Anda di halaman 1dari 13

MUBTADA DAN KHABAR

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah : Bahasa Arab
Dosen : Rusmani, S.Ag, M.H.I.

Disusun Oleh :

1. Firda Nisa Syafithri (1173010057)


2. Ira Nursafira M (1173010072)
3. Irsyad Fikri (1173010073)
4. Janjan (1173010074)
5. Muhammad Maulana A (1173010089)
6. Muhammad Rifqi R (1173010091)

JURUSAN HUKUM KELUARGA (AHWAL SYAKHSIYAH)


FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2017
KATA PENGANTAR

1
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena
senantiasa menganugerahkan segala Rahmat dan Hidayat-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas dalam penyusunan makalah ini. Dalam makalah ini, kaidah-
kaidah tentang susunan Mubtada’ Khabar dibahas lebih rinci sehingga dapat
membantu para pembaca untuk lebih memahami kaidah-kaidah tentang susunan
Mubtada’ Khabar.
Maksud penulis membuat makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Bahasa Arab yang diamanatkan oleh Bapak Rusmani, S.Ag, M.H.I. Makalah
ini saya buat berdasarkan buku penunjang yang di miliki dan untuk
mempermudahnya saya juga menyertai berhubungan dengan kemajuan kedepan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak sekali
kekurangannya baik dalam cara penulisan maupun dalam isi.
Oleh karna itu saya mengundang pembaca untuk memberikan kritik dan saran
yang bersifat membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini. Mudah-mudahan
makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis yang membuat dan umumnya
bagi yang membaca makalah ini. Amin

Bandung, 29 September 2017

Penyusun

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. 1

DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................ 3

B. Rumusan Masalah .................................................................................... 3

C. Tujuan ......................................................................................................3

BAB II. PEMBAHASAN

A. Pengertian Mubtada’ dan Khabar .............................................................4

B. Ciri – Ciri Mubtada dan Khabar............................................................. 5

C. Pembagian Mubtada’ ................................................................................6

1. Mubtada’ Zhahir .................................................................................. 6

2. Mubtada Mudhmar .............................................................................. 6

3. Persyaratan Mubtada’ ........................................................................... 7

D. Pembagian Khabar ................................................................................... 8

1. Khabar Mufrod .................................................................................... 8

2. Khabar Ghair Mufrad .......................................................................... 8

3. Khabar Syibhul Jumlah ....................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 12

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tata bahasa Arab mempunyai peranan penting dalam kaidah berbahasa Arab.
Adanya tata bahasa Arab diharapkan lebih membantu dalam memahami ayat-ayat al
Quran dan hadits-hadits Nabi. Untuk mengetahui makna dari al-Qur’an tentu kita
harus bisa tahu tanda baca dan arti yang benar. Hal ini disebabkan karena setiap tanda
baca yang berbeda akan menimbulkan arti atau makna yang berbeda pula. Tanda baca
tersebut tentu harus dipelajari untuk dapat memahami isi dari ayat-ayat al Quran dan
hadits-hadits Nabi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Mubtada’ dan Khabar. ?
2. Apa Ciri – Ciri Mubtada’ dan Khabar ?
3. Bagaimana Pembagian Mubtada’ ?
4. Bagaimana Pembagian Khabar ?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Mubtada’ dan Khabar.
2. Untuk Mengetahui Ciri – Ciri Mubtada’ dan Khabar
3. Untuk Mengetahui Pembagian Mubtada’
4. Untuk Mengetahui Pembagian Khabar

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
1. Mubtada’
Mubtada ialah isim marfu’(kata benda yang berharakat dhommah) yang berperan
sebagai pokok kalimat atau bebas dari amil lafazh (yang merafa’kan mubtada itu
bukan amil lafazh, seperti fa’il1 atau naibul fa’il2). Dengan kata lain bersifat amil
maknawi, yaitu dirafa’kan atau didhommahkan karena menjadi ibtida’ atau
permulaan kalimat3.

2. Khabar
Khabar adalah isim marfu’ (kata benda yang berharakat dhommah) yang di-
musnadkan atau disandarkan kepada mubtada, yakni tidak akan ada khabar kalau
tidak ada mubtada’ dan mubtada’ itulah yang merafa’kan khabar 4. Dengan kata lain
Khabar berfungsi untuk melengkapi mubtada’ agar menjadi kalimat yang sempurna.
Jadi, Mubtada’ artinya yang diterangkan (subyek), sedangkan Khabar yaitu isim
marfu’ yang menjelaskan tentang mubtada’ (predikat).
Contoh Mubtada’ dan Khabar dalam sebuah kalimat :
(Al-syajaratu murtafi’atun) ‫ = عالَسسعجعرةم ممررتعففععةة‬Pohon itu tinggi.
(Al-masjidu kabirun) ‫ = الَمرسفجمد عكبفريةر‬Masjid itu besar.

1
Fa’il ialah isim marfu’ yang disebut terlebih dahulu fi’ilnya atau lafazh yang mengandung
takwil fi’il (makna yang dimaksud ialah isim fa’il,shifat yang diserupakan dengan fi’il, mashdar, dan
sebagainya dari isim - isim yang dapat beramal seperti fi’il). Fa’il itu terbagi atas dua bagian, yaitu
fa’il yang zhahir (ditampakkan) dan fa’il yang mudhmar (tersembunyi).
Lihat : Syamsuddin,Muhammad Araa’ini,.Ilmu Nahwu: Terjemahan Mutamminah Ajurumiyyah,Cet.8
(Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2015), hlm. 122.
2
Naibul fa’il ialah isim marfu’ yang tidak disebut fa’ilnya dan kedudukannya diganti oleh
maf’ul bih, lalu jadilah isim marfu’ setelah terlebih dahulu dinashabkan dan jadilah ‘umdah (bagian
dari fi’il) setelah terlebih dahulu dijadikan fudhlah (pelengkap kalam). Tidak boleh dibuang dan tidak
boleh didahulukan atas fi’ilnya.
Lihat : Ibid.,hlm. 134.
3
Moch Anwar, Ilmu Nahwu : Terjemahan Matan Al – Anjurumiyyah dan ‘Imrithy Berikut
Penjelasannya,Cet.27,( Bandung:Sinar Baru Algensindo,2012,),hlm.85.
4
Ibid., hlm. 85.

5
Dari contoh diatas, yang berfungsi sebagai Mubtada’ (subyek) adalah kata benda
yang berada di depan, yaitu kata ‫( عالَسسعجعرةم‬Asy-syajarotu) = Pohon itu dan kata ‫الَعمرسفجمد‬
(Al-masjidu) = Masjid itu. Sedangkan yang berfungsi sebagai Khabar (predikat)
adalah kata yang memberi keterangan tentang keadaan subyek, yaitu kata ‫ممررتعففععععةة‬
(murtafi’atun) = tinggi dan kata ‫( عكبفريةر‬kabirun) = besar.

B. Ciri-Ciri Mubtada’ dan Khabar


Perbedaan antara mubtada’ dan khabar antara lain :
1. Syarat Mubtada’ antara lain :
a. Mubtada’ harus rafa’ atau berharakat dhammah
b. Mubtada’ harus berbentuk ma’rifah5
2. Syarat Khabar antara lain :
a. Khabar harus berharakat rafa’atau dhommah
b. Khabar harus nakirah6
c. Khabar harus disesuaikan dengan mubtada’, baik jenis kelamin, mufrad,
mutsanna, dan jamak7.
Perhatikan contoh dibawah ini :
5
Isim ma’rifah ialah isim atau kata benda yang sudah diketahui kekhususannya.Isim ma’rifah
ada lima macam,yaitu :
a. Isim mudhmar, seperti lafazh َ‫اععنا‬.
b. Isim alam (nama), seperti lafazh Zaid (nama orang),Mekkah (nama kota).
c. Isim mubham (misteri), seperti lafazh ‫( هععذا‬ini, untuk menunjukkan satu perkara yang dianggap
mudzakkar).
d. Isim yang diberi alif lam, contoh : ‫الَسسرمجمل‬
e. Isim yang diidhafatkan kepada salah satu diantara yang empat bagian ini (haitu isim mudhmar,
isim alam, isim mubham, dan isim yang diberi alif dan lam).
Lihat : Moch Anwar, Ilmu Nahwu : Terjemahan Matan Al – Anjurumiyyah dan ‘Imrithy Berikut
Penjelasannya,Cet.27,( Bandung:Sinar Baru Algensindo,2012,),hlm.105 - 106.
6
Isim nakirah ialah setiap isim yang jenisnya bersifat umum yang tidak menentukan sesuatu
perkara dan lainnya. Singkatnya ialah setiap isim yang layak dimasuki alif dan lam. Contoh
lafazh ‫ عرمجةل‬artinya laki - laki yang tidak ditentukan (bersifat umum), yakni dapat ditujukan kepada
setiap laki - laki.
Lihat : Ibid., hlm. 108.
7
Isim itu terbagi atas tiga bagian,yaitu : mufrad, mutsanna, dan jamak. Isim mufrad
menunjukkan pada satu bilangan, mutsanna menunjukkan pada dua bilangan dengan ditambah alif dan
nun atau ya dan nun diakhirnya, dan jamak menunjukkan pada bilangan lebih dari dua.
Lihat : Moh.Thalib, Tata Bahasa Arab 2 : Terjemah Annahwul Wadhih Ibtidaiyah, Cet.8, (Bandung :
Alma’arif, 2002), hlm. 135.

6
‫ = ارلَمكعرعسةم نع ف ر‬Buku tulis itu bersih
(Al-kurosatu nadhifatun) ‫ظيفعةة‬
Dari contoh diatas, kata yang berada didepan yaitu kata (al-kurosatu) ‫ارلَمكعرعسععةم‬
berfungsi sebagai mubtada’, berbentuk ma’rifah dan berharakat rafa’atau dhammah.
Sedangkan kata yang berada dibelakangnya yaitu kata (nadhifatun) ‫ = نعفظيرفعةة‬Bersih
berfungsi sebagai khabar, berbentuk nakirah dan selalu sesuai dengan
khabarnya.Contohnya kata (nadhifatun) ‫ نعفظيرعفعععةة‬adalah muannast (jenis kelamin
perempuan).

C. Pembagian Mubtada’
1. Mubtada’ Zhahir atau jelas
Mubtada zhahir ialah mubtada yang isim atau kata bendanya sudah jelas diketahui.
Mubtada zhahir ada 2 macam8,yaitu :
a) Mubtada’ yang mempunyai khabar. Contoh : َ‫( اعلَلسةم عربععنا‬Allahu Robbanaa) = Allah
adalah Rabb kami.
b) Mubtada’ yang tidak mempunyai khabar, hanya mempunyai isim yang dirafakan
yang menduduki tempat khabar. Contoh : ‫( آعقاَ ئفدم عزريدد‬Aaqa imun zaidun) = Apakah
kedua Zaid itu berdiri?9
2. Mubtada’ Mudhmar (dhamir)
Mubtada mudhmar ialah mubtada’nya terdiri dari kata ganti seperti ana atau َ‫ انا‬dan
‫( اعرن ع‬engkau rajin).
saudara-saudaranya, contoh : (anta mujtahidun) ‫ت ممرجتعفهدد‬
Dhamir/kata ganti ada 12 (dua belas), yaitu :
1. Saya = َ‫اععنا‬
2. Kami atau kita = ‫نعرحمن‬
‫اعرن ع‬
3. Kamu laki-laki = ‫ت‬
‫اعرن ف‬
4. Kamu perempuan = ‫ت‬
5. Kamu berdua laki-laki/perempuan = َ‫اعرنتمعما‬
6. Kalian laki-laki = ‫اعرنتمرم‬
8
Moh.Thalib, Tata Bahasa Arab 3 : Terjemah Annahwul Wadhih Tsanawiyah, Cet.13, (Bandung
: Alma’arif, 2010), hlm. 30.
9
Syamsuddin,Muhammad Araa’ini,.Ilmu Nahwu: Terjemahan Mutamminah Ajurumiyyah,Cet.8
(Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2015),hlm.142.

7
7. Kalian perempuan = ‫اعرنتمسن‬
8. Dia laki-laki = ُ‫مهو‬
9. Dia perempuan = ‫فهعي‬
10. Mereka berdua laki-laki/perempuan = َ‫همعما‬
11. Mereka semua laki-laki = ‫همرم‬
12. Mereka semua perempuan = ‫همسن‬ 10

3. Persyaratan Mubtada’
Tidak boleh membuat mubtada’ dari isim nakirah,kecuali yang membolehkannya
itu banyak.Di antaranya ialah :
a. Hendaknya mubtada’ nakirah didahului oleh nafi atau istifham.
Contoh :
‫( عماَ عرمجدل عقاَئفدم‬Maarajulun qaaimun) = Tiada seorang laki – laki yang berdiri.
‫( هعرل عر مجدل عجاَلَف د‬Hal rajulun jalisun) = Apakah ada seorang laki – laki yang duduk?
‫س‬

b. Hendaknya mubtada’ nakirah disifati,seperti pada contoh firman Allah


‫( عو لَعععربدد دمؤّ فمدن عخريععرر‬Walangabdummu’mnun khairaan) = “Sesungguhnya budak yang
mukmin lebih baik” (Al – Baqarah :221)

c. Hendaknya mubtada’ nakirah dimudhafkan


Contoh :
‫ت عكتعنعهمسن س‬
‫ام‬ ‫صلععوُا ت‬ ‫( عخرم د‬Khamsu salawaatin katabahunnallah) = Salat lima waktu telah
‫س ع‬
difardukan oleh Allah.
d. Hendaknya khabar mendahului mubtada’ yang nakirah,yaitu dalam bentuk jarr dan
majrur atau zharaf.
Contoh :
‫( فعرنعد ع‬Ngindaka rajulun) = Di sisimu terdapat seorang laki - laki
‫ك عرمجةل‬
‫( ففىِ الَسعدافرافرمعرأعةةد‬Filladaa riimraatuun) = Di dalam rumah terdapat seorang perempuan.
e. Terkadang mubtada’ itu berupa mashdar yang ditakwilkan dari lafazh an dan fi’il.
Contoh :
10
Syamsuddin,Muhammad Araa’ini,.Ilmu Nahwu: Terjemahan Mutamminah Ajurumiyyah,Cet.8
(Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2015), hlm. 144.

8
‫صروُ ممروُا عخريةر لَدمكرم‬
‫( عواعرن تع م‬Waantasuu muukhairullakum) = “Dan berpuasa lebih baik bagi
kalian.” Bentuk takwilnya sama dengan : ‫صعععروُ مممكعععرم عخريعععةر لَسمكعععرم‬ ‫( ع‬Shoumukum
khairullakum) = Puasa kalian lebih baik bagi kalian.11

D. Pembagian Khabar
1. Khabar Mufrad
Khabar mufrad adalah khabar yang bukan kalimat jumlah dan bukan pula serupa
dengan jumlah. Kalimat jumlah terdiri atas mubtada’ dan khabar, atau terdiri atas fi’il
dan fa’il. serupa dengan jumlah, yaitu zharaf atau jarr dan majrur.12
Contoh :
‫( عزريةد عقاَ ئفةم‬Zaidun qaimun) = Zaid berdiri.
‫ك‬‫( عزريةد أعمخروُ ع‬Zaidun akhuka) = Zaid saudara laki – lakimu.
‫( اعرلَممرسلفممروُعن عقاَ ئفممروُعن‬Zaiduuna qaaimuunaa) = Orang-orang muslim itu semuanya berdiri.

2. Khabar Ghair Mufrad


Khabar ghair mufrad adalah khabar yang terdiri atas jumlah mubtada dan khabar
atau terdiri atas fi’il dan fa’il13
a. Khabar ghair mufrad berbentuk jumlah ismiyyah.
Contoh :
‫( عزرئةد عجعاَ فزئععتعهم عذافهعبعةة‬Zaidun jaariibatuhu dzaahibatuu) = Zaid hamba perempuannya
pergi.
Keterangan :
Lafazh ‫ عزرئعععععةد‬berkedudukan sebagai mubtada’ pertama,dan lafazh ‫عجعععععاَفزئعتعهم‬
berkedudukan sebagai mubtada’ kedua,sedangkan lafazh ‫ عذافهعبة‬merupakan khabar
bagi mubtada kedua.Mubtada’ yang kedua dan khabarnya adalah jumlah ismiyyah
berada dalam rafa’,menjadi khabar mubtada pertama.Sedangkan raabith (yang
11
Syamsuddin,Muhammad Araa’ini,.Ilmu Nahwu: Terjemahan Mutamminah Ajurumiyyah,Cet.8
(Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2015), hlm. 143 - 145.
12
Ibid.,hlm.146.
13
Syamsuddin,Muhammad Araa’ini,.Ilmu Nahwu: Terjemahan Mutamminah Ajurumiyyah,Cet.8
(Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2015), hlm. 146.

9
menghubungkan) antara mubtada’ pertama dan khabar adalah huruf ha
pada lafazh ‫عجاَ فزئعتعهم‬.
b. Khabar ghair mufrad berbentuk jumlah fi’liyyah (terdiri atas fi’il dan fa’il).
Contoh :

‫( عزرئةد يعرقعرأم الَقمررآعن‬Zaidun yaqro’ul qur’aana) = Zaid itu telah membaca al.qur’an
Contoh dari firman Allah SWT :
‫ك يعرخلم م‬
‫ق عماَ ئععشاَمء‬ ‫عوعر بب ع‬
Keterangan :
‫ ئعرخلمعع م‬merupakan
‫ عرببعع ع‬berkedudukan sebagai mubtada’ dan lafazh ‫ق عمععاَ ئععشععاَمء‬
Lafazh ‫ك‬
jumlah fi’liyyah yang menjadi khbar dari mubtada’,sedangkan raabith (yang
‫يعرخلم م‬.
menghubungkan) antara kedua lafazh tersebut adalah huruf ha dari lafazh ‫ق‬

3. Khabar Syibhul Jumlah


Khabar syibhul jumlah (serupa dengan jumlah) adalah memakai zharaf atau jarr –
majrur.
a. Khabar syibhul jumlah yang memakai zharaf
‫( عزرئةد فعرنعد ع‬Zaidun ngindakaa) = Zaid berada di sisimu.
Contoh ‫ك‬
Keterangan :
Lafazh ‫ عزرئععةد‬berkedudukan sebagai mubtada’,sedangkan lafazh ‫ك‬
‫ فعرنعععد ع‬merupakan
zharaf makan yang berkedudukan menjadi khabar dari mubtada’.

Contoh dari firman Allah SWT :


‫( عوا لَسررك م‬Warrakbu asbalaminkum) = “Kafilah itu berada di bawah kalian
‫ب اعرسفععل فمرنمكرم‬
”. (Al – Anfal : 42)
Keterangan :
‫ الَسرركعع م‬berkedudukan sebagai mubtada’,sedangkan lafazh ‫اعرسععفععل‬merupakan
Lafazh ‫ب‬
zharaf makan yang menjadi khabar dari mubtada’.

b. Khabar syibhul jumlah yang memakai jarr – majrur.


Contoh :

10
‫( عزرئةد ففىِ ا لَدد افر‬Zaidun fiddarii) = Zaid berada di dalam rumah.
Keterangan :
Lafazh ‫ عزرئةد‬berkedudukan sebagai mubtada’,sedangkan lafazh ‫ الَدد افر‬merupakan jar-
majrur yang menjadi khabarnya.
Contoh dalam firman Allah SWT :
‫( اعرلَعحرممد فسلف‬Alhamdulillah) = “Segala puji bagi Allah”. (Al – Fatihah :2)
Keterangan :
Lafazh ‫ اعرلَعحرمعععمد‬berkedudukan sebagai mubtada’,sedangkan lafazh ‫لععع‬
‫ ف س ف‬menjadi
khabarnya.
Kedua macam khabar yang memakai zharaf dan jarr – majrur tersebut
dinamakan sybhul jumlah,sebab yang menjadi khabar sebenarnya bukan zharaf atau
jar-manjrur,melainkan lafazh yang di dalamnya mengandung makna yang berkaitan
dengan konteks.14

 Zharaf Zaman dan Zharaf Makan


1. Zharaf zaman (waktu)
Ialah isim yang dinashabkan dengan memperkirakan makna fii (pada atau
dalam),seperti :
‫ = اعرلَيعروُعم‬pada hari ini
‫ = اسلَليعرلةع‬pada malam hari
‫ = عغردعوةر‬pagi hari
‫ = بمركعرةر‬waktu pagi
‫ = عسعحررا‬pada waktu sahur
‫ = عغردا‬besok
‫ = ععتععمةر‬waktu sore atau waktu isya
َ‫صعباَرحا‬
‫ = ع‬pada waktu subuh
‫ = عمعساَرء‬pada sore hari

14
Syamsuddin,Muhammad Araa’ini,.Ilmu Nahwu: Terjemahan Mutamminah Ajurumiyyah,Cet.8
(Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2015), hlm. 146 – 151.

11
‫ = اععمردا‬selamanya
َ‫ =فحريرنا‬ketika15
Contoh zharaf zaman :
‫ = اعمزرومر ع‬Aku akan berkunjung kepadamu besok pagi.
‫ك عخرد ا‬
َ‫صعباَرحا‬ ‫ = عمعشري م‬Aku telah berjalan pagi – pagi.
‫ت ع‬
2. Zharaf makan (tempat)
Zharaf makan adalah isim makan (tempat) yang dinashabkan dengan
memperkirakan makna fii (pada atau dalam), seperti :
‫ =اععماَعم‬di depan
‫ف‬‫ = عخرل ع‬di belakang
‫ =قمسداعم‬di depan
‫ =عوعراعء‬di belakang
‫ =فعروُ ع‬di atas
‫ق‬
‫ =تعرح ع‬di bawah
‫ت‬
‫ = فعرنعد‬di dekat / di sisi
‫ = عمعع‬beserta
‫ = افعزاعء‬di muka / didepan
‫ = فحعذعء‬di dekat
‫ = تفرلعقاَعء‬di hadapan
َ‫ = همعنا‬di sini

‫ = ثمسم‬di sana
Contoh zharaf makan :
‫ت اع عماَعم اعرسعتاَ فذ ر‬
‫ى‬ ‫ = عجلعرس م‬Aku telah duduk di hadapan Ustadzku.
‫ى‬ ‫ت عخرل ع‬
‫ف امرسعتاَ فذ ر‬ ‫ = عمعشري م‬Aku telah berjalan di belakang Uztadzku.
DAFTAR PUSTAKA

15
Moch Anwar, Ilmu Nahwu : Terjemahan Matan Al – Anjurumiyyah dan ‘Imrithy Berikut
Penjelasannya,Cet.27, (Bandung:Sinar Baru Algensindo,2012,), hlm. 135 - 136.

12
Anwar,Moch,.2012. Ilmu Nahwu : Terjemahan Matan Al – Anjurumiyyah dan
‘Imrithy Berikut Penjelasannya. Bandung:Sinar Baru Algensindo.

Muhammad Araa’ini,Syamsuddin.2015.Ilmu Nahwu: Terjemahan Mutamminah


Ajurumiyyah.Bandung : Sinar Baru Algensindo.

Thalib,Moh.2002.Tata Bahasa Arab 3 :Terjemah Annahwul Wadhih


Tsanawiyah.Bandung:PT.Alma’arif..

Arsyad, Azhar.2012.Dasar - Dasar Penguasaan Bahasa Arab.Yogyakarta : Pustaka


Pelajar.

Thalib,Moh.2002.Tata Bahasa Arab 2 :Terjemah Annahwul Wadhih


Ibtidaiyah.Bandung:PT.Alma’arif..

Khaironi, Shahib A,.2010.Al Arobiyah Li Ghoiri Arob.Jatibening : WCM.Press.

13

Anda mungkin juga menyukai