Anda di halaman 1dari 29

AKHLAK TASAWUF

BOOK REVIEW AKHLAK DAN TASAWUF

Disusun oleh:
Alif Khuwarazmi Maulana Julendra (17108040089)
No.Hp 081327972125

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

Akhlak dan Tasawuf


Dosen Pengampu Dr. Malik Ibrahim, M.Ag

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH A

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

2018/2019
BAB 1

Identifikasi Buku Primer

Dalam kancah modernis, sering kali pendekatan tasawuf menjadi alternative


dalam memasuki wilayah religious. Melihat dan merasakan sejauh mana potensi
hati dan dan keutuhan jiwa untuk masuk kedalam dunia sufisme. Oleh karena itulah
kelahiran tokoh-tokoh sufi menjadi salah satu ciri khas tersendiri keadaan tersebut.
Sebelum tasawuf modern yang diusung Buya Hamka menjadi wacana awal untuk
mengubah paradigm bersufi di jalan Allah. Maka terlebih dahulu, al-Ghazali
menelurkan kelahiran tasawuf tersebut. Dengan berbagai kritikannya terhadap
falsafah yang acapkali menggali kebenaran dari sudut nalar. Sehingga pada abad
ke-5 Hijriyah al-Ghazali menyatakan ke-hijrahannya dari falsafah ke tasawuf. Dan
semua diperolehnya dalam khalwah, riyadhah dan mujahadahnya.

Untuk saat ini, klasifikasi Tasawuf menjadi sangat beragam. Pendekatan


irfani dengan metodologi klasik dalam bertasawuf, seolah mendapat “imbangan”
dalam mempraktikkan tasawuf untuk lebih masuk pada wilayah Syar’i meski tidak
dapat dipungkiri, wilayah akhlaki dan falsafi juga harus memiliki peran penting
untuk membungkus itu semua. Membiarkan seluruh tubuh secara lahir dan bathin
untuk masuk pada penghambaan yang sempurna di sisi Allah SWT.

Buku yang berjudul “AKHLAK TASAWUF, pembahasan pemahaman dan


pengaplikasiannya, disertai biografi dan tokoh-tokoh sufi” yang dikarang oleh Drs.
H. Ahmad Bangun Nasution, M.A dan Dra. Hj. Rayani Hanum Siregar, M.H. ini
menyajikan dimensi-dimensi tasawuf, berikut sejarah dan tokoh-tokoh sufi yang
bisa menjadi sumber referensi dan inspirasi kajian akademis tentang studi Akhlak
Tasawuf

Identifikasi Buku

 Judul Buku : Akhlak Tasawuf Pengenalan, Pemahaman dan


Pengaplikasiannya Disertai Biografi dan Tokoh-Tokoh
Sufi
 Penulis : Drs. H. Ahmad Bangun Nasution, M.A. dan Dra. Hj.
Rayani Hanum Siregar, M.H.
 Cetakan : Edisi Kedua
 Penerbit : Rajawali Press (Rajagrafindo Persada)
 Tahun : 2015
 Kota : Jakarta

Buku ini memuat seputar keilmuan mengenai tasawuf, metodologi


penelitiannya, pemahaman, pengenalan tasawuf sebagai disiplin ilmu yang harus
dipelajari serta bagaimana pengaplikasiannya dalam kehidupan manusia. Buku ini
juga bisa dijadikan referensi untuk studi yang memakai pendekatan sufistik.
Pembaca akan disuguhkan materi yang sangat sistematis dan berkesinambungan di
setiap bab nya

Sistematika pembelajaran dalam buku ini dibagi menjadi dua yakni bagian
pertama membahas tentang bagaimana mengenalkan akhlak tasawuf lalu memberi
penjelasan serta memberi contoh pengaplikasiannya dalam kehidupan manusia.
Lalu bagian kedua membahas tentang biografi tokoh-tokoh seputar dunia sufisme.

Kami menganggap bahwa pada bagian pertama buku ini ada tiga tahapan
pembahasan yang keseluruhannya sangat berkorelasi satu sama lain. Pada tahapan
pertama sesuai dengan judul buku yakni pengenalan tasawuf, buku ini menjelaskan
bagaimana asal mula munculnya tasawuf serta dimensi lain tentang sejarah asal
mula ilmu tasawuf, lalu setelahnya dijelaskan mengenai beberapa istilah dalam
tasawuf seperti tasawuf irfani, tasawuf akhlaki, tasawuf falsafi dan tasawuf syar’i.
Maqam dan ahwal adalah bahasan selanjutnya yang mempelajari tentang
spiritualitas dalam beragama dan mentalitas manusia, karena disini akan dibahas
mengenai thariqat atau cara mendekatkan diri kepada Allah dan beberapa kajian
tentang ahwal.

Setelah penjelasan mendasar mengenai pengenalan disiplin keilmuan


akhlak tasawuf maka buku ini akan memasuki tahapan kedua yakni penjelasan
tentang bagaimana munculnya tasawuf di Indonesia dan perkembangannya, lalu
bagaimana perjalanan tasawuf kaitannya dengan takhallii, tahalli dan tajalli yang
selanjutnya membahas tentang apa itu zikir, syariat, hakikat dan makrifat zikir.

Tahapan ketiga di bagian pertama buku ini adalah pembahasan mengenai


solusi tasawuf untuk masyarakat modern seperti saat ini. Buku ini akan
memberitahu bagaimana lika-liku masyarakat di era modern dan cara
pengaplikasian tasawuf di era globalisasi seperti korelasi antara ibadah, motivasi
dan profesionalisme dengan tasawuf. Penutup tahap ke tiga ini adalah dialektika
kebutuhan terhadap tasawuf.

Untuk bagian kedua dari buku ini adalah pengenalan biografi beberapa
tokoh sufi yang terkenal antara lain adalah Ibnu Arabi, Jalaludin Ar-Rumi, Imam
Al-Ghazali, Abdul Qadir Al-Jailani, Abu Yazid Al-Bustami, Husain ibn Manshur
Al-Hallaj, Rabiyatul Adawiyah, Hasan Al-Basri, Al-Junaid, Al-Muhasibi, Al-
Qusyairi, Ziya Gokalp, Suhrawardi Al-Maqtul, Zunnun Al-Mishri, Ibnu Sabi’in,
Ibnu Khaldun, H. Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA), Harun Nasution,
Jalaludin Rakhmat, Hamzah Fanshuri, Nuruddin Ar-Raniri, Syaikh Abdur Rauf As-
Sankili, Abdul Shamad Al-Palimbani, Yusuf Al-Makasari dan Nawawi Al-Bantani
BAB 2
Identifikasi Buku-Buku Sekunder

Identifikasi Buku 1

 Judul Buku : Akhlak Tasawuf


 Penulis : Prof. Dr. Rosihon Anwar, M.Ag
 Cetakan : Edisi Revisi
 Penerbit : CV. Pustaka Setia
 Tahun : 2007
 Kota : Bandung

Buku ini disusun oleh Prof. Dr. Rosihon Anwar, M.Ag berdasarkan
kurikulum terbaru nasional Perguruan Tinggi Agama Islam, dan diharapkan dapat
menjadi rujukan utama para akademisi untuk pembelajaran mata kuliah Akhlak
Tasawuf khususnya di Perguruan Tinggi Agama Islam.

Sistematika buku yang berjudul “Akhlak Tasawuf” ini hampir sama dengan
rujukan primer kami yang di karang oleh Drs. H. Ahmad Bangun Nasution. Terdiri
dari 10 bab pembahasan yang membahas tentang disiplin ilmu akhlak tasawuf.
Diawali dengan penjelasan definisi tasawuf dan dasar-dasar quraninya, seperti
pengertian tasawuf secara bahasa, pengertian secara istilah, ciri umum tasawuf, dan
dasar-dasar tasawuf dalam Al-Quran dan Al-Hadist.

Pada bab setelahnya akan dibahas akhlak tasawuf perspektif sejarah, seperti
sejarah lahirnya tasawuf dan perkembangan tasawuf dari masa ke masa yang
dimulai dari abad pertama hijriah hingga abad ke delapan hijriah. Bab selanjutnya
akan membahas tentang metode irfani yang dalam buku ini disebut sebagai
kerangka berfikir irfani: dasar filosofi ahwal dan maqamat yang terdiri dari
kerangka berfikit irfani, ahwal dan maqamat, maqamat dalam tasawuf, ahwal yang
dijumpai dalam perjalanan sufi dan yang terakhir metode irfani. Selanjutnya buku
ini membahas tentang hubungan tasawuf dengan ilmu kalam, filsafat, ilmu fiqh dan
ilmu jiwa.

Setelah dirasa cukup untuk mengenalkan tasawuf secara luas maka buku ini
akan membahas lebih dalam mengenai tasawuf, yakni: tasawuf akhlaki yang terdiri
dari pengertian dan tokoh dan ajaran-ajaran tasawuf akhlaki, tasawuf irfani yang
membahas tentang siapa saja tokoh-tokoh ajaran tasawuf irfani seperti Rabi’ah Al
Adawiyyah, Dzun An-Nun Al-Mishri, Abu Yazid Al-Bustami dan Abu Manshur
Al-Hallaj, lalu tasawuf falsafi yang membahas tentang bagaimana pengertian dan
perkembangan tasawuf falsafi dan siapa saja tokoh-tokoh tasawuf falsafi.

Pada bab selanjutnya buku ini akan membahas tentang tarekat perspektif
sejarah dan perkembangannya. Bab ini terdiri dari pendahuluan tentang tarekat,
hubungan tarekat dengan tasawuf, sejarah timbulnya tarekat, aliran-aliran tarekat di
dunia Islam dan pengaruh tarekat di dunia Islam.

Menanggapi banyak hal menyimpang yang terjadi di dalam dunia tasawuf


oleh beberapa tokoh-tokoh tasawuf, maka buku ini juga membahas tentang studi
kritis terhadap aliran-aliran tasawuf yang terdiri dari pendahuluan, prinsip-prinsip
dasar ajaran tasawuf yang menyimpang dari petunjuk Al-Qur’an dan As-Sunnah,
kritik terhadap aliran-aliran dalam ajaran tasawuf dan beberapa contoh
penyimpangan dan kesesatan ajaran tasawuf.

Bab terakhir yang akan dibahas adalah tentang tasawuf di Indonesia, sebagai
penutup kerangka pembelajaran dalam buku ini. Bab terakhir akan meliputi sejarah
perkembangan tasawuf di Indonesia, tokoh-tokoh tasawuf di Indonesia seperti
Hamzah al-Fansuri, Nuruddin ar-Raniri, Syekh Abdur Rauf As-Sinkili dan Syekh
Yusuf al-Makassari.

Buku yang menjadi rujukan utama di mata kuliah Akhlak Tasawuf oleh
beberapa entitas khususnya Perguruan Tinggi Agama Islam ini sudah sangat
mencakupi banyak hal dalam pembelajaran mata kuliah Akhlak Tasawuf dan
mudah dimengerti oleh akademisi khususnya para mahasiswa.
Identifikasi Buku 2

 Judul Buku : Akhlaq / Tasawuf


 Penyusun : Tim penyusun POKJA Akademik UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta
 Cetakan : Edisi Pertama
 Penerbit : POKJA AKADEMIK UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
 Tahun : 2005
 Kota : Yogyakarta

Buku yang berjudul Akhlaq / Tasawuf ini adalah buku yang disusun oleh
Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sebagai rujukan utama para
dosen untuk pembelajaran mata kuliah akhlak tasawuf kepada mahasiswa UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta. Buku ini adalah karya kreatif-inovatif yang memiliki
spesifikasi khusus berbeda dari buku-buku lain pada umumnya. Aspek yang
membedakan buku tersebut dari buku pada umumnya adalah paradigma keilmuan
yang dijadikan kerangka dasar, yaitu paradigma integrasi interkoneksi.
Buku ini akan mencakup berbagai aspek secara umum mengenai keilmuan
dalam akhlak tasawuf. Bab pertama dari buku ini adalah pembahasan mengenai
akhlak tasawuf itu sendiri yang dimana disini akan dibahas lebih spesifik mengenai
paradigm akhlak dan tasawuf itu sendiri. Pada bab selanjutnya akan membahas
mengenai sumber-sumber akhlak tasawuf. Bab ketiga akan membahas mengenai
fungsi dari akhlak tasawuf, selanjutnya membahas tentang komponen-komponen
yang ada dalam akhlak tasawuf, yang diteruskan pada bab kelima yakni
pembahasan tentang pembinaan akhlak berdasarkan akhlak tasawuf, ini penting
karena akhlak tasawuf mempunyai peran penting dalam membina segi spiritualisme
manusia. Bab terakhir dari buku ini akan membahas tentang hubungan antara
syariah dan tasawuf.
Pembahasan dari buku ini mencakup kompetensi dasar, concept map,
current issue, dan bahan pembelajaran yang dimana telah di desain sedimikian rupa
supaya mudah dibaca oleh berbagai entitas.
Identifikasi Buku 3

 Judul Buku : Akhlak Tasawuf, Manusia , Etika dan Makna Hidup


 Penulis : Dr. M. Sholihin, M.Ag dan M. Rosyid Anwar, S.Ag
 Cetakan : Edisi Pertama
 Penerbit : Penerbit Nuansa
 Tahun : 2005
 Kota : Bandung

Buku yang disusun oleh Dr. M. Sholihin, M.Ag dan M. Rosyid Anwar, S.Ag
ini adalah buku yang terdiri dari sepuluh bab, masing-masing bab menjelaskan
point-point penting terkait judul bahasan yang akan dipelajari. Di awal buku ini
akan sedikit membahas mengenai akhlak, etika dan susila perspektif filsafat barat.

Bab pertama dari buku ini adalah pendahuluan mengenai akhlak tasawuf
yang mencakup enam bahasan utama, dimana setiap bahasannya mempunyai
beberapa point yang penting untuk dipelajari. Dalam bab ini dibahas mengenai
pengertian dan hubungan antara akhlak etika dan susila, akhlak atau etika dalam
perpektif filsafat barat yang meliputi teori yang bersifat fitri, teori yang bersifat
empirik klasik dan teori etika modernisme. Selanjutnya adalah pembahasan tentang
akhlak atau etika dalam perspektif filsafat Islam, lalu ruang lingkup bahasan ilmu
akhlak, tujuan dan faedah mempelajari ilmu akhlak dan yang terakhir adalah bahasa
tentang hubungan ilmu akhlak dengan ilmu lainnya seperti ilmu akhlak dengan
tasawuf, ilmu akhlak dengan ilmu tauhid, ilmu akhlak dengan ilmu jiwa, ilmu
akhlak dengan ilmu pendidikan dan ilmu akhlak dengan ilmu filsafat.

Bab kedua dari buku ini menjelaskan tentang fungsi akhlak dalam
kehidupan manusia. Bahasan yang mencakup bab ini adalah: indera, akal, wahyu,
hati dan nafsu manusia yang dimana akan dibahas tentang bagaimana peran
manusia terhadap lidah, mata atau telinga, alat kelamin, tangan dan kaki, dan perut.
Bahasan setelahnya adalah tentang sejarah singkat pembahasan akhlak, dilanjutkan
pembahasan mengenai akhlak Islami, induk akhlak Islami dan pembentukannya.
Bahasan selanjutnya adalah fungsi akhlak tasawuf dalam kehidupan manusia ,
hubungan akhlak dengan kebebasan, tanggungjawab dan hati nurani. Bahasan
terakhir yang dibahas pada bab ini adalah hubungan akhlak dengan hak, kewajiban
dan keadilan.

Bab ketiga adalah pembahasan tentang pembagian dan sistem penilaian


akhlak. Bahasannya mencakup pembagian akhlak yang terdiri dari pengertian baik
dan buruk, ukuran baik dan buruk, akhlak terpuji, akhlak tercela dan faktor
kebiasaaan dalam akhlak. Selanjutnya adalah sistem penilaian akhlak yang meliputi
sistem ahli sunnah dan mu’tazillah.

Bab keempat menjelaskan tentang akhlak terpuji Rasulullah SAW. Untuk


bab kelima membahas tentang tasawuf serta hubungannya dengan tauhid dan
akhlak yang terdiri dari pengertian dan tujuan tasawuf, dasar-dasar ajaran tasawuf
serta hubungan tasawuf dengan tauhid dan akhlak. Pada bab selanjutnya yakni bab
keenam adalah membahas tentang manusia dan sejarah perkembangan tasawuf, bab
ini cakupan bahasannya meliputi kejadian dan fitrah manusia, sejarah
perkembangan tasawuf serta para tokohnya dan perkembangan tasawuf di
Indonesia.

Bab selanjutnya yakni bab ketujuh adalah membahas tentang tasawuf dan
pengaruhnya bagi manusia yang mencakup: pengaruh tasawuf bagi manusia,
bahagia dan utama bagi manusia dan membentuk pribadi insan yang kamil. Untuk
bab kedelapan adalah membahas tentang hubungan tarekat dengan tasawuf dan
syariat, bab ini mencakup tentang hubungan tharikat dengan tasawuf, hubungan
tharikat dengan syariat serta tharikat dan alirannya seperti: Tharikat Naqsabandiyah
dan Tharikat Khalidiyah, Tharikat Qadiriyah, Tharikat Bekrasyi, Tharikat
Syadziliyah, Tharikat Rifa’iyah, Tharikat Tsamaniyah, Tharikat Khalawatiyah dan
Tharikat Al-Haddad.

Bab kesembilan dari buku ini adalah bab sebelum terakhir, membahas
tentang akhlak tasawuf bagi masyarakat modern yang meliputi bahasan tentang
masyarakat modern dan problematikanya, perlunya pengembangan akhlak tasawuf,
metode pembinaan akhlak tasawuf di zaman modern seperti: metode manajemen
qolbu, metode zikir, metode nasyid, metode mabit dan metode harakah. Bab
kesepuluh dari buku ini adalah penutup yang mencakup kesimpulan dan saran dari
penulis bagi entitas atau civitas akademika yang menggunakan buku ini sebagai
rujukan utama dalam pembelajaran.

Identifikasi Buku 4

 Judul Buku : Sufi dari Zaman ke Zaman


 Penulis : Dr. Abu al-Wafa’ al-Ghanimi al-Taftazani
 Cetakan : Cetakan ke-empat
 Penerbit : Dar al-Tsaqafah li al-Nasyr wa al-Tauzi’
 Tahun : 1988
 Kota : Kairo
 Alih Bahasa : Ahmad Rofi’ Ustmani
 Penyunting : Aliefya M. Santrie
 Penerbit : Penerbit Pustaka
 Tahun : 1985
 Cetakan : Pertama

Sufi dari zaman ke zaman adalah sebuah buku yang ambil dari buku
“madkhal ila al-Tashawuf al-Islam” karya Dr. Abu al-Wafa’ al-Ghanimi al-
Taftazani tahun 1983. Lalu di terjemahkan dan diambil sebagian dari karangan
beliau pada tahun 1985.

Buku ini membahas tentang bagaimana perjalanan tasawuf dari masa ke


masa, artinya setiap bab menjelaskan keadaan tasawuf di masa tertentu. Tidak ada
pembahasan mengenai akhlak disini. Buku ini memuat pendahuluan yang
didalamnya membahas tentang karakteristik umum tasawuf, perbedaan tujuan
tasawuf atau mistisme, kondisi-kondisi tasawuf atau mistisme diterima oleh umat,
pengertian tasawuf dalam Islam, tinjauan global tentang fase perkembangan
tasawuf dan asal-usul kata tasawuf.
Bab pertama pada buku ini bertemakan sumber tasawuf dalam Islam yang
dimana terdapat pembahasan tentang sumber asli tasawuf apakah dari Islam?
Ulasan mengenai argument tersebut dan sumber Islam dalam tasawuf. untuk bab
kedua buku ini bertemakan tentang gerkan zuhd (asketisme) pada abad pertama dan
kedua hijriyah. Bahasan yang dimuat pada bab kedua adalah pengertian zuhd dalam
Islam, faktor-faktor yang membuat berkembangnya asketisme dalam Islam, aliran-
aliran asketisme, dari asketisme menuju tasawuf, perkembangan asketisme di
tangan Rabi’ah Al-Adawiyyah, karakteristik asketisme Islam pada abad-abad
pertama dan kedua hijriyah.

Bab ketiga pada buku ini bertemakan tentang tasawuf pada abad-abad ketiga
dan keempat hijriyah. Seperti biasa, bab ini memuat pendahuluan terlebih dahulu
lalu dilanjutkan dengan pembahasan mengenai perbedaan tasawuf dengan fiqh
secara metodis, lalu ada pembahasan tentang dua aliran tasawuf, ikhtisar
karakteristik umum tasawuf pada abad-adab ketiga dan keempat hijriyah.

Bab keempat pada buku ini bertemakan tasawuf sunni pada abad kelima
hijriyah yang meliputi pendahuluan, Al-Qusyairi dan kritiknya terhadap para sufi
senamannya, Al-Harawi dan sikapnya terhadap para sufi yang terkenal dengan
keganjilan ungkapan-ungkapannya, al-Ghazaali dan tasawuf sunni dan yang
terakhir adalah mengenai komentar terhadap tasawuf al-Ghazaali

Bab kelima pada buku ini bertemakan tentang tasawuf filosofis.


Pembahasan yang terkait dalam bab ini adalah pendahuluan, obyek tasawuf
filosofis dan karakteristiknya, selanjutnya adalah pembahasan tentang biografi dan
ketasawufan Al-Suhrawardi Al-Maqtul dan Hikmah Al-Isyraq, lalu tasawuf dan
panteisme, kesatuan wujud menurut Ibn ‘Arabi, kesatuan mutlak menurut Ibnu
Sabi’in dan yang terakhir pada bab ini adalah para penyair cinta Illahi dan kesatuan
penyaksian.

Bab keenam pada buku ini bertemakan tentang tasawuf para pendiri tarekat.
Pembahasan yang terkait dalam buku ini adalah pendahuluan lalu dilanjutkan
dengan tarikat-tarikat yang paling menonjol pada abad-abad keenam dan ketujuh
hijriyah, dan yang terakhir adalah komentar sang penulis terkait dengan tarikat-
tarikat yang paling menonjol pada abad keenam dan ketujuh hijriyah.
BAB 3

PEMBAHASAN

AKHLAK TASAWUF: PENGENALAN, PEMAHAMAN DAN


PENGAPLIKASIAN

BAGIAN PERTAMA

Bab 1: Asal Muasal Tasawuf

Sejarah Lahirnya Tasawuf.Tasawuf berdiri sebagai ilmu sekitar akhir abad


ke-2 atau awal ke-3 H. Kemunculannya dikarenakan oleh dua faktor. Pertama,
faktor ekstern: tasawuf lahir karena pengaruh paham Kristen yang menjauhi dunia
dan hidup mengasingkan diri, pengaruh filsafat Phytagoras yang menganggap roh
manusia di dunia terasing, pengaruh filsfat emanasi Plotinus yang menjelaskan roh
dalam materi kotor dan harus disucikan,pengaruh ajaran Budha bahwa orang harus
meninggalkan dunia dan melakukan kontemplasi, pengaruh ajaran Hindu yang
mendorong manusia meninggalkan dunia.Kedua, faktor intern. Tasawuf digali dari
Al-Qur’an, Al-Hadis dan perilaku Nabi Muhammad SAW.1

Pengertian Tasawuf. a) menurut Imam al-Ghazali tasawuf adalah budi


pekerti; b) menurut as-Suhrawardi, tasawuf adalah mengambil hakikat dan
meninggalkan yang ada di tangan makhluk; c) menurut Muhammad Amin Al-
Kurdi, tasawuf adalah suatu ilmu yang dengannya diketahui hal ihwal kebaikan dan
keburukan jiwa.

Tasawuf dalam pandangan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dalam QS Fathir


[35]: 5: “Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali
janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah setan
yang pandai menipu memperdayakan kamu tentang Allah”. Dalam Al-Hadis
riwayat Imam Ahmad Abu Daud, an-Nasa’i, Ibn Majah dan al-Hakim dari Abdullah

1
Ahmad Bangun Nasution dan Rayani Hanum Siregar, Akhlak Tasawuf, Pengenalan,
Pemahaman dan Pengaplikasiannya, disertai Biografi dan Tokoh-tokoh Sufi (Jakarta: Rajawali
Press, 2015), hlm 5
bin Abbas: “Abdullah bin Abbas berkata, bersabda Rasululah SAW, ‘Barang siapa
memperbanyak istighfar, niscaya Allah menjadikan untuk setiap kesedihannya
jalan ke luar dan untuk setiap kesempitannya kelapangan dan Allah akan
memberinya rezeki (yang halal) dari arah yang tiada disangka-sangka’. (HR
Ahmad)”.

Landasan dan Motivasi Lahirnya Tasawuf. Lahirnya tasawuf bersamaan


dengan lahirnya agama Islam, karena sebelum menjadi Rasul, Nabi Muhammad
SAW suka melakukan tahannuts dan khalwat di Gua Hira’.Sedangkan menurut
Merx, tasawuf berasal dari pendeta-pendeta Syam. Menurut Qamar Kailaany,
tasawuf mempunyai unsur yang dekat dan yang jauh. Unsur yang dekat ialah Al-
Qur’an, Al-Hadis, sirah Nabi, sirah Khulafaurrasyidin, struktur sosial dan firqah-
firqah. Sedangkan usur jauh ialah pengaruh agama Nasrani, Hindu, Budha dan
Persia.

Urgensi Ilmu Tasawuf. Kecenderungan manusia untuk mencari nilai


Ilahiyah membuktikan bahwa manusia itu pada dasarnya makhluk rohani selain
sebagai makhluk jasmani. Dengan kata lain, tasawuf merupakan fitrah manusia.

Bab 2: Dimensi Lain Tentang Sejarah Asal Mula Ilmu Tasawuf

Tasawuf adalah salah satu cabang ilmu Islam yang menekankan dimensi
spiritual. Ia lebih menekankan kehidupan akhirat ketimbang kehidupan dunia yang
fana.

Pengertian Tasawuf. Harun Nasution menyebutkan istilah yang berkenaan


dengan tasawuf, yaitu al-suffah (orang yang ikut pindah dengan Nabi dari Mekkah
ke Madinah), saf (barisan), sufi (suci), sophos (Yunani, artinya hikmat) dan suf
(kain wol). Secara definisi, tasawuf adalah sikap mental yang selalu memelihara
kesucian diri, beribadah, hidup sederhana, rela berkorban untuk kebaikan dan selalu
bersikap bijaksana.2

2
Ibid hlm 13
Ciri Umum Tasawuf. Menurut Abu Al-Wafa’ Al-Ghanimi At-Taftazani,
tasawuf punya lima ciri, yaitu 1) peningkatan moral; 2) pemenuhan yang fana dalam
realitas mutlak; 3) pengetahuan intuitif langsung; 4) timbulnya rasa kebahagiaan
karena tercapainya maqamat; 5) penggunaan simbol-simbol yang mengandung
pengertian harfiah dan tersirat.

Tabel Alur Ajaran Tasawuf:3

1. Asal-usul. Ajaran tasawuf dibentuk oleh tiga alur. Pertama, gagasan tentang
asketisisme Arab, pengabdian total, kecintaan yang kuat pada Tuhan dan
ungkapan puitis. Tokohnya seperti Abu Dzar Al-Ghifari (Madinah), Umar
bin Abdul Aziz (Damaskus), Al-Hasan Al-Bhasri (Basrah), dan Rabi’ah
Al-Adawiyah (Basrah). Kedua, gagasan tentang genosis sebagai
pengetahuan pasti, tamsil cahaya/kegelapan, memuji roh dan mengutuk
materi, mendukung kehidupan pertapaan daripada kehidupan aktif.
Tokohnya seperti Al-Harits bin Asad Al-Muhasibi (Baghdad), Dzun Nun
Al-Mishri (Iskandariah), dan Abu Hasyim Al-Kufi (Basrah). Ketiga,
gagasan tentang menafikan jasad, meninggikan roh, anti-dunia. Tokohnya
seperti Ibrahim bin Al-Adham (Khurasan), Abdullah bin Mubarak (Marw),
Syaqiq Al-Balkh (Balkh), Haytam Al-Ashamm (Balkh), dan Abu Yazid Al-
Bustami (Bistham).
2. Perkembangan. Ketiga mazhab di atas bertemu dalam diri Junaid Al-
Baghdadi. Ia berhasil menyatukan semua gagasan sufi; memantapkan
kategori logika dan pengetahuan, metafisika, dan etika tasawuf;
mengislamkan kosa kata tasawuf dengan memberinya istilah-istilah Al-
Qur’an; memprakarsai penafsiran kiasan atas Al-Qur’an untuk memenuhi
tujuan sufi.
3. Kekuasaan. Setelah Junaid, banyak ahli tasawuf lahir, seperti Umar bin Al-
Faridh (Kairo), Umar Thalib Al-Makki (Kufah), Abu Nashr Al-Sarraj
(Damaskus), Abu Na’im Al-Isbahani (Isfahan), Abu Al-Qasim Al-Qusyairi

3
ibid hlm 14
(Naisabur), Abu Hamid Al-Ghazali (Baghdad), Ibn Arabi (Andalus),
Jalaludin Rumi (Turki) dan Ibn Ata’illah As-Sakandari (Iskandariah).
4. Keruntuhan. Benih-benih keruntuhan tasawuf ditandai karena
mengompromikan transendensi dengan imanensi, intuisionisme dengan
esoterisisme, sosietisme dengan kerahiban, akal dengan takhayyul, tauhid
dengan pemujuaan kepada wali, otoritas syariat dengan otoritas pemimpin
terekat, dan aktivisme dengan pertapaan. e) Pembaruan. Mereka yang
berupaya mengkompromikan beberapa elemen di atas termasuk Taqiyudin
Ahmad bin Taymiah (Damaskus), Ahmad Sirhindi (India), Wakyullah Al-
Dahlawi (India), Muhammad biin Abdul Wahhab (Arab), Usman dan Fodio
(Sudan Barat), Muhammad Ali As-Sanusi (Libia), Muhammad Ahmad Al-
Mahdi (Sudan).

Bab 3: Tasawuf Irfani

Tasawuf Irfani adalah tasawuf di mana makrifah diperoleh tidak melalui


logika atau pembelajaran, tetapi melalui mauhibah (pemberian Tuhan)4. Hakikat
kebenaran tersingkap lewat ilham (intuisi). Periode Irfan dibagi menjadi empat: 1)
dari sejak Rasulullah sampai masa al-Hallaj dan Rabi’ah; 2) dari sejak al-Hallaj
sampai masa Bayazid dan Abu Sa’id Abul Khair; 3) dari sejak Abul Khair sampai
masa Ibn Arabi; 4) dari sejak Ibn Arabi sampai kini.

Metode tasawuf irfan ada empat:

1. Riyadhah, yaitu latihan membiasakan diri agar tidak melalukan perihal yang
mengotori jiwa (berbuat maksiat dan dosa).
2. Tafakkur, yaitu merenungi segala ciptaan Allah hingga memperoleh ilmu.
Ilmu itu turun ke hati, dari hati jadi tindakan nyata.
3. Tazkiyat an-nafs, yaitu penyucian jiwa dengan menjauhi nafsu, riya dan
nifak.

4
Ibid hlm 27
4. Dzikrullah, yaitu mengagungkan, mengingat dan menyebut Allah setiap
waktu.

Bab 4: Tasawuf Akhlaki

Tasawuf Akhlaki berarti membersihkan tingkah laku dari segala hal yang
dapat mengotori jiwa. Karakteristiknya ada lima: 1) melandaskan diri pada Al-
Qur’an dan Al-Hadis; 2) menyinambungkan antara tasawuf dan fiqh; 3)
menganggap diri sebagai hamba dan Tuhan sebagai pencipta; 4) konsentrasi
mendidik akhlak dengan latihan mental; 5) tidak menggunakan terminologi filsafat.
Sistem pembinaannya ada tiga: 1) takhalli, yaitu usaha mengosongkan diri dari
akhlak tercela; 2) tahalli, yaitu usaha mengisi diri dengan akhlak terpuji; 3) tajalli,
yaitu menyucikan jiwa dengan memperdalam kecintaan kepada Allah. Tokoh-tokoh
tasawuf akhlaki ialah Hasan al-Bashri, Al-Muhasibi dan Al-Gazali.5

Bab 5: Tasawuf Falsafi

Tasawuf Falsafi adalah ajaran tasawuf yang menggunakan pendekatan


filsaat. Tjuannya bukan hanya mengenal Allah (ma’rifatullah), tetapi juga bersatu
dengan Allah (wihdlatul wujud). Tokohnya adalah Ibn Arabi, Al-Jilli dan Ibn
Sab’in. Ibn Arabi lahir di Murcia, Andalausia Tenggara, Spanyol, pada 1201 dan
meninggal pada 1240 M. Ajaran utamanya adalah wihdlatul wujud. Menurutnya,
wujud pada hakikatnya satu dan hakikat wujud makhluk adalah wujud Khalik.
Adapun ada yang mengira antara wujud Allah dan makhluk berbeda, itu hanya
tipuan indera dan akal yang terbatas.

Al-Jilli lahir di Gilan, selatan laut Kaspia, Asia Selatan pada 1365 M dan
meninggal pada 1405 M. Ajaran utamanya adalah al-insan al-kamil, yaitu manusia
yang merupakan cermin Tuhan di dunia. Untuk mencapai tingkat al-insan al-kamil,
orang harus melalui 7 maqamat: 1) melaksanakan dan merasakan rukun Islam (al-
Islam); 2) melaksanakan dan merasakan rukun iman (iman); 3) beribadah kepada
Allah dengan khauf dan raja’ (ash-shalah); 4) menyaksikan sifat dan nama Allah

5
Ibid hlm 32
(ihsan); 5) menyaksikan Allah pada segala-galanya (syahadah); 6) memperoleh
pencapaian hakikat dari ilmul yakin, ainul yain dan hakkul yakin (shiddiqiyah); 7)
menampakkan diri dalam sifat dan nama Allah (qurban).

Ibn Sab’in lahir di Murcia, Andalausia Tenggara, Spanyol, pada 1217 M.


Ajarannya yang terkenal adalah wujud mutlak. Menurutnya alam materi hakikatnya
tidak ada. Yang ada hanya wujud Allah semata. Oleh karenanya ia membantah
logika Aristoteles dan mendirikan logika intuitif.6 Eman kategori logika (genus,
species, difference, proper, accident, person) hanyalah ilusi dari satu kategori logika
intuitif, yaitu wujud mutlak. Wujud mutlak ini hanya akan disaksikan oleh orang
yang dalam dirinya bergabung kemampuan fuqaha, teolog, filosof dan sufi.

Bab 6: Tasawuf Syar’i

Tasawuf Syar’i berkonsentrasi pada pembentukan akhlak mulia yang tetap


berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Al-Hadis.7

Metodenya ada tiga:

1) Syar’iyah dan hakikah. Melaksanakan ibadah (syar’iyah) sambil merasakan


kesatuan dengan Allah (hakikah)
2) Ilmu mukhtasab dan ilmu ladunni. Berjerih payah untuk mendapatkan
pengetahuan (ilmu mukhtasab) sambil meyakini pengetahuan yang
diberikan oleh Allah (ilmu ladunni);
3) Motivasi ibadah. Motivasi dalam beribadah bukan karena takut pada neraka
atau mengharap surga, tetapi karena cinta kepada Allah.

Bab 7: Maqam

Maqam adalah tingkatan yang harus dilalui oleh para salik. Beberapa sufi
mengklasifikasikan maqam secara berbeda-beda, tetapi secara umum maqam ada
tujuh:8 1) tobat, yaitu menyadari kesalahan sepenuh hati dan berjanji tidak akan

6
Ibid hlm 40
7
Ibid hlm 43
8
Ibid hlm 49
mengulanginya; 2) wara’, yaitu menjauhi segala hal yang belum jelas halal-
haramnya serta menjaga harga diri; 3) zuhud, yaitu lebih mengutamakan
kebahagiaan ukhrawi ketimbang kenikmatan duniawi; 4) faqr, yaitu memalingkan
pikiran dan harapan dari apa pun yang menjauhkannya dengan Allah; 5) sabar, yaitu
menahan diri dari hawa nafsu dan amarah; 6) ridha, yaitu menerima dengan rasa
puas apapun yang dianugerahkan oleh Allah; 7) tawakal, yaitu keteguhan hati
dalam menggantungkan diri hanya kepada Allah.

Bab 8: Ahwal

Ahwal adalah keadaan-keadaan mental yang dialami para sufi. Ahwal


dibagi menjadi enam; 1) khauf, yaitu takut kepada Allah dan khawatir kalau-kalau
Allah tidak senang padanya; 2) raja’, yaitu sikap optimis dalam meraih rahmat
Allah; 3) syauq, yaitu kerinduan yang mendalam kepada Allah; 4) uns, yaitu merasa
akrab atau intim dengan Allah; 5) mahabah, yaitu perasaan cinta yang mendalam
kepada Allah; 6) yakin, yaitu kepercayaan yang kokoh dan tak tergoyahkan akan
kebenaran pengetahuan yang ia miliki.

Bab 9: Tasawuf di Indonesia

Masuknya tasawuf ke Indonesia tidak bersamaan dengan datangnya agama


Islam di Indonesia, karena Islam di Indonesia dibawa oleh para pendakwah India
pada abad ke-11 M yang berpaham syar’iyah. Paham ini bertahann hingga abad ke-
13 M. Baru pada abad ke-14 M tasawuf masuk ke Indonesia lewat jalur Sumatra.
Tasawuf di Sumatera lebih ke tasawuf falsafi. Di Jawa, paham tasawuf diajarkan
oleh para wali songo. Tetapi kemudian tasawuf jadi sesat, dilepaskan dari ajaran
Islam oleh keraton, jadi kejawen. Baru pada permulaan tahun 50-an Hamka menulis
buku tasawuf yang memperlihatkan ajaran tasawuf yang benar. Agar tidak dicemari
oleh ajaran non-Islam, Nahdlatul Ulama (NU) memformulasikan lembaga tasawuf
melalui tarekat mu’tabarah yang bersumber dari tasawuf akhlaki Al-Ghazali dan
Junaid Al-Baghdadi.9 Jadi hingga hari ini aliran tasawu di Indonesia ada dua:
tasawuf falsafi dan tasawuf akhlaki.

Tokoh-tokoh tasawuf di Indonesia: 1) Hamzah Fansuri yang terkenal dengan teori


wujud tunggal yang memecah jadi kulit (kenyataan lahir) dan isi (kenyataan batin);
2) Syamsuddin al-Sumatrani yang terkenal dengan teori Martabat Tujuh dan 20 sifat
Tuhan; 3) Nuruddin ar-Raniri yang berhasil “mengubur” tradisi wujudiyah (tasawuf
falsafi) di Indonesia. Pemikirannya tersebar ke seluruh nusantara dan tradisi
tasawuf di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari perannya; 4) Abd. Rauf Al-Sinkli
yang menolak paham wujudiyah, lalu berupaya merekonsiliasikan antara tasawuf
dan syariat di tanah Jawa; 5) Abd. Shamad Al-Palimbani yang berhasil
menggabungkan tasawuf Al-Ghazali dan Ibn Arabi, sehingga tasawufnya memiliki
corak tersendiri; 6) Syaikh Yusuf Al-Makasari yang mendukung penyempurnaan
ajaran Islam dengan melihat dua aspek, yaitu aspek lahir (syariat) dan aspek batin
(hakikat).

Bab 10: Perjalanan Tasawuf Kaitannya dengan Takhalli, Tahalli dan Tajalli

Takhalli adalah mengosongkan diri dari sikap ketergantungan terhadap


kelezatan hidup duniawi dengan cara menjauhkan diri dari maksiat dan berusaha
menguasai hawa nafsu.10 Tahalli adalah mengisi diri degan sifat dan sikap serta
perbuatan baik yang meliputi taubat (penyesalan karena taat dan cinta kepada Allah,
meninggalkan keburukan dan melakukan kebaikan karena takut kepada Allah,
beralih dari situasi yang baik ke situasi yang lebih baik), khauf dan raja’ (cemas
akan azab Allah dan berharap akan karunia Allah), zuhud (lebih mengutamakan
kehidupan akhirat ketimbang kehidupan dunia), faqr (puas dengan apa yang
dimiliki), sabar (iffah atau menahan hawa nafsu perut dan seksual, hilm atau
sanggup menguasai diri agar tidak marah, qanaah atau tabah menerima nasib,
saja’ah atau pantang menyerah dalam menghadapi masalah), ridha (menerima
dengan lapang dada apa yang datang dari Allah), muraqabah (memperhitungkan
seberapa banyak perbuatan buruk dan kewajiban yang telah dilakukannya). Tajalli

9
Ibid hal 61
10
Ibid hal 72
adalah terungkapnya nur ghaib (pancaran ilahiyat) dalam hati dan semakin
memperdalam rasa cinta kepada Allah melalui munajat, muraqabah dan
muhasabah, wirid dan zikir, tafakkur dan zikrul maut.

Bab 11: Zikir, Syariat, Hakikat, Makrifat Zikir

Zikir adalah menyebut, mengingat, memperhatikan, menjaga, mengambi


pelajaran dan menenal Nama dan Sifat Allah11. Macamnya ada empat: 1) zikir lisan,
yaitu menyebut Nama dan Sifat Allah dengan lidah; 2) zikir qalbi, yaitu menyebut
Nama dan Sifat Allah dalam hati; 3) zikir aqly, yaitu memikirkan arti, makna dan
maksud yang terkandung dalam kalimat-kalimat zikir; 4) zikir ruhy, yaitu
menyaksikan wujud Allah secara langsung tanpa perantara. Syariat adalah amal
ibadah lahiriah, baik akidah, ibadah maupun muamalah. Hakikat adalah inti rahasia
paling dalam dari syariat. Jika shala adalah syariat, maka dialog spiritual antara abid
(hamba) dan ma’bud (yang disembah) adalah hakikat. Keduanya tidak dapat
dipisahkan. Makrifat adalah pengetahuan, perasaan, pengalaman ketika menjalani
syariat untuk menuju hakikat.12

Bab 12: Tasawuf di Era Globalisasi

Era globalisasi yang berarti penggundulan bumi dari biota rohani ternyata
tidak mematikan spiritualitas agama. Dalam masyarakat modern, banyak
ditemukan penderitaan batin yang memuncak. Manusia membutuhkan penopang
jiwa. Mereka lalu mencari tasawuf. Jadi dalam konteks ini tasawuf dijalani sebagai
terapi jiwa dan dipahami dalam konteks nilai-gunanya (pragmatis). Hal ini dapat
diamati dalam beberapa konsepsi berikut:

1) Ilmu makrifat dan prinsip-prinsip epistemologi tasawuf. Ilmu makrifat yang


mengakaitkan antara syariah dan hakikat serta pengalaman spiritual dan
wahyu merupakan prinsip-prinsip epistemologi tasawuf. Ilmu makrifat
mengakomodasi pandangan empirisisme dan rasionalisme, sejauh itu
dipakai untuk mengetahui manifestasi Tuhan.

11
ibid hlm 76
12
Ibid hlm 79
2) Diagnosis spiritualitas. Iman sangat dibutuhkan dalam rangka kontrol jiwa.
Jiwa yang tidak terkontrol mengakibatkan akal rusak. Akibatnya, orang
mengalami penyakit jiwa yang membebani tubuh. Untuk mengobatinya,
tasawuf menawarkan solusi agar setiap orang terus menjalin komunikasi
dengan Tuhan untuk memperoleh energi spiritual dan ketahanan jiwa.
3) Konsepsi fana’ dan terapi sufistik. Fana’ adalah keadaan emosional yang
lebur dengan Tuhan. Fana’ dapat menjadi terapi karena dapat menjembatani
orientasi simtomatis, penyesuaian diri, pengembangan, potensi dan
penghayatan spiritual.
4) Spiritualitas manusia modern: sebuah psikologi baru. Ada titik persamaan
antara psikoanalisis dengan tasawuf. Menurut psikoanalisis, tingkah laku
manusia ditentukan oleh faktor ketidaksadarannya, sedangkan menurut
tasawuf, nafs al-amarah mengontrol pikirn dan tingkah laku manusia.
Bedanya dengan psikoanalisis, tasawuf bukan hanya untuk melepaskan diri
dari nafs al-amarah, tetapi juga bagaimana membangun nafs lawwamah
hingga mencapai nafs al-muthmainnah. Di sini letak keunggulan tasawuf
dibanding psikoanalisis.

Bab 13: Korelasi Ibadah, Motivasi, dan Profesionalisme dengan Tasawuf

Korelasi ibadah dengan tasawuf. Iman tanpa ibadah hanyalah rumusan


abstrak.13 Sementara ibadah yang dipupuk dengan tasawuf akan semakin
meningkatkan atau minilam menjaga keimanan.

Korelasi etos kerja dengan tasawuf. Etos kerja tidak terbentuk oleh kualitas
pendidikan dan kemampuan semata, tetapi juga oleh faktor inner life, yaitu suasana
batin dan semangat hidup yang terpancar dari keyakinan. Apabila keyakinan itu
diarahkan bahwa kerja seseorang dilihat oleh Allah dan diniatkan beribadah, maka
di sinilah letak hubungan etos kerja dengan tasawuf.

Korelasi profesionalisme dengan tasawuf. Profesionalisme adalah mengerti


akan tugas (sesuai dengan bidangnya) dan bertanggung jawab (amanah), kemudian

13
Ibid hlm 89
bersungguh-sungguh mengerjakannya dengan kualitas yang terbaik (ahsan).
Korelasinya dengan tasawuf adalah bahwa tasawuf memberikan pondasi spiritual
yang kokoh pada profesionalisme.

Bab 14: Dialektika Kebutuhan Terhadap Tasawuf

Hubungan tasawuf dengan problem kejiwaan manusia modern. Zaman


modern ditandai oleh: 1) penggunaan teknologi dalam berbagai aspek kehidupan
manusia; 2) berkembangnya ilmu pengetahuan sebagai wujud kemajuan intelektual
manusia. Jadi, manusia modern idealnya adalah manusia yang berpikir logis dan
mampu meningkatkan kehidupan manusia dengan teknologi. Tetapi manusia
modern justru merasa kehilangan makna diri, kosong, resah, terasing dan tidak
mampu memilih jalan hidup yang diinginkannya karena: a) perubahan sosial
berlangsung cepat; b) hubungan antar manusia berubah menjadi hubungan saling-
asing; c) lembaga tradisional berubah menjadi lembaga rasional; d) dari masyarakat
homogen berubah menjadi masyarakat heterogen; e) stabilitas sosial berubah
menjadi mobilitas sosial.

Gangguan kejiwaan manusia modern. Manusia modern mengidap: a)


kecemasan karena hilangnya makna hidup. Ia tidak memiliki prinsip hidup. Apa
yang dilakukannya hanya untuk mengikuti trend (tuntutan sosial), sedangkan trend
belum tentu berdasar pada prinsip yang mulia; b) kesepian karena hubungan antar
manusia tidak lagi hangat dan tulus. Kepada orang lain ia tidak memperkenalkan
dirinya, tetapi yang bukan dirinya. Akibatnya, ia memandang orang lain pun
sebagai bukan dirinya; c) kebosanan yang akut. Ia bosan dengan kepura-puraan dan
kepalsuan, tetapi ia tidak tahu cara menghilangkan kebosanan itu; d) perilaku
menyimpang karena ia tidak tahu persis apa yang harus dilakukannya, tidak bisa
memutuskan sesuatu dan tidak tahu jalan mana yang harus ditempuh. Akibatnya, ia
hanya menginginkan kesenangan semata, meski hal itu menyimpang dari ajaran
agama dan norma sosial; e) psikomatik karena jiwanya menderita, perasaannya
tertekan, stres, trauma, sindrom dan sebagainya.
Tasawuf sebagai terapi manusia modern dan relasinya dengan kekuasaan.
Manusia kini secara naluriah merasakan pentingnya meditasi dan kontemplasi.
Namun hanya sedikit agama yang secara disiplin menjalankan syariah yang
autentik sebagai satu-satunya jalan meraih kegembiraan dan ketenangan melalui
perenungan yang dalam akan keabadian surgawi. Di sinilah kehadiran tasawuf
benar-benar merupakan solusi (terapi) yang tepat bagi masyarakat modern, karena
tasawuf punya semua unsur yang dibutuhkan oleh manusia: bersistem, tetap berada
dalam koridor syariah dan realisasi kerohanian yang luhur.14 Jika demikian,
kehidupan politik, ekonomi dan sosial – sistem yang mengatur hampir semua
kebutuhan manusia modern – akan bersih dan suci, karena dijalankan dalam koridor
tasbih, tahmid, istighfar, dan tafakur, bukan hanya demi kekuasaan semata.

BAGIAN KEDUA

TOKOH-TOKOH SUFI

Untuk bagian kedua dari buku ini adalah pengenalan biografi beberapa
tokoh sufi yang terkenal antara lain adalah Ibnu Arabi, Jalaludin Ar-Rumi, Imam
Al-Ghazali, Abdul Qadir Al-Jailani, Abu Yazid Al-Bustami, Husain ibn Manshur
Al-Hallaj, Rabiyatul Adawiyah, Hasan Al-Basri, Al-Junaid, Al-Muhasibi, Al-
Qusyairi, Ziya Gokalp, Suhrawardi Al-Maqtul, Zunnun Al-Mishri, Ibnu Sabi’in,
Ibnu Khaldun, H. Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA), Harun Nasution,
Jalaludin Rakhmat, Hamzah Fanshuri, Nuruddin Ar-Raniri, Syaikh Abdur Rauf As-
Sankili, Abdul Shamad Al-Palimbani, Yusuf Al-Makasari dan Nawawi Al-Bantani

Kelebihan Buku
Buku ini memiliki kelebihan dibanding dengan beberapa literatur yang saya
pakai, yakni buku ini sudah sangat update / mutakhir dari segi current issue dan tata
bahasa dalam pemaparan materi. Contoh permasalahan yang disuguhkan dari setiap

14
Ibid, hlm 102.
bab adalah yang sering terjadi di sekitar kita dan kekinian. Kelebihan yang lain
adalah adanya tokoh-tokoh sufi yang dibuat biografinya, pemikirannya serta
kontribusinya ketika masa itu untuk keilmuan akhlak tasawuf

Kekurangan Buku

Kekurangan buku ini ada dikurangnya penggunaan catatan kaki dari setiap
pemaparan atau argumentasi yang disuguhkan. Sehingga kita sebagai pembaca
kekurangan informasi literatur apa saja yang bersangkutan dengan buku ini.

Untuk memudahkan penjelasan pada pembahasan ini (bab ketiga) , maka penyusun
menyederhanakan dalam tabel berikut:

NO ASPEK SUMBER SUMBER SUMBER SUMBER SUMBER


PRIMER SEKUNDER 1 SEKUNDER SEKUNDER SEKUNDER
2 3 4
01 Latar Penulisan latar Penulisan latar Untuk Latar Latar
belakang belakang dari belakang pada masalah belakang belakang
penulisa setiap buku ini penulisan penulisan penulisan
n pembahasan sebenarnya latar buku ini buku ini
yang ada dalam bagus, belakang berdasarkan adalah
buku ini sudah sistematis, dan penulisan kurikulum bagaimana si
sangat baik. kerangka yang buku ini pembelajaran penulis
Karena disuguhkan adalah yang yang ada di membanding
pemaparan selalu membawa terbaik, perguruan kan tasawuf
current issue literatur arab. namun tinggi agama dari masa ke
atau Namun yang sayangnya Islam di masa.
permasalahan sangat hingga seluruh Berdasarkan
secara disayangkan sekarang dari Indonesia. tahun hijriyah
kontemporer adalah istilah- pihak tim Ciri khas dari
adalah yang istilah arab yang penulis latar
terbaru. Latar digunakan tidak maupun tim belakang
belakang yang banyak di beri penerbit tidak penulisan di
dibahas pada artinya. membuat buku ini
setiap bab Latar belakang cetakan versi adalah
memiliki ciri penulisan buku terbarunya, adanya
khas sendiri ini adalah sehingga disiplin
yakni langsung pemahaman kerangka keilmuan
membawa akhlak tasawuf bahasanya falsafah yang
pembaca secara umum diselipkan
mengetahui dan khusus tidak dalam
apakah yang sesuai kekinian. penulisannya
akan dipelajari kurikulum yang Latar
pada bab ada pada belakang
tersebut. perguruan tinggi penulisan
Latar belakang agama Islam buku ini
penulisan buku adalah UIN
ini adalah Sunan
bagaimana si Kalijaga
penulis Yogyakarta
memahamkan ingin
pembacanya mengembang
tentang apa itu kan
akhlak tasawuf penelitian
secara keilmuan
keilmuan berbasis
integrasi
interkoneksi
02 Kedalam Secara luas bab Secara luas buku Secara luas Secara luas Secara luas
an & dan sub bab ini telah buku ini buku ini juga buku ini
keluasan yang ditulis mencakup memisahkan memisahkan membahas
dalam buku ini tentang antara antara tasawuf tanpa
bersifat umum keilmuan dalam keilmuan disiplin membahas
dan banyak akhlak tasawuf dalam akhlak keilmuan akhlak
dijumpai di secara umum. dan keilmuan tentang
beberapa dalam akhlak dan Secara
literatur Secara tasawuf. disiplin mendalam
lainnya. mendalam setiap Buku ini keilmuan buku ini
pembahasan adalah tentang memerincika
Secara yang ada dalam pengembanga tasawuf. n perjalanan
mendalam buku ini terdapat n dari konsep keilmuan
buku ini istilah-istilah pembelajaran Secara tasawuf dari
membahas linguistic arab, di UIN Sunan mendalam abad ke abad
tentang seperti Kalijaga pembahasan
keilmuan mahabbah, Yogyakarta dalam buku
dalam akhlak lughowi, istilahi yang berbasis ini berbasis
tasawuf yang dsb Integrasi- falsafah
disandingkan interkoneksi. barat. Banyak
dengan pokok istilah-istilah
permasalahan Secara yang
kekinian. mendalam didefinisikan
Bahasa yang pembahasan dengan
digunakan pun dalam buku falsafah barat
juga sudah ini sangat
kekinian dan sistematis,
mudah karena setiap
dipahami oleh bab terdapat
kalangan concept map,
akademisi. current issue
Materi yang dan ada tugas
disuguhkan yang
dalam buku ini disediakan
berbasis untuk
argumentasi mahasiswa
terhadap tokoh-
tokoh sufi yang
ada
03 Tujuan Menjelaskan Menjelaskan Menjelaskan Menjelaskan Menjelaskan
penulisa tentang disiplin tentang disiplin tentang tentang perjalanan
n keilmuan keilmuan disiplin disiplin sufi/tasawuf
Akhlak Akhlak Tasawuf keilmuan keilmuan dari masa ke
Tasawuf secara berdasarkan Akhlak Akhlak masa beserta
kontemporer. kurikulum Tasawuf Tasawuf tokoh yang
Beserta berbasis berbasis paling
biografi tokoh- integrasi- falsafah barat menonjol
tokoh sufi interkoneksi pada masa itu
keilmuan
sekuler
dengan
keilmuan
islam
04 Sasaran Akademisi, Akademisi, Akademisi, Akademisi, Akademisi,
pembaca Mahasiswa, Mahasiswa, Mahasiswa, Mahasiswa, Mahasiswa,
/ Dosen Dosen Dosen Dosen Dosen
Segment
asi
pembaca
05 Kemutak Buku ini sangat Pemabahasan Pembahasan Pembahasan Pembahasan
hiran / kekinian dari dalam buku ini dalam buku dalam buku dalam buku
up todate mulai bahasa mengikuti tren ini mengikuti ini sudah up ini kurang up
titas hingga abad ke 21 tren keilmuan to date dan todate karena
permasalahan suatu entitas mutakhir perjalanan
yang di dan abad ke sembari di tasawuf yang
suguhkan 21 suguhi materi di bahas
dalam materi klasik hanya sampai
pembahasan abad 19 an abad ke 8
tiap bab dan
sub bab
BAB 4
A. Penutup
Demikianlah review buku ini kami tulis, kami mohon maaf jika ada
kesalahan dalam penggunaan bahasa review buku ini. Semoga dapat digunakan
sebaik-baiknya dan dapat dijadikan sebagai referensi utama dalam mereview buku-
buku lainnya.
Manfaat buku yang kami review ini adalah bagaimana mempelajari Akhlak
Tasawuf tidak hanya berbasis pengalaman namun juga harus berbasis literasi
keilmuan yang sangat banyak. Buku – buku ini juga dapat dijadikan sebagai bahan
ajar dalam dunia perkuliahan di Perguruan Tinggi Agama Islam.

B. Saran
Ada baiknya jika literasi-literasi mengenai Akhlak Tasawuf yang ada,
diperbaharui sesuai dengan kondisi masyarakat global dan modern seperti saat ini.
Karena bagaimanapun juga Akhlak Tasawuf sangat penting bagi peradaban
manusia, mempelajarinya sangat penting karena menyangkut tentang rohani
manusia, atau dalam banyak literatur disebut dengan manajemen qalbu dan tatacara
mendekatkan diri dengan Allah SWT supaya kecintaan terhadap Allah lebih
terbangun dari pada kecintaan kepada dunia.
Daftar Pustaka

al-Taftazani, A. a.-W.-G. (1988). Sufi dari Zaman ke Zaman. Kairo: Dar al-
Tsaqafah li al-Nasyr wa al-Tauzi'.
Anwar, R. (2007). Akhlak Tasawuf. Bandung: 2007.
Anwar, R. (2010). AKhlak Tasawuf. Bandung: CV. Pustaka Setia.
sholihin. (2005). Akhlak Tasawuf, Manusia, etika, dan Makna Hidup. Bandung:
Penerbit Nusa.
Tim Penyusun Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga. (2005). Akhlak TAsawuf.
Yogyakarta: POKJA AKADEMIK.

Anda mungkin juga menyukai