang kami hadapi dalam membuat


tugas kelompok ini tapi dengan semangat dan kegigihan serta arahan,
bimbingan dari berbagai pihak sehingga kami mampu menyelesaikan
tugas kelompok ini dengan baik, oleh karena itu pada kesempatan ini,
kami mengucapkan terima kasih kepada

1. Bapak Mafthukin, M.Pd. selaku Rektor IAIN TULUNGAGUNG


2. Bapak Suminto, M.Pd.I, selaku dosen Ulumul Hadits, Semoga ilmunya
berkah dan menjadi aliran amal hingga kelak di Barzakh.
3. Teman-teman yang telah memberikan dukungan serta motivasi.

Kami menyimpulkan bahwa tugas kelompok ini masih belum


sempurna, oleh karena itu kami menerima saran dan kritik, guna
kesempurnaan tugas kelompok ini dan bermanfaat bagi kami dan pembaca
pada umumnya.

Tulungagung, 26 September 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Cover ................................................................................................ i

Kata Pengantar ............................................................................... ii

Daftar Isi ......................................................................................... iii

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 1

C. Tujuan 2

Bab II Pembahasan

A. Ilmu Hadits Riwayah 3

B. Ilmu Hadits Dirayah 5

C. Cabang-Cabang Ilmu Hadits .................................................... 6

Bab III Penutup

A. Kesimpulan 10

B. Saran 11

Daftar Pustaka 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu hadits riwayah adalah ilmu yang membahas perkembangan


hadits dari segi kelakuan para perawinya, mengenai kekuatan hapalan dan
keadilan mereka dan dari segi keadaan sanad. Ilmu hadits riwayah ini berkisar
ini bagaimana cara menyampaikan kepada orang lain dan membukukan hadits
dalam suatu kitab.

Ilmu Hadits dirayah adalah ilmu mengetahui kaidah-kaidah yang


memperkenalkan keadaan rawi dan marwi (yang diriwayatkan ) dari segi
diterima atau ditolaknya.
Keadaan rawi dari segi diterima dan ditolaknya adalah mengetahui
keadaan perawi dari segi jarh (penilaian negative) dan ta’dil (penilaian
positif) , tahammul (penerimaan Hadits) dan ada’ (penyampaian Hadits), serta
segala sesuatu yang berkaitan dengan periawayatan hadits. Sedangkan yang
dimaksud dengan keadaan marwi (yang diriwayatkan) adalah segala sesuatu
yang berkaitan dengan bersambungnya atau terputusnya sanad Hadits,
pengetahuan tentang cacat Hadits dan hal-hal lain yang bekaitan dengan
penerimaan dan penolakan Hadits

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Ilmu Hadits Riwayah ?
2. Apa pengertian Ilmu Hadits Dirayah ?
3. Apa saja cabang-cabang Ilmu Hadits ?

1
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Ilmu Hadits Riwayah
2. Mengetahui pengertian Ilmu Hadits Dirayah
3. Mengetahui apa saja Cabang-Cabang Ilmu Hadits

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Hadits Riwayah


Menurut bahasa riwayah berarti artinya periwayatan atau cerita. Ilmu
hadits riwayah, secara bahasa berarti ilmu yang berupa periwayatan. adalah
ilmu yang mempelajari pengutipan secara cermat dan akurat segala sesuatu
yang disandarkan kepada rasulullah, baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir,
ataupun sifat.
Ilmu hadits riwayah adalah ilmu yang membahas perkembangan
hadits dari segi kelakuan para perawinya, mengenai kekuatan hapalan dan
keadilan mereka dan dari segi keadaan sanad. Ilmu hadits riwayah ini berkisar
ini bagaimana cara menyampaikan kepada orang lain dan membukukan hadits
dalam suatu kitab.1
Objek kajian ilmu Hadits riwayah adalah Hadits Nabi SAW dari segi
periwayatan dan pemeliharaannya yang meliputi :
a. Cara periwayatan, yakni bagaimana cara penerimaan dan penyampaian
Hadits dari seorang perawi kepada perawi lain.
b. Cara pemeliharaannya, yakni penghafalan, penulisan, dan pembukuan
hadits. Ini bertujuan agar umat islam menjadikan Nabi SAW sebagai suri
tauladan melalui pemahaman terhadap riwayat yang berasal darinya dan
mengamalkannya. Pada masa Nabi Muhammad SAW para sahabat
dilarang menulis Hadits.2
c. Ilmu ini tidak membicarakan kualitas sanad , sifat perawi,dan cacat yang
terdapat pada matan.
Periwayatan hadits oleh para sahabat, Tabi’in dan Tabi’it dilakukan
dengan dua cara , yaitu periwayatan dengan lafal (Riwayah hi al-lafzi); dan
periwayatan dengan makna (riwayah hi al-ma’na).
1. Riwayatan dengan lafal
1
Dr.Nawir Yuslem.MA,Ulumul Hadits,(Jakarta:Mutiara Sumber Widya).2001,hlm 3

2
Muhammad Ahmad.Ulumul Hadits.(Bandung:Pustaka Setia).2004,hlm 52-53

3
Adalah periwayatan yang disampaikan sesuai dengan kata-kata
yang diucapkan oleh Nabi Muhammad SAW. Ciri-ciri hadits yang
diriwayatkan secara lafal, antara lain dalam bentuk muta’ahad (sanadnya
memperkuat hadits lain yang sama sanadnya) misalnya gadits tentang
adzan dan syahadat. Hadits-hadits tentang doa dan tentang kalimat padat
dan memliki pengertian mendalam(jawami al-kalimah).
2. Periwayatan dengan makna
Hadits yang diriwayatkan dengan sesui makna yang dimaksud oleh
nabi Muhammad SAW. Dengan demikian dari segi redaksinya ada
perubahan. Sebab beliau memberi isyarat diperbolehkannya
meriwayatkan hadits dengan riwayah hi al-ma’na.
Syarat-syarat yang di tetapkan dalam periwayatan hadits secara
makna ini cukup ketat, yaitu periwayatan haruslah seorang muslim,
baliqh ,adil,dan dhobit (cermat dan kuat ).memahami isi kandungan
hadits yang di maksud. Periwayat hadits haruslah memahami secara luas
perbedaan-perbedaan lafal sinonim dalam bahasa arab. Meski si pelafal
lupa lafal atau redaksi hadits yang disampaikan Nabi Muhammad SAW,
namun harus ingat makna secara tepat.3
Adapun contoh hadits ma’nawi adalah sebagai berikut
“ada seorang wanita dating menghadap Nabi SAW, yang
bermaksud menyerahkan dirinya (untuk di kawin ) kepada beliau.
Tiba-tiba ada seorang laki-laki berkata : ya Rasulullah, nikahkanlah
wanita tersebut kepadaku, sedangkan laki-laki tersebut tidak
memiliki sesuatu untuk dijadikan maharnya selain hafal sebagian
ayat-ayat Al-Qur’an. Maka Nabi SAW berkata kepada laki-laki
tersebut: aku nikahkan engkau kepada wanita tersebut dengan
mahar (mas kawin) berupa mengajarkan ayat-ayat Al-Qur’an. “
Dalam satu riwayat disebutkan:” Aku kawinkan engkau kepada
wanita tersebut dengan mahar berupa (mengajarkan ) ayat-ayat Al-
Qur’an.” Dalam riwayat lain disebutkan:” Aku kawinkan engkau kepada

3
Drs.Munzier Suparta,MA.,ilmu Hadits,(Jakarta:Raja Grafido Persada).2003,hlm 24

4
wanita tersebut atas dasar mahar berupa (mengajarkan)ayat-ayat Al-
Qur’an.” Dan dalam riwayat lain disebutkan :” Aku jadikan wanita
tersebut milik engkau dengan mahar berupa (mengajarkan) ayat-ayat Al-
Qu’an “. (Al Hadits ).4
Pembahasan ilmu hadits riwayah atau penekanan pembahasannya
mempelajari periwayatan yang mengakumulasi apa, siapa,dan dari siapa
berita itu diriwayatkan tanpa mempersyaratkan sahih atau tidaknya
periwayatan. Dengan demikian pembahasan ilmu hadits riwayah adalah
matan yang diriwayatkan itu sendiri karena memang perbuatan dan
perkataan Rasul itu adanya pada matan. Namun matan ini tidak mungkin
muncul dengan sendirinya tanpa ada sanadnya, bahkan sebagian ulama
mengatakan bahwa rukun hadits itu berdiri dari sanad dan matan.

B. Pengertian Ilmu Hadits Dirayah


Menurut bahasa Dirayah berarti pengetahuan.ilmu Hadits Dirayah
juga sering disebut-sebut sebagai pengetahuan tentang ilmu hadits atau
pengantar ilmu hadits. Ilmu Hadits dirayah artinya ilmu pengetahuan tentang
rawi dan diriwayahkan atau sanad dan matannya juga berkaitan dengan
pengetahuan tentang syarat-syarat periwayahan, macam-macamnya atau
huum-hukumnya.
Ilmu Hadits dirayah adalah ilmu mengetahui kaidah-kaidah yang
memperkenalkan keadaan rawi dan marwi (yang diriwayatkan ) dari segi
diterima atau ditolaknya.
Keadaan rawi dari segi diterima dan ditolaknya adalah mengetahui
keadaan perawi dari segi jarh (penilaian negative) dan ta’dil (penilaian
positif) , tahammul (penerimaan Hadits) dan ada’ (penyampaian Hadits), serta
segala sesuatu yang berkaitan dengan periawayatan hadits. Sedangkan yang
dimaksud dengan keadaan marwi (yang diriwayatkan) adalah segala sesuatu
yang berkaitan dengan bersambungnya atau terputusnya sanad Hadits,

4
M.Syuhudi,Ismail.Pengantar Ilmu Hadits.(Bandung:Bandung,1987).hlm.61

5
pengetahuan tentang cacat Hadits dan hal-hal lain yang bekaitan dengan
penerimaan dan penolakan Hadits.
Objek kajian ilmu Hadits dirayah adalah sanad dan matan. Adapun
faedahnya adalah mengetahui mana yang diterima (maqbul) dan mana yang
ditolak (mardud).
Ilmu hadits dirayah bisa juga disebut sebagai ilmu musthalah al-
Hadits dan ilmu ushul al-Hadits.kajian terhadap masalah yang bersangkutan
dengan sanad disebut naqd as-sanad itu sebagai berikut :
1. Ittishal as-sanad (persambungan sanad ).
2. Tsiqat as-sanad , yakni sifat ‘adl (adil) , dhabit ,tsiqah, yang harus dimilik
seorang periwayat.
3. Syadz, yakni kejanggalan yang terdapat atau bersumber dari sanad
4. ‘illat, yakni cacat yang tersembunyi pada suatu hadis yang kelihatannya
baik atau sempurna.
Matan adalah meliputi segi khesahih-an atau ke dhaifan-nya. Bisa
dilihat dengan sejalannya makna dan tujuan yang terkandung dalam Al-
Qur’an.
Tujuan dan urgensi ilmu hadits Dirayah adalah untuk mengetahui dan
menetapkan hadits-hadits yang Maqbul .

C. Cabang-cabang Ilmu Hadits


Cabang-cabang ilmu hadits banyak sekali, antara lain:
1. Ilmu Rijal al-Hadits (Tarikh al-Ruwat).
Dengan ilmu ini dapatkah kita mengetahui keadaan para perawi
menerima hadits dari rasulullah dan keadaan para perawi yang menerima
hadits dari sahabat dan seterusnya. Di dalam ilmu ini diterangkan tarikh
ringkas dari riwayat hidup para perawi, mazhab yang dipegang oleh para
perawi dan keadaan para perawi itu dalam menerima hadits.
Ilmu rijal al-Hadits ini dibagi menjadi beberapa bagian antara lain:
adalah ilmu tarikh al-rawi dan ilmu jarh wa al-ta’dil. Titik dari ilmu ini
berbeda ilmu tarikh al-rawi memfokuskan pembahasannya pada sejarah

6
perjalanan hidup perawi, misalnya kapan seorang rawi di lahirkan,
dimana ,kepada siapa dia belajar hadits, siapa saja mereka itu, pernah
melakukan perlawatan untuk mencari hadits kemana saja, dimana ia
tinggal, dan sebagainya.
Sedangkan ilmu al-ja’al wal ta’dil lebih memfokuskan kepada
kritik perawi, apakah seorang perawi itu adil, kapitalis intelektualnya
sehat apa tidak, jadi titik tekanan pada kualitas pribadi dan kapasitas
inteletualnya.
2. Ilmu Jahri Wat Takdil
Pada hakikatnya merupakan suatu bagian dari ilmu rijalil hadits.
Karena bagian ini dipandang sebagai yang terpenting maka ilmu ini
dijadikan sebagai ilmu yang berdiri sendiri. Yang dimaksud dengan ilmu
Jahri wat takdil adalah “ilmu yang menerangkan tentang catatan-catatan
yang dihadapkan pada perawi dan tentang penakdirannya (memandang
adil para perawi) dengan memakai kata-kata yang khusus dan tentang
martabat-martabat kata-kata itu.5
3. Ilmu Takhrij al-Hadits.
Menurut bahasa berasal dari kata khuruj (keluar) lawan dari dukhul
(masuk). Khuruj terkadang berarti Ibros dan Idzhar (menampakkan),
takhrij di kalangan ahli hadits artinya menampakkan tempat keluarnya
hadits dengan menyebut para perawi isnadnya. Menurut Ibnu Sholah
(Ulum Al-Hadits) Takhrij persamaan dari kata ikhroj, yang berarti
menampakkan hadits kepadaorang lain dengan menyebut tempat
pengambilannya. Artinya para tokoh isnadnya yang mentakhrij hadits itu
disebutkan. Misal: Hadits yang dikeluarkan oleh Bukhari, atau ditakhrij
oleh Bukhari. Artinya ia meriwayatkannya dan menyebut tempat
dikeluarkannya secara independen. 6
4. Ilmu ‘Ilal al-Hadits .7

5
Dr.Abd.Majid Khon,Ulumul Hadits (Jakarta :AMZAH,2008)hlm 85

6
Mahmud At-Thohhan, Ushul At-takhrij Wa Dirosat Al-Asaanid, (Semarang: Dina utama,
1995), tlm. 15-16

7
Ilmu yang menerangkan sebab-sebab tersembunyi, tidak nyata,
yang dapat mencacatkan hadits. Yakni menyambung yang munqati’,
menafa’kan yang maufuq yang menyambung memasukan satu hadits
kedalam hadits yang lain dan yang serupa itu. Semua ini, bila diketahui,
dapat merusakan sahihan hadits. Ilmu ini semulia-mulia ilmu yang
berpautan dengan hadits, dan sehalus-halusnya cacat hadits yang
demikian ini tidak dapat diketahui melainkan oleh ulama yang
mengetahui pengetahuan yang sempurna tentang martabat-martabat
perawi dsn mempunyai malakah yang kuat terhadap sanad dan matan-
matan hadits.
5. Ilmu Mukhtalif al-Hadits (talfiq al-Hadits)
Adalah ilmu yang membahas tentang hadits-hadits yang tampaknya
saling bertentangan. Lalu menghilangkan pertentangan itu atau
mengkompromikannya, disamping membahas hadits-hadits yang sulit
difahami atau dimengerti. Kemudian menghilangkan kesulitan tersebut
serta menjelaskan hakikatnya.
Oleh karena itu sebagian ulama menamai ilmu itu dengan ilmu
musykilul Hadits, ada juga yang menamainya ilmu Ikhtilaful Hadits, ilmu
ta’wilul Hadits dan ilmu Talfiqul hadits. Seangkan obyek pembahasan
ilmu ini adalah hadits-hadits yang tampaknya berlawanan, untuk
kemudian dikompromikan kandungan dengan jalan membatasi (taqyid)
kemutlakannya, mengkhususkan (takhshish) keumumannya dan lain
sebagainnya. Atau mentakwilkan hadits-hadits yang musykil hingga
hilang kemusykilannya.8
6. Ilmu Nasikh dan Mansukh.
Nasikh artinya menghapus atau menghilangkan, sedangkan masukh
adalah yang dihapus atau dihilangkan. Menurut ulama ushul Naskh
adalah penghapusan oleh syari’ (pembuat hukum dalam hal ini adalah

7
Fathur Rahman.Drs.Ikhtisar Mustalah Hadits (Bandung:Al-Ma’arif,1985)hlm 298-304

8
Warsito,LC, Pengantar Ilmu Hadits Upaya Memahami Sunnah, 2001, Bogor, hlm 118

8
Allah dan Rasul-nya SAW) terhadap suatu hukum syara’ dengan dalil
syar’iy yang datang kemudian. 9
7. Ilmu Gharib al-Hadits.
Yaitu ilmu (pengetahuan) untuk mengetahui lafadz-lafatz dalam
matan-matan hadits yang sulit lagi sukur difahami disebabkan karena
jarang sekali digunakan.
Dari ta’rif (definisi) diatas, nyata bagi kita bahwa obyek dari ilmu
gharibul hadits adalah kata-kata yang musykil (sukar) dan susunan
kalimat yang sulit difahami maksudnya. Hal ini dimaksudkan agar orang
tidak menafsirkan secara menduga-duga dan mentaqlidi pendapat orang
yang bukan ahlinya.10
8. Ilmu Asbab al-Wurud.
Yaitu ilmu yang menerangkan sebab-sebab Nabi menuturkan
sebdannya dan masa-masanya Nabi menuturkan itu. Seperti didalam Al-
Qur’an dikenal adalah Ilmu Asbab al-nuzul, didalam ilmu hadits dan
ilmu Asbab wurud al-hadits. Terkadang ada hadits yang apabila tidak
dikrtahui sebab turunnya, akan menimbulkan dampak yang tidak baik
ketika hendak diamalkan.
9. Dan lain-lainnya.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pengertian Ilmu Hadits Riwayah
Ilmu hadits riwayah adalah ilmu yang membahas perkembangan
hadits dari segi kelakuan para perawinya, mengenai kekuatan hapalan

9
Warsito, Lc, Pengantar Ilmu… hlm 118
10
Warsito, Lc, Pengantar Ilmu… hlm 117

9
dan keadilan mereka dan dari segi keadaan sanad. Ilmu hadits riwayah ini
berkisar ini bagaimana cara menyampaikan kepada orang lain dan
membukukan hadits dalam suatu kitab.11
Objek kajian ilmu Hadits riwayah adalah Hadits Nabi SAW dari
segi periwayatan dan pemeliharaannya yang meliputi :
a. Cara periwayatan
b. Cara pemeliharaannya
c. Ilmu ini tidak membicarakan kualitas sanad
Periwayatan hadits oleh para sahabat, Tabi’in dan Tabi’it
dilakukan dengan dua cara , yaitu periwayatan dengan lafal (Riwayah hi
al-lafzi); dan periwayatan dengan makna (riwayah hi al-ma’na).
2. Pengertian Ilmu Hadits Dirayah
Ilmu Hadits dirayah artinya ilmu pengetahuan tentang rawi dan
diriwayahkan atau sanad dan matannya juga berkaitan dengan
pengetahuan tentang syarat-syarat periwayahan, macam-macamnya atau
huum-hukumnya.
Ilmu hadits dirayah disebut sebagai ilmu musthalah al-Hadits dan
ilmu ushul al-Hadits. Sanad disebut naqd as-sanad itu sebagai berikut :
a. Ittishal as-sanad (persambungan sanad ).
b. Tsiqat as-sanad
c. Syadz
d. ‘illat
3. Cabang-cabang Ilmu Hadits
Cabang-cabang ilmu hadits banyak sekali, antara lain:
a. Ilmu Rijal al-Hadits (Tarikh al-Ruwat).
b. Ilmu Jahri Wat Takdil
c. Ilmu Takhrij al-Hadits
d. Ilmu ‘Ilal al-Hadits
e. Ilmu Mukhtalif al-Hadits (talfiq al-Hadits)
f. Ilmu Nasikh dan Mansukh
g. Ilmu Gharib al-Hadits

11
Dr.Nawir Yuslem.MA,ulumul Hadits,Jakarta:Mutiara Sumber Widya.2001,hlm 3

10
h. Ilmu Asbab al-Wurud
i. Dan lain-lain

B. Saran
Makalah yang kami buat merupakan makalah yang bersumber dari
materi-materi yang ada dalam buku-buku Ulumul Hadits dan Ilmu yang
membahas tentang Hadits. Kekurangan, kesalahan ketik, ataupun kejanggalan
materi merupakan salah satu peluang kesalahan kami. Oleh karena itu kritik
dan saran sangat kami perlukan demi peningkatan kualitas makalah ini.

Demikian isi dari makalah yang kami susun, semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua dan bisa memahami mengenai Ulumul
Hadist atau Ilmu Hadits.

11
DAFTAR PUSTAKA

Dr.Nawir Yuslem.MA.2001.ulumul Hadits.Jakarta:Mutiara Sumber Widya. Muhammad

Ahmad.2004.ulumul Hadits.Bandung:Pustaka Setia.

Drs.Munzier Suparta,MA.,2003.ilmu Hadits,Jakarta:Raja Grafido Persada.

M.Syuhudi,Ismail.1987.Pengantar Ilmu Hadits.Bandung:Bandung.

Dr.Abd.Majid Khon.2008.Ulumul Hadits .Jakarta :AMZAH

Mahmud At-Thohhan.1995.Ushul At-takhrij Wa Dirosat Al-Asaanid.,Semarang: Dina utama

Fathur Rahman.Drs.Ikhtisar.1985.Mustalah Hadits.Bandung:Al-Ma’arif

Warsito,LC.2001.PENGANTAR ILMU HADITS UPAYA MEMAHAMI SUNNAH.Bogor

Mohammad Gufron,M.Pd.2017.Ulumul Hadits.Depok Sleman Yogyakarta:KALIMEDIA

12

Anda mungkin juga menyukai