Sedangkan yang dimaksud “sumber-sumber hadits yang asli” adalah kitab-kitab hadits
yang menghimpun hadits-hadits Nabi saw. yang diperoleh oleh penulis kitab tersebut
dari para gurunya, lengkap dengan sanad-nya, sampai kepada Nabi saw. Kitab-kitab
tersebut seperti Al Kutub As Sittah, Muwatha’ Imam Malik, Musnad Imam Ahmad,
Mustadrok Al Hakim.
Metode Takhrij
Dalam takhrij terdapat beberapa macam metode yang diringkas dengan mengambil
pokok-pokoknya sebagai berikut :
Metode Pertama, takhrij dengan cara mengetahui perawi hadits dari shahabat
Metode ini dikhususkan jika kita mengetahui nama shahabat yang meriwayatkan hadits,
lalu kita mencari bantuan dari tiga macam karya hadits :
Kitab-kitab yang berisi tentang hadits-hadits yang dikenal oleh orang banyak,
misalnya : Ad-Durarul-Muntatsirah fil-Ahaaditsil-Musytaharah karya As-Suyuthi; Al-
Laali Al-Mantsuurah fil-Ahaaditsl-Masyhurah karya Ibnu Hajar; Al-Maqashidul-
Hasanah fii Bayaani Katsiirin minal-Ahaaditsil-Musytahirah 'alal-Alsinah karya As-
Sakhawi; Tamyiizuth-Thayyibminal-Khabits fiimaa Yaduru 'ala Alsinatin-Naas minal-
Hadiits karya Ibnu Ad-Dabi' Asy-Syaibani; Kasyful-Khafa wa Muziilul-Ilbas 'amma
Isytahara minal-Ahaadits 'ala Alsinatin-Naas karya Al-'Ajluni.
Kitab-kitab hadits yang disusun berdasarkan urutan huruf kamus, misalnya : Al-
Jami'ush-Shaghiir minal-Ahaaditsil-Basyir An-Nadzir karya As-Suyuthi.
Petunjuk-petunjuk dan indeks yang disusun para ulama untuk kitab-kitab tertentu,
misalnya : Miftah Ash-Shahihain karya At-Tauqadi; Miftah At-Tartiibi li Ahaaditsi
Tarikh Al-Khathib karya Sayyid Ahmad Al-Ghumari; Al-Bughiyyah fii Tartibi
Ahaaditsi Shahih Muslim karya Muhammad Fuad Abdul-Baqi; Miftah Muwaththa'
Malik karya Muhammad Fuad Abdul-Baqi.
Metode Ketiga, takhrij dengan cara mengetahui kata yang jarang penggunaannya
oleh orang dari bagian mana saja dari matan hadits
Metode ini dapat dibantu dengan kitab Al-Mu'jam Al-Mufahras li Alfaadzil-Hadits An-
Nabawi, berisi sembilan kitab yang paling terkenal diantara kitab-kitab hadits, yaitu :
Kutubus-Sittah, Muwaththa' Imam Malik, Musnad Ahmad, dan Musnad Ad-Darimi. Kitab ini
disusun oleh seorang orientalis, yaitu Dr. Vensink (meninggal 1939 M), seorang guru
bahasa Arab di Universitas Leiden Belanda; dan ikut dalam menyebarkan dan
mengedarkannya kitab ini adalah Muhammad Fuad Abdul-Baqi.
Metode Keempat, takhrij dengan cara mengetahui tema pembahasan hadits
Jika telah diketahui tema dan objek pembahasan hadits, maka bisa dibantu dalam takhrij-
nya dengan karya-karya hadits yang disusun berdasarkan bab-bab dan judul-judul. Cara
ini banyak dibantu dengan kitab Miftah Kunuz As-Sunnah yang berisi daftar isi hadits yang
disusun berdasarkan judul-judul pembahasan. Kitab ini disusun oleh seorang orientalis
berkebangsaan Belanda yang bernama Dr. Arinjan Vensink juga. Kitab ini mencakup
daftar isi untuk 14 kitab hadits yang terkenal, yaitu :
Shahih Bukhari
Shahih Muslim
Sunan Abu Dawud
Jami' At-Tirmidzi
Sunan An-Nasa'i
Sunan Ibnu Majah
Muwaththa' Malik
Musnad Ahmad
Musnad Abu Dawud Ath-Thayalisi
Sunan Ad-Darimi
Musnad Zaid bin 'Ali
Sirah Ibnu Hisyam
Maghazi Al-Waqidi
Thabaqat Ibnu Sa'ad
Selain itu, sekarang juga bisa menggunakan metode digital untuk mentakhrij hadits.
Program ini memuat seluruh hadis yang terdapat dalam 9 kitab hadis (al-kutub al-tis’ah) yaitu:
Sahih al-Bukhari, Sahih Muslim, Sunan Abi Dawud, Sunan al-Tirmizi, Sunan al-Nasa’i, Sunan
ibn Majah, Musnad Ahman ibn Hanbal, Muwatta’ Malik dan Sunan al-Darimi lengkap dengan
sanad dan matannya. Di samping itu, program ini juga mengandung data-data tentang
biografi, daftar guru dan murid, al-jarh wa al-ta’dil, dan semua periwayat hadis yang ada di
dalam al-kutub al-tis’ah. Program ini juga dapat menampilkan skema sanad , baik satu jalur
maupun semua jalur periwayatannya.
Secara umum, penelitian hadis yang bisa dilakukan melalui CD program tersebut mencakup
lima aspek, yaitu:
1. Takhrij al-hadis (pelacakan hadis pada 9 kitab hadis lengkap dengan sanad dan
matannya.
2. I’tibar al-Sanad, yaitu pembeberan seluruh jalur sanad pada sebuah hadis atau
berita dengan maksud untuk mengetahui sejauh mana tingkat hadis tersebut ditinjau
dari aspek kualitas rawinya.
3. Naqd al-sanad, yaitu kiritik sanad atau tinjauan aspek kualitas dan persambungan
(ittisal) mata rantai sanad yang dimiliki oleh suatu hadis, guna mengetahui sisi
kualitas hadis dilihat dari aspek wurud al-hadis.
4. Naqd al-matan, yaitu kritik matan atau tinjauan redaksional maupun substansial dari
sebuah berita atau hadis yang telah diketahui secara pasti orisinalitas dan
otentisitas hadis tersebut dalam tinjauan sanad.
5. Natijah, yaitu kesimpulan akhir dari sebuah penelitian tentang hadis tertentu baik
nilai sanad maupun nilai matannya.
Berikut langkah-langkah praktis dalam penelitian Hadist meliputi penelitian sanad dan
penelitian matan.
1. Penelitian Sanad Dan Rawi Hadist.
a. Meneliti sanad dan Rawi adalah takhrij.
b. I’tibar yaitu menyertakan sanad-sanad yang lain untuk suatu hadist tertentu, dan
hadist tersebut pada bagian sanadnya tampak hanya terdapat rawi saja, dan
dengan menyertakan sanad-sanad yang lain tersebut akan dapat diketahui apakah
ada rawi yang lain atau tidak untuk bagian sanad dari sanad yang dimaksud.
Langkah ini tidak dapat ditinggal sama sekali, mengingat sebelum melakukan
penelitian terhadap karakteristik terhadap setiap rawi, perlu diketahui lebih duhulu
rangkaian para rawi yang terlibat dalam periwayatan hadist yang bersangkutan.
c. Meneliti nama para rawi yang tercantum dalam skema sanad (penelitian asma Ar-
ruwat). Langkah ini dilakukan dengan mencari nama, nisbat, kunyah, dan laqob
setiap rawi dalam kitab-kitab rijalul hadist, seperti kitab Tahdzib At-Tahdzib.
murid) dan al-mawalid wa al- wafayat (tahun kelahiran dan kematian). Dengan
e. Meneliti Jarh wa Ta’dil untuk mengetahui karakteristik rawi yang bersangkutan, baik
dari segi aspek moral maupun aspek intelektualnya (keadilan dan kedhobitannya).
2. Penelitian Matan.
matan untuk mengetahui kemungkinan adanya illat dan syudzudz padanya. Langkah
ini dapat dikatakan sebagai langkah yang paling berat dalam penelitian suatu hadist,
baik teknik pelaksanaannya maupun aspek tanggung jawabnya. Hal itu karena
kebanyakan pengalaman suatu hadist justru lebih bergantung pada hasil analisis
matannya daripada penelitian sanad. Langkah ini memerlukan wawasan yang luas dan
mendalam, untuk itu seorang peneliti dituntut untuk menguasai bahasa arab dengan
baik, menguasai kaidah-kaidah yang berkaitan dengan tema matan hadist, memahami
isi al-Qur’an, baik tekstual maupun kontekstual, memahami prinsip-prinsip ajaran
penelitian hadis yaitu melalui penelitian sanad dan rowi hadits serta penelitian matan
hadits.
takhrij hadist ini. Adapun kitab-kitab tersebut antara lain sebagai berikut;
Penyusun kitab ini adalah Abdur Rohman Ambar Al-Misri At-Tahtawi. Kitab ini disusun
khusus untuk mencari hadist-hadist yang termuat dalam Sokhikh Bukhori. Lafadz
hadist disusun menurut aturan huruf abjad arab, namun hadist-hadist yang
dikemukakan secara berulang dalam Sokhikh Bukhori tidak dimuat secara berulang
dalam kamus di atas. Dengan demikian perbedaan lafadz dalam matan hadist riwayat
2. Mu’jam Al-Fadzi Wala Siyyama Al-Garibu Minha Atau Fahras Litartibi Ahadisti
Sokhikh Muslim.
Kitab tersebut merupakan salah satu juz ke-5 dari kitab Shohih Muslim yang
disunting oleh Muhammad Abdul Baqi. Juz ke 5 ini merupakan kamus terhadap juz ke
a. Daftar urutan judul kitab, nomor hadist, dan juz yang memuatnya.
b. Daftar nama para sahabat Nabi yang meriwayatkan hadist yang termuat dalam
Shohih Muslim.
c. Daftar awal matan hadist dalam bentuk sabda yang tersusun menurut abjad serta
3. Miftahus Shokhihain.
Kitab ini disusun oleh Muhammad Syarif bin Mustofa Al- Tauqiyah. Kitab ini dapat
digunakan untuk mencari hadist-hadist yang diriwayatkan oleh Muslim, akan tetapi
hadist-hadist yang dimuat dalam kitab ini hanyalah hadist-hadist yang berupa sabda
saja. Hadist tersebut disusun menurut abjad dari awal lafadz matan hadist.
Kitab ini disusun oleh Sayyid Abdul Aziz bin Al-Sayyid Muhammad bin Sayyid
Siddiq Al-Qomari. Kitab hadist tersebut memuat dan menerangkan hadist-hadist yang
tercantum dalam kitab yang disusun oleh Abu Nuaim Al-Asbuni (W.340 H) yang
berjudul Hilyatul Auliyai wathabaqotul Asfiyani. Sejenis dengan kitab tersebut adalah
kitab Miftahut Tartibi li Ahadisti Tarikhil Khotib yang disusun oleh Sayyid Ahmad bin
Sayyid Muhammad bin Sayyid As-Shiddiq Al-Qomari yang memuat dan menerangkan
hadist-hadist yang tercantum dalam kitab sejarah yang disusun oleh Abu Bakar bin Ali
bin Subit bin Ahmad Al-Baghdadi yang dikenal dengan Al-Khotib Al-Bagdadi (w 436
H). Kitabnya diberi judul Tarikhu Baghdadi yang terdiri dari 4 jilid.
5. Al-Jamius Shogir.
Kitab ini disusun oleh Imam Jalaludin Abdurrohman As-Suyuthi (w.91 H). Kitab
kamus hadist ini memuat hadist-hadist yang terhimpun dalam kitab himpunan hadist
yang disusun oleh As-Suyuthi juga, yakni Jam’ul jawami. Hadist yang dimuat dalam
kitab Jami’us Shogir disusun berdasarkan urutan abjad dari awal lafadz matan hadist.
Sebagian dari hadist–hadist itu ada yang ditulis secara lengkap dan ada pula yang
ditulis sebagian saja, namun telah mengandung pengertian yang cukup. Kitab hadist
tersebut juga menerangkan nama-nama sahabat Nabi yang meriwayatkan hadist yang
hadist dalam kitabnya), selain itu hampir setiap hadist yang dikutip dijelaskan
Penyusun kitab ini adalah sebuah tim dari kalangan orientalis. Diantara anggota
tim yang paling aktif dalam kegiatan proses penyusunan adalah Dr.Arnold John
Wensink (w.939 M), seorang profesor bahasa semit, ternasuk bahasa Arab di
Universitas Leiden, Belanda. Kitab ini dimaksudkan untuk mencari hadist yang
berdasarkan petunjuk lafadz matan hadist. Berbagai lafadz yang disajikan tidak
dibatasi hanya lafadz-lafadz yang berada di tengah dan bagian-bagian lain dari matan
hadist. Dengan demikian, kitab Mu’jam mampu memberikan informasi kepada pencari
matan dan sanad hadist selama sebagian dari lafadz matan yang dicarinya itu telah
diketahuinya. Kitab Mu’jam ini terdiri dari tujuh juz dan dapat digunakan untuk mencari
hadist-hadist yang terdapat dalam sembilan kitab hadist, yakni Shohih Bukhori, Shohih
Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan Turmudzi, Sunan An-Nasa’i, Sunan, Ibnu Majah,
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa diantaranya ada 6 kitab yang
diperlukan ketika melakukan takhrij hadits yaitu Hidayatul bari ila tartibi Ahadisil Bukhori,
Mu’jam Al-Fadzi wala Siyyama Al-Garibu Minha atau Fahras litartibi Ahadisti Sokhikh
Muslim, Miftahus Shokhihain, Al-Bughyatu fi Tartibi Ahadisti Al- Hiyah Al-Jamius Shogir,