Anda di halaman 1dari 23

TAKHRIJUL HADITS

Makalah
Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah :
STUDI AL-QUR’AN DAN AL-HADITS

Dosen Pengampu :
DR. H. AKHMAD FAOZAN, Lc., M. Ag.
DISUSUN OLEH :

1. ARIF SATRIA SYAM NIM. 2120601001


2. LUTFIANA ROMADAN NIM. 2120601011
3. AGUNG PRIHATIN NIM. 2120601018
4. MOH. FAISAL AMIN NIM. 2120601025

MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PURWOKERTO
2021
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Takhrijul Hadits merupaan langah awal dalam kegiatan penelitian
Hadits. Pada masa awal penelitian hadits telah dilaukan oleh para ulama
salaf yang emudian hasilnya telah dikondifikasikan dalam berbagai buku
hadits. Mengetahui masalah takhrij, kaidah dan metodenya adalah sesuatu
yang sangat penting bagi yang mempelajari ilmu-ilmu syar’I, agar mampu
melacak suatu hadits sampai pada sumbernya.
Kebutuhan takhrij adalah perlu sekali, arena orang mempelajari ilmu
tida akan dapat membutikan (menguatkan) dengan suatu hadits atau tidak
dapat meriwayatkannya, kecuali setelah ulama-ulama yang telah
meriwayatkan hadits dalam kitabnya dengan dilengapi sanadnya, karena
itu masalah takhrij ini sangat dibutuhkan setiap orang yang membahas
atau menekuni ilmu-ilmu syar’I dan yang sehubungan dengannya.
Sehingga untuk lebih jelasnya tentang takhrijul hadits ini aan dibahas
dalam bab selanjutnya.
RUMUSAN MASALAH

 Ada 6 rumusan masalah seputar takhrijul hadits :


1. Apa pengertian dari takhrijul hadits ?
2. Bagaimana sejarah takhrijul hadits ?
3. Apa sebab-sebab pentingnya takhrijul hadits ?
4. Apa tujuan dan manfaat takhrijul hadits ?
5. Apa saja kitab yang digunakan untuk takhrijul hadits ?
6. Bagaimana cara atau metode penerapan takhrijul
hadits ?
TUJUAN
MEMPELAJARI TAHRIJUL HADITS

 Ada 6 tujuan mempelajari takhrijul hadits :


1. Mengetahui tentang definisi takhrijul hadits
2. Mengetahui sejarah takhrijul hadits
3. Mengetahui manfaat takhrijul hadits
4. Mengetahui tentang metode takhrijul hadits
5. Mengetahui kitab-kitab yang digunakan
dalam takhrijul hadits
6. Mengetahui contoh takhrijul hadits
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN TAKHRIJUL HADITS

 Takhrij (‫ــخــرج‬ ‫ ) تـــ‬adalah bentuk mashdar


dari (‫ــخـــرـيــجا‬
‫ يــــخــرج – تـــ‬- ‫ )خـــرج‬yang
secara bahasa berarti mengeluaran
sesuatu dari tempatnya.
 Atau dalam etimologi lain dari kata
kharraja yang berarti keluar, muncul
atau timbul
 Sedang pengertian takhrijul hadits menurut istilah ada beberapa
pengertian, di antaranya ialah :

1. Suatu keterangan bahwa hadits yang dinukilkan ke dalam kitab


susunannya itu terdapat dalam kitab lain yang telah disebutkan nama
penyusunnya. Misalnya, penyusun hadits mengakhiri penulisan
haditsnya dengan kata-kata akhrajahul Bukhari artinya bahwa hadits
yang dinukil itu terdapat dalam kitab Jami’us Shahih Bukhari. Bila ia
mengakhirinya dengan akhrajahul muslim berarti hadits tersebut
terdapat dalam itab Shahih Muslim.
2. Suatu usaha mencari derajat, sanad dan rawi hadits yang tida
diterangan oleh penyusun atau pengarang suatu kitab.
3. Mengemukakan hadits berdasarkan sumbernya atau berbagai sumber
dengan mengikut sertakan metode periwayatannya dan kualitas
haditsnya.
4. Mengemukakan letak asal hadits pada sumbernya yang asli secara
lengkap dengan mata rantai sanad masing-masing dan dijelasan
ualitas haditsnya yang bersangkutan.
 Dari sekian banyak pengertian takhrijul hadits
diatas, yang dimaksud takhrij dalam hubungannya
dengan kegiatan penelitian hadits lebih lanjut, maka
takhrij berarti : “penelusuran atau pencarian hadits
pada berbagai kitab-kitab koleksi hadits sebagai
sumber asli dari hadits yang bersangkutan, yang di
dalam sumber tersebut dikemukakan secara lengkap
matan dan mata rantai sanad yang bersangkutan.”
 Jadi hakikat dari takhrijul hadits adalah penelusuran
atau pencarian hadits sebagai sumbernya yang asli
yang didalamnya dikemukakan secara lengkap
matan dan sanadnya. Sehingga secara sederhana,
takhrijul hadits adalah usaha mempertemuan matan
hadits dengan sanadnya.
B. SEJARAH TAKHRIJUL HADITS

 Pada mulanya ilmu ini tidak begitu dibutuhkan. Karena


penguasaan para ulama terdahulu terhadap sumber-sumber
as-Sunnah begitu luas, sehingga mereka tidak merasa sulit
jika disebutkan suatu hadits untuk mengetahuinya dalam
kitab-kitab as-Sunnah. Namun ketika mereka mulai merasa
kesulitan untuk mengetahui sumber dari suatu hadits, dan
setelah berkembangnya karya-karya ulama dibidang fiqih,
tafsir, dan sejarah yang memuat hadits-hadits Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam dan terkadang tidak
menyebutan sumbernya, mereka terdorong untuk melaukan
takhtij terhadap karya-karya tersebut. Pada saat itu,
muncullah kitab-kitab takhrij yang pertama yaitu karya Al-
Khatib Al-Baghdadi (wafat 463).
 Muncullah apa yang dinamaan dengan “Kutub At-Takhrij” (buku-buku takhrij), yang
diantaranya sebagai berikut :
1. Takhrij Ahaadits Al-Muhadzdzabah; karya Muhammad bin Musa Al- Hazimi Asy-Syafi’I
(wafat 548 H). dan kitab Al-Muhadzdzab ini adalah kitab mengenai fiqih madzhab Asy-
Syafi’I karya Abu Ishaq Asy-Syafi’i.
2. Takhrij Ahaadits Al-Mukhtashar Al-Kabir li Ibni Al-Hajib; arya Muhammad bin Ahmad
Abdul Hadi Al-Maqdisi (wafat 744 H).
3. Nashbur-Rayah li Ahaadits Al-Hidayah li Al-Marghinani; karya Abdullah bin Yusuf Az-
Zaila’I (wafat 762 H).
4. Takhrij Ahaadits Al-Kasyaf li Az-Zamakhsyari; karya Al-Hafidh Az-Zaila’I juga. (Ibnu
Hajar juga menulis takhrij untuk kitab ini dengan judul Al-Kafi Asy-Syaafi fii Takhrij
Ahaadits Asy-Syaafi).
5. Al-Badrul Munir fii Takhrijil Ahaadits wal Atsar Al-Waqi’ah fisy-Syarhil Kabir li Ar-
Rafi’I; karya Umar bin Ali bin Mulaqqin (wafat 804 H).
6. Al-Mughni ‘an Hamlil Asfaar fil Asfaar fii Takhriji maa fil Ihyaa’ minal Akhbar; karya
Abdurrahman bin Al-Husain Al-‘Iraqi (wafat 806 H).
7. Takhrij Al-Ahaadits allati Yusyiiru ilaihat-Tirmidzi fii Kulli Baab; karya Al-Hafidh
Al-‘Iraqi juga.
8. At-Talkhiisul-Habiir fii Takhriji Ahaaditsi Syarh Al-Wajiz Al-abir li Ar-Rafi’I; karya
Ahmad bin Ali bin Hajar Al-‘Asqalani (wafat 852 H).
9. Ad-Dirayah fii Takhriji Ahaaditsil Hidayah; karya Al-Hafidh Ibnu Hajar juga.
10. Tuhfatur- Tawi fii Tahriji Ahaaditsil-Baidlawi; karya Abdurrauf Ali Al-Manawi (wafat
1031 H).
C. SEBAB-SEBAB PENTINGNYA
TAKHRIJUL HADITS

 Adapun sebab-sebab pentingnya Takhrijul hadits


adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui asal-usul riwayat hadits yang
akan diteliti.
2. Untuk mengetahui seluruh riwayat bagi hadits yang
akan diteliti
3. Untuk mengetahui ada atau tidaknya syahid dan
muttabi’ pada sanad yang diteliti
D. TUJUAN DAN MANFAAT TAKHRIJUL
HADITS
 Menurut Abdullah Al-Mahdi, menyebutkan tujuan dan manfaat takhrijul
hadits secara terpisah.
 Tujuan Takhrijul Hadits
1. Untuk mengetahui sumber dari suatu hadits.
2. Mengetahui kualitas dari suatu hadits, apakah data diterima (shahih atau
hasan) atau ditolak (dhaif)
 Manfaat Takhrijul Hadits
1. Memperkenalkan sumber-sumber hadits, kitab-kitab asal dari suatu
hadits beserta ulama yang meriwayatkannya.
2. Memperjelas keadaan sanad, sehingga dapat diketahui munqathi’ atau
lainnya.
3. Memperjelas perawi hadits yang samar karena adanya takhrij dapat
diketahui nama perawi yang sebenarnya secara lengkap.
4. Memperjelas perawi hadits yang tidak diketahui namanya melalui
perbandingan diantara sanad-sanad.
E. KITAB-KITAB YANG DIPERLUKAN
DALAM TAKHRIJUL HADITS
 Hidayatul bari ila tartibil Ahadisil Bukhari
Kitab ini disusun oleh Abdur Rahman Ambar Al-Misri At-TAhtawi, kitab ini
disusun untuk mencari hadits-hadits yang termuat dalam shahih Al-Bukhari yang
disusun berdasarkan urutan abjad arab. Namun hadits yang dikemukakan
secaraberulang dalam shahih Al-Bukhari tida dimuat berulang dalam kamus diatas
jadi perbedaan lafadz dalam matan hadits riwayat Al-Bukhari tida dapat dietahui
melalui kamus tersebut.
 Mu’jam Al-Fadzi wala Siyyama Al-Gariibu Minha atau Furis Litartibi Ahaditsi
Shahihi Muslim
Kitab tersebut merupakan satu juz yani juz ke-5 dari kitab Shahih Muslim yang
disunting oleh Muhammad Abdul Baqi, juz ke-5 ini adalah amus dari juz ke 1-4 yang
berisi :
1. Daftar urutan judul kitab, nomor hadits, dan juz yang memuatnya.
2. Daftar nama para sahabat Nabi yang meriwayatkan.
3. Daftar awal matan hadits dalam bentuk sabda yang tersusun menurut abjad serta
menerangkan nomor hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari,
 Miftahus Shahihain
Kitab ini disusun oleh Muhammad Syarif bin Mustafa Al-Tauqiah yang digunaan untuk
mencari hadits yang diriwayatkan oleh Muslim namun hadits yang dimuat dalam kitab
ini hanyalah sabda (qauliyah), hadits ini disusun menurut abjad dari lafadz matan hadits.
 Al-Buqyatu fi Tartibi Ahaditsi al-Hilyah
Kitab ini disusun oleh Sayyid Abdul Aziz bin Al-Sayyid Muhammad bin Sayyid Al-
Qammari, kitab hadits ini memuat dan menerangkan hadits-hadits yang tercantum
dalam kitab yang disusun oleh Abu Nuaim Al-asabuni (wafat 430 H) yang berjudul
Hilyatul Auliyai Wathabaqatul Asfiyai.
  Al-Jami’us Shagir
Kitab ini disusun oleh Imam Jalaludin Abdurrahman as-Suyuthi (wafat 91 H), itab amus
hadits ini memuat hadits yang terhimpun dalam kitab himpunan utipan hadits yang
disusun oleh As-Suyuthi juga yakni kitab Fam’ul Fawami’. Kitab ini disusun
berdasarkan urutan abjad lafadz matan hadits, dalam kitab ini juga menerangan nama
para sahabat Nabi yang meriwayatkan hadits yang bersangkutan dan nama Mukhrij-nya
(perawi hadits yang menghimpun hadits dalam kitabnya
 Al-Mu’jam Al-Mufahras li Alfadzil Hadits Nabawi
Kitab ini disusun oleh sebuah tim dari kalangan orientalis, yang aktif saat proses
penyusunan adalah Dr. Arnold Wensinc (wafat 939 M), kitab ini dimaksudkan untu
mencari hadits berdasaran petunjuk lafadz matan hadits, itab ini juga mampu
memberikan informasi kepada pencari matan dan sanad hadits selama sebagian dari
lafadz matan yang dicari telah diketahui
F. METODE TAKHRIJUL HADITS
Didalam melakukan takhrij, ada 5 (lima) metode yang dapat dijadian sebagai
pedoman yaitu :
1. Takhrij melalui lafadh pertama matan hadits.
Metode ini sangat tergantung pada lafadh peertama matan hadits. Hadits- hadits
dengan metode ini dikodifikasi berdasarkan lafadz pertamanya menurut urutan
huruf hijaiyyah, seperti hadits-hadits yang huruf pertama dan lafadz pertamanya alif,
ba’, ta’, dan seterusnya. Seorang mukharrij yang menggunaan ini haruslah terlebih
dahulu mengetahui secara pasti lafadz pertama dari hadits yang akan ditakhrij-nya,
setelah itu barulah dia melihat huruf pertamanya pada kitab-kitab takhrij yang
disusun berdasaran metode ini, dan huruf kedua, ketiga, dan seterusnya. Seperti
contoh jika kita mau men-takhrij hadits yang berbunyi :
‫ث َعنِّى َح ِد ْيثًا َوهُ َو يَ َرى أَنَّهُ َك ِذبٌ فَهُ َو أَ َح ُد ْال َكا ِذبِي َْن‬
َ ‫َم ْن َح َّد‬
Maka, langkah yang akan ditempuh dalam penerapan ini adalah menentuan urutan
huruf-huruf yang terdapat pada lafadz pertamanya, dan begitu juga lafadz-lafadz,
selanjutnya :
Lafadz pertama dari hadits diatas dimulai dengan huruf mim, maka dibuka kitab-
kitab hadits yang disusun berdasaran metode ini pada bab mim
Kemudian mencari huruf kedua setelah mim, yaitu nun.
Berikutnya mencari huruf selanjutnya, yaitu ha, da dan tsa. Dan demikianlah
seterusnya mencari huruf-huruf hijaiyyah pada lafadz-lafadz matan hadits tersebut.
2. Takhrij melalui kata-kata dalam matan hadits.
Metode ini adalah berdasarkan pada kata-kata yang terdapat dalam
matan hadits, baik berupa isim atau fi’il. Hadits-hadits yang
dicantumkan adalah berupa potongan atau bagian dari hadits, dan para
ulama yang meriwayatkan beserta nama kitab-kitab induk hadits yang
dikarang mereka, dicantuman di bawah potongan hadits-hadits tersebut.
Penggunaan metode ini akan lebih mudah manakala menitik beratkan
pencarian hadits berdasarkan lafadz-lafadznya yang asing dan jarang
penggunaannya. Umpamanya, pencarian hadits berikut :
 
‫ص َدقَةً ِم ْنغُلُ ْو ٍل‬
َ َ‫ َوال‬, ‫صالَةً ِمنْ َغ ْي ِر طَ ُه ْو ٍر‬
َ ‫إِنَّ هللاَ الَ يَ ْقبَ ُل‬
 
Dalam pencarian hadits diatas pada dasarnya dapat ditelusuri melalui
kata-kata Thahurin, Shadaqatan, dan Ghululin. Akan tetapi dari sekian
kata yang dapat dipergunakan, lebih dianjurkan untuk menggunakan
kata ghululin karena kata tersebut jarang adanya ketimbang kata-kata
yang lain dari hadits di atas. Hal ini disebabkan agar mudah di dalam
mencari sumber hadits tersebut dari mana asalnya
3. Takhrij melalui perawi hadits pertama
Metode ini berlandasan pada perowi pertama suatu hadits,
bak perawi tersebut dari kalangan sahabat, bila sanadnya
muttashil sampai kepada Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam, atau dari kalangan Tabi’in, apabila hadits
tersebut mursal. Para penyusun kitaab-kitab takhrij dengan
metode ini mencantumkan hadits-hadits yang diriwayatkan
oleh para perawi pertama tersebut. Oleh karenanya,sebagai
langkah pertama dalam metode ini adalah mengenal para
perawi pertama dari setiap hadits yang hendak di takhrij,
dalam kitab-kitab itu, dan selanjutnya mencari hadits
dimaksud diantara hadits-hadits yang tertera dibawah
nama perawi pertama tersebut
Kitab-kitab yang disusun berdasarkan metode ini adalah
kitab-kitab al-Athraf dan kitab-kitab Musnad.
 Kitab al-Athraf adalah kitab yang menghimpun hadis-hadis yang
diriwayatkan oleh setiap sahabat. Penyusunnya hanya menyebutkan
beberapa kata atau pengertian dari matan hadis, yang dengannya
dapat dipahami hadis dimaksud. Sementara dari segi sanad, seluruh
sanad-sanadnya dikumpulkan. Di antara kitab-kitab al-Athraf ini
adalah: Athraf al-Shahihain, karangan Imam Abu Mas’ud Ibrahim
al-Dimasyqi (w.400 H), Athraf al-Kutub al-Sittah, karangan Syams
al-Din al-Maqdisi (w. 507 H), dan lainnya.
 Adapun kitab Musnad adalah kitab yang disusun berdasarkan
perawi teratas, yaitu sahabat, dan memuat hadis-hadis setiap
sahabat. Kitab ini menyebutkan seorang sahabat dan di bawah
namanya itu dicantumkan hadis-hadis yang diriwayatkan dari Nabi
saw beserta pendapat dan tafsirannya. Suatu kitab musnad tidaklah
memuat keseluruhan sahabat, ada diantaranya yang memuat sahabat
dalam jumlah besar dan ada yang memuat sahabat-sahabat yang
memiliki kesamaan dalam hal-hal tertentu, seperti musnad sahabat
yang sedikit riwayatnya, atau musnad sepuluh sahabat yang di
jamin masuk syurga, atau bahkan ada musnad yang memuat hadis-
4. Takhrij berdasarkan tema hadits.
Metode ini berdasarkan pada tema dari suatu hadits. Oleh karena
itu, untuk melakukan takhrij dengan metode ini, perlu terlebih
dahulu disimpulkan tema dari suatu hadits yang akan di-takhrij,
dan kemudian baru mencarinya melalui tema tersebut pada
kitab-kitab yang disusun menggunakan metode ini. Seringkali
suatu hadits memiliki lebih dari satu tema. Dalam kasus
demikian seorang mukharrij harus mencarinya pada tema-tema
yang mungkin di kandung oleh hadits tersebut.
 Diantara karya tulis yang disusun berdasarkan metode ini
adalah :
1. Kanz al-Ummal fi Sunan al-Aqwal wa al-Af’al karangan al-
Muttaqi al-Hindi.
2. Miftah Kunuz al-Sunnah oleh A.J Wensink.
3. Nashb al-Rayah fi Takhrij Ahadis al-Hidayah oleh al-Zayla’i.
5. Takhrij berdasarkan status hadits
Metode ini memperkenalkan suatu upaya baru yang telah
dilakukan para ulama hadits dalam menyusun hadits-
hadits, yaitu penghimpunan hadits berdasarkan statusnya.
Karya-karya tersebut sangat membantu sekali dalam proses
pencarian hadits berdasarkan statusnya, seperti Hadits-
hadits Qudsi, Hadits masyhur, Hadits Mursal, dan lainnya.
Seorang peneliti hadits, dengan membuka kitab-kitab seperti
diatas, dia telah melakukan takhrij al-Hadits.
Kitab-kitab yang disusun berdasarkan metode ini adalah:
1. Al-Azhar al-Mutanatsirah fi al-Akhbar al-
Mutawatirahkarangan al-Suyuthi.
2. Al-Ittihafat al-Sanariyyat fi al-Ahadis al-Qudsiyyah
karangan al-Madani.
3. Al-Marasil oleh Abu Dawud, dan kitab-kitab sejenis
lainnya.
BAB III
PENUTUP

 KESIMPULAN
Setelah memperhatikan isi dalam pembahasan di atas, maka dapat penulis
tarik kesimpulan sebagai berikut :
Takhrij hadits adalah penelusuran atau pencarian hadits sebagai sumbernya
yang asli yang didalamnya dikemukakan secara lengkap matan dan
sanadnya. Secara sederhananya, takhrij hadits adalah usaha mempertemukan
matan hadits dengan sanadnya.
Adapun sebab-sebab pentingnya Takhrijul hadits adalah untuk mengetahui
asal- usul riwayat hadits yang akan diteliti, untuk mengetahui seluruh
riwayat bagi hadits yang akan diteliti dan untuk mengetahui ada atau
tidaknya syahid dan muttabi’ pada sanad yang diteliti.
Tujuan takhrij hadits adalah untuk mengetahui sumber dari suatu hadits dan
untuk mengetahui kualitas dari suatu hadits, apakah data diterima (shahih
atau hasan) atau ditolak (dhaif).
 Manfaat takhrijul hadits :
1. Memperkenalkan sumber-sumber hadits, kitab-kitab asal dari suatu
hadits beserta ulama’ yang meriwayatkannya.
2. Memperjelas keadaan sanad, sehingga dapat diketahui munqathi’ atau
lainnya.
3. Memperjelas perawi hadits yang samar kaena adanya takhrij, dapat
diketahui nama perawi yang sebenarnya secara lengkap.
4. Memperjelas perawi hadits yang tidak diketahui namanya melalui
perbandingan diantara sanad-sanad.
Kitab yang digunakan untuk mengtakhrij hadist adalah Hidayatul bari ila
tartibi Ahadisil Bukhari, Mu’jam Al-Fadzi wala Siyyama Al- Gariibu
Minha atau Furis Litartibi Ahaditsi Shahihi Muslim, Miftahus Sahihain,
Al- Bugyatu fi Tartibi Ahaditsi Al- Hilyah, Al-Jami’us ShagirAl-Mu’jam,
dan Al- Mufahras li Alfadzil Hadis Nabawi.
Metode penerapan takhrij hadits adalah: takhrij melalui lafadh pertama
matan hadits, takhrij melalui kata-kata dalam matan hadits,takhrij melalui
perawi hadits pertama, takhrij berdasarkan tema hadits, dan takhrij
berdasarkan status hadits
ALHAMDULILLAH

SELESAI

Anda mungkin juga menyukai