DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 13
Nadya Ulhasna 12110524023
Zulfaidi 12110514622
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT dengan rahmat dan
karunianya kami dapat Menyusun enyusun makalah ini sebagai penunjang dan
tambahan dalam kegiatan pembelajaran studi hadist, aholawat beriring salam selalu
tercurahkan kepada junjungan nabi Muhammad SAW, dengan ucapan “
Allahumma sholli ala Sayyidina Muhammad wa ala Ali Sa yyidina Muhammad”
dan semoga kita termasuk golongan Orang yang paling berhak mendapatkan
syafa’at nya di hari kiamat , Aamiin ya rabbal alamin.
Makalah ini kamsusun sebagai salah satu persyaratan untuk memenuhi
tugas mata kuliah studi hadist dan juga sebagai penambah wawasan kita mengenai
“ melakukan takhrij hadist ” dengan dibuatnya makalah ini semoga pemahaman
kita tentang hadist makin dalam dan makin banyak pulah kita ketahui tentang
hadist.
penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.………………………………………………………….i
DAFTAR ISI.……………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN.……………………………………………………....1
1.1 Latar Belakang....…………………………………………………....1
1.2 Rumusan Masalah...…………………………………………………..1
BAB II PEMBAHASAN....……………………………………………………..2
2.1 Kesimpulan..………………………………………………………….8
DAFTAR PUSTAKA..….………………………………………………………..9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai salah satu sumber ajaran agama islam selain al-qur’an, hadis
memiliki kedudukan yang sangat penting dalam agama Islam. Akan tetapi hadis
tidak mendapat penjagaan dari Allah secara langsung,tidak sama dengan al-Qur’an.
Hal ini menyebabkan hadis banyak diperdebatkan seputar keotentikannya, karna
banyak hadis-hadis palsu bermunculan sejak masa awal Islam.
Sadar akan pentingnya hadis dalam Islam, ulamatelah melakukan
penyeleksian hadis dengan intensif. Tidak hanya itu, mereka juga merumuskan
pedoman-pedoman dalam menyeleksi hadis.Rumusan itu kemudian dikenal sebagai
’Ulumul Hadis (ilmu-ilmu hadis) yang digunakan para pengkaji hadis untuk
menentukan hadis yang sangat otentik dari Rasulullah (shahih) dan hadis yang
lemah (da’if) ataupun yang tidak valid sama sekali (maudhu’).
Ilmu takhrij merupakan bagian dari ilmu agama yang harus mendapat
perhatian khusus karena didalamnya terdapat berbagai kaidah untuk mengetahui
sumber hadits itu berasal. Slain itu juaga, di dalamnya di temukan banyak
kegunaan dan hasil yang diperoleh, khususnya dalam menentukan kualitas dari
sanad hadis.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian takhrij hadist
Menurut istilah yang sering dikemukakan oleh ulama hadis, kata at-takhrij
mempunyai beberapa arti diantaranya sebagai berikut:
Ulama hadis mengemukakan berbagai hadis yang telah dikemukakan oleh para
ahli hadis, atau berbagai kitab, yang susunannya dikemukakan berdasarkan
riwayatnya sendiri, atau para gurunya, atau temannya, atau orang lain, dengan
menerangkan siapa periwayatnya dari para penyusun kitab yang dijadikan sumber
pengambilan atau referensi. Menunjukkan asal usul hadis dan mengemukakan
sumber pengambilannya dari berbagai kitab hadis yang disusun oleh para
mukhorrij-nya langsung (yaitu para periwayat yang juga sebagai penghimpun bagi
hadis yang mereka riwayatkan). Mengemukakan sebuah hadis berdasarkan
sumbernya, yakni kitab kitab hadis, yang didalamnya terdapat nama-nama
periwayatannya dan sanadnya masing masing serta diterangkan bagaimana keadaan
para periwayatnya dan juga kualitas hadis tersebut.Menunjukkan letak hadits dari
sumber aslinya, kemudian di terangkan rangkaian sanadnya,dan kemudian dinilai
derajat haditsnya jika diperlukan.
Seperti yang sudah kita ketahui Bersama bahwa para ahli ahli hadis itu memiliki
kemampuan menghafal dan juga menjadi alat suatu metode pencarian hadis bagi
mereka. Ketika mereka membutuhkan hadis sebagai penguat dalam waktu singkat
mereka dapat menemukan letak-letaknya didalam kitab hadis, sekalipun jilidnya
dan setidaknya mereka dapat mengetahuinya dengan dugaan yang sangat kuat
didalam kitab kitab hadis itu sendiri. Kegiatan takhrij hadis ini sudah mengalami
berbagai pekembangan seiring dengan adanya perhatian dari para ulama atau ahli
hadist terhadap pemeliharaan hadis itu sendiri. Kegiatan takhrij ini pada awalnya
2
adalah berupa suatu pencarian dengan mengeluarkan hadis dari ulama yang telah
mengetahui hadis atau beberapa hadis dari para ulama yang sudah memenuhi syarat
sebagai periwayat suatu hadis tersebut. Kegiatan takhrij hadis seperti itulah yang
ditempuh oleh para ahli hadistseperti Imam al-Bukhari, Imam Muslim, dan Imam
al-Sittah.
Dalam kegiatan penelitian hadis, takhrij merupakan suatu kegiatan yang sangat
penting yang tidak dapat diabaikan. Tanpa melakukan kegiatan takhrij terlebi
dahulu, seorang peneliti hadis akan kehilangan wawasan untuk mengetahui
eksistensi hadis dari berbagai sisi. Sisi-sisi penting yang perlu diperhatikan oleh
seorang peneliti hadis dalam hubungannya dengan takhrij ini meliputi kajian asal-
usul riwayat hadis tersebut, berbagai riwayat yang meriwayatkan hadis tersebut, ada
atau tidaknya syahid dan muttabi’ dalam sanad hadis yang ia diteliti.
Dengan demikian Takhrij hadis bertujuan mengetahui sumber asal hadis yang
ditakhrij. Dan juga tujuan lainnya adalah mengetahui ditolak atau diterimanya
hadis-hadis tersebut. Dengan cara ini, kita akan mengetahui hadis-hadis yang
pengutipannya memperhatikan kaidah-kaidah ’ulum al-hadis yang berlaku.
Sehingga hadis tersebut menjadi jelas, baik asal-usul maupun kualitasnya
3
5. Dengan melalakukan takhrij hadis dapat membedakan mana perawi yang
ditinggalkan atau perawi yang dipakai
6. Dapat menetapkan suatu hadist yang dipandang mubham menjadi tidak
mubham lagi karna ditemukannya jalan sanad dari hadis tersebut ataupun
sebaliknya
7. Dengan melakukan takhrij hadis, dapat menetapkan muttashil kepada hadis
yang yang diriwayatkan dengan menggunakan adat At-Tahammul wa al-a-
da (kata yang dipakai dalam penerimaan dan periwayatan hadist) dengan
an’anah (kata an atau dari)
8. Dapat memastikan identitas dari perawi, baik yang berkaitan dengan kun-
yah (julukan), laqab (gelar), dan nasab (keturunan) dengan nama yang jelas.
dalam penelusuran terhadap Hadis Nabi terhimpun dalam banyak kitab dengan
metode penyusunan yang beragam. Dengan dimuatnya Hadis Nabi dalam berbagai
kitab Hadis, maka sampai saat ini, belum ada sebuah kamus yang mampu memberi
petunjuk untuk mencari Hadis yang dimuat oleh seluruh kitab hadis yang ada, tetapi
terbatas pada sejumlah Hadis saja, namun tidaklah berarti Hadis Nabi yang termuat
dalam berbagai kitab tidak dapat ditelusuri, untuk keperluan itu, lebih lanjut para
ulama Hadis telah menyusun kitab-kitab kamus dengan metode yang beragam.
4
Kitab yang menggunakan metode ini adalah sebagai berikut
1) Al-jami’, al-shagir min hadis, al- basyir, ak-nadzir, karangan al-sayuti
2) Al-Fath alKabir fi Dhamm al-Ziyadat ila al-Jami’ al-Shagir, karangan
al-Suyuthi
3) Jam’al-jawawi’ aw al-Jami’ al-Kabir, karangan alSuyuthi.
4) Al-Jami’ al-Azhar min hadis al-Nabi al-Anwar, karangan al-Minawi.
5) Hidayat al-Bari ila Tartib ahadis al-Bukhari, karangan ‘Abd al-Rahim
ibn ‘Anbar al-Thahawi
6) uj’am jami’ al-Ushul fi Ahadis al-Rasul, karangan Imam al-Mubarak
ibn Muhammad ibn al-Atsir al-Jazari
Adalah suatu metode yang digunakan untuk mentakhrij sebua hadis yang
berlandaskan pada kata-kata atau bagian matan dalam hadisnya, baik yang berupa
kata benda maupun kata kerja.
Contohnya:
Misalnya pada hadis diatas kita mengambil kata thahurin, shadaqatan, dan
ghululin. Kata ghululin lebih dianjurkan untuk digunakan karena jarang
ditemukan dalam hadis yang lainnya,hal ini agar memudahkan dalam
mencarisumber hadis tersebut.
5
3). Melalui perawi hadis pertama
Metode ini berlandaskan pada perawi pertama suatu hadis, baik, perawi
tersebut dari kalangan shahabat, bila sanadnya muttasil sampai kepada Nabi saw.
Atau dari kalangan tabi’in, apabila Hadis tersebut mursal.
Langkah-langkah yang digunakan dalam metode ini adalah sebagai
berikut:
1. dalam metode yang harus dilakukanterlebi dahulu adalah mengenal para
perawi pertama dari setiap Hadis yang hendak ditakhrij.
2. Setelah kita mengenal peerawinya selanjutnya kita mencari nama
perawi Hadis yang dimaksud ke dalam kitab-kitab takhrij yang disusun
berdasarkan nama perawi pertama setiap satu Hadis, dan selanjutnya
mencari Hadis-Hadis yang tertera dibawah nama perawi pertama
tersebut
Kitab ini merupakan kitab yang berisi hadis yang diriwayatkan oleh
setiap sahabat.
Athraf al-Shahihain, karangan Imam Abu Mas’ud Ibrahim al-Dimasyqi.
Athraf al-Kutub al-Sittah, karangan Syams al-Din al-Maqdisi, dan lainnya
2) Kitab al-Musnab
6
Contoh
Hadits diatas mengandung beberapa tema yaitu iman, tauhid, shalat, zakat,
puasa, dan haji. Berdasarkan tema-tema tersebut maka hadits diatas harus dicari di
dalam kitab-kitab hadits dibawah tema-tema tersebut
Kitab-kitab yang munggunakan metode ini adalah sebagai berikut:
1) Kanz al-Ummal fi Sunan al- Aqwal wa al-Af’al, karangan al-
Muttaqi al-Hindi.
2) Miftah Kunuz al-Sunnah , karangan A.J Wensink.
3) Nashb al-Rayah fi Takhrij Ahadis al-Hidayah, karangan al-Zayla’i.
4) Al-Dariyah fi Takhrij Ahadis al- Hidayah, karangan Ibnu Hajar al-
Asqolany
5) Metode takhrîj berdasarkan status Hadis
Metode ini dapat memperkenalkan suatu upaya baru yang telah dilakukan para
ulama Hadis dalm menyusun Hadis-Hadis yaitu menghimpun Hadis berdasarkan
statusnya. Metode ini dapat dilakukan setelah mengetahui keadaan hadis, sanad
atau matannya. Misalnya sanad yang diteliti sudah diketahui dha’if atau mursal.
Dengan kata lain metode ini merupakan metode takhrij hadis yang berdasarkan
statusnya seperti hadis qudsi,hadis masyhur, hadis mursal dan lainnya.
7
BAB III
PENUTUP
2.1 Kesimpulan
Adapun tujuan serta manfaat dilakukannya takhrij Hadis, dan yang paling
utama adalah agar dapat dilakukan penelitian terhadap satu Hadis setelah
dilakukannya takhrij Hadis tersebut, agar dapat mengetahui kualitas dari Hadis yg
dimaksud. melakukan Takhrij Hadis haruslah mempunyai kitab-kitab pedoman.
Dalam melakukan Takhrij ada lima cara yang dapat dijadikan pedoman
yaitu:
8
DAFTAR PUSTAKA