Anda di halaman 1dari 12

TAKHRIJ HADIST

OLEH BANGKIT MUHAMMAD NAJIB A.R 126211203075


Pengertian takhrij hadist

 Secara etimologi kata “Takhrij” berasal dari kata : ‫روجا‬0‫خرج خ‬00‫رج ي‬0‫ خ‬mendapat tambahan tasydid/syiddah pada
ra’ (ain fi’il) menjadi : ‫خريجا‬000‫خرج ت‬00‫رج ي‬0‫ خ‬yang berarti menampakkan, mengeluarkan, menerbitkan,
menyebutkan dan menumbuhkan.
 Menurut terminologi ada beberapa definisi takhrij yang dikemukakan oleh para ulama
1. Meyebutkan beberapa hadist dengan sanadnya.
2. Menyebutkan sanad-sanad lain beberapa hadist yang terdapat dalam sebuah kitab. penyebutan beberapa sanad
tersebut dalam suatu bab memperkuat posisi sanad dan menambah ragam dalam matan.
Objek takhrij hadist

 Ada dua objek dalam takhrij al-hadist, yaitu


1.Penelitian tentang matan
2.Penelitian tentang sanad
penelitian matan, biasanya menurut para pakar hadist disebut study internal hadist (dakhili). Sementara itu studi
kedua, yaitu penelitian sanad disebut studi eksternal hadist (khariji).
Tujuan takhrij hadist

Tujuan pokok dari takhrij yang ingin dicapai seorang peneliti adalah sebagai berikut :

1. Mengatahui eksistensi suatu hadist apakah benar suatu hadist yang ingin diteliti terdapat dalam buku-buku
hadist atau tidak.

2. Mengatahui sumber otentik suatu hadist dari buku hadist apa saja yang didapatkan.

3. Mengatahui ada berapa tempat hadist tersebut dengan sanad yang berbeda didalam sebuah buku hadist atau
dalam beberapa buku induk hadist.
4. Mengatahui kualitas hadist (maqbul/diterima atau mardud/tertolak)
Faedah dan manfaat takhrij hadist

 Faedah dan mamfaat takhrij adalah sebagai berikut:


1. Mengatahui refrensi beberapa buku hadist. Dengan takhrij, seseorang dapat mengatahui siapa perawi suatu
hadist yang diteliti dan didalam kitab hadist apa saja hadist tersebut didapatkan.
2. Menghimpun sejumlah sanad hadist. Dengan takhrij, seseorang dapat menemukan sebuah hadist yang akan
diteliti disebuah atau dibeberapa buku induk hadist. Misalnya terkadang dibeberapa tempat didalam kitab Al-
Bukhori saja, atau didalam kitab-kitab lain. Dengan demikian dia akan menghimpun sejumlah sanad.
3. Mengetahui keadaan sanad yang bersambung (muttashil) dan yang terputus (munqathi’), dan mengatahui
kadar kemampuan perawi dalam mengingat hadist serta kejujuran dalam periwayatannya.
4. Mengetahui status suatu hadist. Terkadang ditemukan sanad suatu hadist dha’if, tetapi melalui sanad lain
hukumnya shahih.
5. Meningkatkan suatu hadist yang dha’if menjadi hasan li ghayrihi karena adanya dukungan sanad lain yang
seimbang atau lebih tinggi kualitasnya. Atau meningkatkannya hadist hasan menjadi shahih li ghayrihi dengan
ditemukannya sanad lain yang seimbang atau lebih tinggi kualitasnya.

6. Mengathui bagaimana para imam hadist menilai kualitas suatu hadist dan bagaimana kritikan yang
disampaikan.

7. Seseorang yang melakukan takhrij dapat menghimpun beberapa sanad dan matan suatu hadist.
Metode Takhrij hadist

1. Takhrij dengan Kata (Bi Al-Lafzhi)


 Pada metode takhrij pertama ini, penelusuran hadist melalui kata/lafal matan hadist, baik dari permulaan,
pertengahan, dan atau akhiran. Kamus yang diperlukan metode takhrij ini salah satunya yang paling mudah
adalah kamus Al-Mu’jam Al-Mufahras li Alfash Al-Hadist An-Nabawi.

2. Takhrij dengan Tema (Bi Al-Mawdhu’)


 Arti takhrij yang kedua ini adalah penelusuran hadist yang didasarkan pada topik, misalnya bab Al-Khatam,
Al-Ghusl, Adh-Dhahiyah, dan lain-lain. Seorang peneliti hendaknya sudah mengetahui topik suatu hadist
kemudian ditelusuri melalui kamus hadist tematik. Salah satu kamus tematik adalah Miftah min Kunuz As-
Sunnah oleh Dr. Fuad Abdul Baqi.

3. Takhrij dengan Permulaan Matan (Bi Awwal Al-Matan)


 Takhrij menggunakan permulaan matan dari segi hurufnya, misalnya awal suatu matan dimulai dengan
huruf mim maka dicari pada bab mim, jika diawali dengan huruf ba maka dicari pada bab ba, dan seterusnya.
Takhrij seperti ini diantaranya dengan menggunkan kitab Al-Jami’ Ash-Shaghir atau Al-Jamik Al-Kabir,
4. Takhrij Melalui Perawi yang Paling Atas (Bi Ar-Rawi Al-A’la)
 Takhrij ini menelusuri hadist melalui perawi yang paling atas dalam sanad, yaitu dikalangan shabat
(muttashil isnad) atau tabi’in (dalam hadist mursal). Artinya peneliti harus mengatahui terlebih dahulu siapa
sanad-nya dikalangan sahabat atau tabi’in. Diantara kitab yang digunakan dalam metode ini adalah kitab
musnad atau Al-Atraf, seperti musnad Ahmad bin Hambal, Tuhfat Al-Asyraf bi Ma’rifat Al-Athraf karya Al-
Mizzi, dan lain-lain.

5. Takhrij dengan Sifat (Bi Ash-Shifah)


 Telah banyak disebutkan sebagaimana pembahasan diatas tentang metode takhrij. Seseorang dapat memilih
metode mana yang tepat untuk ditentukannya sesuai sesuai dengan kondisi orang tersebut.
 Contoh Praktek Takhrij hadist.docx
Kitab hasil penelitian takhrij hadist

A. Kitab-kitab Hasil Takhrij


 Takhrij al-hadist dari berbagai kitab hingga saat ini telah banyak dilakukan, baik dari kitab tafsir, fiqh, akhlak,
tasawuf, tauhed maupun sejarah.

1. Takhrij Ahadist Al-Kasysyaf karya Jamaluddin Muhammad bin Abdillah Al-Hanafi (w. 762 H). sementara itu,
Al-Kasysyaf adalah kitab tafsir yang ditulis oleh Al-Zamakhsyri.

2. Al-Fath Al-Samawi bi Takhrij Ahadist Al-Baidhawi karya Abdurrahman Al-Manawi (w. 1031 H)

3. Al-Turuq wa Al-Wasa’il fi Ma’rifah Khulashah Al-Dalail karya Ahmad bin Ustman Al-Turkumani (w. 747 H).
kitab Khulashah tersebut merupakan syarah dari Mukhtasyar Al-Qaduri, kitab penting dalam madzhab Hanafi.

4. Takhrij Ahadist Al-Hidayah karya Muhammad bin Abdillah (w. 775 H). kitab ini di-takhrij oleh Abdullah bin
Yusuf Al-Zaila’i (w. 727 H). kitab Al-Hidayah adalah kitab yang terkenal dalam mazhab Hanafi.
5. Khulashah Al-Badar Al-Munir fi Takhrij Ahadist Al-Syarah Al-Kabir li Al-Wajiz karya Sirajuddin bin Umar
bin Ali Al-Anshari yang terkenal dengan nama Ibnu Al-Mulaqqin (w. 808 H).

6. Takhrij Ahadist Al-Minhaj karya Sirajuddin bin Umar bin Ali Al-Anshari (Ibnu Al-Mulaqqin). Ia ulamak besar
bermazhab Syafi’e yang ahli dalam bidang hadist, fiqh, dan tarikh al-rijal.

7. Takhlish Al-Habir karya Al-Hafidzh bin Hajar Al-Asqalani. Kitab ini merupakan ringkasan dari kitab Al-Badr
Al-Munir yang ditulis oleh Ibnu Al-Mulaqqin dan dicetak bersama Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzdzab.
8. Al-Mugni’am Haml Al-Asfar fi Takhrij ma fi Al-Ihya’ min Al-Akbhar karya Al-Hafidz Abdurrahman bin
Husain Al-Iraqi (w. 806 H).
TERIMA KASIH ATAS ............waktuyang telah
diluangakan untuk menyimak presentasi saya

Anda mungkin juga menyukai