Anda di halaman 1dari 26

TEKS NASKAH AKADEMIK

“PERGUB NOMOR 30 TAHUN 2020 TENTANG PEDOMAN PSBB DI


DAERAH KOTA BANDUNG, KABUPATEN BANDUNG BARAT, DAN
KABUPATEN SUMEDANG”
MAKALAH

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas UTS Perancangan Peraturan Per-UU

Dosen: Dr.H. Uu Nurul Huda, S.Ag., S.H., M.H.

Kelompok 5/ PI A / Semester 6

Firda Nisa Syafithri 1173010057


Naufal Farhan 1173010105
Nazarudin Luthfi A. 1173010106
Tasya Qistyah 1173010139
Abdul Wahab 1173010003

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

BANDUNG

2020

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam yang telah
menciptakan manusia berbangsa-bangsa dan memiliki paham berbeda-beda.
Solawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Agung Muhammad
SAW. yang telah mengukir sebaik- baik sejarah sepanjang
zaman.Alhamdulillah kami selalu bersyukur karena berkat karunia dan
hidayah-Allah SWT. Kami diberikan kelancaran dalam mengerjakan
makalah ini.Tidak lupa juga kami ucapkan banyak terima kasih kepada
Dosen kita bapak Dr.H. Uu Nurul Huda, S.Ag., S.H., M.H.Yang membantu
membimbing perkuliahan ini. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah karya tulis ilmiah melalui tahapan dan proses meskipun banyak
halangan dan rintangan sehingga menurut kami masih jauh dari kata
sempurna.
Materi dalam makalah ini disajikan dengan bahasa yang sederhana.
Hal ini bertujuan untuk menambah wawasan, pengetahuan siswa terhadap
isi dalam Makalah Teks Naskah Akademik.
Mohon maaf apabila dalam makalah ini terdapat hal-hal yang masih
kurang lengkap dan detail, juga terdapat kata-kata yang kurang sempurna.
Semoga makalah ini dapat bermanfaaat dan mendapat ridho dari Allah
S.W.T
Kami mohon kritik dan saran yang terbaik dari pembaca untuk
makalah ini. Karena dengan adanya kritik dan saran yang baik dan
membangun bisa membuat kita lebih baik lagi dalam menyusun makalah-
makalah selanjutnya. Dan bisa memberikan contoh terbaik untuk kita
semua.

Bandung,

i
Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. IdentifikasiMasalah.........................................................................5
C. Tujuan Penulisan.............................................................................5
D. Metode.............................................................................................6
BAB II KAJIAN TEORETIS DAN PRAKTIK EMPIRIS
A. Kode Etik Profesi Advokat..............................................................8
B. Contoh Kasus Pelanggaran Kode Etik Profesi Advokat.................8
C. Prosedur Pelaporan Pelanggaran Kode Etik Profesi Advokat.........9
D. Sanksi Pelanggaran Kode Etik Profesi Advokat.............................9
BAB III EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN
PERUNDANGUNDANGAN TERKAIT
A. Peraturan Perundang-Undangan Terkait.........................................11
B. Keterkaitan Dengan UU Lainnya....................................................11
BAB IV LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS
A. Landasan Filosofis...........................................................................14
B. Landasan Sosiologis........................................................................14
C. Landasan Yuridis.............................................................................14
BAB VJANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG
LINGKUP MATERI MUATAN UNDANG-UNDANG,
PERATURAN DAERAH PROVINSI,ATAU PERATURAN
DAERAHKABUPATEN/KOTA
A. Jangkauan Arah Pengaturan............................................................16
B. Ruang Lingkup Materi Muatan.......................................................17

BAB VIPENUTUP.....................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA................................................................................23

ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam konsep Negara Kesejahteraan (welfare state) sebagaimana dianut oleh
Indonesia, negara bertanggung jawab untuk mensejahterakan masyarakat agar terhindar
dari berbagai macam penyakit maupun wabah yang dalam hal ini adalah Coronavirus
Disease 2019 (Covid-19) yang terjadi di Indonesia. Tanggung jawab tersebut
dilaksanakan melalui berbagai bentuk pelayanan publik yang salah satunya adalah
pelayanan kesehatan. Sebagiamana disebutkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor HK.01.07/Menkes/ 104/2020 tentang Penetapan Infeksi Novel Coronavirus
(Infeksi 2019-nCoV) sebagai Jenis Penyakit Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan
Upaya Penanggulangannya. Maka Negara berkewajiban untuk memenuhi hak
masyarakat untuk hidup sehat dan mendapatkan derajat kesehatan yang setinggi
tingginya.
Hal ini dijamin dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, dimana pada bagian Pembukaan mengamanatkan bahwa Pemerintah
Negara Indonesia mempunyai tugas antara lain: melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan
nasional ini adalah tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Dalam rangka memenuhi hak dasar masyarakat sebagaimana dijamin dalam
Konstitusi itulah pemerintah melaksanakan kewajiban dan tanggung jawabnya di
bidang kesehatan dengan melakukan pencegahan penyebaran Coronavirus Disease
2019 (Covid-19) dengan adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar. Dalam perspektif
hukum Administrasi Negara tugas ini dilaksanakan melalui tugas dan fungsinya dengan
cara merealisasikan, mengurus dan mengatur penyelenggaraan pembatasan wilayah
berskala besar. Tugas mengatur tersebut tidak hanya dilakukan dengan membentuk
perundang-undangan yang dilakukan oleh pemerintah/eksekutif dan lembaga legislatif
(melalui legislasi); melalui pembuatan regulasi oleh pemerintah sendiri; namun juga
melalui pelaksanaan penegakannya (yudikasi). Adapun tugas mengatur melalui fungsi
legislasi ini dilakukan melalui pembentukan undang-undang.

1
Sebagaimana telah diuraikan di atas, konstitusi menjamin adanya hak hidup
sehat bagi setiap warga negara Indonesia. Hak hidup sehat yang dimaksud diantaranya
hak untuk terbebas dari ancaman penyakit. Oleh karena itu pemerintah bertanggung
jawab mewujudkan hal tersebut dengan menekan penyebaran Covid-19 secara masif
melalui pembatasan kegiatan tertentu dengan melakukan pembuatan peraturan
perundang-undangan yang berkaitan denganpembatasan sosial berskala besar.
Sebagaimana diketahui, ketentuan tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar
Dalam Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) di Daerah Kota Bandung,
Daerah Kota Cimahi, Daerah Kabuaten Bandung, Daerah Kabupaten Bandung Barat,
dan Daerah Kabupaten Sumedang telah diatur melalui Peraturan Gubernur Jawa Barat
Nomor 30 Tahun 2020. Namun Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 30 Tahun 2020
memiliki berbagai keterbatasan antara lain :
1. Undang-Undang ini tidak mengatur secara khusus menetapkan ruang lingkupnya
(obyek yang diatur). Berdasarkan analisis situasi; perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK), perubahan lingkungan hidup, kondisi
lingkungan, dan perubahan kehidupan sosial dan budaya termasuk perilaku
social, ada kecenderungan perkembangan tentang pola, penyebaran, dan jenis
penyakit. Dalam dekade terakhir menunjukan telah terjadi beberapa penyakit
menular baru (new emerging diseases), penyakit menular dan jenis penyakit
tertentu timbul kembali (re-emerging diseases) serta perubahan tingkat
endemisitas maupun meningkatnya ancaman terjadinya wabah. Wabah tidak
hanya pada penyakit menular saja melainkan terjadi juga karena penyakit tidak
menular seperti keracunan makanan ataupun bahan kimia termasuk gas-gas yang
menganggu pernafasan, radiasi, dan perilaku tak sehat. Banyak kasus penularan
penyakit disebabkan oleh terbawanya sumber penularan lintas batas (dari luar
negeri), seperti H1N1, H5N1, H7N9, SARS, MERS-CoV, Covid-19 dan lain-
lain. Isu bioterorism merupakan contoh lain dampak perkembangan IPTEK,
terhadap penularan penyakit. Sedangkan perubahan lingkungan hidup, sangat
berpengaruh terhadap penularan penyakit contohnya adalah kasus Demam
Berdarah Dengue (DBD) yang semakin banyak jenisnya juga media
perkembangbiakannya, yang sangat dipengaruh oleh perubahan lingkungan
hidup. Terlebih lagi kondisi lingkungan yang secara ekologis semakin tidak baik

2
merupakan penyebab makin kompleksnya jenis dan penularan penyakit. Adapun
perubahan kehidupan sosial dan budaya, terutama perilaku sosial mengakibatkan
perkembangan dan peningkatan jenis-jenis penyakit menular tertentu,
diantaranya adalah penyakit menular seperti Corona Virus Disease 2019 (Covid-
19).
2. Dari sisi yuridis, menyusul diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka bidang kesehatan menjadi urusan
pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi
dan pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar.1
Oleh karena itu, pengaturan terhadap tugas dan tanggung jawab antara
pemerintah, pemerintah daerah serta masyarakat dalam Pembatasan Sosial
Berskala Besar Dalam Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) perlu
menyesuaikan dengan undang-undang ini.
3. Dari sisi teknis penanggulangan, dalam hal upaya pengendalian terhadap
kemungkinan terjadinya penyebaran infeksi Corona Virus Disease 2019 (Covid-
19), perlu adanya sinergi antara pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat
dengan melibatkan berbagai sektor secara terintegrasi. Oleh karena itu perlu ada
koordinasi jejaring kerja dan kemitraan yang jelasdalam suatu peraturan
mengenai wabah. Demikian pula pengaturan keterlibatan lembaga donor
internasional maupun negara asing dalam kerjasama penanggulangan Corona
Virus Disease 2019 (Covid-19). Pengaturan terkait kerja sama internasioal
dalam hal penelitian, uji coba, dan penanggulangan wabah.
4. Hal lain yang belum diatur dalam Peraturan Gubernur tentang Pembatasan
Sosial Berskala Besar Dalam Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-
19) di Daerah Kota Bandung, Daerah Kota Cimahi, Daerah Kabuaten Bandung,
Daerah Kabupaten Bandung Barat, dan Daerah Kabupaten SumedangNomor 30
Tahun 2020 adalah mengenai pembinaan dan pengawasan dalam
penanggulangan Covid-19. Aspek ini menjadi penting untuk diatur agar dampak
yang akan timbul akibat kejadian infeksi Covid-19 dapat diminimalkan.
Pembinaan diarahkan untuk pengelolaan sumber daya, metode pendekatan

1
Indonesia, Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, Pasal 7 ayat (1)
dan (2)

3
penanggulangan, peningkatan kemampuan teknis SDM, serta penelitian dan
pengembangan. Sedangkan pengawasan diarahkan agar tidak terjadi
penyimpangan atau hal-hal yang dapat menghambat serta mempengaruhi
pelaksanaan penanggulangan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).
5. Mencermati perkembangan sosial, ekonomi, budaya, keamanan dan pertahanan
serta perkembangan IPTEK maka bukan hal yang mustahil KLB/Wabah
disebabkandengan sengaja oleh ulah manusia untuk tujuan tertentu seperti
terorisme gaya baru maupun ketahanan suatu wilayah atau negara. Oleh karena
itu, di samping masalah epidemiologi penyakit, dalam penyelidikan Corona
Virus Disease 2019 (Covid-19) apabila ditemukan unsur (bukti) yang mengarah
kepada tindak pidana perlu diatur dengan jelas tentang prosedur penyidikannya.
Sementara dalam Peraturan Gubernur Nomor 30 Tahun 2020 tentang
Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Penanganan Corona Virus Disease
2019 (Covid-19) di Daerah Kota Bandung, Daerah Kota Cimahi, Daerah
Kabuaten Bandung, Daerah Kabupaten Bandung Barat, dan Daerah Kabupaten
Sumedang tidak diatur mengenai penyidikan.
Di samping itu perlu juga harmonisasi dengan undang-undang yang lain supaya
tidak terjadi tumpang tindih dalam pengaturannya, misalnya dengan Keputusan Presiden
Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran Corona Virus
Disease 2019 (Covid-19 ), Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2020
tentang Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 di Lingkungan Pemerintah
Daerah, Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 18 Tahun 2020 tentang
Pengendalian Transportasi dalam rangka Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease
2019, dan lain-lain. Ada persoalan pembagian kewenangan dalam pengendalian
penyakit baik menular maupun tidak menular.
Mengacu pada latar belakang di atas dan merujuk pada Lampiran II No. 237 UU
No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, disini
terdapat beberapa hal yang menjadi dasar untuk mencabut Peraturan Gubernur Nomor
30 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Penanganan Corona
Virus Disease 2019 (Covid-19) di Daerah Kota Bandung, Daerah Kota Cimahi, Daerah
Kabuaten Bandung, Daerah Kabupaten Bandung Barat, dan Daerah Kabupaten
Sumedang dan menggantinya dengan yang baru, antara lain: lebih dari 50% materi

4
Peraturan Gubernur Nomor 30 Tahun 2020 ini tidak sesuai lagi dengan kondisi dan
kebutuhan pengaturan tentang pembatasan sosial bersakala besar; sistematika dan esensi
dari Peraturan Gubernur Nomor 30 Tahun 2020 harus disesuaikan dengan tata cara
pembentukan peraturan perundang-undangan yang baru.
Berdasarkan uraian di atas maka naskah akademik ini disusun sebagai bahan
referensi penyusunan dan pembahasan rancangan undang-undang tentang pembatasan
sosial berskala besar.

B. Identifikasi Masalah
1. Permasalahan apa yang dihadapi terkait dengan Corona Virus Disease 2019
(Covid-19) serta bagaimana permasalahan tersebut dapat diatasi?
2. Apa urgensi/perlu dirumuskannya atas Peraturan Gubernur Nomor 30 Tahun
2020 tentangPembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Penanganan Corona
Virus Disease 2019 (Covid-19) di Daerah Kota Bandung, Daerah Kota Cimahi,
Daerah Kabuaten Bandung, Daerah Kabupaten Bandung Barat, dan Daerah
Kabupaten Sumedang sebagai dasar hukum penyelesaian atau solusi
permasalahan yang ada ?
3. Apa yang menjadi pertimbangan atau landasasan filosofis, sosiologis, yuridis
dalam pembentukan Peraturan Gubernur Nomor 30 Tahun 2020
tentangPembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Penanganan Corona Virus
Disease 2019 (Covid-19) di Daerah Kota Bandung, Daerah Kota Cimahi, Daerah
Kabuaten Bandung, Daerah Kabupaten Bandung Barat, dan Daerah Kabupaten
Sumedang ?
4. Apa sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup pengaturan, jangkauan, dan
arah pengaturan terkait dengan pengaturan Pembatasan Sosial Berskala Besar
Dalam Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) di Daerah Kota
Bandung, Daerah Kota Cimahi, Daerah Kabuaten Bandung, Daerah Kabupaten
Bandung Barat, dan Daerah Kabupaten Sumedang ?

C. Tujuan dan Kegunaan


Tujuan dari penyusunan naskah akademik ini adalah untuk:
1. Merumuskan permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan bermasyarakat serta
cara-cara mengatasi permasalahan yang terkait dengan Corona Virus Disease
2019 (Covid-19).

5
2. Merumuskan urgensi dirumuskannya atas Peraturan Gubernur Nomor 30 Tahun
2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Penanganan Corona
Virus Disease 2019 (Covid-19) di Daerah Kota Bandung, Daerah Kota Cimahi,
Daerah Kabuaten Bandung, Daerah Kabupaten Bandung Barat, dan Daerah
Kabupaten Sumedang sebagai dasar hukum penyelesaian atau solusi
permasalahan yang ada.
3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis, yuridis
pembentukan Rancangan Undang-Undang tentang Pembatasan Sosial Berskala
Besar Dalam Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) di Daerah
Kota Bandung, Daerah Kota Cimahi, Daerah Kabuaten Bandung, Daerah
Kabupaten Bandung Barat, dan Daerah Kabupaten Sumedang.
4. Merumuskan sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup pengaturan,
jangkauan, dan arah pengaturan terkait dengan pengaturan Pembatasan Sosial
Berskala Besar Dalam Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) di
Daerah Kota Bandung, Daerah Kota Cimahi, Daerah Kabuaten Bandung, Daerah
Kabupaten Bandung Barat, dan Daerah Kabupaten Sumedang.
Sementara itu, kegunaan penyusunan Naskah Akademik ini adalah sebagai acuan
atau referensi penyusunan dan pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang
Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Penanganan Corona Virus Disease 2019
(Covid-19) di Daerah Kota Bandung, Daerah Kota Cimahi, Daerah Kabuaten Bandung,
Daerah Kabupaten Bandung Barat, dan Daerah Kabupaten Sumedang.

D. Metode
Penyusunan naskah akademik pada dasarnya merupakann suatu kegiatan
penelitian sehingga digunakan metode penyusunan naskah akademik yang berbasiskan
metode penelitian hukum atau penelitian lain.
Penelitian hukum yang dilakukan dalam penyusunan naskah akademik
rancangan undang-undang tentang pembatasan sosial berskala besar ini menggunakan
metode yuridis normatif. Melalui pendekatan ini, pengkajian hukum ditujukan terhadap
dua obyek, yaitu obyek legal yang berupa peraturan perundang-undangan dan/atau
kebijakan dan obyek realitas sosial yang berupa kebutuhan dan aspirasi masyarakat
serta pemangku kepentingan (stake holders) yang diperoleh melalui diskusi publik
dengan menghadirkan narasumber dan para pemangku kepentingan untuk

6
mengidentifikasi kebutuhan pengaturan tentang pembatasan sosial berskala besar dalam
rangka mewujudkan hak hidup sehat untuk menekan penyebaran Covid-19 secara masif
melalui pembatasan kegiatan tertentu.
Adapun langkah-langkah penelitian dilakukan melalui studi kepustakaan/library
ressearch yang menelaah (terutama) data sekunder berupa: bahan hukum primer dan
bahan hukum sekunder. Bahan hukum primer meliputi UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945; UU Kesehatan; UU Pemerintah Daerah, UU Lingkungan Hidup,
UU Penanggulangan Bencana dan berbagai peraturan perundang-undangan terkait
lainnya. Sedangkan bahan hukum sekunder diperoleh melalui pengkajian hasil-hasil
penelitian, hasil analisis dan evaluasi peraturan perundang-undangan tentang wabah
penyakit menular, buku-buku dan jurnal ilmiah serta bahan pustaka lainnya yang
membahas tentang kesehatan, khusunya tentang wabah penyakit.
Data sekunder tersebut di atas dilengkapi dengan data primer yang diperoleh
melalui diskusi publik dengan menghadirkan narasumber. Narasumber dipilih karena
kompetensinya dalam penanggulangan wabah di Indonesia. Dalam diskusi publik yang
diselenggarakan di Bandung, Cimahi dan Sumedang ini dihadirkan pula berbagai unsur
yang mewakili pemerintah (baik pusat maupun daerah), akademisi, LSM, maupun tokoh
masyarakat, organisasi profesi, rumah sakit/puskesmas dan masyarakat umum. Hal ini
ditempuh untuk mendapatkan masukan guna memenuhi persyaratanformal dan ideal
penyusunan undang-undang sebagaimana disyaratkan UU No. 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, dan menampung kebutuhan riil
masyarakat sebagaimana diharapkan. Adapun untuk menganalisis data sekunder
digunakan metode analisis kualitatif dan analisis materi muatan (content analys).
Metode penulisannya menggunakan deskriptif analitis.

7
BAB II

KAJIAN TEORETIS DAN PRAKTIK EMPIRIS

A. Kajian Teoretis
Dalam khas literature tentang Pembatasan social Bersekala Besar (PSBB)
,sangat perlu di berlakukan di tengah tengah masyarakat yang terdampak covid
19,kondisi sekarang yang mengharuskanya terjadi pembatasan social bersekala
besar (PSBB),berupa pembatasan kegiatan dan pembatasan social tentunya juga
akan menimbulkan banyak perubahan di berbagai bidang .Salasatu perubaha
dominan adalah perubahn teknis dalam beraktivitas sehari hari yang
mengharuskan semua orang melakukan aktivitas dari dalam rumah masing-
masing.
Kajian literatur disini berkenana mengenai teori peraturan pemberlakuan
pembatasan social bersekala besar (PSBB) dan teori produktivitas dan keluarga,
secara umum kita dapat mengartikan produktif adalah suatu kegiatan
pemanfaatan sumber daya yang berdaya guna dan berhasil guna.Produktivitas
bearti kemampuan untuk menghasilkan sesuatu daya untuk berproduksi.
B. Kajian terhadap asas/perinsip yang terkait dengan penyusunan norma pedoman
PSBB

Memilih intrrumen pembatasan social bersekala besar (PSBB) untuk


mengatasi keadaan darurat dengan mengeluarkan sebuah peraturan pemerintah
,Daruarta ( constitutional law in a of emergency ).penetapan keadaan darurat
akan selalu berdampak pada pembatasan ,pengurangan atau pembekuan hak
asasi manuisa.terdapat asas asas keadaan daruart yang brlaku secara
internasional yang bias dan harus di acu.

1. Asas kesamarataan ( limitation of time )


Asas ini menghendaki adanya batasan pemberlakuakeadaan darurat
untuk menghindari terjadinya penyalahgunaan kekuasaan yang

8
mengancam kebebasan dan jaminan jaminan konsitusional hak asasi
manusia
2. Asas kepastian Hukum
3. Asas kemanfaatan
4. Asas ketidakberpihakan
5. Asas kecermatan
6. Asas keterbukaan
7. Asas kepentingan umum
8. Asas pelayanan yang baik
C. Kajian terhadap praktik penyelenggaraan, kondisi yang ada, serta permasalahan
yang dihadapi masyarakat
Peroses pelaksanaan PSBB akan berdampak ratusan ribu pekerja harus di
rumahkan dan memakan biyaya tunjangan social besar ,agar psbb berjlan dengan
optimal ,di samping sosialilasi agar kesadaran masyarakat tumbuh ,penegakan
hokum yang tegas juga sangat penting di terapkan terhadap pelanggar ketentuan
PSBB guna menangkal penyebaran covid 19. Koordinasi lintas sector juga perlu
di sinkronkan dan diefektifkan,Kesadaran dan keptuhan individu pun jadi
kendala .
D. Kajian terhadap implikasi penerapan sistem baru yang akan diatur dalam
PERGUB Nomor 30 terhadap aspek kehidupan masyarakat dan dampaknya
terhadap aspek beban keuangan Negara
Dalam kaitannya dengan implikasi rancangan undang-undang ini sebagai suatu
penerapan system baru harus diakui memiliki dampak baik secara kelembagaan
maupun terhadap pembebanan biaya kepada Negara. Beberapa masalah utama
yang muncul adalah :
1. Aktivitas dan kegiatan persekolahan dan tempat kerja
Aktivitas di sekolah dan perkantoran juga termasul kedalam
PSBB.pembatasan ini berlaku kepada semua sekolah dan kantor kecuali
kantor dan instansi yang berbeda dalam memberikan layanan ketahanan
dan keamanan,ketertiban umum,penyediaan kebutuhan pangan,dan
kebutuhan kebutuhanlain yang tidak bias di hentikan.
2. Aktivitas dan kegiatan ibadah dan keagamaan

9
Semua aktivitas dan kegiatan leagamaan harus di laksanakan dan di
lakukan dari rumah dan hanya bias di hidari dengan jumlah pembatasan
orang.
3. Aktivitas dan kegiatan di tempat umum dan fisilitas umum
4. Aktivitas dan kegiatan oprasional transportasi umum
Ternasportasi atau angkutan umum mendapatkan pengecualian
dalamPSBB dan wajib memperhatikan dan mengikuti pengaturanserta
penjagaan jarak antara penumpang.
5. Aktivitas dan kegiatan social
PSBB menerapkan pelarangan dan pembatasan semua aktivitas kegiatan
social dan budaya yang biasanya di penuhi kerumunan yang rentan
dengan penyebaran COVID 19 .
6. Aktvitas dan kegiatan lain yang termasuk dalam pertahanan dan
keamanan umum
Kegiatan yang juga mengalami pengecualian lainnya adalah aktivitas yag
termasuk kedalam pertahanan atau le amanan umum dan Negara yang
berhubungan dalam menegakan kedaulatan ,mempertahankan keutuhan
dan melindungi wilayah Indonesia.

10
BAB III

EVALUASI DAN ANALISIS


PERATURANPERUNDANG UNDANGAN TERKAIT

A. Peraturan Perundang-Undangan Terkait


Pengaturan tentang pedoman PSBB antara lain meliputi sebagai berikut:
a.Pelaksanaan PSBB;
b. hak, kewajiban serta pemenuhan kebutuhan dasar penduduk selama PSBB;
c. sumber daya penanganan Covid-19;
d. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan
e. sanksi.
Berbagai kelemahan lain antara lain:

- Ketidak tentuan mengenai teknik pedoman


- Ketidak jelasan sanksi terhadap pelanggar
- Waktu dan informasi yang ditentukan tidak pasti
B. Keterkaitan Dengan UU Lainnya

1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Djawa Barat


(Berita Negara Republik Indonesia tanggal 4 Djuli 1950) jo. Undang-Undang Nomor
20 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Jakarta Raya (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1950 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 15) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta Sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4744) dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000
tentang Pembentukan Provinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4010);
2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran

11
Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3273);
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5063);
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas
Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5679);
5. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 292, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5601);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penanganan Wabah Penyakit
Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3447);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2018 tentang Pelaksanaan Tugas dan
Wewenang Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Pusat (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6224);
8. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 14 Tahun 2019 tentang
Penyelenggaraan Kesehatan (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2019
Nomor 14, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 242);
Status dari Peraturan Perundang-undangan yang ada tersebut menjadi dasar
pertimbangan adanya Pergub ini dengan keadaan yang baru melihat dari kekurangan
atau ketidak jelasan dalam peraturan sebelumnya sehingga Pergub baru ini menjadi
peraturan yang berlaku untuk kedepannya.

12
BAB IV
LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS

A. LANDASAN FILOSOFIS
Penciptaan suatu peraturan dalam rangka untuk melakukan penanganan sebuah
Coronavirus Disease Covid19 di Indonesia khususnya di wilayah Bandung
Raya, dengan akan diberlakukannya suatu Pembatasan Sosial Bersekala Besar
(PSBB) yang bertujuan untuk mengurangi penyebaran virus yang mematikan ini
sehingga dapat menangani virus ini secara cepat di wilayah Bandung Raya,
PSBB ini dilakukan dalam bentuk pembatasan aktifitas luar rumah yang
dilakukan oleh setiap orang yang berdomisili di daerah Bandung Raya,
sebagaimana diatur dalam sebuah keputusan menteri kesehatan NOMOR HK.01.
07/MENKES/259/2020. Penanganan virus ini sangat penting dilakukan oleh
negara Indonesia, untuk mengatasi wabah virus ini maka harus dilakukan Suatu
Pembatasan Sosial Bersekala Besar untuk mengurangi penyebaran virus di
Indonesia.
B. LANDASAN SOSIOLOGIS
warga masyarakat yang yang khususnya di wilayah Bandung Raya agar turut
ikut serta dalam menangani virus covid19 ini demi kesehatannya dengan
mematuhi himbauan pemerintah dan peraturan PSBB di wilayah Bandung raya
untuk memutus rantai penyebaran virus covid19 di wilayah Bandung Raya.
Selama pemberlakuan PSBB di wilayah Bandung Raya penduduk wajib
mengikuti peraturan yaitu :
a. Mematuhi seluruh ketentuan di dalam pelaksanaan PSBB
b. Ikut serta dalam pelaksanaan PSBB
c. Melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Penanganan virus ini harus serius dan harus diwujudkan dengan adanya suatu
peraturan baru di wilayah bandung raya untuk memutus rantai virus covid 19.

C. LANDASAN YURIDIS

13
Dengan adanya peraturan PSBB di wilayah Bandung Raya ini untuk
memberikan jaminan kepada semua penduduk agar terhindar atau tidak
terinfeksi virus covid19 ini, maka dari itu masyarakat wajib untuk mematuhi
peraturan tersebut untuk memutus rantai penularan covid 19 sebagaimana yang
di keluarkan oleh pemerintah nomor 30 Tahun 2020 Peraturan Gubernur Jawa
Barat Tentang Pedoman Pembatasan Sosial Bersekala Besar Dalam Penanganan
Corona virus Disease 2019 (covid19) DI wilayah Se Bandung raya.
Dengan adanya peraturan ini sehingga bisa memutus rantai penyebaran virus
covid19 ini di negara Indonesia.

14
BAB V
JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP MATERI
MUATAN UNDANG-UNDANG, PERATURAN DAERAH PROVINSI,ATAU
PERATURAN DAERAHKABUPATEN/KOTA

A. Jangkauan dan Arah Pengaturan


Pembatasan Sosial Berskala Besar adalah istilah (karantina kesehatan di
Indonesia) yang di definisikan sebagai “pembatasan kegiatan tertentu penduduk
dalam suatu wilayah yang diduga terinfeksi penyakit dan/atau terkontaminasi
sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan penyebaran penyakit”. Undang-
undang Nomor 30 Tahun 2020 tentang pedoman Pembatasan Sosial Berskala
Besar terkait penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19), yang di
dalamnya mengatur tentang pelaksanaan pembatasan pada kegiatan aktivitas
tertentu di wilayah Bandung Raya tepatnya pada wilayah Daerah Kota Bandung,
Daerah Kota Cimahi, Daerah Kabupaten Bandung, Daerah Kabupaten Bandung
Barat, dan Daerah Kabupaten Sumedang.
Adapun yang perlu dilakukan dalam masa menjalankan karantina
tersebut menerapkan gaya hidup sehat dan bersih seperti mencuci tangan
menggunakan sabun dengan air mengalir, atau menggunakan handsanitizer,
menggunakan masker ketika berada diluar rumah. peraturan Pembatasan
aktivitas diluar rumah dalam pelaksanaan PSBB ini meliputi; sekolah dan/atau
institusi pendidikan lainnya, tempat kerja, rumah ibadah, fasilitas umum,
kegiatan sosial dan budaya, dan operasional transportasi.
1) Institusi pendidikan adalah sebuah lembaga badan yang
menyelenggarakan kegiatan pendidikan belajar-mengajar, dan/atau
pelatihan. Dari segi bentuknya institusi pendidikan dibedakan menjadi
dua, yakni institusi pendidikan formal dan non formal. Institusi
pendidikan formal diantaranya seperti sekolah dasar, sekolah menengah
pertama,sekolah menengah keatas, dan perguruan tinggi. Sedangkan
untuk institusi nonformal diantaranya, lembaga kursus, pelatihan, dan
sebagainya.2 Adapun pelaksanaan kegiatan dalam belajar mengajar
2
https://brainly.co.id

15
menggunakan metode jarak jauh atau secara virtual. Dan upaya
pencegahan penyebaran virus dalam lingkungan sekolah atau pendidikan
yaitu dengan membersihkan dan melakukan penyemprotan disinfektan di
wilayah sekolah
2) Menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang keselamatan
kerja adalah tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau
terbuka, bergerak, atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau dimasuki
tempat kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber
atau sumber-sumber bahaya sebagaimana diperinci dalam pasal 2;
termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman, dan
sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau berhubung dengan
tempat kerja tersebut.3 Dalam masa karantina wilayah
3) Rumah Ibadah adalah sebuah tempat yang digunakan oleh umat
beragama untuk beribadah menurut ajaran agama atau kepercayaan
mereka masing-masing.4
4) Fasilitas umum atau sering diakronimkan fasum adalah istilah umum
yang merujuk kepada sarana atau prasarana atau perlengkapan atau alat-
alat yang disediakan oleh pemerintah yang dapat digunakan untuk
kepentingan bersama dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari.
5) Kegiatan sosial dan budaya adalah kegiatan masyarakat (bangsa) yang
memiliki nilai-nilai dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan
bernegara yang dilandasi dengan falsafah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.5
Operasional transportasi adalah pelaksanaan prasarana dan sarana
transportasi berbayar yang digunakan oleh khalayak umum yang diberikan oleh
pemerintah.

B. Ruang Lingkup Materi Muatan

3
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970
4
https://id.m.wikipedia.org
5
ibid

16
Suatu peraturan dibentuk, termasuk peraturan daerah, untuk memberikan
pedoman dalam pelaksanaa PSBB dalam rangka percepatan penanganan Covid-19
di Daerah Kota.
1. Judul Rancangan Undang-Undang
Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomer 30 Tahun 2020 Tentang Pedoman
Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Penanganan Coronavirus Desease
2019 (Covid 19) Di Daerah Kota Bandung, Daerah Kota Cimahi, Daerah
Kabupaten Bandung, Daerah Kabupaten Bandung Barat, Dan Daerah Kabupaten
Sumedang.
2. Pembukaan
a. Pertimbangan dan alasan-alasan perlunya dilakukan rancangan Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2020 tentang pembatasan sosial berskala besar.
Dalam rangka melakukan tindakan mitigasi faktor resiko di wilayah pada
situasi kedaruratan kesehatan masyarakat, dilakukan karantina rumah,
karantina wilayah, karantina rumah sakit, dan karantina pada tempat kerja
untuk mempersingkat jalur pengambilan keputusan untuk membatasi jalur
keluar-masuk suatu wilayah dan/ untuk mencegah penyebaran virus.
b. Landasan Hukum Rancangan Undang-Undang meliputi:
1) Filosofis
2) Sosiologis
3) Yuridis
3. ketentuan umum

a. Pelaksanaan PSBB adalah upaya pembatasan aktivitas diluar rumah yang


dilakukan pada suatu wilayah atau daerah untuk mencegah adanya
penyebaran wabah atau virus covid-19 secara meluas.

b. Pemerintah Daerah Provinsi adalah Gubernur sebagai unsur Penyelenggara


Pemerintahan Daerah yang memimpin Pelaksanaan urusan Pemerintahan
yang menjadi Kewenangan Daerah Provinsi.

c. Wilayah Bandung Raya adalah Daerah Kota Bandung, Daerah Kota Cimahi,
Daerah Kabupaten Bandung, Daerah Kabupaten Bandung Barat, dan
pemerintahan Daerah Kabupaten Sumedang.

17
1) Penduduk adalah setiap orang yang berdomisili dan/atau berkegiatan di
Wilayah Bandung Raya.

4. Materi yang akan diatur

Dalam masa aturan pembatasan sosial bersakala besar kegiatan yang


tetap seperti kegiatan pelayanan fasilitas kesehatan, kegiatan yang berkaitan
dengan aspek pertahanan dan keamanan, aktivitas yang berada pada naungan
aturan provinsi dan kabupaten/kota.

Hak penduduk wilayah Bandung Raya

1) setiap penduduk di wilayah Bandung raya memperoleh perlakuan dan


pelayanan pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah di wilayah
bandung raya.

2) Mendapatkan pelayanan kesehatan dasar sesuai kebutuhan medis.

3) Memperoleh data dan informasi mengenai Covid-19

4) Kemudahan akses dalam melakukan pengaduan yang berkaitan dengan


covid-19; dan

5) Pelayanan pemulasaraan dan pemakaman jenazah covid-19 atau teduga


covid-19

Kewajiban penduduk Wilayah Bandung Raya

1) Mematuhi seluruh ketentuan di dalam pelaksanaan PSBB

2) Ikut serta dalam pelaksanaan PSBB

3) Melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat

4) Mengikuti testing dan pemeriksaan sampel untuk covid-19

5) Melakukan isolasi mandiri di tempat tinggal

6) Melaporkan kepada tenaga kesehatan apabila dirinya atau keluarganya


terpapar covid-19

Pemenuhan kebutuhan dasar Penduduk selama PSBB

18
1) Pemerintahan daerah di wilayah bandung raya dapat memberikan bantuan
tunai ataupun pangan kepada masyarakat yang terdampak dalam memenuhi
kebutuhan selama pelaksanaan PSBB.

2) Pemerintahan daerah di wilayah bandung raya dapat memberikan kepada


pelaku usaha yang terdampak pelaksanaan PSBB, seperti pengurangan pajak
dan retribusi daerah bagi pelaku usaha, pemberian bantuan sosial kepada
karyawan yang terdampak atas pelaksanaan PSBB.

Sumber daya penanganan

Dalam pelaksanaan pembatasan sosial ini pemerintah daerah


menyediakan penyaluran sumber daya informasi.

Bentuk peran serta dalam pelaksanaan pembatasan sosial bersakala besar

1) Pemantauan

Pemantauan yang dilakukan oleh pemerintah yang berwenang dalam menilai


keberhasilan atau gagalnya pelaksanaan PSBB.

2) Evaluasi

Peran serta pemerintah pun dengan masyarakat dalam mengevaluasi dari


berhasilnya atau gagalnya peraturan yang dibuat, seperti daerah yang
menjangkau peraturan yang nanti dibuat, jumlah kasus covid-19 disetiap
daerah, dan sebagainya.

3) Pelaporan

Setiap pelaksanaan pengelolaan pembangunan dapat dilaporkan


perkembangannya oleh masyarakat kepada kepada pemerintah daerah.
Laporan tersebut berupa hasil dari pemantauan dan evaluasi yang telah
dibuat.

5. ketentuan sanksi;
pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan yang diatur dalam peraturan
Daerah ini dikenakan mengarah kepada edukasi dan peringatan, ketentuan
sanksi administrative terhadap masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang
melakukan pelanggaran atas pembatasan sosial berskala besar, berupa:
a) teguran lisan;

19
b) peringatan;
c) catatan kepolisian terhadap para pelanggar;
d) penahanan kartu identitas;
e) pembatasan/penghentian/pembubaran kegiatan;
f) penutupan sementara;
g) pembekuan izin;
h) pencabutan izin.

20
BAB VI
PENUTUP

A. Simpulan

Sebagaimana telah diuraikan di atas bahwa Pembatasan Sosial Beskala Besar


perlu diterapkan pada masa pandemi Covid 19 untuk menekan laju penyebaran wabah.
Maka dari itu pembentukan Peraturan Gubernur Nomor 30 Tahun 2020 tentang
Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Penanganan Corona Virus Disease 2019
(Covid-19) di Daerah Kota Bandung, Daerah Kota Cimahi, Daerah Kabuaten Bandung,
Daerah Kabupaten Bandung Barat, dan Daerah Kabupaten Sumedang perlu
diundangkan dalam naskah akademik ini dengan beberapa pertimbangan yang telah
dijelaskan di bab-bab sebelumnya.
Pertimbangan dan alasan-alasan perlunya dilakukan rancangan Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2020 tentang pembatasan sosial berskala besar. Dalam rangka
melakukan tindakan mitigasi faktor resiko di wilayah pada situasi kedaruratan kesehatan
masyarakat, dilakukan karantina rumah, karantina wilayah, karantina rumah sakit, dan
karantina pada tempat kerja untuk mempersingkat jalur pengambilan keputusan untuk
membatasi jalur keluar-masuk suatu wilayah dan/ untuk mencegah penyebaran virus.

Konstitusi menjamin adanya hak hidup sehat bagi setiap warga negara
Indonesia. Hak hidup sehat yang dimaksud diantaranya hak untuk terbebas dari
ancaman penyakit. Oleh karena itu pemerintah bertanggung jawab mewujudkan hal
tersebut dengan menekan penyebaran Covid-19 secara masif melalui pembatasan
kegiatan tertentu dengan melakukan pembuatan peraturan perundang-undangan yang
berkaitan denganpembatasan sosial berskala besa
Adapun yang perlu dilakukan dalam masa menjalankan karantina tersebut
menerapkan gaya hidup sehat dan bersih seperti mencuci tangan menggunakan sabun
dengan air mengalir, atau menggunakan handsanitizer, menggunakan masker ketika
berada diluar rumah. peraturan Pembatasan aktivitas diluar rumah dalam pelaksanaan
PSBB ini meliputi; sekolah dan/atau institusi pendidikan lainnya, tempat kerja, rumah
ibadah, fasilitas umum, kegiatan sosial dan budaya, dan operasional transportasi.

21
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan


Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970
https://brainly.co.id
https://id.m.wikipedia.org

22

Anda mungkin juga menyukai