Anda di halaman 1dari 8

Tugas Mandiri

1. Baca kembali materi pembelajaran tentang Konsep Takhrij Hadis


2. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut !

1. Jelaskan tentang definisi takhrij!


Jawaban :

Takhrij adalah mengembalikan (menelusuri kembali ke asalnya) hadits-hadits yang


terdapat di dalam berbagai kitab yang tidak memakai sanad kepada kitab-kitab
musnad, baik disertai dengan pembicaraan tentang status hadits-hadits tersebut dari
segi sahih atau dha’if, ditolak atau diterima, dan penjelasan tentang kemungkinan illat
yang ada padanya, atau hanya sekedar mengembalikannya kepada kitab-kitab asal
(sumber)-nya.

Sedangkan yang dimaksud “sumber-sumber hadits yang asli” adalah kitab-kitab hadits
yang menghimpun hadits-hadits Nabi saw. yang diperoleh oleh penulis kitab tersebut
dari para gurunya, lengkap dengan sanad-nya, sampai kepada Nabi saw. Kitab-kitab
tersebut seperti Al Kutub As Sittah, Muwatha’ Imam Malik, Musnad Imam Ahmad,
Mustadrok Al Hakim.

2. Bagaimana sejarah takhrij hadis?


Jawaban :
Penguasaan para ulama terdahulu terhadap sumber-sumber As-Sunnah begitu luas,
sehingga mereka tidakmerasa sulit jika disebutkan suatu hadits untuk mengetahuinya
dalam kitab-kitab As-Sunnah. Ketika semangat belajar sudah melemah, mereka kesulitan
untuk mengetahui tempat-tempat hadits yang dijadikan sebagai rujukan para ulama dalam
ilmu-ilmu syar'i. Maka sebagian dari ulama bangkit dan memperlihatkan hadits-hadits
yang ada pada sebagian kitab dan menjelaskan sumbernya dari kitab-kitab As-Sunnah
yang asli, menjelaskan metodenya, dan menerangkan hukumnya dari yang shahih atas
yang dla'if. Lalu muncullah apa yang dinamakan dengan "Kutub At-Takhrij" (buku-buku
takhrij), yang diantaranya adalah :

 Takhrij Ahaadits Al-Muhadzdzab; karya Muhammad bin Musa Al-Hazimi Asy-Syafi'I


(wafat 548 H). Dan kitab Al-Muhadzdzab ini adalah kitab mengenai fiqih madzhab Asy-
Syafi'I karya Abu Ishaq Asy-Syairazi.
 Takhrij Ahaadits Al-Mukhtashar Al-Kabir li Ibni Al-Hajib; karya Muhammad bin Ahmad
Abdul-Hadi Al-Maqdisi (wafat 744 H).
 Nashbur-Rayah li Ahaadits Al-Hidyah li Al-Marghinani; karya Abdullah bin Yusuf Az-
Zaila'I (wafat 762 H).
 Takhrij Ahaadits Al-Kasyaf li Az-Zamakhsyari; karya Al-Hafidh Az-Zaila'I juga. [Ibnu
Hajar juga menulis takhrij untuk kitab ini dengan judul Al-Kafi Asy-Syaafi fii Takhrij
Ahaadits Asy-Syaafi ]
 Al-Badrul-Munir fii Takhrijil-Ahaadits wal-Atsar Al-Waqi'ah fisy-Syarhil-Kabir li Ar-Rafi'I;
karya Umar bin 'Ali bin Mulaqqin (wafat 804 H).
 Al-Mughni 'an Hamlil-Asfaar fil-Asfaar fii Takhriji maa fil-Ihyaa' minal-Akhbar; karya
Abdurrahman bin Al-Husain Al-'Iraqi (wafat tahun 806 H).
 Takhrij Al-Ahaadits allati Yusyiiru ilaihat-Tirmidzi fii Kulli Baab; karya Al-Hafidh Al-'Iraqi
juga.
 At-Talkhiisul-Habiir fii Takhriji Ahaaditsi Syarh Al-Wajiz Al-Kabir li Ar-Rafi'I; karya
Ahmad bin Ali bin Hajar Al-'Asqalani (wafat 852 H).
 Ad-Dirayah fii Takhriji Ahaaditsil-Hidayah; karya Al-Hafidh Ibnu Hajar juga.
 Tuhfatur-Rawi fii Takhriji Ahaaditsil-Baidlawi; karya 'Abdurrauf Ali Al-Manawi (wafat
1031 H).

3. Apa tujuan dan manfaat takhrij hadis?


Jawaban :
Takhrij hadits bertujuan mengetahui sumber asal hadits di-takhrij dan mengetahui derajat
hadits tersebut diterima atau ditolak sebagaimana yang dikemukakan oleh ‘Abd Al Mahdi.
Dengan demikian ada dua hal yang menjadi tujuan takhrij hadits, yaitu:
1. Untuk mengetahui sumber dari suatu hadits,
2. Mengetahui kualitas dari suatu hadits, apakah dapat diterima (sahih atau hasan)
atau ditolak (dho’if).
3. Mengetahui ada berapa tempat hadis tersebut dengan sanad yang berbeda di
dalam sebuah buku hadis atau dalam beberapa buku induk hadis.
4. Mengetahui eksistensi suatu hadis apakah benar suatu hadis yang ingin diteliti
terdapat dalam buku-buku hadis atau tidak.
5. Mengetahui asal-usul riwayat hadis yang akan diteliti.
6. Mengetahui seluruh riwayat bagi hadis yang akan diteliti.
7. Mengetahui ada atau tidak adanya syahid dan mutabi’ pada hadis yang akan diteliti.

Manfaat takhrij adalah sebagai berikut :


1. Memperkenalkan sumber-sumber hadits, kitab-kitab asal dari suatu hadits beserta
ulama yang meriwayatkannya.
2. Menambah perbendaharaan sanad hadits melalui kitab-kitab yang ditunjukkannya.
3. Memperjelas keadaan sanad, sehingga dapat diketahui apakah munqothi atau
lainnya.
4. Memperjelas hukum hadits dengan banyak riwayatnya, seperti hadits dha’if melalaui
suatu riwayat, maka dengan takhrij kemungkinan akan didapati riwayat yang lain
yang dapat mengangkat suatu hadits tersebut kepada derajat yang lebih tinggi.
5. Mengetahui pendapat-pendapat para ulama sekitar hukum hadits.
6. Memperjelas perawi hadits yang samar karena dengan adanya takhrij, dapat
diketahui nama perawi yang sebenarnya secara lengkap.
7. Memperjelas perawi hadits yang tidak diketahui namanya melalui perbandingan
diantara sanad-sanad.
8. Dapat menafikan pemakaian “an” dalam periwayatan hadits oleh seorang perawi
mudallis. Dengan didapatinya sanad yang lain yang memakai kata yang jelas
kebersmbungan sanadnya, maka periwayatan yang memakai “an” tadi pula akan
tampak pula kebersambungan sanad-nya.
9. Dapat menghilangkan kemungkinan terjadinya pencampuran riwayat.
10. Dapat membatasi nama perawi yang sebenarnya. Hal ini karena mungkin saja ada
perawi-perawi yang mempunyai kesamaan gelar. Dengan adanya sanad yang lain
maka nama perawi itu akan menjadi jelas.
11. Dengan takhrij kekaburan suatu periwayatan, dapat diperjelas dari periwayatan jalur
isnad yang lain. Baik dari segi rawi, isnad maupun matan hadis.
12. Dengan takhrij akan dapat ditentukan status hadis shahih dzatihi atau shahih
lighoirihi li ghoirihi, hasan li dzatihi atau hasan lighoirihi. Demikian juga akan
diketahui istilah hadis mutawatir, masyhur, aziz, dan ghorib.
13. Dengan takhrij akan dapat diketahui persamaan dan perbedaan atau wawasan yang
lebih luas tentang berbagai periwayatan dan beberapa hadis terkait.
14. Memberika kemudahan bagi orang yang hendak mengamalkan setelah mengetahui
bahwa hadis tersebut adlah maqbul (dapat diterima), sebaliknya orang yang tidak
mengamalkannya apabila mengetahui bahwa hadis tersebut mardud (ditolak).
15. Mengetahui keyakinan bahwa suatu hadis adalah benar-benar berasal dari
Rosulululloh SAW yang harus diikuti karena adanya bukti-bukti yang kuat tentang
kebenaran hadis tersebut, baik dari segi sanad maupun matan
4. Jelaskan tentang metode takhrij hadis!
Jawaban :

Metode Takhrij

Dalam takhrij terdapat beberapa macam metode yang diringkas dengan mengambil
pokok-pokoknya sebagai berikut :

Metode Pertama, takhrij dengan cara mengetahui perawi hadits dari shahabat

Metode ini dikhususkan jika kita mengetahui nama shahabat yang meriwayatkan hadits,
lalu kita mencari bantuan dari tiga macam karya hadits :

 Al-Masaanid (musnad-musnad) : Dalam kitab ini disebutkan hadits-hadits yang


diriwayatkan oleh setiap shahabat secara tersendiri. Selama kita telah mengetahui
nama shahabat yang meriwayatkan hadits, maka kita mencari hadits tersebut
dalam kitab al-masaanid hingga mendapatkan petunjuk dalam satu musnad dari
kumpulan musnad tersebut.
 Al-Ma'aajim (mu'jam-mu'jam) : Susunan hadits di dalamnya berdasarkan urutan
musnad para shahabat atau syuyukh (guru-guru) atau bangsa (tempat asal) sesuai
huruf kamus (hijaiyyah). Dengan mengetahui nama shahabat dapat memudahkan
untuk merujuk haditsnya.
 Kitab-kitab Al-Athraf : Kebanyakan kitab-kitab al-athraf disusun berdasarkan
musnad-musnad para shahabat dengan urutan nama mereka sesuai huruf kamus.
Jika seorang peneliti mengetahui bagian dari hadits itu, maka dapat merujuk pada
sumber-sumber yang ditunjukkan oleh kitab-kitab al-athraf tadi untuk kemudian
mengambil hadits secara lengkap.

Metode Kedua, takhrij dengan mengetahui permulaan lafadh dari hadits

Cara ini dapat dibantu dengan :

 Kitab-kitab yang berisi tentang hadits-hadits yang dikenal oleh orang banyak,
misalnya : Ad-Durarul-Muntatsirah fil-Ahaaditsil-Musytaharah karya As-Suyuthi; Al-
Laali Al-Mantsuurah fil-Ahaaditsl-Masyhurah karya Ibnu Hajar; Al-Maqashidul-
Hasanah fii Bayaani Katsiirin minal-Ahaaditsil-Musytahirah 'alal-Alsinah karya As-
Sakhawi; Tamyiizuth-Thayyibminal-Khabits fiimaa Yaduru 'ala Alsinatin-Naas minal-
Hadiits karya Ibnu Ad-Dabi' Asy-Syaibani; Kasyful-Khafa wa Muziilul-Ilbas 'amma
Isytahara minal-Ahaadits 'ala Alsinatin-Naas karya Al-'Ajluni.
 Kitab-kitab hadits yang disusun berdasarkan urutan huruf kamus, misalnya : Al-
Jami'ush-Shaghiir minal-Ahaaditsil-Basyir An-Nadzir karya As-Suyuthi.
 Petunjuk-petunjuk dan indeks yang disusun para ulama untuk kitab-kitab tertentu,
misalnya : Miftah Ash-Shahihain karya At-Tauqadi; Miftah At-Tartiibi li Ahaaditsi
Tarikh Al-Khathib karya Sayyid Ahmad Al-Ghumari; Al-Bughiyyah fii Tartibi
Ahaaditsi Shahih Muslim karya Muhammad Fuad Abdul-Baqi; Miftah Muwaththa'
Malik karya Muhammad Fuad Abdul-Baqi.

Metode Ketiga, takhrij dengan cara mengetahui kata yang jarang penggunaannya
oleh orang dari bagian mana saja dari matan hadits

Metode ini dapat dibantu dengan kitab Al-Mu'jam Al-Mufahras li Alfaadzil-Hadits An-
Nabawi, berisi sembilan kitab yang paling terkenal diantara kitab-kitab hadits, yaitu :
Kutubus-Sittah, Muwaththa' Imam Malik, Musnad Ahmad, dan Musnad Ad-Darimi. Kitab ini
disusun oleh seorang orientalis, yaitu Dr. Vensink (meninggal 1939 M), seorang guru
bahasa Arab di Universitas Leiden Belanda; dan ikut dalam menyebarkan dan
mengedarkannya kitab ini adalah Muhammad Fuad Abdul-Baqi.
Metode Keempat, takhrij dengan cara mengetahui tema pembahasan hadits

Jika telah diketahui tema dan objek pembahasan hadits, maka bisa dibantu dalam takhrij-
nya dengan karya-karya hadits yang disusun berdasarkan bab-bab dan judul-judul. Cara
ini banyak dibantu dengan kitab Miftah Kunuz As-Sunnah yang berisi daftar isi hadits yang
disusun berdasarkan judul-judul pembahasan. Kitab ini disusun oleh seorang orientalis
berkebangsaan Belanda yang bernama Dr. Arinjan Vensink juga. Kitab ini mencakup
daftar isi untuk 14 kitab hadits yang terkenal, yaitu :

 Shahih Bukhari
 Shahih Muslim
 Sunan Abu Dawud
 Jami' At-Tirmidzi
 Sunan An-Nasa'i
 Sunan Ibnu Majah
 Muwaththa' Malik
 Musnad Ahmad
 Musnad Abu Dawud Ath-Thayalisi
 Sunan Ad-Darimi
 Musnad Zaid bin 'Ali
 Sirah Ibnu Hisyam
 Maghazi Al-Waqidi
 Thabaqat Ibnu Sa'ad

Selain itu, sekarang juga bisa menggunakan metode digital untuk mentakhrij hadits.
Program ini memuat seluruh hadis yang terdapat dalam 9 kitab hadis (al-kutub al-tis’ah) yaitu:
Sahih al-Bukhari, Sahih Muslim, Sunan Abi Dawud, Sunan al-Tirmizi, Sunan al-Nasa’i, Sunan
ibn Majah, Musnad Ahman ibn Hanbal, Muwatta’ Malik dan Sunan al-Darimi lengkap dengan
sanad dan matannya. Di samping itu, program ini juga mengandung data-data tentang
biografi, daftar guru dan murid, al-jarh wa al-ta’dil, dan semua periwayat hadis yang ada di
dalam al-kutub al-tis’ah. Program ini juga dapat menampilkan skema sanad , baik satu jalur
maupun semua jalur periwayatannya.
Secara umum, penelitian hadis yang bisa dilakukan melalui CD program tersebut mencakup
lima aspek, yaitu:
1. Takhrij al-hadis (pelacakan hadis pada 9 kitab hadis lengkap dengan sanad dan
matannya.
2. I’tibar al-Sanad, yaitu pembeberan seluruh jalur sanad pada sebuah hadis atau
berita dengan maksud untuk mengetahui sejauh mana tingkat hadis tersebut ditinjau
dari aspek kualitas rawinya.
3. Naqd al-sanad, yaitu kiritik sanad atau tinjauan aspek kualitas dan persambungan
(ittisal) mata rantai sanad yang dimiliki oleh suatu hadis, guna mengetahui sisi
kualitas hadis dilihat dari aspek wurud al-hadis.
4. Naqd al-matan, yaitu kritik matan atau tinjauan redaksional maupun substansial dari
sebuah berita atau hadis yang telah diketahui secara pasti orisinalitas dan
otentisitas hadis tersebut dalam tinjauan sanad.
5. Natijah, yaitu kesimpulan akhir dari sebuah penelitian tentang hadis tertentu baik
nilai sanad maupun nilai matannya.

5. Jelaskan tentang langkah praktis dalam penelitian hadis!


Jawaban :

Berikut langkah-langkah praktis dalam penelitian Hadist meliputi penelitian sanad dan
penelitian matan.
1. Penelitian Sanad Dan Rawi Hadist.
a. Meneliti sanad dan Rawi adalah takhrij.

b. I’tibar yaitu menyertakan sanad-sanad yang lain untuk suatu hadist tertentu, dan

hadist tersebut pada bagian sanadnya tampak hanya terdapat rawi saja, dan

dengan menyertakan sanad-sanad yang lain tersebut akan dapat diketahui apakah

ada rawi yang lain atau tidak untuk bagian sanad dari sanad yang dimaksud.

Langkah ini tidak dapat ditinggal sama sekali, mengingat sebelum melakukan

penelitian terhadap karakteristik terhadap setiap rawi, perlu diketahui lebih duhulu

rangkaian para rawi yang terlibat dalam periwayatan hadist yang bersangkutan.

Langkah ini dilakukan dengan membuat skema sanad.

c. Meneliti nama para rawi yang tercantum dalam skema sanad (penelitian asma Ar-

ruwat). Langkah ini dilakukan dengan mencari nama, nisbat, kunyah, dan laqob

setiap rawi dalam kitab-kitab rijalul hadist, seperti kitab Tahdzib At-Tahdzib.

d. Meneliti Tarikh Ar-Ruwat, yaitu meneliti al-Masyayikh wa al-Talamidz (Guru dan

murid) dan al-mawalid wa al- wafayat (tahun kelahiran dan kematian). Dengan

langkah ini dapat diketahui bersambung atau tidaknya suatu sanad.

e. Meneliti Jarh wa Ta’dil untuk mengetahui karakteristik rawi yang bersangkutan, baik

dari segi aspek moral maupun aspek intelektualnya (keadilan dan kedhobitannya).

2. Penelitian Matan.

Langkah terakhir adalah penelitian terhadap matan hadist, yaitu menganalisa

matan untuk mengetahui kemungkinan adanya illat dan syudzudz padanya. Langkah

ini dapat dikatakan sebagai langkah yang paling berat dalam penelitian suatu hadist,

baik teknik pelaksanaannya maupun aspek tanggung jawabnya. Hal itu karena

kebanyakan pengalaman suatu hadist justru lebih bergantung pada hasil analisis

matannya daripada penelitian sanad. Langkah ini memerlukan wawasan yang luas dan

mendalam, untuk itu seorang peneliti dituntut untuk menguasai bahasa arab dengan

baik, menguasai kaidah-kaidah yang berkaitan dengan tema matan hadist, memahami
isi al-Qur’an, baik tekstual maupun kontekstual, memahami prinsip-prinsip ajaran

islam, mengetahui metode istinbath, dan sebagainya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah praktis

penelitian hadis yaitu melalui penelitian sanad dan rowi hadits serta penelitian matan

hadits.

6. Sebutkan kitab-kitab yang diperlukan dalam takhrij hadis!


Jawaban :
Ketika melakukan takhrij hadist kita memerlukn kitab-kitab yang berkaitan dengan

takhrij hadist ini. Adapun kitab-kitab tersebut antara lain sebagai berikut;

1. Hidayatul Bari Ila Tartibi Ahadisil Bukhori.

Penyusun kitab ini adalah Abdur Rohman Ambar Al-Misri At-Tahtawi. Kitab ini disusun

khusus untuk mencari hadist-hadist yang termuat dalam Sokhikh Bukhori. Lafadz

hadist disusun menurut aturan huruf abjad arab, namun hadist-hadist yang

dikemukakan secara berulang dalam Sokhikh Bukhori tidak dimuat secara berulang

dalam kamus di atas. Dengan demikian perbedaan lafadz dalam matan hadist riwayat

Al-Bukhori tidak dapat diketahui melalui kamus tersebut.

2. Mu’jam Al-Fadzi Wala Siyyama Al-Garibu Minha Atau Fahras Litartibi Ahadisti

Sokhikh Muslim.

Kitab tersebut merupakan salah satu juz ke-5 dari kitab Shohih Muslim yang

disunting oleh Muhammad Abdul Baqi. Juz ke 5 ini merupakan kamus terhadap juz ke

1-4 yang berisi ;

a. Daftar urutan judul kitab, nomor hadist, dan juz yang memuatnya.

b. Daftar nama para sahabat Nabi yang meriwayatkan hadist yang termuat dalam

Shohih Muslim.

c. Daftar awal matan hadist dalam bentuk sabda yang tersusun menurut abjad serta

menerangkan nomor-nomor hadist yang diriwayatkan oleh Bukhori bila kebetulan

hadist tersebut juga diriwayatkan oleh Bukhori.

3. Miftahus Shokhihain.

Kitab ini disusun oleh Muhammad Syarif bin Mustofa Al- Tauqiyah. Kitab ini dapat

digunakan untuk mencari hadist-hadist yang diriwayatkan oleh Muslim, akan tetapi

hadist-hadist yang dimuat dalam kitab ini hanyalah hadist-hadist yang berupa sabda
saja. Hadist tersebut disusun menurut abjad dari awal lafadz matan hadist.

4. Al-Bughyatu Fi Tartibi Ahadisti Al-Hiyah.

Kitab ini disusun oleh Sayyid Abdul Aziz bin Al-Sayyid Muhammad bin Sayyid

Siddiq Al-Qomari. Kitab hadist tersebut memuat dan menerangkan hadist-hadist yang

tercantum dalam kitab yang disusun oleh Abu Nuaim Al-Asbuni (W.340 H) yang
berjudul Hilyatul Auliyai wathabaqotul Asfiyani. Sejenis dengan kitab tersebut adalah

kitab Miftahut Tartibi li Ahadisti Tarikhil Khotib yang disusun oleh Sayyid Ahmad bin
Sayyid Muhammad bin Sayyid As-Shiddiq Al-Qomari yang memuat dan menerangkan

hadist-hadist yang tercantum dalam kitab sejarah yang disusun oleh Abu Bakar bin Ali

bin Subit bin Ahmad Al-Baghdadi yang dikenal dengan Al-Khotib Al-Bagdadi (w 436

H). Kitabnya diberi judul Tarikhu Baghdadi yang terdiri dari 4 jilid.

5. Al-Jamius Shogir.

Kitab ini disusun oleh Imam Jalaludin Abdurrohman As-Suyuthi (w.91 H). Kitab

kamus hadist ini memuat hadist-hadist yang terhimpun dalam kitab himpunan hadist

yang disusun oleh As-Suyuthi juga, yakni Jam’ul jawami. Hadist yang dimuat dalam

kitab Jami’us Shogir disusun berdasarkan urutan abjad dari awal lafadz matan hadist.

Sebagian dari hadist–hadist itu ada yang ditulis secara lengkap dan ada pula yang

ditulis sebagian saja, namun telah mengandung pengertian yang cukup. Kitab hadist

tersebut juga menerangkan nama-nama sahabat Nabi yang meriwayatkan hadist yang

bersangkutan dengan nama-nama mukhorrijnya (periwayat hadist yang menghimpun

hadist dalam kitabnya), selain itu hampir setiap hadist yang dikutip dijelaskan

kualitasnya menurut penilaian yang dilakukan atau disetujui oleh As-Suyuthi.

6. Al Mu‟jam Al Mufahras li Al Alfadzi Hadist Nabawi.

Penyusun kitab ini adalah sebuah tim dari kalangan orientalis. Diantara anggota

tim yang paling aktif dalam kegiatan proses penyusunan adalah Dr.Arnold John

Wensink (w.939 M), seorang profesor bahasa semit, ternasuk bahasa Arab di

Universitas Leiden, Belanda. Kitab ini dimaksudkan untuk mencari hadist yang

berdasarkan petunjuk lafadz matan hadist. Berbagai lafadz yang disajikan tidak

dibatasi hanya lafadz-lafadz yang berada di tengah dan bagian-bagian lain dari matan

hadist. Dengan demikian, kitab Mu’jam mampu memberikan informasi kepada pencari

matan dan sanad hadist selama sebagian dari lafadz matan yang dicarinya itu telah
diketahuinya. Kitab Mu’jam ini terdiri dari tujuh juz dan dapat digunakan untuk mencari

hadist-hadist yang terdapat dalam sembilan kitab hadist, yakni Shohih Bukhori, Shohih

Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan Turmudzi, Sunan An-Nasa’i, Sunan, Ibnu Majah,

Sunan Darimi, Muwatta Malik, dan Musnad Ahmad.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa diantaranya ada 6 kitab yang
diperlukan ketika melakukan takhrij hadits yaitu Hidayatul bari ila tartibi Ahadisil Bukhori,

Mu’jam Al-Fadzi wala Siyyama Al-Garibu Minha atau Fahras litartibi Ahadisti Sokhikh
Muslim, Miftahus Shokhihain, Al-Bughyatu fi Tartibi Ahadisti Al- Hiyah Al-Jamius Shogir,

Al Mu’jam Al Mufahras li Al Alfadzi Hadist Nabawi.

Anda mungkin juga menyukai