MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah : Bahasa Arab
Dosen : Rusmani, S.Ag, M.H.I.
Disusun Oleh :
1
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena
senantiasa menganugerahkan segala Rahmat dan Hidayat-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas dalam penyusunan makalah ini. Dalam makalah ini, kaidah-
kaidah tentang susunan Mubtada’ Khabar dibahas lebih rinci sehingga dapat
membantu para pembaca untuk lebih memahami kaidah-kaidah tentang susunan
Mubtada’ Khabar.
Maksud penulis membuat makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Bahasa Arab yang diamanatkan oleh Bapak Rusmani, S.Ag, M.H.I. Makalah
ini saya buat berdasarkan buku penunjang yang di miliki dan untuk
mempermudahnya saya juga menyertai berhubungan dengan kemajuan kedepan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak sekali
kekurangannya baik dalam cara penulisan maupun dalam isi.
Oleh karna itu saya mengundang pembaca untuk memberikan kritik dan saran
yang bersifat membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini. Mudah-mudahan
makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis yang membuat dan umumnya
bagi yang membaca makalah ini. Amin
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. 1
BAB I. PENDAHULUAN
C. Tujuan ......................................................................................................3
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tata bahasa Arab mempunyai peranan penting dalam kaidah berbahasa Arab.
Adanya tata bahasa Arab diharapkan lebih membantu dalam memahami ayat-ayat al
Quran dan hadits-hadits Nabi. Untuk mengetahui makna dari al-Qur’an tentu kita
harus bisa tahu tanda baca dan arti yang benar. Hal ini disebabkan karena setiap tanda
baca yang berbeda akan menimbulkan arti atau makna yang berbeda pula. Tanda baca
tersebut tentu harus dipelajari untuk dapat memahami isi dari ayat-ayat al Quran dan
hadits-hadits Nabi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Mubtada’ dan Khabar. ?
2. Apa Ciri – Ciri Mubtada’ dan Khabar ?
3. Bagaimana Pembagian Mubtada’ ?
4. Bagaimana Pembagian Khabar ?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Mubtada’ dan Khabar.
2. Untuk Mengetahui Ciri – Ciri Mubtada’ dan Khabar
3. Untuk Mengetahui Pembagian Mubtada’
4. Untuk Mengetahui Pembagian Khabar
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
1. Mubtada’
Mubtada ialah isim marfu’(kata benda yang berharakat dhommah) yang berperan
sebagai pokok kalimat atau bebas dari amil lafazh (yang merafa’kan mubtada itu
bukan amil lafazh, seperti fa’il1 atau naibul fa’il2). Dengan kata lain bersifat amil
maknawi, yaitu dirafa’kan atau didhommahkan karena menjadi ibtida’ atau
permulaan kalimat3.
2. Khabar
Khabar adalah isim marfu’ (kata benda yang berharakat dhommah) yang di-
musnadkan atau disandarkan kepada mubtada, yakni tidak akan ada khabar kalau
tidak ada mubtada’ dan mubtada’ itulah yang merafa’kan khabar 4. Dengan kata lain
Khabar berfungsi untuk melengkapi mubtada’ agar menjadi kalimat yang sempurna.
Jadi, Mubtada’ artinya yang diterangkan (subyek), sedangkan Khabar yaitu isim
marfu’ yang menjelaskan tentang mubtada’ (predikat).
Contoh Mubtada’ dan Khabar dalam sebuah kalimat :
(Al-syajaratu murtafi’atun) = عالَسسعجعرةم ممررتعففععةةPohon itu tinggi.
(Al-masjidu kabirun) = الَمرسفجمد عكبفريةرMasjid itu besar.
1
Fa’il ialah isim marfu’ yang disebut terlebih dahulu fi’ilnya atau lafazh yang mengandung
takwil fi’il (makna yang dimaksud ialah isim fa’il,shifat yang diserupakan dengan fi’il, mashdar, dan
sebagainya dari isim - isim yang dapat beramal seperti fi’il). Fa’il itu terbagi atas dua bagian, yaitu
fa’il yang zhahir (ditampakkan) dan fa’il yang mudhmar (tersembunyi).
Lihat : Syamsuddin,Muhammad Araa’ini,.Ilmu Nahwu: Terjemahan Mutamminah Ajurumiyyah,Cet.8
(Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2015), hlm. 122.
2
Naibul fa’il ialah isim marfu’ yang tidak disebut fa’ilnya dan kedudukannya diganti oleh
maf’ul bih, lalu jadilah isim marfu’ setelah terlebih dahulu dinashabkan dan jadilah ‘umdah (bagian
dari fi’il) setelah terlebih dahulu dijadikan fudhlah (pelengkap kalam). Tidak boleh dibuang dan tidak
boleh didahulukan atas fi’ilnya.
Lihat : Ibid.,hlm. 134.
3
Moch Anwar, Ilmu Nahwu : Terjemahan Matan Al – Anjurumiyyah dan ‘Imrithy Berikut
Penjelasannya,Cet.27,( Bandung:Sinar Baru Algensindo,2012,),hlm.85.
4
Ibid., hlm. 85.
5
Dari contoh diatas, yang berfungsi sebagai Mubtada’ (subyek) adalah kata benda
yang berada di depan, yaitu kata ( عالَسسعجعرةمAsy-syajarotu) = Pohon itu dan kata الَعمرسفجمد
(Al-masjidu) = Masjid itu. Sedangkan yang berfungsi sebagai Khabar (predikat)
adalah kata yang memberi keterangan tentang keadaan subyek, yaitu kata ممررتعففععععةة
(murtafi’atun) = tinggi dan kata ( عكبفريةرkabirun) = besar.
6
= ارلَمكعرعسةم نع ف رBuku tulis itu bersih
(Al-kurosatu nadhifatun) ظيفعةة
Dari contoh diatas, kata yang berada didepan yaitu kata (al-kurosatu) ارلَمكعرعسععةم
berfungsi sebagai mubtada’, berbentuk ma’rifah dan berharakat rafa’atau dhammah.
Sedangkan kata yang berada dibelakangnya yaitu kata (nadhifatun) = نعفظيرفعةةBersih
berfungsi sebagai khabar, berbentuk nakirah dan selalu sesuai dengan
khabarnya.Contohnya kata (nadhifatun) نعفظيرعفعععةةadalah muannast (jenis kelamin
perempuan).
C. Pembagian Mubtada’
1. Mubtada’ Zhahir atau jelas
Mubtada zhahir ialah mubtada yang isim atau kata bendanya sudah jelas diketahui.
Mubtada zhahir ada 2 macam8,yaitu :
a) Mubtada’ yang mempunyai khabar. Contoh : َ( اعلَلسةم عربععناAllahu Robbanaa) = Allah
adalah Rabb kami.
b) Mubtada’ yang tidak mempunyai khabar, hanya mempunyai isim yang dirafakan
yang menduduki tempat khabar. Contoh : ( آعقاَ ئفدم عزريددAaqa imun zaidun) = Apakah
kedua Zaid itu berdiri?9
2. Mubtada’ Mudhmar (dhamir)
Mubtada mudhmar ialah mubtada’nya terdiri dari kata ganti seperti ana atau َ اناdan
( اعرن عengkau rajin).
saudara-saudaranya, contoh : (anta mujtahidun) ت ممرجتعفهدد
Dhamir/kata ganti ada 12 (dua belas), yaitu :
1. Saya = َاععنا
2. Kami atau kita = نعرحمن
اعرن ع
3. Kamu laki-laki = ت
اعرن ف
4. Kamu perempuan = ت
5. Kamu berdua laki-laki/perempuan = َاعرنتمعما
6. Kalian laki-laki = اعرنتمرم
8
Moh.Thalib, Tata Bahasa Arab 3 : Terjemah Annahwul Wadhih Tsanawiyah, Cet.13, (Bandung
: Alma’arif, 2010), hlm. 30.
9
Syamsuddin,Muhammad Araa’ini,.Ilmu Nahwu: Terjemahan Mutamminah Ajurumiyyah,Cet.8
(Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2015),hlm.142.
7
7. Kalian perempuan = اعرنتمسن
8. Dia laki-laki = ُمهو
9. Dia perempuan = فهعي
10. Mereka berdua laki-laki/perempuan = َهمعما
11. Mereka semua laki-laki = همرم
12. Mereka semua perempuan = همسن 10
3. Persyaratan Mubtada’
Tidak boleh membuat mubtada’ dari isim nakirah,kecuali yang membolehkannya
itu banyak.Di antaranya ialah :
a. Hendaknya mubtada’ nakirah didahului oleh nafi atau istifham.
Contoh :
( عماَ عرمجدل عقاَئفدمMaarajulun qaaimun) = Tiada seorang laki – laki yang berdiri.
( هعرل عر مجدل عجاَلَف دHal rajulun jalisun) = Apakah ada seorang laki – laki yang duduk?
س
8
صروُ ممروُا عخريةر لَدمكرم
( عواعرن تع مWaantasuu muukhairullakum) = “Dan berpuasa lebih baik bagi
kalian.” Bentuk takwilnya sama dengan : صعععروُ مممكعععرم عخريعععةر لَسمكعععرم ( عShoumukum
khairullakum) = Puasa kalian lebih baik bagi kalian.11
D. Pembagian Khabar
1. Khabar Mufrad
Khabar mufrad adalah khabar yang bukan kalimat jumlah dan bukan pula serupa
dengan jumlah. Kalimat jumlah terdiri atas mubtada’ dan khabar, atau terdiri atas fi’il
dan fa’il. serupa dengan jumlah, yaitu zharaf atau jarr dan majrur.12
Contoh :
( عزريةد عقاَ ئفةمZaidun qaimun) = Zaid berdiri.
ك( عزريةد أعمخروُ عZaidun akhuka) = Zaid saudara laki – lakimu.
( اعرلَممرسلفممروُعن عقاَ ئفممروُعنZaiduuna qaaimuunaa) = Orang-orang muslim itu semuanya berdiri.
9
menghubungkan) antara mubtada’ pertama dan khabar adalah huruf ha
pada lafazh عجاَ فزئعتعهم.
b. Khabar ghair mufrad berbentuk jumlah fi’liyyah (terdiri atas fi’il dan fa’il).
Contoh :
( عزرئةد يعرقعرأم الَقمررآعنZaidun yaqro’ul qur’aana) = Zaid itu telah membaca al.qur’an
Contoh dari firman Allah SWT :
ك يعرخلم م
ق عماَ ئععشاَمء عوعر بب ع
Keterangan :
ئعرخلمعع مmerupakan
عرببعع عberkedudukan sebagai mubtada’ dan lafazh ق عمععاَ ئععشععاَمء
Lafazh ك
jumlah fi’liyyah yang menjadi khbar dari mubtada’,sedangkan raabith (yang
يعرخلم م.
menghubungkan) antara kedua lafazh tersebut adalah huruf ha dari lafazh ق
10
( عزرئةد ففىِ ا لَدد افرZaidun fiddarii) = Zaid berada di dalam rumah.
Keterangan :
Lafazh عزرئةدberkedudukan sebagai mubtada’,sedangkan lafazh الَدد افرmerupakan jar-
majrur yang menjadi khabarnya.
Contoh dalam firman Allah SWT :
( اعرلَعحرممد فسلفAlhamdulillah) = “Segala puji bagi Allah”. (Al – Fatihah :2)
Keterangan :
Lafazh اعرلَعحرمعععمدberkedudukan sebagai mubtada’,sedangkan lafazh لععع
ف س فmenjadi
khabarnya.
Kedua macam khabar yang memakai zharaf dan jarr – majrur tersebut
dinamakan sybhul jumlah,sebab yang menjadi khabar sebenarnya bukan zharaf atau
jar-manjrur,melainkan lafazh yang di dalamnya mengandung makna yang berkaitan
dengan konteks.14
14
Syamsuddin,Muhammad Araa’ini,.Ilmu Nahwu: Terjemahan Mutamminah Ajurumiyyah,Cet.8
(Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2015), hlm. 146 – 151.
11
= اععمرداselamanya
َ =فحريرناketika15
Contoh zharaf zaman :
= اعمزرومر عAku akan berkunjung kepadamu besok pagi.
ك عخرد ا
َصعباَرحا = عمعشري مAku telah berjalan pagi – pagi.
ت ع
2. Zharaf makan (tempat)
Zharaf makan adalah isim makan (tempat) yang dinashabkan dengan
memperkirakan makna fii (pada atau dalam), seperti :
=اععماَعمdi depan
ف = عخرل عdi belakang
=قمسداعمdi depan
=عوعراعءdi belakang
=فعروُ عdi atas
ق
=تعرح عdi bawah
ت
= فعرنعدdi dekat / di sisi
= عمععbeserta
= افعزاعءdi muka / didepan
= فحعذعءdi dekat
= تفرلعقاَعءdi hadapan
َ = همعناdi sini
= ثمسمdi sana
Contoh zharaf makan :
ت اع عماَعم اعرسعتاَ فذ ر
ى = عجلعرس مAku telah duduk di hadapan Ustadzku.
ى ت عخرل ع
ف امرسعتاَ فذ ر = عمعشري مAku telah berjalan di belakang Uztadzku.
DAFTAR PUSTAKA
15
Moch Anwar, Ilmu Nahwu : Terjemahan Matan Al – Anjurumiyyah dan ‘Imrithy Berikut
Penjelasannya,Cet.27, (Bandung:Sinar Baru Algensindo,2012,), hlm. 135 - 136.
12
Anwar,Moch,.2012. Ilmu Nahwu : Terjemahan Matan Al – Anjurumiyyah dan
‘Imrithy Berikut Penjelasannya. Bandung:Sinar Baru Algensindo.
13