Anda di halaman 1dari 9

ADMINISTRASI PERADILAN

UJIAN AKHIR SEMESTER


Firda Nisa Syafithri (1173010057)
HK(AS)/PI-A/VI
Fakultas Syari’ah dan Hukum
UIN Sunan Gunung Djati Bandung

1. Jelaskan Kearsipan di Pengadilan Agama!


Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam perkuliahan daring mata kuliah
administrasi peradilan berkenaan dengan pola kerasipan perkara. Maka dapat
diketahui bahwa ketentuan pokok kerasipan telah lebih dulu diatur dalam Pasal
1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1971 jo. Undang-Undang Nomor 43 Tahun
2009. Dijelaskan bahwa pengertian arsip adalah naskah yang dibuat dan
diterima oleh lembaga-lembaga negara dan badan-badan pemerintahan dalam
bentuk corak apapun, baik dalam keadaan tunggal maupun berkelompok,
dalam rangka kegiatan pemerintah.
Adapun dasar hukum pola kearsipan yang digunakan di Pengadilan
Agama diantaranya adalah pasal 283 HIR disebutkan bahwa segala keputusan-
keputusan selalu harus tinggal tersimpan dalam penyimpanan surat (arsip) di
pengadilan, dan tidak dapat dipindahkan kecuali dalam hal-hal dan menurut
cara yang diatur dalam undang-undang, Pasal 101 UU No.7 tahun 1989 tentang
PA menyebutkan bahwa panitra bertanggung jawab atas pengurusan berkas
perkara, dokumen, buku daftar, akta, biaya perkara, uang titipan pihak ketiga,
surat-surat berharga, barang bukti, dan surat-surat lain yang disimpan di
kepanitraan Semua daftar, catatan, risalah, berita acara, serta berkas perkara
tidak boleh dibawa keluar ruang kepanitraan, kecuali atas izin ketua pengadilan
berdasarkan ketentuan undang-undang.1
Penataan arsip dapat dipolakan berdasarkan abjad, masalah, nomor,
tanggal/urutan waktu, atau berdasarkan wilayah. Adapun penanganan terhadap
arsip putusan yang hilang diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun
1952. Ketentuan tersebut yakni apabila ditemukan salinan/turunan
putusan/penetapannya, maka salinan sah tersebut disimpan sebagai surat
1
Eneng Nuraeni dalam Bahan Kuliah Pertemuan Kelima : Pola Tentang Kearsipan Perkara.
putusan/penetapan asli, apabila di pengadilan tidak ditemukan turunannya,
maka diminta kepada pihak-pihak yang memiliki salinan putusan/penetapan
tersebut untuk diserahkan ke pengadilan dengan suatu surat perintah dari
pengadilan serta yang bersangkutan dapat diberi turunan dari turunan sah
tersebut. Berkas perkara yang diarsipkan adalah berkas perkara yang masih
berjalan, yaitu berkas perkara yang sudah diputus tetapi masih memerlukan
penyelesaian akhir seperti eksekusi, perkara yang diajukan banding, kasasi dan
PK termasuk perkara cerai talak yang belum dilakukan sidang penyaksian ikrar
talak. Berkas perkara ini belum digolongkan arsip berkas perkara karena masih
dalam proses penyelesaian administrasi perkara. Berkas ini disimpan oleh meja
pertama, panitra muda gugatan dan panitra muda permohonan
2. Pengertian, Landasan Hukum dan Ruang Lingkup SIPP dan E-Court!
a. Pengertian SIPP dan E-Court
Sebagaimana yang telah diketahui bahwa SIPP adalah salah satu
sistem yang digunakan oleh Pengadilan Agama dalam mempublikasikan
informasi yang berkenaan dengan perkara. Adapun pengertian SIPP adalah
aplikasi teknologi berbasis web dalam memberikan informasi perkara
kepada masyarakat. Selain itu juga SIPP juga bisa digunakan oleh
pimpinan untuk memonitor kinerja hakim di daerah. SIPP dibagun seagai
media kerja yang baik dan efektif bagi internal pengadilan, tertib
adminstrasi, efektif dan epesien, monitoring dan pengawasan. Dan yang
terpenting adalah media yang memudahan masyarakat encari informasi
perkara untuk mengupdate informasi perkaranya dengan mudah, cepat dan
murah. Sehingga dengan format SIPP masyarakat dapat mengontrol
plaksanaan proses pengadilan mellu bwebsite dikmana terdapat fitur-fitur
baru yaitu penambahan fungsi template, delegasi on line,, dan integrasi
dengan sistem informasi administrasi perkara (SIAP) MA dan Direktori
putusan.2
Adapun E-Court adalah merupakan salah satu bentuk implementasi
Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) yang telah diatur dalam

2
Eneng Nuraeni dalam Bahan Kuliah Pertemuan Keenam : SIADPA dan SIPP
Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2018. E-court adalah layanan bagi
pengguna terdaftar untuk pendaftaran perkara secara online, mendapatkan
taksiran panjar biaya perkara secara online, pembayaran secara online,
pemanggilan yang dilakukan dengan saluran elektronik, mengirim
dokumen persidangan ( replik, duplik, , kesimpuln, jawaban) secara online
dan persidangan yang dilakukan secara elektronik.3
b. Landasan SIPP dan E-Court
SIPP digunakan di Pengadilan agama dengan adanya landasan
hukum yang mendasari, adapun landasan hukum SIPP adalah Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik.
Dalam Ayat 1 Pasal 7 UU ini dinyatakan bahwa Badan publik wajib
menyediakan, memberikan dan/atau menerbitkan inforasi publik yang
dibawah kewenangan kepada pemohon informasi publik. Dalam ayat
berikutnya disebutkan bahwa badan publik wajib menyediakan informasi
publik yang akurat, benar dan tidak menyesatkan. Kemudian dalam ayat
3nya disebutkan bahwa untuk melaksanakan kewajiban sebagaimana
dimaksud dalam ayat 2 badan publik harus membangun dan
mengembangkan sistem inforasi dan dokumentasi untuk mengelola
inforasi publik secara baik dan efesien sehingga dapat diakses dengan
muda. Disamping itu, landasan SIPP yang lainnya adalah berdasarkan SK
KMA Nomor 144/KMA/SK/VII/2007 tentang Keterbukaan Informasi di
Pengadilan, SK KMA RI Nomor 1-144/KMA/SK/I/2011 Tentang
Pedoman Pelayanan Informasi di Pengadilan, dan Surat Mahkanah Agung
Nomor 0458/DJA/HM.02.3/2/2016 Tentang Implementasi SIPP Versi
3.1.1 di lingkungan Peradilan Agama. SIPP selain sebagai merupakan
perwujudan modernisasi managemen adminstrasi perkara , sekaligus juga
sebagai media informasi publik kepada masyarakat yang berkepentingan4
Sedangkan landasan diberlakukannya E-Court tidak terlepas dari
Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2018 Tentang Administrasi

3
Eneng Nuraeni dalam Bahan Kuliah Pertemuan Ketujuh : E-Court.
4
Eneng Nuraeni dalam Bahan Kuliah Pertemuan Keenam : SIADPA dan SIPP
di pengadilan secara elektronik. Aplikasi e-court MA merupakan
perwujudan dari implementasi PERMA tersebut. PERMA Nomor 3 Tahun
2018 merupakan inovasi sekaligus komitmen bagi MA dalam mewujudkan
reformasi di dunia peradilan indonesia (Justice Reform) yang
mensinergikan peran teknologi informasi (IT) dengan hukum acara (IT For
Judicary). Aplikasi e-court merupakan sebuah sistem yang terpusat,
artinya aplikasi ini memiliki data center yang terintegrasi di Mahkanah
Agung RI dengan Sistem Informasi Penelusuran Perkara (SIPP) di
pengadilan tingkat pertama, sehingga tidak lagi perlu mendownload di
masing-masing website pengadian di Indonesia. Kemudian sistem ini
secara otomatis akan terhubung dengan database di masing-masing
pengadilan yang telah mengimplementasikan e-court5
c. Ruang Lingkup SIPP dan E-Court
Ruang lingkup aplikasi SIPP adalah membantu dengan cepat
penyalinan, pembuatan dan pencetakan surat-surat dan dokumen-dokumen
perkara dengan rincian sebagai berikut: 1). membantu petugas meja satu
dalam penyalinan dan pembuatan surat kuasa, 2). membantu petugas meja
dua, meja tiga dan para hakim dalam pembuatan dan pencetakan PMH,
penunjukan panitra pengganti, PHS, relas-relas, pemberitahuan, surat
pengantar, dan dokumen lainnya.3). Membantu panitra pengganti, hakim
dan petugas yang diberi wewenang dalam pembuatan dan pencetakan
BAP, putusan, penetapan dan Akta Cerai.
Sedangkan ruang lingkup aplikasi E-Court adalah sebagai berikut :
- Pendaftaran Perkara Online (e-Filling)
- Pembayaran Panjar Biaya Online (e-Payment)
- Mendapatkan Nomor Perkara (e-Skum)
- Panggilan Elektronik (e-Summons)
- Persidangan Online (e-Litigation)
3. Jelaskan Prinsip Pembuatan Berita Acara Sidang, Kegunaan dan Isinya!
a. Prinsip Pembuatan Berita Acara Persidangan

5
Eneng Nuraeni dalam Bahan Kuliah Pertemuan Ketujuh : E-Court.
Dalam bahan materi kuliah administrasi peradilan dijelaskan
bahwa prinsip dalam pembuatan berita acara persidangan diantaranya
harus dipersiapkan terlebih dahulu Berita Acara Persidangan/Process
Verbal yang merupakan akta autentik yang dibuat oleh pejabat resmi yang
berwenang, berisi tentang proses pemeriksaan perkara dalam persidangan
yang dijadikan pedoman hakim dalam menyusun putusan. Sebagai akta
autentik, semua yang tercantum dalam berita acara persidangan adalah
tulisan yang berisi keterangan resmi dan sah, sepanjang hal itu tidak
dibuktikan palsu. Berita Acara Persidangan ditandatangani oleh panitra
yang mengikuti sidang dan Ketua majlis Hakim.
Segala sesuatu yang terjadi di persidangan dituangkan dalam berita
acara. Hal-hal yang ditulis dalam berita acara adalah hal-hal yang relevan
saja . Apabila ada kesalahan dalam penulisan tidak dibenarkan
dihapus/menggunakan tipe-ex (correction fluid) atau menindih kata-kata,
tetapi harus diperbaiki dengan cara di renvoi. Berita acara siap diedit
sebelum pertimbangan hakim disusun atau sebelum putusan diucapkan.
Berita acara persidangan harus dapat menjadi pedoman untuk merumuskan
putusan. 6
b. Kegunaan Berita Acara Persidangan
Berita acara persidangan dalam pembuatannya pasti memiliki
kegunaan. Adapun kegunaan yang dimaksud adalah sebagai dasar dan
pedoman hakim dalam menyusun putusan serta sebagai tanggung jawab
panitra pengganti, baik terhadap majlis hakim maupun terhadap panitra
yang menugaskan.
Berita acara persidangan yang telah menjadi satu bundel perkara
adalah sebagai dokumentasi informasi dan sebagai salah satu sumber ilmu
pengetahuan dan penelitian untuk suatu penulisan ilmiah tentang hukum.
Dalam pemeriksaan tingkat banding merupakan alat utama selain salinan
putusan yang diperiksa oleh hakim dalam rangka menemukan hukum.7

6
Eneng Nuraeni dalam Bahan Kuliah Pertemuan Kedelapan : Berita Acara Persidangan.
7
Eneng Nuraeni dalam Bahan Kuliah Pertemuan Kedelapan : Berita Acara Persidangan.
c. Isi Berita Acara Persidangan
Sebagaimana disebutkan dalam materi bahan kuliah administrasi
peradilan bahwa isi berita acara persidangan meliputi :
- Hal-hal formal yang harus dimuat dalam berita acara persidangan yang
terdiri dari 1) Pengadilan yang memeriksa perkara, hari, tanggal dan
tahun sidang 2) Identitas dan kedudukan para pihak 3) Susunan Majlis
Hakim dan panitra pengganti 4) Pernyataan sidang dibuka dan terbuka
untuk umum 5) Keterangan tentang hadir/tidak para pihak 6) Usaha
mendamaikan 7) Pernyataan sidang tertutup untuk umum 8)
Pembacaan surat gugatan dilanjutkan dengan replik duplik 9)
Pemeriksaan pihak-pihak 10) Pernyataan sidang terbuka untuk umum
pada waktu penundaan sidang bagi sidang yang sebelumnya
dinyatakan tertutup untuk umum 11) Penundaan sidang pada hari,
tanggal, bulan, tahun, jam dengan perintah hadir dan atau dipanggil
lagi 12) Pernyataan sidang diskors untuk musyawarah majlis hakim
13) Pernyataan sidang dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum
untuk pembacaan putusan 14) Pernyataan sidang ditutup 15)
Penandatanganan oleh Ketua majlis dan Panitra Pengganti.
- Hal-hal yang berhubungan dengan materi persidangan yang meliputi 1)
Jawab mejawab (replik, duplik, reduplik) 2) Pemeriksaan alat-alat
bukti 3) Keterangan saksi ahli (bila ada) 4) Kesimpulan, apabbila
dikehendaki pihak-pihak 5) Dan lainnya sesuai dengan acara
persidangan
- Bahasa yang digunakan dalam penyusunan Berita Acara Sidang
- Susunan Kalimat Berita Acara Sidang
- Format pembuatan berita acara persidangan8
4. Jelaskan Kedudukan, Tupoksi dan Struktur Kepaniteraan di Pengadilan
Agama!
a. Kedudukan Kepaniteraan

8
Ibid
Kedudukan kepanitraan adalh sebagai unsur pembantu pimpinan
yang bertarti segala tindakan atau aktivitas panitra sebagai pimpinan
organisasi harus dipertanggungjawabkan kepada ketua pengadilan.
Kepanitraan Pengadilan Agama dipimpin oleh seorang panitra yang
dibantu oleh seorang wakil panitra Panitra merupakan top leader dari
semua pegawai (selain hakim) yang ada di pengadilan (karena pada
realitanya panitra sering merangkap juga sebagai sekretaris pengadilan
(maka munculah istilah pansek) walaupun sempat ada aturan yang
memisahkan antara pejabat panitra dan sekretaris). Panitra adalah pegawai
terpilih yang harus mampu mengelola semua unsur yang ada dipengadilan,
tidak hanya kemampuan menyelesaikan pekerjaan, tetapi harus
menggerakkan staf, memberi contoh keteladanan, pembentukan figur staf
yang tangguh, berdedikasi dan loyalitas dalam tugas .
Selain hakim, panitra menjadi unsur yang sangat menentukan
terhadap jalannya proses perkara sejak pengadilan menerima, memeriksa,
mengadili dan menyelesaikan perkara. Ketidakcakapan panitra maupun
unsur pembantunya dapat menghambat terwujudnya asas peradilan yang
cepat, sederhana, dan biaya ringan. Oleh karena itu pegawai yang dapat
diangkat menjadi panitra harus memenuhi sayarat-syarat tertentu dan
diambil sumpahnya oleh Ketua Pengadilan.
Dalam struktur organisasi, hubungan panitra dengan Ketua
Pengadilan berada dalam hubungan garis lurus atau garis komnado, artinya
secara struktural panitra melaksanakan perintah Ketua Pengadilan.
Hubungan garis komando tersebut juga berlaku antara wakil ketua dengan
panitra, karena ketua dan wakil ketua secara kolektif merupakan pimpinan
pengadilan.9

b. Tupoksi Kepaniteraan
Tugas pokok panitera diatur dalam Pasal 96-102 Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, yakni :

9
Eneng Nuraeni dalam Bahan Kuliah Pertemuan Kesembilan : Panitera Peradilan Agama.
- Bertugas menyelenggarakan administrasi perkara dan mengatur tugas
wakil panitra, panitra muda dan panitra pengganti
- Bertugas membantu hakim dengan menghadiri dan mencatat jalannya
sidang pengadilan
- Bertugas melaksanakan penetapan atau putusan pengadilan.
- Membuat daftar semua perkara yang diterima di kepanitraan, Dalam
daftar perkara, tiap perkara diberi nomor urut dan dibubuhi catatan
singkat tentang isinya
- Membuat salinan atau turunan penetapan atau putusan pengadilan
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
- Bertanggung jawab atas pengurusan berkas perkara,
penetapan/putusan, dokumen, akta, buku daftar, biaya perkara, uang
titipan pihak ketiga, surat-surat berharga, barang bukti dan surat-surat
lain yang disimpan dikepanitraan
Adapun tugas panitera yang diatur berdasarkan pasal 2 KMA RI
No: KMA/004/SK/II/1992 tentang organisasi dan tata kerja
kepanitraan PA dan PTA menyatakan bahwa tugas pokok kepanitraan
adalah memberikan pelayanan teknis dibidang administrasi perkara
dan administrasi peradilan lainnya berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.10
Fungsi kepanitraan PA diatur dalam KMA RI Nomor:
KMA/004/SK/II/1992 tentang organisasi dan tata kerja kepanitraan PA
dan PTA. Dalam ketentuan tersebut dinyatakan bahwa kepanitraan PA
mempunyai fungsi sebagaimana diatur dalam pasal 3: (1) Penyusunan
kegiatan pelayanan administrasi perkara, serta pelaksanaan koordinasi
dan sinkronisasi yang berkaitan dengan persidangan, (2) Pengurusan
daftar perkara, administrasi perkara, administrasi keuangan perkara,
dan administrasi pelaksanaan putusan perkara perdata, (3) penyusunan
statistik perkara, dokumentasi perkara, laporan perkara, dan

10
Eneng Nuraeni dalam Bahan Kuliah Pertemuan Kesembilan : Panitera Peradilan Agama
yurisprudensi, (4) Pengurusan administrasi pembinaan hukum agama
dan hisab rukyat
c. Struktur Kepaniteraan
- Struktur Kepaniteraan PA

- Struktur Kepaniteraan PTA11

11
Eneng Nuraeni dalam Bahan Kuliah Pertemuan Kesembilan : Panitera Peradilan Agama

Anda mungkin juga menyukai