Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“ Pengertian, Tujuan, Kegunaan, Metode-Metode Dan Kitab-Kitab


Yang Di Perlukan Dalam Takhrij Hadits, Pengenalan Kitab-Kitab
Hadits, Kitab Al-Jam’u As-Shagir Dan Penggunaannya “

Mata Kuliah : Takhrij Hadits

Dosen Pengampu : Dede Komarudin Soleh., M.Ag.

Disusun oleh :

Andi Muhammad Ihsan (22.01.1508)

Rahmat Hidayat ( 22.01.1506 )

PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM PERSIS BANDUNG

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hadits merupakan sumber ajaran Islam yang kedua setelah Al-qur’an. Di dalam
Al-qur’an tentunya tidak ada permasalahan yang signifikan, hal ini dikarenakan Al-
qur’an merupakan kalam Allah Swt yang diturunkan Allah untuk nabi Muhammad
Saw. berbeda dengan hadits, di dalam memahami hadits tentunya banyak persoalan
yang perlu di kaji, baik dari segi periwayatannya (sanad) atau pun isi hadits tersebut.
Dan hal ini perlu adanya penelitian di dalam menentukan kualitas hadits yang
sahih. Takhrij hadits merupakan salah satu metode (cara) untuk mengetahui asal
usul riwayat hadits yang akan diteliti, untuk mengetahui seluruh riwayat bagi
hadits yang akan diteliti, dan untuk mengetahui ada atau tidak adanya “syahid” dan
“mutabi” pada sanad yang diteliti. Jadi, Ketika salah satu sanad diteliti, mungkin
ada periwayat lain yang sanadnya mendukung sanad yang diteliti.

Dukungan (Corroboration) itu bila terletak pada bagian tingkat


periwayat pertama, yakni tingkat sahabat Nabi disebut sebagai syahid sedang bila
terdapat di bagian bukan periwayat tingkat sahabat disebut sebagai mutabi. Hal ini
agar bisa di ketahui bahwa hadits tersebut datangnya Nabi saw. Urgensi di dalam
mempelajari takhrij hadits juga adalah memberikan kemudahan bagi orang yang
mau mengamalkan setelah tahu bahwa suatu hadits adalah hadits maqbul (dapat
diterima). Dan sebaliknya tidak mengamalkannya apabila diketahui bahwa suatu
hadits adalah mardud (tertolak). Di dalam makalah ini kami akan menjelaskan,
tentang defenisi takhrij hadits, tujuan dan manfaat takhrij hadits, metode takhrij
hadits, kitab-kitab yang di perlukan dalam takhrij hadits, pengenalan kitab-kitab hadits
dan menjelaskan sedikit tentang kitab al-Jam’u as-Shaghir dan penggunaannya.
Mudah-mudahan isi makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pemakalah
pribadi, dan umumnya memberikan dampak yang positif di dalam mengkaji hadits
bagi para pembaca sekalian.

B. Rumusan Masalah
Supaya tidak keluar dari masalah maka penulis merumuskannya sebagai berikut:
1
1. Bagaimana pengertian takhrij hadits, tujuan, manfaat dan metode takhrij
hadits?
2. Kitab Apa saja yang di perlukan dalam takhrij hadits?
3. Bagaiman Kitab al-Jam’u as-Shaghir dan penggunaannya?

A. Tujuan Rumusan Masalah


Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penulis dapat memberitahukan tujuan
rumusan masalah diatas sebagai berikut :

1. Mengetahui pengertian takhrij hadits, tujuan, manfaat dan metode takhrij


hadits
2. Mengetahui Kitab Apa saja yang di perlukan dalam takhrij hadits
3. Mengetahui Bagaiman Kitab al-Jam’u as-Shaghir dan penggunaannya

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Takhrij Hadits

Secara etimologi kata “takhrij” berasal dari akar kata “kharaja yakhruju
khuruujan mendapat tambahan tasydid/syidah pada ra (‘ain fi’il) menjadi kharraja
yukhrriju takhriijan yang berarti menampakkan, mengeluarkan, menerbitkan,
menyebutkan, dan menumbuhkan” (Khon, 2008: 115). Maksudnya
menampakkan sesuatu yang tidak atau sesuatu yang masih tersembunyi, tidak
kelihatan dan masih samar. Penampakkan dan pengeluaran disini tidak mesti
berbentuk fisik yang konkret, tetapi mencakup nonfisik yang hanya memerlukan
tenaga dan pikiran seperti makna kata istikhraj yang berarti istinbath yang berarti
mengeluarkan hukum dari nash atau teks Al-qur’an dan hadits. Adapun secara
teminologis, takhrij adalah “menunjukkan tempat hadits pada sumber-sumber
aslinya, dimana hadits tersebut telah diriwayatkan lengkap dengan sanadnya,
kemudian menjelaskan derajadnya jika diperlukan” (Suryadi dan Suryadilaga, 2009:
34).

Takhrij menurut istilah ahli hadits, diantaranya mempunyai


pengertian mengemukakan letak asal suatu hadits dari sumbernya yang asli, yakni
berbagai sumber kitab hadits dengan dikemukakan sanadnya secara lengkap
untuk kemudian dilakukan penelitian terhadap kualitas hadits yang bersangkutan.
Pengertian takhrij yang tercakup disini seperti kegiatan penelitian terhadap satu
hadits tertentu atau satu tema tertentu ataupun dalam kitab tertentu. Dengan demikian
pengertian takhrij adalah penelusuran atau pencarian hadits dari berbagai
sumbernya yang asli dengan mengemukakan matn serta sanadnya secara lengkap
untuk kemudian diteliti kualitas haditsnya.

B. Tujuan dan Manfaat Takhrij Hadits

Dalam melakukan takhrij hadits tentunya ada tujuan yangingin dicapai.


Tujuan pokok dari takhrij yang ingin dicapai seorang peneliti adalah:

1. Mengetahui eksistensi suatu hadits apakah benar suatu haditsyang ingin


diteliti terdapat dalam buku-buku hadits atau tidak.

3
2. Mengetahui sumber otentik suatu hadits dari buku hadits apasaja
didapattkan.
3. Mengetahui ada berapa tempat hadits tersebut dengan sanadyang berbeda
di dalam buku sebuah buku hadits atau dalam beberapa buku induk hadits.
4. Mengetahui kualitas hadits (makbul atau mardud) (Khon,2008: 117-118).

Adapun manfaat dari kegiatan takhrij al hadits sangat banyak sekali


diantaranya:

1. Memperkenalkan sumber-sumber hadits, kitab-kitab asal dimana suatu


hadits berada beserta ulama yang meriwayatkannya.
2. Dapat menambah perbendaharaan sanad hadits melalui kitab-kitab yang
dirujuknya. Semakin banyak kitab asal yang memuat suatu hadits
semakin banyak pula perbendaharaan sanad yang kita miliki.
3. Dapat memperjelas keadaan sanad.
4. Dapat memperjelas kualitas suatu hadits dengan banyaknyariwayat.
5. Dapat memperjelas periwayat hadits yang samar. Denganadanya takhrij
kemungkinan dapat diketahui nama periwayat yang sebenarnya secara
lengkap.
6. Dapat menghilangkan keragu-raguan dan kekeliruan yang dilakukan oleh
periwayat.
7. Dapat memperjelas waktu dan tempat turunnya hadits, danlain-lain.1

Dengan demikian melalui kegiatan takhrij al hadits, peneliti dapat


mengumpulkan berbagai sanad dari sebuah hadits dan juga dapat mengumpulkan
berbagai redaksi dari sebuah matn hadits.

C. Metode Takhrij Hadits

Sebelum seseorang melakukan takhrij suatu hadits, terlebih dahulu ia harus


mengetahui metode atau langkah-langkah dalam takhrij sehingga akan mendapatkan
kemudahan-kemudahan dan tidak ada hambatan. Pertama yang perlu di maklumi
adalah bahwa Teknik pembukuan buku-buku hadits yang telah dilakukan para
ulama dahulu memang beragam dan banyak sekali macam-macamnya. Diantaranya

1
Qomarullah, M. (2016). Metode Takhrij Hadits Dalam Menakar Hadits Nabi. El-Ghiroh: Jurnal
Studi Keislaman, 11(2), 23-34.
4
ada yang secara tematik, pengelompokan hadits didasarkan pada tema-tema tertentu
seperti kitab Al-Jami Ash-Shahih li Al-Bukhori dan sunan Abu Dawud.
Diantaranya lagi ada yang didasarkan pada huruf permulaan matan hadits
diurutkan sesuai dengan alphabet Arab seperti kitab Al-Jami Ash-Shaghir karya
As-Suyuthi dan lain-lain. Semua itu dilakukan oleh para ulama dalam rangka
memudahkan umat Islam untuk mengkajinya sesuai dengan kondisi yang ada.

Karena banyaknya teknik dalam pengkodifikasian buku hadits, maka


sangat diperlukan beberapa metode takhrij yang sesuai dengan teknik buku hadits
yang ingin diteliti. Paling tidak ada 5metode takhrij dalam arti penulusuran hadits
dari sumber buku hadits yaitu takhrij dengan kata (bi al-lafdzi), Takhrij dengan
tema (bi al-maudhui), takhrij dengan permulaan Matan (bi Awwal al-matan), takhrij
melalui sanad pertama (bi ar-rawi al-a’la), dan takhrij melalui pengetahuan tentang sifat
khusus atau sanad hadits. 2

D. Kitab yang Diperlukan dalam Takhrij Hadits

Dalam melakukan takhrij hadits, seseorang memerlukan kitab-kitab tertentu


yang dapat dijadikan pegangan atau pedoman sehingga dapat melakukan kegiatan
takhrij secara mudah dan mencapai sasaran yang dituju. Di antara kitab-kitab yang
dapat dijadikan pedoman antara lain: Ushul al-Takhrij wa Dirasat al-Asanid oleh
Muhammad al-Thahan, Hushul al-Tafrij bi Ushul al-Takhrij oleh Ahmad ibn
Muhammad al-Shiddiq al-Gharami, Thuruqu al-Takhrij Haditsu Rasul Allah saw karya
Abu Muhammad al-Mahdi ibn 'Abd al-Qadir ibn 'Abd al-Hadi.

Selain kitab-kitab di atas, dalam men-takhrij, diperlakukan bantuan dari kitab-


kitab kamus atau Mu'jam Hadits dan Mu'jam para perawi hadits, di antaranya:

a) Al-Mu'jam al-Mufahras li Alfazh al-Hadits al-Nabawi oleh AJ Wensinck,


seorang orientalis dan guru besar bahasa Arab pada Universitas Leiden, dan
kemudian bergabung dengannya Muhammad Fu'ad 'Abd alBaqi.
b) Miftah Kunuz al-Sunnah, juga oleh AJ Wensinck, yang memerlukan waktu
selama 10 tahun untuk menyusun kitab tersebut. Kitab ini diterjemahkan ke
dalam Bahasa Arab oleh Muhammad Fu'ad 'Abd alBaqi.

2
Qomarullah, M. (2016). Metode Takhrij Hadits Dalam Menakar Hadits Nabi. El-Ghiroh: Jurnal
Studi Keislaman, 11(2), 23-34.
5
c) Al-Jami‟ al-Shaghir, karya Jalaluddin Abd al-Rahman al-Suyuthi (w. 911 H).
Kitab kamus hadits ini memuat hadits-hadits yang terhimpun dalam kitab
himpunan hadits yang disusun oleh al-Suyuthi juga, yakni kitab Jam‟ul Jawami‟.
3

d) Miftahus Shahihain, yang disusun oleh Muhammad Syarif bin Mustafa al-
Tauqiah. Kitab ini dapat digunakan untuk mencari hadits-hadits yang
diriwayatkan oleh Muslim. Tetapi, hadits-hadits yang dimuat dalam kitab ini
hanyalah hadits-hadits yang berupa sabda (qauliyah) saja. Hadits tersebut
disusun menurut abjad dan awal lafazh matan hadits.
e) Al-Bughyatu fi Tartibi Ahaditsi al-Hilyah. Kitab ini disusun oleh Sayyid Abdul
Aziz bin al-Sayyid Muhammad bin Sayyid Siddiq al-Qammari. Kitab Hadits
tersebut memuat dan menerangkan haditshadits yang tercantum dalam kitab
yang disusun Abu Nu‘aim al-Asabuni (w 430 H) yang berjudul Hilyatul Auliyati
wathabaqătul Asfiyă’i. Sejenis dengan kitab tersebut adalah kitab Miftahut
Tartibi li Ahaditsi Tarikhil Khatib yang disusun oleh Sayyid Ahmad bin Sayyid
Muhammad bin Sayyid Al-Siddiq alQammari yang memuat dan menerangkan
Haditshadits yang tercantum dalam kitab sejarah yang disusun oleh Abu Bakar
bin Ali bin Subit bin Ahmad al-Baghdadi yang dikenal dengan al-Khatib
alBaghdadi (w. 463 H). Kitabnya diberi judul Tarikhu Baghdadi yang terdiri atas
empat jilid.
f) Mu‟jam al-Fadzhi wala Siyyama al-Garibu Minha atau Fuhris li Tartibi Ahaditsi
Shahihi Muslim yang disunting oleh Muhammad Abdul Baqi.

Sedangkan kitab yang memuat biografi para perawi Hadits, di antaranya adalah
sebagaimana yang disebutkan oleh al-Thahhan berikut ini:

1) Kitab-kitab yang memuat biografi Sahabat, antara lain:


a) Al-Isti ab Ma'rifat al-Ashhab karya Ibnu 'Abd al-Barr al-Andalusia (w 463 H
/ 1071 M)
b) Usulud al-Ghabah fi Ma'rifat al-Shahabah karya Iz al-Din Abi al-Hasan Ali
ibn Muhammad ibn al-Atsir al-Jazari (w 630 H/ 1232 M ).

3
M Agus Solahudin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadits, (Bandung: Pustaka Setia, 2009),
hlm. 195
6
c) Al-Ishabah fi Tamyiz al-Shahabah karya ibn Hajar al-Asqalani (w 852 H /
1449M).
2) Kitab-kitab thabaqat, yaitu kitab-kitab yang membahas biografi para perawi
hadits berdasarkan tingkatkan para perawi (thabaqat al-ruwat), seperti:
a) Al-Thabaqat al-Kubra karya Abd Allah Muhammad ibn Sa'ad Katib al-
Waqidi (w 230 H).
b) Tadzkirat al-Huffazh karangan Abu 'Abd Allah Muhammad ibn Ahmad ibn
Utsman alDzahabi (w 748 H / 1348 M).
3) Kitab-kitab yang memuat para perawi hadits secara umum, seperti:
a) Al-Tarikh al-Kabir karya Imam al-Bukhari (w 256 H / 870 M)
b) Al-Jarh wa al-Ta'dil karya Ibn Abi Hatim (w 327 H)
4) Kitab-kitab yang memuat para perawi hadits dari kitab-kitab hadits tertentu:
a) Al-Hidayah wa al-Irsyad fi Ma'rifat Ahl alTsiqat wa al-Sadad karya Abu
Nashr Ahmad ibn Muhammad al-Kalabadzi (w 398 H). Kitab ini khsusu
memuat para perawi dari kitab Shahih al-Bukhari.
b) Rijal Shahih Muslim karya Abu Bakar Ahmad ibn Ali al-Ashfahani (w 438
H).
c) Al-Jam' bayn Rijal al-Muawaththa' tulisan Muhammad dengan ibn al-
Qaisarani (w 507 H).
d) Al-Ta'rif Rijal al-Muwaththa', tulisan Muhammad ibn Yahya al-Hidzdza'
alTamimi (w.416 H)
5) Kitab-kitab yang memuat biografi para perawi, antara lain:
a) Al-Kamal fi Asma' al-Rijal karya Abd alGhani ibn 'Abd al-Wahid al-Maqdisi
alHanbali (w 600 H).
b) Tahdzib al-Kamal karya Abu al-Hajjaj Yusuf Ibn al-Zaki al-Mizzi (w 742 H).
c) Ikmal Tahdzib al-Kamal karya Ala' al-Din Mughlathaya (w. 762 H).
d) Tahdzib al-Tahdzib karya Abu 'Abd Allah Muhammad ibn Ahmad al-
Dzahabi (w 748 H).
e) Al-Kasyif tulisan Al-Dzahabi.
f) Tahdzĭb al-Tahdzĭb karangan Ibn Hajar alAsqalani. (g) Taqrib al-Tahdzib
karangan Ibn Hajar alAsqalani. (h) Khulashah Tahdzib, karangan al-Kamal,

7
al-Shafi al-Din Ahmad ibn Allah al-Khazraji al-Anshari al-Sa'idi (w 924
H ).4

E. Al-Jami' As-Shagir Dan Cara Penggunaannya

Yang menyusun kitab ini adalah Al-Hafidz Al-Imam Jalaluddin Abdurrrahman


bin Abu Bakr Al-Mishri As-Suyuthi As-Syafi'i Al-Asy'ari (119 H) atau yg lebih dikenal
dengan Syeikh Jalaluddin As-Suyuthi. Kitab yg beliau susun, yg kita kenal dengan
Jami'us Shagir ini berjudul Lengkap Al-Jami' As-Shagir fi Ahadits Al-Basyir An-Nadzir
(Kumpulan Kecil tentang Hadits-hadits sang Pemberi Kabar Gembira dan Pemberi
Peringatan). Di dalam Muqaddimahnya, beliau menjelaskan bahwa disebut Shagir karna
kitab ini merupakan ringkasan dari karya besar beliau yg berjudul Jam'ul Jawami atau
Al-Jami' Al-Kabir, Hal ini bisa kita lihat dari jumlah jilid, Jumlah hadits, Detail
Keterangan Hadits dan lain lain.

Al-Jami' Al-Kabir jumlah jilidnya mencapai 25 jilid, sedangkan Al-Jami As-


Shagir hanya 1 jilid, Jumlah hadits dalam Al-Jami' Al-Kabir mencapai 100.000 hadits,
sedangkan dalam Al-Jami' As-Shagir hanya 10.000 hadits (lebih tepatnya 10.031 hadits).
Dalam Al-Jami' Al-Kabir, keterangan hadits di kitab yang meriwayatkannya lebih rinci,
sedangkan dalam Al-Jami' As-Shagir tidak.

Metode yang diterapkan as-Suyuthi dalam membawakan hadits di Jami’us


Shaghir:

a) Menyusun hadits berdasarkan urutan huruf hijaiyah pada awal hadits. Sehingga
memudahkan pembaca untuk menemukan hadits dalam waktu yg relatif cepat.
‫سهيال على لطالب‬
b) Tidak mencantumkan sanad hadis, bahkan nama sahabat-pun tidak beliau
sebutkan. ‫فتركت لط قِشر و أخذت لطلباب‬
c) Menggunakan Kode (‫ )لطرموز‬dalam penyebutan nama periwayat hadits sekaligus
kitabnya, pun demikian dalam penyebutan derajat hadits.

Dalam muqaddimahnya, As-Suyuthi menyebutkan kode huruf yg beliau


gunakan untuk nama kitab dan derajat hadits Yaitu:

4
Rahman, Andi. "Pengenalan Atas Takhrij Hadis." Riwayah 2.1 (2017): 146-161.
8
a) ‫ خد‬: Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam Kitabnya Al-Adab al-Mufrod
b) ‫سخ‬: Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam Kitabnya At-Tarikh
c) ‫حب‬: Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam Shahihnya
d) ‫خ‬: Diriwayatkan oleh Al-Bukhari
e) ‫م‬: Diriwayatkan oleh Muslim
f) ‫ق‬: Muttafaq 'Alaih
g) ‫د‬: Diriwayatkan oleh Abu Dawud
h) ‫ت‬: Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi
i) ‫ن‬: Diriwayatkan oleh An-Nasa'i
j) ‫ىه‬: Diriwayatkan oleh Ibnu Majah
k) ٤: Diriwayatkan oleh Abu Dawud, An-Nasa'i, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah
l) ٣: Diriwayatkan oleh Abu Dawud, An-Nasa'i dan At-Tirmidzi
m) ‫حم‬: Diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnadnya
n) ‫عم‬: oleh putranya (Abdullah) tentang tambahan-tambahannya
o) ‫ك‬: Diriwayatkan oleh Hakim
p) ‫طب‬: Diriwayatkan oleh Thabrani dalam Al-Kabir
q) ‫طس‬:Diriwayatkan oleh Thabrani dalam Al-Awsath
r) ‫طص‬: Diriwayatkan oleh Thabrani dalam As-Shagir
s) ‫ص‬: Diriwayatkan oleh Sa'id bin Manshur dalam Sunannya
t) ‫ش‬: Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah
u) ‫عب‬: Diriwayatkan oleh Abdurrozaq dalam Al-Jami'
v) ‫ع‬: Diriwayatkan oleh Abu Ya'la dalam Musnadnya
w) ‫قط‬: Diriwayatkan oleh ad-Daraquthni
x) ‫فر‬: Diriwayatkan oleh Ad-Dailami dalam Musnad Al-Firdaus
y) ‫حل‬: Diriwayatkan oleh Abu Nu'aim dalam Al-Hilyah
z) ‫هب‬: Diriwayatkan oleh al-Baihaqi dalam Syu'abul Iman
aa) ‫هق‬: Diriwayatkan oleh al-Baihaqi dalam As-Sunan
ab) ‫عد‬: Diriwayatkan oleh Ibnu 'Adi dalam Al-Kamil
ac) ‫عق‬: Diriwayatkan oleh 'Uqaili dalam ad-Dlu'afa
ad) ‫خط‬: Diriwayatkan oleh Al-Khatib

Kehadiran kitab dengan metode penyusunan seperti ini sangat dibutuhkan,


karena dengannya dapat memudahkan para pencari hadis dalam menemukan hadis-

9
hadis yang diinginkannya. Kitab Al-Jami’ al-Shagir menjadi salah satu kitab yang
sangat mudah diaplikasikan dalam mencari hadis, karena kitab ini disusun dengan
menggunakan pendekatan alfabetis. Sistimatika penulisannya mengidentifikasi dan
mengkategorisasi huruf awal yang terdapat pada lafaz awal dari matan hadis. Hanya
saja, kekurangan dari kitab ini ketika menyebutkan sumbernya tidak menyebutkan juz
ke berapa dari kitab sumber tersebut berada, di sini biasanya para pencari hadis
mengalami kesulitan, sehingga tetap membutuhkan kitab atau kamus yang lain untuk
menelusuri hadis tersebut. Di samping itu, penulis kitab ini juga menyebutkan
kualitas hadis yang termuat di dalamnya dengan menerangkan shahih, hasan dan
dla’ifnya sebuah hadis. Meskipun demikian, al-Sayuthi dinilai oleh sebagian kalangan
sebagai orang yang sangat longgar dan elastis dalam memberikan penilaian sebuah
hadis, ia tidak cukup teliti dan cermat dalam menilai hadis, sehingga hadits yang
menurut beliau shahih, menurut yg lainnya bisa jadi hasan bahkan dlo'if.

Contoh:

Hadits ke-2 dalam Al-Jami' As-Shagir

َ‫حازنت حم فْ أ ح فْتح قحا حُ فحَحقتو تُ تم حح مّدد قحا حُ َحِتو تُ قَِح أ ت قم فرتت أ ح فن حَ أ ح ففت ح ح‬
‫اب فلط حجّم قِ َح فو حم فلط قِاحا حم قِ فحَ ح فْت ح فْتق تَ فحاحِتو تُ فلطَ ق‬‫آسقي ِح ح‬
‫قأ ح حح دد قح فبلحَح‬

(َ‫)حم م( عْ أْس )ص‬

Dilihat dari kodenya, (‫ )حم‬menunjukkan hadits ini bisa dilihat di Musnad Ahmad
dan (‫ )م‬menunjukkan hadits ini bisa dilihat di Shahih Muslim, ‫ عْ أْس‬menunjukkan
hadits ini diriwayatkan oleh Anas, dan (َ‫ )ص‬menunjukkan bahwa derajat
hadits ini Shahih.

Jika kita membuka Musnad Ahmad, maka kita akan menemukan hadits tersebut
dengan rangkaian sanad sebagai berikut:

Anas bin Malik -> Tsabit -> Sulaiman -> Hasyim - > Imam Ahmad

Atau redaksi sanadnya sebagai berikut :

‫ْلم حم‬
‫علح فا قه حو ح‬ ‫صلمى م‬
‫لت ح‬ ‫ت حع فْ أحْ قحس ِ قفْ حماطقَد قحا حُ قحا حُ حَ ت‬
‫ْو تُ م‬
‫لق ح‬ ‫ْلح فا حّانت حع فْ َحا قِ د‬
‫ححدمَحّحا هحا قِ دم ححدمَحّحا ت‬

Dalam Shahih Muslim, maka kita pun akan menemukan hadits tersebut dengan
rangkaian sanad sebagai berikut:

10
‫>‪Anas bin Malik -> Tsabit -> Sulaiman bin Al Mughirah -> Hasyim bin Al Qasim -‬‬
‫‪'Amr An Naqid & Zuhair bin Hazb -> Imam Muslim‬‬

‫‪Redaksi sanadnya sebagai berikut:‬‬

‫ع فْ أحْ قحس ِ قفْ‬ ‫ع فْ َحا قِ د‬


‫ت ح‬ ‫ْلح فا حّانت ِفْت فلط تّ قِ ح‬
‫ارِق ح‬ ‫ب قح حاَ ححدمَحّحا هحا قِ تم ِفْت فلطِحا قْ قم ححدمَحّحا ت‬ ‫و ححدمَحّقي حع فّ درو لطّماققدت حو تز حها تفر ِفْت حح فر د‬
‫ْلم حم‬ ‫صلمى م‬
‫لت حعلح فا قه حو ح‬ ‫لق ح‬ ‫ْو تُ م‬ ‫‪ ...‬حماطقَد قحا حُ قحا حُ حَ ت‬

‫‪11‬‬
BAB III

SIMPULAN

Takhrij Hadits sebagai bagian dari ilmu hadits merupakan produk ulama
terdahulu adalah juga bagian dari khazanah intelektual dan keilmuan yang patut
dilestarikan dan dikembangkan. Mereka(para ulama terdahulu) telah melakukan
“ijtihad intelektual” dalam tradisi ilmu hadits sehingga takhrij hadits sebagai
bagian kecil dari ilmu tersebut ada di hadapan kita. Takhrij hadits merupakan
penelusuran atau pencarian hadits dari berbagai sumbernya yang asli dengan
mengemukakan matn serta sanadnya secara lengkap untuk kemudian diteliti
kualitas haditsnya. Karena dengan takhrij hadits telah banyak memberikan
manfaat dan faedah sebagaimana dijelaskan pada bagian awal makalah ini,
dengan metode takhrij, samudra hadits peninggalan Rasulullah SAW yang begitu
luas danbanyak dapat ditelusuri, dilacak dan diteliti dengan mudah oleh siapa saja yang
ingin mendapat hikmah dari butiran-butiran mutiara hadits.

Metode-metode takhrij hadits dengan kekurangan dan kelebihannya pada


masing-masing metode telah saling melengkapi antara metode yang satu dengan
yang lainnya dalam proses pelacakan dan penelusuran hadits. Akhir-akhir ini
telah banyak kajian ilmu agama islam yang mendapat “sentuhan-sentuhan tangan
teknologi” termasuk takhrij hadits. Para punggawa ilmu hadits generasi sekarang,
bekerja sama dengan para sicientis telah menciptakan dan mengembangkan
metodetakhrij hadits digital. Perangkat CD hadits atau software computer dapat
diakses oleh siapa saja yang ingin melakukan penelusuran dan penelitian hadits,
Dengan metode takhrij hadits digital akan lebih mempermudah lagi penelusuran dan
pelacakan hadits Nabi SAW.

Jami'us Shagir ini berjudul Lengkap Al-Jami' As-Shagir fi Ahadits Al-Basyir An-
Nadzir (Kumpulan Kecil tentang Hadits-hadits sang Pemberi Kabar Gembira dan
Pemberi Peringatan). Di dalam Muqaddimahnya, beliau menjelaskan bahwa disebut
Shagir karna kitab ini merupakan ringkasan dari karya besar beliau yg berjudul Jam'ul
Jawami atau Al-Jami' Al-Kabir.

Metode yang diterapkan as-Suyuthi dalam membawakan hadits di Jami’us


Shaghir: pertama, menyusun hadits berdasarkan urutan huruf hijaiyah pada awal hadits,

12
sehingga memudahkan pembaca untuk menemukan hadits dalam waktu yg relatif cepat.
kedua, Tidak mencantumkan sanad hadis, bahkan nama sahabat-pun tidak beliau
sebutkan. Ketiga, Menggunakan Kode (‫ )لطرموز‬dalam penyebutan nama periwayat hadits
sekaligus kitabnya, pun demikian dalam penyebutan derajat hadits.

13
DAFTAR PUSTAKA

Maktabah syamilah,

Abi Abdillah bin Ismail Bukhari, Shahih Bukhari. Damaskus Beirut:

Abu Dawud Sulaiman bin al-‘Asy’ats al-Sajastani, Sunan Abu Dawud. Bait al-
Afkari ad-Dawaniyyah

Rahman, Andi. "Pengenalan Atas Takhrij Hadis." Riwayah 2.1 (2017)

Qomarullah, M. (2016). Metode Takhrij Hadits Dalam Menakar Hadits Nabi. El-Ghiroh:
Jurnal Studi Keislaman, 11(2)

14

Anda mungkin juga menyukai