Disusun oleh:
Alif Khuwarazmi Maulana Julendra (17108040089)
No.Hp 081327972125
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
2018/2019
BAB 1
Identifikasi Buku
Sistematika pembelajaran dalam buku ini dibagi menjadi dua yakni bagian
pertama membahas tentang bagaimana mengenalkan akhlak tasawuf lalu memberi
penjelasan serta memberi contoh pengaplikasiannya dalam kehidupan manusia.
Lalu bagian kedua membahas tentang biografi tokoh-tokoh seputar dunia sufisme.
Kami menganggap bahwa pada bagian pertama buku ini ada tiga tahapan
pembahasan yang keseluruhannya sangat berkorelasi satu sama lain. Pada tahapan
pertama sesuai dengan judul buku yakni pengenalan tasawuf, buku ini menjelaskan
bagaimana asal mula munculnya tasawuf serta dimensi lain tentang sejarah asal
mula ilmu tasawuf, lalu setelahnya dijelaskan mengenai beberapa istilah dalam
tasawuf seperti tasawuf irfani, tasawuf akhlaki, tasawuf falsafi dan tasawuf syar’i.
Maqam dan ahwal adalah bahasan selanjutnya yang mempelajari tentang
spiritualitas dalam beragama dan mentalitas manusia, karena disini akan dibahas
mengenai thariqat atau cara mendekatkan diri kepada Allah dan beberapa kajian
tentang ahwal.
Untuk bagian kedua dari buku ini adalah pengenalan biografi beberapa
tokoh sufi yang terkenal antara lain adalah Ibnu Arabi, Jalaludin Ar-Rumi, Imam
Al-Ghazali, Abdul Qadir Al-Jailani, Abu Yazid Al-Bustami, Husain ibn Manshur
Al-Hallaj, Rabiyatul Adawiyah, Hasan Al-Basri, Al-Junaid, Al-Muhasibi, Al-
Qusyairi, Ziya Gokalp, Suhrawardi Al-Maqtul, Zunnun Al-Mishri, Ibnu Sabi’in,
Ibnu Khaldun, H. Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA), Harun Nasution,
Jalaludin Rakhmat, Hamzah Fanshuri, Nuruddin Ar-Raniri, Syaikh Abdur Rauf As-
Sankili, Abdul Shamad Al-Palimbani, Yusuf Al-Makasari dan Nawawi Al-Bantani
BAB 2
Identifikasi Buku-Buku Sekunder
Identifikasi Buku 1
Buku ini disusun oleh Prof. Dr. Rosihon Anwar, M.Ag berdasarkan
kurikulum terbaru nasional Perguruan Tinggi Agama Islam, dan diharapkan dapat
menjadi rujukan utama para akademisi untuk pembelajaran mata kuliah Akhlak
Tasawuf khususnya di Perguruan Tinggi Agama Islam.
Sistematika buku yang berjudul “Akhlak Tasawuf” ini hampir sama dengan
rujukan primer kami yang di karang oleh Drs. H. Ahmad Bangun Nasution. Terdiri
dari 10 bab pembahasan yang membahas tentang disiplin ilmu akhlak tasawuf.
Diawali dengan penjelasan definisi tasawuf dan dasar-dasar quraninya, seperti
pengertian tasawuf secara bahasa, pengertian secara istilah, ciri umum tasawuf, dan
dasar-dasar tasawuf dalam Al-Quran dan Al-Hadist.
Pada bab setelahnya akan dibahas akhlak tasawuf perspektif sejarah, seperti
sejarah lahirnya tasawuf dan perkembangan tasawuf dari masa ke masa yang
dimulai dari abad pertama hijriah hingga abad ke delapan hijriah. Bab selanjutnya
akan membahas tentang metode irfani yang dalam buku ini disebut sebagai
kerangka berfikir irfani: dasar filosofi ahwal dan maqamat yang terdiri dari
kerangka berfikit irfani, ahwal dan maqamat, maqamat dalam tasawuf, ahwal yang
dijumpai dalam perjalanan sufi dan yang terakhir metode irfani. Selanjutnya buku
ini membahas tentang hubungan tasawuf dengan ilmu kalam, filsafat, ilmu fiqh dan
ilmu jiwa.
Setelah dirasa cukup untuk mengenalkan tasawuf secara luas maka buku ini
akan membahas lebih dalam mengenai tasawuf, yakni: tasawuf akhlaki yang terdiri
dari pengertian dan tokoh dan ajaran-ajaran tasawuf akhlaki, tasawuf irfani yang
membahas tentang siapa saja tokoh-tokoh ajaran tasawuf irfani seperti Rabi’ah Al
Adawiyyah, Dzun An-Nun Al-Mishri, Abu Yazid Al-Bustami dan Abu Manshur
Al-Hallaj, lalu tasawuf falsafi yang membahas tentang bagaimana pengertian dan
perkembangan tasawuf falsafi dan siapa saja tokoh-tokoh tasawuf falsafi.
Pada bab selanjutnya buku ini akan membahas tentang tarekat perspektif
sejarah dan perkembangannya. Bab ini terdiri dari pendahuluan tentang tarekat,
hubungan tarekat dengan tasawuf, sejarah timbulnya tarekat, aliran-aliran tarekat di
dunia Islam dan pengaruh tarekat di dunia Islam.
Bab terakhir yang akan dibahas adalah tentang tasawuf di Indonesia, sebagai
penutup kerangka pembelajaran dalam buku ini. Bab terakhir akan meliputi sejarah
perkembangan tasawuf di Indonesia, tokoh-tokoh tasawuf di Indonesia seperti
Hamzah al-Fansuri, Nuruddin ar-Raniri, Syekh Abdur Rauf As-Sinkili dan Syekh
Yusuf al-Makassari.
Buku yang menjadi rujukan utama di mata kuliah Akhlak Tasawuf oleh
beberapa entitas khususnya Perguruan Tinggi Agama Islam ini sudah sangat
mencakupi banyak hal dalam pembelajaran mata kuliah Akhlak Tasawuf dan
mudah dimengerti oleh akademisi khususnya para mahasiswa.
Identifikasi Buku 2
Buku yang berjudul Akhlaq / Tasawuf ini adalah buku yang disusun oleh
Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sebagai rujukan utama para
dosen untuk pembelajaran mata kuliah akhlak tasawuf kepada mahasiswa UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta. Buku ini adalah karya kreatif-inovatif yang memiliki
spesifikasi khusus berbeda dari buku-buku lain pada umumnya. Aspek yang
membedakan buku tersebut dari buku pada umumnya adalah paradigma keilmuan
yang dijadikan kerangka dasar, yaitu paradigma integrasi interkoneksi.
Buku ini akan mencakup berbagai aspek secara umum mengenai keilmuan
dalam akhlak tasawuf. Bab pertama dari buku ini adalah pembahasan mengenai
akhlak tasawuf itu sendiri yang dimana disini akan dibahas lebih spesifik mengenai
paradigm akhlak dan tasawuf itu sendiri. Pada bab selanjutnya akan membahas
mengenai sumber-sumber akhlak tasawuf. Bab ketiga akan membahas mengenai
fungsi dari akhlak tasawuf, selanjutnya membahas tentang komponen-komponen
yang ada dalam akhlak tasawuf, yang diteruskan pada bab kelima yakni
pembahasan tentang pembinaan akhlak berdasarkan akhlak tasawuf, ini penting
karena akhlak tasawuf mempunyai peran penting dalam membina segi spiritualisme
manusia. Bab terakhir dari buku ini akan membahas tentang hubungan antara
syariah dan tasawuf.
Pembahasan dari buku ini mencakup kompetensi dasar, concept map,
current issue, dan bahan pembelajaran yang dimana telah di desain sedimikian rupa
supaya mudah dibaca oleh berbagai entitas.
Identifikasi Buku 3
Buku yang disusun oleh Dr. M. Sholihin, M.Ag dan M. Rosyid Anwar, S.Ag
ini adalah buku yang terdiri dari sepuluh bab, masing-masing bab menjelaskan
point-point penting terkait judul bahasan yang akan dipelajari. Di awal buku ini
akan sedikit membahas mengenai akhlak, etika dan susila perspektif filsafat barat.
Bab pertama dari buku ini adalah pendahuluan mengenai akhlak tasawuf
yang mencakup enam bahasan utama, dimana setiap bahasannya mempunyai
beberapa point yang penting untuk dipelajari. Dalam bab ini dibahas mengenai
pengertian dan hubungan antara akhlak etika dan susila, akhlak atau etika dalam
perpektif filsafat barat yang meliputi teori yang bersifat fitri, teori yang bersifat
empirik klasik dan teori etika modernisme. Selanjutnya adalah pembahasan tentang
akhlak atau etika dalam perspektif filsafat Islam, lalu ruang lingkup bahasan ilmu
akhlak, tujuan dan faedah mempelajari ilmu akhlak dan yang terakhir adalah bahasa
tentang hubungan ilmu akhlak dengan ilmu lainnya seperti ilmu akhlak dengan
tasawuf, ilmu akhlak dengan ilmu tauhid, ilmu akhlak dengan ilmu jiwa, ilmu
akhlak dengan ilmu pendidikan dan ilmu akhlak dengan ilmu filsafat.
Bab kedua dari buku ini menjelaskan tentang fungsi akhlak dalam
kehidupan manusia. Bahasan yang mencakup bab ini adalah: indera, akal, wahyu,
hati dan nafsu manusia yang dimana akan dibahas tentang bagaimana peran
manusia terhadap lidah, mata atau telinga, alat kelamin, tangan dan kaki, dan perut.
Bahasan setelahnya adalah tentang sejarah singkat pembahasan akhlak, dilanjutkan
pembahasan mengenai akhlak Islami, induk akhlak Islami dan pembentukannya.
Bahasan selanjutnya adalah fungsi akhlak tasawuf dalam kehidupan manusia ,
hubungan akhlak dengan kebebasan, tanggungjawab dan hati nurani. Bahasan
terakhir yang dibahas pada bab ini adalah hubungan akhlak dengan hak, kewajiban
dan keadilan.
Bab selanjutnya yakni bab ketujuh adalah membahas tentang tasawuf dan
pengaruhnya bagi manusia yang mencakup: pengaruh tasawuf bagi manusia,
bahagia dan utama bagi manusia dan membentuk pribadi insan yang kamil. Untuk
bab kedelapan adalah membahas tentang hubungan tarekat dengan tasawuf dan
syariat, bab ini mencakup tentang hubungan tharikat dengan tasawuf, hubungan
tharikat dengan syariat serta tharikat dan alirannya seperti: Tharikat Naqsabandiyah
dan Tharikat Khalidiyah, Tharikat Qadiriyah, Tharikat Bekrasyi, Tharikat
Syadziliyah, Tharikat Rifa’iyah, Tharikat Tsamaniyah, Tharikat Khalawatiyah dan
Tharikat Al-Haddad.
Bab kesembilan dari buku ini adalah bab sebelum terakhir, membahas
tentang akhlak tasawuf bagi masyarakat modern yang meliputi bahasan tentang
masyarakat modern dan problematikanya, perlunya pengembangan akhlak tasawuf,
metode pembinaan akhlak tasawuf di zaman modern seperti: metode manajemen
qolbu, metode zikir, metode nasyid, metode mabit dan metode harakah. Bab
kesepuluh dari buku ini adalah penutup yang mencakup kesimpulan dan saran dari
penulis bagi entitas atau civitas akademika yang menggunakan buku ini sebagai
rujukan utama dalam pembelajaran.
Identifikasi Buku 4
Sufi dari zaman ke zaman adalah sebuah buku yang ambil dari buku
“madkhal ila al-Tashawuf al-Islam” karya Dr. Abu al-Wafa’ al-Ghanimi al-
Taftazani tahun 1983. Lalu di terjemahkan dan diambil sebagian dari karangan
beliau pada tahun 1985.
Bab ketiga pada buku ini bertemakan tentang tasawuf pada abad-abad ketiga
dan keempat hijriyah. Seperti biasa, bab ini memuat pendahuluan terlebih dahulu
lalu dilanjutkan dengan pembahasan mengenai perbedaan tasawuf dengan fiqh
secara metodis, lalu ada pembahasan tentang dua aliran tasawuf, ikhtisar
karakteristik umum tasawuf pada abad-adab ketiga dan keempat hijriyah.
Bab keempat pada buku ini bertemakan tasawuf sunni pada abad kelima
hijriyah yang meliputi pendahuluan, Al-Qusyairi dan kritiknya terhadap para sufi
senamannya, Al-Harawi dan sikapnya terhadap para sufi yang terkenal dengan
keganjilan ungkapan-ungkapannya, al-Ghazaali dan tasawuf sunni dan yang
terakhir adalah mengenai komentar terhadap tasawuf al-Ghazaali
Bab keenam pada buku ini bertemakan tentang tasawuf para pendiri tarekat.
Pembahasan yang terkait dalam buku ini adalah pendahuluan lalu dilanjutkan
dengan tarikat-tarikat yang paling menonjol pada abad-abad keenam dan ketujuh
hijriyah, dan yang terakhir adalah komentar sang penulis terkait dengan tarikat-
tarikat yang paling menonjol pada abad keenam dan ketujuh hijriyah.
BAB 3
PEMBAHASAN
BAGIAN PERTAMA
1
Ahmad Bangun Nasution dan Rayani Hanum Siregar, Akhlak Tasawuf, Pengenalan,
Pemahaman dan Pengaplikasiannya, disertai Biografi dan Tokoh-tokoh Sufi (Jakarta: Rajawali
Press, 2015), hlm 5
bin Abbas: “Abdullah bin Abbas berkata, bersabda Rasululah SAW, ‘Barang siapa
memperbanyak istighfar, niscaya Allah menjadikan untuk setiap kesedihannya
jalan ke luar dan untuk setiap kesempitannya kelapangan dan Allah akan
memberinya rezeki (yang halal) dari arah yang tiada disangka-sangka’. (HR
Ahmad)”.
Tasawuf adalah salah satu cabang ilmu Islam yang menekankan dimensi
spiritual. Ia lebih menekankan kehidupan akhirat ketimbang kehidupan dunia yang
fana.
2
Ibid hlm 13
Ciri Umum Tasawuf. Menurut Abu Al-Wafa’ Al-Ghanimi At-Taftazani,
tasawuf punya lima ciri, yaitu 1) peningkatan moral; 2) pemenuhan yang fana dalam
realitas mutlak; 3) pengetahuan intuitif langsung; 4) timbulnya rasa kebahagiaan
karena tercapainya maqamat; 5) penggunaan simbol-simbol yang mengandung
pengertian harfiah dan tersirat.
1. Asal-usul. Ajaran tasawuf dibentuk oleh tiga alur. Pertama, gagasan tentang
asketisisme Arab, pengabdian total, kecintaan yang kuat pada Tuhan dan
ungkapan puitis. Tokohnya seperti Abu Dzar Al-Ghifari (Madinah), Umar
bin Abdul Aziz (Damaskus), Al-Hasan Al-Bhasri (Basrah), dan Rabi’ah
Al-Adawiyah (Basrah). Kedua, gagasan tentang genosis sebagai
pengetahuan pasti, tamsil cahaya/kegelapan, memuji roh dan mengutuk
materi, mendukung kehidupan pertapaan daripada kehidupan aktif.
Tokohnya seperti Al-Harits bin Asad Al-Muhasibi (Baghdad), Dzun Nun
Al-Mishri (Iskandariah), dan Abu Hasyim Al-Kufi (Basrah). Ketiga,
gagasan tentang menafikan jasad, meninggikan roh, anti-dunia. Tokohnya
seperti Ibrahim bin Al-Adham (Khurasan), Abdullah bin Mubarak (Marw),
Syaqiq Al-Balkh (Balkh), Haytam Al-Ashamm (Balkh), dan Abu Yazid Al-
Bustami (Bistham).
2. Perkembangan. Ketiga mazhab di atas bertemu dalam diri Junaid Al-
Baghdadi. Ia berhasil menyatukan semua gagasan sufi; memantapkan
kategori logika dan pengetahuan, metafisika, dan etika tasawuf;
mengislamkan kosa kata tasawuf dengan memberinya istilah-istilah Al-
Qur’an; memprakarsai penafsiran kiasan atas Al-Qur’an untuk memenuhi
tujuan sufi.
3. Kekuasaan. Setelah Junaid, banyak ahli tasawuf lahir, seperti Umar bin Al-
Faridh (Kairo), Umar Thalib Al-Makki (Kufah), Abu Nashr Al-Sarraj
(Damaskus), Abu Na’im Al-Isbahani (Isfahan), Abu Al-Qasim Al-Qusyairi
3
ibid hlm 14
(Naisabur), Abu Hamid Al-Ghazali (Baghdad), Ibn Arabi (Andalus),
Jalaludin Rumi (Turki) dan Ibn Ata’illah As-Sakandari (Iskandariah).
4. Keruntuhan. Benih-benih keruntuhan tasawuf ditandai karena
mengompromikan transendensi dengan imanensi, intuisionisme dengan
esoterisisme, sosietisme dengan kerahiban, akal dengan takhayyul, tauhid
dengan pemujuaan kepada wali, otoritas syariat dengan otoritas pemimpin
terekat, dan aktivisme dengan pertapaan. e) Pembaruan. Mereka yang
berupaya mengkompromikan beberapa elemen di atas termasuk Taqiyudin
Ahmad bin Taymiah (Damaskus), Ahmad Sirhindi (India), Wakyullah Al-
Dahlawi (India), Muhammad biin Abdul Wahhab (Arab), Usman dan Fodio
(Sudan Barat), Muhammad Ali As-Sanusi (Libia), Muhammad Ahmad Al-
Mahdi (Sudan).
1. Riyadhah, yaitu latihan membiasakan diri agar tidak melalukan perihal yang
mengotori jiwa (berbuat maksiat dan dosa).
2. Tafakkur, yaitu merenungi segala ciptaan Allah hingga memperoleh ilmu.
Ilmu itu turun ke hati, dari hati jadi tindakan nyata.
3. Tazkiyat an-nafs, yaitu penyucian jiwa dengan menjauhi nafsu, riya dan
nifak.
4
Ibid hlm 27
4. Dzikrullah, yaitu mengagungkan, mengingat dan menyebut Allah setiap
waktu.
Tasawuf Akhlaki berarti membersihkan tingkah laku dari segala hal yang
dapat mengotori jiwa. Karakteristiknya ada lima: 1) melandaskan diri pada Al-
Qur’an dan Al-Hadis; 2) menyinambungkan antara tasawuf dan fiqh; 3)
menganggap diri sebagai hamba dan Tuhan sebagai pencipta; 4) konsentrasi
mendidik akhlak dengan latihan mental; 5) tidak menggunakan terminologi filsafat.
Sistem pembinaannya ada tiga: 1) takhalli, yaitu usaha mengosongkan diri dari
akhlak tercela; 2) tahalli, yaitu usaha mengisi diri dengan akhlak terpuji; 3) tajalli,
yaitu menyucikan jiwa dengan memperdalam kecintaan kepada Allah. Tokoh-tokoh
tasawuf akhlaki ialah Hasan al-Bashri, Al-Muhasibi dan Al-Gazali.5
Al-Jilli lahir di Gilan, selatan laut Kaspia, Asia Selatan pada 1365 M dan
meninggal pada 1405 M. Ajaran utamanya adalah al-insan al-kamil, yaitu manusia
yang merupakan cermin Tuhan di dunia. Untuk mencapai tingkat al-insan al-kamil,
orang harus melalui 7 maqamat: 1) melaksanakan dan merasakan rukun Islam (al-
Islam); 2) melaksanakan dan merasakan rukun iman (iman); 3) beribadah kepada
Allah dengan khauf dan raja’ (ash-shalah); 4) menyaksikan sifat dan nama Allah
5
Ibid hlm 32
(ihsan); 5) menyaksikan Allah pada segala-galanya (syahadah); 6) memperoleh
pencapaian hakikat dari ilmul yakin, ainul yain dan hakkul yakin (shiddiqiyah); 7)
menampakkan diri dalam sifat dan nama Allah (qurban).
Bab 7: Maqam
Maqam adalah tingkatan yang harus dilalui oleh para salik. Beberapa sufi
mengklasifikasikan maqam secara berbeda-beda, tetapi secara umum maqam ada
tujuh:8 1) tobat, yaitu menyadari kesalahan sepenuh hati dan berjanji tidak akan
6
Ibid hlm 40
7
Ibid hlm 43
8
Ibid hlm 49
mengulanginya; 2) wara’, yaitu menjauhi segala hal yang belum jelas halal-
haramnya serta menjaga harga diri; 3) zuhud, yaitu lebih mengutamakan
kebahagiaan ukhrawi ketimbang kenikmatan duniawi; 4) faqr, yaitu memalingkan
pikiran dan harapan dari apa pun yang menjauhkannya dengan Allah; 5) sabar, yaitu
menahan diri dari hawa nafsu dan amarah; 6) ridha, yaitu menerima dengan rasa
puas apapun yang dianugerahkan oleh Allah; 7) tawakal, yaitu keteguhan hati
dalam menggantungkan diri hanya kepada Allah.
Bab 8: Ahwal
Bab 10: Perjalanan Tasawuf Kaitannya dengan Takhalli, Tahalli dan Tajalli
9
Ibid hal 61
10
Ibid hal 72
adalah terungkapnya nur ghaib (pancaran ilahiyat) dalam hati dan semakin
memperdalam rasa cinta kepada Allah melalui munajat, muraqabah dan
muhasabah, wirid dan zikir, tafakkur dan zikrul maut.
Era globalisasi yang berarti penggundulan bumi dari biota rohani ternyata
tidak mematikan spiritualitas agama. Dalam masyarakat modern, banyak
ditemukan penderitaan batin yang memuncak. Manusia membutuhkan penopang
jiwa. Mereka lalu mencari tasawuf. Jadi dalam konteks ini tasawuf dijalani sebagai
terapi jiwa dan dipahami dalam konteks nilai-gunanya (pragmatis). Hal ini dapat
diamati dalam beberapa konsepsi berikut:
11
ibid hlm 76
12
Ibid hlm 79
2) Diagnosis spiritualitas. Iman sangat dibutuhkan dalam rangka kontrol jiwa.
Jiwa yang tidak terkontrol mengakibatkan akal rusak. Akibatnya, orang
mengalami penyakit jiwa yang membebani tubuh. Untuk mengobatinya,
tasawuf menawarkan solusi agar setiap orang terus menjalin komunikasi
dengan Tuhan untuk memperoleh energi spiritual dan ketahanan jiwa.
3) Konsepsi fana’ dan terapi sufistik. Fana’ adalah keadaan emosional yang
lebur dengan Tuhan. Fana’ dapat menjadi terapi karena dapat menjembatani
orientasi simtomatis, penyesuaian diri, pengembangan, potensi dan
penghayatan spiritual.
4) Spiritualitas manusia modern: sebuah psikologi baru. Ada titik persamaan
antara psikoanalisis dengan tasawuf. Menurut psikoanalisis, tingkah laku
manusia ditentukan oleh faktor ketidaksadarannya, sedangkan menurut
tasawuf, nafs al-amarah mengontrol pikirn dan tingkah laku manusia.
Bedanya dengan psikoanalisis, tasawuf bukan hanya untuk melepaskan diri
dari nafs al-amarah, tetapi juga bagaimana membangun nafs lawwamah
hingga mencapai nafs al-muthmainnah. Di sini letak keunggulan tasawuf
dibanding psikoanalisis.
Korelasi etos kerja dengan tasawuf. Etos kerja tidak terbentuk oleh kualitas
pendidikan dan kemampuan semata, tetapi juga oleh faktor inner life, yaitu suasana
batin dan semangat hidup yang terpancar dari keyakinan. Apabila keyakinan itu
diarahkan bahwa kerja seseorang dilihat oleh Allah dan diniatkan beribadah, maka
di sinilah letak hubungan etos kerja dengan tasawuf.
13
Ibid hlm 89
bersungguh-sungguh mengerjakannya dengan kualitas yang terbaik (ahsan).
Korelasinya dengan tasawuf adalah bahwa tasawuf memberikan pondasi spiritual
yang kokoh pada profesionalisme.
BAGIAN KEDUA
TOKOH-TOKOH SUFI
Untuk bagian kedua dari buku ini adalah pengenalan biografi beberapa
tokoh sufi yang terkenal antara lain adalah Ibnu Arabi, Jalaludin Ar-Rumi, Imam
Al-Ghazali, Abdul Qadir Al-Jailani, Abu Yazid Al-Bustami, Husain ibn Manshur
Al-Hallaj, Rabiyatul Adawiyah, Hasan Al-Basri, Al-Junaid, Al-Muhasibi, Al-
Qusyairi, Ziya Gokalp, Suhrawardi Al-Maqtul, Zunnun Al-Mishri, Ibnu Sabi’in,
Ibnu Khaldun, H. Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA), Harun Nasution,
Jalaludin Rakhmat, Hamzah Fanshuri, Nuruddin Ar-Raniri, Syaikh Abdur Rauf As-
Sankili, Abdul Shamad Al-Palimbani, Yusuf Al-Makasari dan Nawawi Al-Bantani
Kelebihan Buku
Buku ini memiliki kelebihan dibanding dengan beberapa literatur yang saya
pakai, yakni buku ini sudah sangat update / mutakhir dari segi current issue dan tata
bahasa dalam pemaparan materi. Contoh permasalahan yang disuguhkan dari setiap
14
Ibid, hlm 102.
bab adalah yang sering terjadi di sekitar kita dan kekinian. Kelebihan yang lain
adalah adanya tokoh-tokoh sufi yang dibuat biografinya, pemikirannya serta
kontribusinya ketika masa itu untuk keilmuan akhlak tasawuf
Kekurangan Buku
Kekurangan buku ini ada dikurangnya penggunaan catatan kaki dari setiap
pemaparan atau argumentasi yang disuguhkan. Sehingga kita sebagai pembaca
kekurangan informasi literatur apa saja yang bersangkutan dengan buku ini.
Untuk memudahkan penjelasan pada pembahasan ini (bab ketiga) , maka penyusun
menyederhanakan dalam tabel berikut:
B. Saran
Ada baiknya jika literasi-literasi mengenai Akhlak Tasawuf yang ada,
diperbaharui sesuai dengan kondisi masyarakat global dan modern seperti saat ini.
Karena bagaimanapun juga Akhlak Tasawuf sangat penting bagi peradaban
manusia, mempelajarinya sangat penting karena menyangkut tentang rohani
manusia, atau dalam banyak literatur disebut dengan manajemen qalbu dan tatacara
mendekatkan diri dengan Allah SWT supaya kecintaan terhadap Allah lebih
terbangun dari pada kecintaan kepada dunia.
Daftar Pustaka
al-Taftazani, A. a.-W.-G. (1988). Sufi dari Zaman ke Zaman. Kairo: Dar al-
Tsaqafah li al-Nasyr wa al-Tauzi'.
Anwar, R. (2007). Akhlak Tasawuf. Bandung: 2007.
Anwar, R. (2010). AKhlak Tasawuf. Bandung: CV. Pustaka Setia.
sholihin. (2005). Akhlak Tasawuf, Manusia, etika, dan Makna Hidup. Bandung:
Penerbit Nusa.
Tim Penyusun Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga. (2005). Akhlak TAsawuf.
Yogyakarta: POKJA AKADEMIK.