Anda di halaman 1dari 14

ADMINISTRASI PERADILAN

UJIAN TENGAH SEMESTER


Firda Nisa Syafithri
1173010057
Hukum Keluarga
Fakultas Syari’ah dan Hukum
UIN Sunan Gunung Djati Bandung

1. Jelaskan Konsep Dasar Administrasi dan Administrasi Peradilan!


a. Konsep Dasar Administrasi
Administrasi dalam arti sempit berasal dari kata Administratie
(bahasa Belanda) yaitu meliputi kegiatan cata-mencatat, suratmenyurat,
pembukuan ringan, ketik-mengetik, agenda dan sebagainya yang bersifat
teknis ketatausahaan (clerical work).
Dapat disimpulkan administrasi dalam arti sempit merupakan
kegiatan ketatausahaan yang meliputi kegiatan cata-mencatat, surat-
menyurat, pembukuan dan pengarsipan surat serta hal-hal lainnya yang
dimaksudkan untuk menyediakan informasi serta mempermudah
memperoleh informasi kembali jika dibutuhkan
Adapun Administrasi dalam arti luas berasal dari kata
Administration (bahasa Inggris) yang dikemukakan oleh Leonard D.
White dalam bukunya Introduction to The Study of Public Administration
mengatakan :
Administration is a process common to all group effort, public or
private, civil or military, large scale or small scale... etc. (Administrasi
adalah suatu proses yang pada umumnya terdapat pada semua usaha
kelompok, negara, swasta, sipil, atau militer, usaha besar atau kecil, dan
sebagainya).1
b. Konsep Dasar Administrasi Peradilan
Administrasi adalah : “Suatu proses penyelenggaraan oleh seorang
administratur secara teratur dan diatur guna melakukan perencanaan,

1
http://repository.unpas.ac.id/10140/4/BAB%20II.pdf diakses pada Rabu, 29 April 2020 Pukul
08.33 WIB
pelaksanaan dan pengawasan untuk mencapai tujuan pokok yang telah
ditetapkan semula.”
Peradilan Agama adalah : “Salah satu pelaku kekuasaan kehakiman
bagi rakyat pencari keadilan yang beragama Islam mengenai perkara
tertentu (Pasal 2 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006).” Tugas
pokoknya adalah : memeriksa, memutuskan dan menyelesaikan perkara-
perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam
dibidang a. Perkawinan, b. Waris, c.Wasiat, d. Hibah, e. Zakat, f. Wakaf,
g. Infaq, h. Shadaqah dan i. Ekonomi Syari’ah”(Pasal 49 ayat 1 UU No. 3
Tahun 2006).
Administrasi Peradilan Agama adalah : “Suatu proses
penyelenggaraan oleh aparatur Pengadilan Agama secara teratur dan diatur
guna melakukan perencanaan, pelaksanaan dan Pengawasan untuk
mencapai tujuan pokok yang telah ditetapkan semula”
Proses tersebut meliputi (6) enam hal :
a. Menghimpun  
b. Mencatat 
c. Mengolah
d. Menggandakan
e. Mengirim
f. Menyimpan
Teratur adalah : Kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan yang dilaksanakan secara terus menerus dan terarah  sehingga
tidak terjadi tumpang tindih (overlap) dalam melaksanakan tugas,
sehingga akan mencapai penyelesaian tugas pokok secara maksimal.
Adapun Klasisfikasi Administrasi di Pengadilan Agama :
a. Administrasi Kepaniteraan yang meliputi : Gugatan, Permohonan, dan
Hukum
b. Administrasi Kesekretariatan yang meliputi : Umum, Kepegawaian,
dan Keuangan.2
2. Jelaskan Sistem Penerimaan Perkara, Register Perkara, Keuangan
Perkara, Laporan dan Pemberkasan Perkara!
a. Sistem Penerimaan Perkara
Prosedur penerimaan perkara di Pengadilan Agama melalui
beberapa meja, yaitu Meja I, Meja II dan Meja III. Pengertian meja
tersebut merupakan kelompok pelaksana teknis yang harus dilalui oleh
suatu perkara di Pengadilan Agama, mulai dari penerimaan sampai perkara
tersebut diselesaikan.
Meja I
Meja I mempunyai tugas sebagai berikut :
1. Menerima gugatan, permohonan, perlawanan (verzet), pernyataan
banding, kasasi dan peninjauan kembali, eksekusi, penjelasan dan
penaksiran biaya perkara dan biaya eksekusi.
2. Membuat Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM) dalam rangkap 3
(tiga) dan menyerahkan SKUM tersebut kepada calon
penggugat/pemohon
3. Menyerahkan kembali surat gugatan/permohonan kepada calon
penggugat/pemohon.
4. Menaksir biaya perkara sebagai ditetapkan dalam pasal 121 HIR/145
Rbg. yang kemudian dinyatakan dalam SKUM. Dalam perkara cerai
talak dalam menaksir biaya-biaya perkara diperhitungkan juga untuk
keperluan pemanggilan sidang ikrar talak.
5. Penerimaan perkara perlawanan (verzet) hendaknya dibedakan antara
perlawanan (verzet) terhadap putusan verstek dengan perlawanan
pihak ketiga (derden verzet).
6. selain tugas di atas, maka meja I berkewajiban memberikan penjelasan
yang dianggap perlu berkenaan dengan perkara yang diajukan dan

2
http://gubukhukum.blogspot.com/2012/05/administrasi-peradilan-agama.html diakses pada
Rabu, 29 April 2020 Pukul 08.59 WIB
dalam memberi penjelasan dihindari dialog yang tidak perlu
berdasarkan Surat Ketua Muda Mahkamah Agung RI Urusan
Lingkungan Peradilan Agama tanggal 11 Januari 1994 Nomor :
MA/Kumdil/012/I/K/1994.
Meja II
Meja II mempunyai tugas sebagai berikut :
1. Menerima   surat  gugatan  /  perlawanan  /  permohonan  dari  calon
Penggugat/Pelawan/Pemohon dalam rangkap sebanyak jumlah
tergugat/terlawan ditambah 3 rangkap untuk majelis hakim.
2. Menerima tindasan pertama SKUM dari calon
Penggugat/pelawan/pemohon.
3. Mendaftar/mencatat surat gugatan/permohonan  dalam  register  yang  
bersangkutan serta member nomor register pada surat
gugatan/permohonan tersebut.
4. Nomor register adalah nomor pendaftaran yang diberikan kasir.
5. Asli surat gugatan/permohonan dimasukkan dalam map khusus
dengan melampirkan tindasan pertama SKUM dan surat-surat yang
berhubungan dengan gugatan/permohonan (blanko Penunjukan
Majelis Hakim (PMH), blanko Penetapan Hari Sidang (PHS)).
Selanjutkan diserahkan kepada wakil panitera untuk selanjutnya
berkas gugatan/permohonan tersebut disampaikan kepada Ketua
Pengadilan Agama melalui Panitera.
6. Mendaftar / mencatat  putusan Pengadilan Agama /  Pengadilan  
Tinggi Agama/Mahkamah Agung dalam buku register yang
bersangkutan.
Meja III
Meja III mempunyai tugas sebagai berikut :
1. Menyerahkan   salinan   putusan   Pengadilan   Agama / Pengadilan
Tinggi Agama/Mahkamah Agung kepada yang berkepentingan.
2. Menyerahkan salinan penetapan kepada yang berkepentingan
3. Menerima   Memori / Kontra Memori banding, Memori /    Kontra
Memori Kasasi, jawaban/tanggapan peninjauan kembali dan lain-lain.
4. Menyusun/menjahit/mempersiapkan berkas.3
b. Sistem Registrasi Perkara
Register berasal dari kata registrum yang berarti buku daftar yang
memuat secara lengkap dan terinci mengenai suatu hal atau perkara. Bryan
A. Games mendefinisikan register sebagai sebuah buku yang didalamnya
memuat catatan-catatan mengenai berbagai perkara/kasus yang ditangani
di suatu pengadilan.
Sebelum UU No.7/1989 tentang PA, pola tentang register perkara
sangat sederhana. Tugas-tugas kepanitraan saat itu masih terbatas pada
fungsi panitra sebagai pembantu hakim di persidangan. Pola yang
digunakan antara lain:
1. Pola register berdasarkan intruksi dirjen Binbaga Islam Depag tahun
1975 yang terdiri dari sembilan kolom dan tidak dapat
menggambarkan keadaan perkara secara lengkap.
2. Pola berdasarkan intruksi Dirjen Binbaga Islam Depag tahun 1983
yang terdiri dari 28 kolom, namun masih bersipat hal-hal pokok saja.
3. Pola berdasarkan intruksi dirjen Binbaga Islam tahun 1988 yang terdiri
dari 49 kolom namun masih belum mencerminkan kegiatan peradilan
dalam memeriksa, mengadili, dan menyelesaikan perkara.
Setelah berlaku UU No.7/1989 tentang PA, pola register
sebelumnhya dipandang sudah tidak sesuai lagi dengan jiwa undang-
undang tersebut, sehingga harus di rubah dan disempurnakan. Pola register
yang baru diatur dalam SK MA RI No.KMA/001/SK/1991.4
Register perkara berisi tentang uraian keadaan perkara sejak
perkara didaftarkan sampai dengan diputus serta pelaksanaan putusan.
Dengan demikian maka fungsi register perkara adalah:
1. Merupakan sumber informasi data perkara
3
http://gubukhukum.blogspot.com/2012/05/administrasi-peradilan-agama.html diakses pada
Rabu, 29 April 2020 Pukul 09.14 WIB
4
Eneng Nuraeni dalam Bahan Kuliah Pertemuan Keeempat : Register Perkara.
2. Gambaran tentang kegiatan hakim dan panitra yang pada akhirnya
dapat digunakan sebagai penilaian dalam hal mutasi para hakim dan
panitra
3. Gambaran tentang formasi hakim dan panitra
4. Dapat digunakan untuk memonitor hilangnya berkas perkara
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengisian buku register :
1. Perlu petugas yang profesional dan penuh tanggung jawab
2. Pengisian dilakukan tepat waktu dengan mengambil data dari instrumen
kegiatan persidangan
3. Diisi dengan tulisan yang baik dan menghindari pemakaian tinta yang
berbeda
4. Tidak menggunakan re-type (type-ex) untuk tulisan yang salah tetapi
dengan cara renvoi
5. Buku register diberi nomor halaman, halaman pertama dan terakhir
ditandatangani oleh ketua PA dan halaman lainnya diparaf
6. Banyaknya halaman pada setiap buku register dinyatakan pada halaman
awal dan keterangan tersebut ditandatangani oleh ketua PA. Apabila
penuh, maka halaman awal ditulis: “Buku register ini merupakan
lanjutan dari buku sebelumnya terdiri dari….halaman
7. Buku register Induk Perkara memuat seluruh data perkara dalam
tik.pertama, banding, kasasi, PK dan eksekusi
8. Buku regiser harus diganti setiap tahun dan tidak boleh digabung
dengan tahun sebelumnya
9. Buku register induk perkara gugatan dan buku register induk perkara
permohonan ditutup setiap bulan. Nomor urut setiap bulan dimulai dari
nomor 1 sedangkan nomor perkara berlanjut untuk satu tahun
10. Penutupan buku register induk setiap akhir bulan, ditandatangani oleh
petugas register dan diketahui oleh panitra dengan rincian sebagai
berikut:
a. Sisa bukan lalu : ……perkara
b. 2) Masuk bulan ini : ……perkara
c. 3)Putusan bulan ini : ……perkara
d. 4) Sisa bulan ini : …...Perkara
11. Penutupan buku register setiap akhir tahun ditandatangani oleh panitra
dan diket. Oleh ketua PA, dengan rincian sebagai berikut:
a. Sisa tahun lalu : …..perkara
b. Masuk tahun ini : …..Perkara
c. Putusan tahun ini : …..Perkara
d. Sisa tahun ini : …..Perkara
12. Buku register permohonan banding, register permohonan kasasi dan
register permohonan PK ditutup setiap akhir tahun dengan rerkapitulasi
sebagai berikut:
a. Sisa tahun lalu : …..perkara
b. Masuk tahun ini : …..perkara
c. Putus tahun ini : …..perkara
d. Sisa akhir tahun : …..perkara
e. Sudah dikirim : …..perkara
f. Belum dikirim : …..perkara
13. Register mediasi, kolomnya terdiri dari: nomor urut, nomor perkara,
para pihak, majlis hakim, tanggal penetapan penunjukan mediator,
nama mediator, tnggal kesepakatan perdamaian, isi akta perdamaian,
tanggal putusan/penetapan dan keterangan
14. Register mediator, kolomnya terdiri dari: nomor urut, nama,
pendidikan, lembaga yang mengeluarkan sertifikat, nomor dan tanggal
sertipikat serta keterangan.5
c. Sistem Keuangan Perkara
Dasar hukum pola tentang keuangan perkara adalah HIR pasal 121
(4) dan pasal 145 (4) RBg, yaitu besarnya biaya perkara ditentukan oleh
ketua pengadilan. Asas yang dianut oleh ketentuan tersebut adalah tidak
ada biaya tidak ada perkara, kecuali untuk perkara prodeo sebagaimana
ditentukan dalam pasal 237 HIR dan pasal 273 RBg .

5
Eneng Nuraeni dalam Bahan Kuliah Pertemuan Keeempat : Register Perkara.
Mahkamah Agung Republik Indonesia dalam suratnya
No.43/TUADA/AG/III-UM/XI/1992 yang ditujukan kepada PTA dan PA
seluruh Indonesia menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan biaya
perkara menurut pasal 121 HIR dan pasal 145 RBg adalah biaya
kepanitraan dan biaya proses. Biaya kepanitraan meliputi pungutan-
pungutan sebagai pelayanan pengadilan yang harus disetor ke kas negara,
sedangkan biaya proses meliputi biaya panggilan, pengambilan sumpah,
penyitaan, eksekusi, pemeriksaan setempat, pemberitaahuan putusan dan
lain-lain atas perintah pengadilan (HIR pasal 182/RBg pasal 193 dan pasal
90 UU No7/1989 tentang PA).6
Adapun buku keuangan perkara terdiri dari dua macam yaitu :
1. Buku Jurnal keuangan Perkara
Dalam buku ini mencatat tentang kegiatan penerimaan dan
pengeluaran uang perkara untuk setiap perkara, sehingga jurnal untuk
setiap perkara itu merupakan semacam rekening koran bagi pembayar
panjar perkara untuk tingkat pertama, banding, kasasi, PK dan Eksekusi.
Dengan demikian, maka buku jurnal keuangan perkara terdiri dari; buku
jurnal perkara gugatan (KI-PA1/G), Buku jurnal perkara permohonan (KI-
PA1/P), Buku jurnal permohonan banding (KI-PA2), Buku jurnal
permohonan kasasi (KI-PA3), Buku jurnal permohonan PK (KI-PA4),
Buku jurnal permohonan eksekusi (KI-PA5)
2. Buku Induk Keuangan Perkara;
Dalam buku ini terdapat semua kegiatan yang terjadi dalam buku
jurnal keuangan perkara harus disalin dalam buku induk keuangan perkara
yang berupa buku tabelaris. Buku tabelaris ini mencatat semua kegiatan
penerimaan dan pengeluaran biaya perkara untuk semua perkara (kecuali
permohonan eksekusi) yang masuk di pengadilan dan dicatat setiap hari.
Pada dasarnya Buku Induk keuangan di PA ada tiga yaitu: Buku
Induk Keuangan Perkara (KI-PA-6) yang digunakan untuk mencatat
kegiatan penerimaan dan pengeluaran dari seluruh perkara yang masuk ke

6
Eneng Nuraeni dalam Bahan Kuliah Pertemuan Kelima : Keuangan Perkara.
PA, Buku Keuangan eksekusi (KI-PA7) yang digunakan untuk mencatat
seluruh kegiatan penerimaan dan pengeluaran eksekusi menurut urutan
dalam buku jurnal eksekusi dan Buku Penerimaan hak-hak kepanitraan
(KI-PA8) yang digunakan untuk mencatat penerimaan uang hak-hak
kepanitraan/biaya pendaftaran. Sedangkan di pengadilan tingkat banding
hanya ada dua buku induk keuangaan yaitu buku induk keuangan perkara
dan buku penerimaan hak-hak kepanitraan
Buku induk keuangan perkara merupakan pertanggungjawaban
panitra mengenai uang perkara yang ada dalam pengawasannya
berdasarkan pasal 101 (1) UU No.7/1989 yang menyatakan bahwa panitra
bertanggung jawab terhadap pengurusan semua biaya perkara .
Dalam melaksanakan tugasnya panitra menunjuk petugas
administrasi biaya perkara: kasir, pemegang buku induk keuangan perkara
dan pemegang buku keuangan lainnya . Buku Jurnal dan Buku induk
Keuangan setiap tahun harus diganti dan tidak boleh digabung dengan
tahun sebelumnya
Buku Induk keuangan Perkara ditutup sekurang-kurangnya setiap
tiga bulan sekali atas perintah ketua PA dengan dibuatkan berita acara
pemeriksaan. Buku jurnal dan buku induk keuangan diberi nomor halaman
dan pada halaman pertama harus dinyatakan banyak/jumlah halaman,
halaman pertama dan terakhir ditandatangani ketua PA dan halaman
lainnya diparaf. Apabila penuh dan pindah kebuku selanjutnya, maka
dalam buku baru tersebut harus ditulis “buku ini merupakan lanjutan dari
buku sebelumnya berisi…hal dimulai dari hal…s/d hal… (no.hal.
Melanjutkan no.hal. Buku sebelumnya) dan ditandatangani oleh ka.PA dan
dicap 7
d. Sistem Laporan Perkara
UU N0.48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman ps 39 ayat 1
menentukan bahwa MA melakukan pengawasan tertinggi atas perbuatan
pengadilan dalam lingkungan peradilan yang berada dibawahnya

7
Eneng Nuraeni dalam Bahan Kuliah Pertemuan Kelima : Keuangan Perkara.
berdasarkan ketentuan UU. Pengawasan terhadap aparat pengadilan
dilakukan oleh ketua PTA dan ketua PA yang merupakan pengawasan
melekat, dengan cara memberikan teguran, petunjuk dan peringatan yang
kedudukannya sebagai atasan langsung sesuai dengan pasal 53 UU
No.7/1989 tentang PA
Ruang lingkup pengawasan MA RI meliputi: pengawasan
terhadap penyelenggaraan peradilan dalam menjalankan kekuasaan
kehakiman, pengawasan atas tingkah laku hakim dan perbuatan hakim
dalam menjalankan tugasnya yang bekerjasama dengan KY dan
pengawasan atas penasehat hukum dan notaris. Tata cara pengawasan
terhadap badan peradilan dapat dilaksanakan dengan cara memeriksa
pekerjaan dan meneliti proses kerja, meneliti dan menilai hasil kerja,
inpeksi rutin dan infeksi mendadak dan juga dengan cara meneliti laporan-
laporan sebagaimana yang telah ditetapkan dalam pola Bindalmin.8
Sebelum pola Bindalmin (Pembinaan dan pengendalian
administrasi) dilaksanakan di PA, keberadaan laporan masih bersipat data,
belum sepenuhnya bersipat evaluasi . Namun setelah dilaksanakan pola
Bindalmin sesuai SK MA RI No. KMA/001/SK/I/1991, maka pola laporan
di PA dan PTA sebagai berikut:
1. Laporan PA
a. LI-PA1 Laporan Keadaan Perkara
b. LI-PA2 Laporan Perkara yang dimohonkan banding
c. LI-PA3 Laporan Perkara yang dimohonkan Kasasi
d. LI-PA4 Laporan Perkara yang dimohonkan PK
e. LI-PA5 Laporan Perkara yang dimohonkan Eksekusi
f. LI-PA6 Laporan Tentang Kegiatan hakim
g. LI-PA7 Laporan Keuangan Perkara
h. LI-PA8 LaporanJenis Perkara
i. LI-PA9 Laporan hasil mediasi
j. LI-PA10 Laporan Penggunaan akta cerai

8
Eneng Nuraeni dalam Bahan Kuliah Pertemuan Keenam : Laporan Perkara.
k. LI-PA11 Laporan Pertanggungjawaban uang Iwad
l. LI-PA12 Laporan sebab-sebab terjadinya perceraian
m. LI-PA13 Laporan tahunan
Asli laporan dikirim kepada ketua PTA yang mewilayahi PA
tsb, sedangkan lembar rangkap dari setiap laporan dikirimkan ke MA.
Laporan keadaan perkara (LI-PA1), Laporan Keuangan (LI-PA7) dan
Laporan Jenis Perkara (LI-PA8) dibuat setiap akhir bulan dan harus
sudah diterima oleh PTA tanggal 10 dan oleh MA tanggal 15 bulan
berikutnya. Laporan keadaan perkara yang dimohonkan Banding (LI-
PA2), Laporan perkara yang dimohonkan Kasasi (LI-PA3), Laporan
perkara yang dimohonkan PK (LI-PA4) dan laporan perkara yang
dimohonkan eksekusi (LI-PA5) dibuat untuk setiap empat bulan yaitu
pada akhir bulan April, Agustus dan Desember. Laporan tentang
kegiatan hakim (LI-PA6) dibuat untuk setiap enam bulan yaitu pada
akhir bulan Juni dan Desember. Laporan keadaan perkara berisi tentang
keadaan perkara sejak diterima sampai diputus dan diminutasi . Laporan
tentang keadan keuangan perkara harus sesuai dengan buku induk
keuangan perkara.
2. Laporan PTA
a. LII-A1:Lap.Keadaan Perkara.
b. LII-A2: Lap.Kegiatan Hakim.
c. LII-A3: Lap.Keuangan Perkara
Asli laporan dikirim ke Mahkamah Agung Republik Indonesia.
Laporan keadaan perkara (LII-A1) dan laporan keuangan perkara (LII-
A3) dibuat setiap akhir bulan . Laporan kegiatan hakim (LII-A2) dibuat
setiap 6 bulan9
e. Sistem Pemberkasan Perkara
Kewajiban hakim setelah selesai memeriksa perkara yang
disidangkan adalah membuat putusan dan meminutasi berkas perkara.
Minutasi berkas perkara adalah penataan dan penyusunan berkas perkara

9
Eneng Nuraeni dalam Bahan Kuliah Pertemuan Keenam : Laporan Perkara.
yang telah selesai diperiksa. Minutasi berkas perkara harus selesai
selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sejak putusan diucapkan
Majlis hakim bertanggung jawab atas penyelesaian minutasi berkas
perkara yang dalam pelaksanaannya dibantu oleh panitra pengganti.
Berkas perkara disusun secara berangsur dan kronologis. Putusan tidak
ikut diminutasi bersama berkas perkara, melainkan tersendiri, tetapi
disatukan dengan berkas perkara yang dijahit (diminutasi) itu. Berkas
perkara yang telah diminutasi diserahkan ke Meja III untuk diberi sampul,
dijahit dan disegel. Selanjutnya berkas tersebut diparaf dan diberi tanggal
oleh ketua majlis.10
Dalam tertib berkas perkara dikenal dengan istilah berkas A dan
berkas B, atau disebut juga dengan istilah bendel A dan bendel B.
Bundel A merupakan himpunan surat-surat yang diawali dengan
surat gugat dan semua kegiatan/proses pemeriksaan perkara tersebut yang
selalu disimpan di PA yang memutus perkara tersebut. Apabila tidak
dilakukan upaya hukum bundel tersebut dinamakan berkas perkara saja
tanpa ada penyebutan bundel A dan bundel B.
Bundel B merupakan himpunan surat-surat yang diawali dengan
permohonan pernyataan banding,kasasi dan PK serta semua kegiatan
berkaitan dengan adanya permohonan banding, kasasi dan PK. Bundel B
yang berkaitan dengan adanya permohonan banding akan menjadi arsip
berkas perkara PTA, sedangkan bundel B yang berkaitan dengan adanya
permohonan kasasi dan PK akan menjadi arsip berkas perkara MA.
Berkaitan dengan kegiatan pengarsipan, berkas perkara ini terdiri dari:
1. Berkas perkara yang masih berjalan, yaitu berkas perkara yang sudah
diputus oleh PA, tetapi belum digolongkan arsip berkas perkara karena
masih dalam proses penyelesaian administrasi perkara. Berkas ini
disimpan oleh meja pertama panitra muda gugatan atau panitra muda
permohonan.

10
Eneng Nuraeni dalam Bahan Kuliah Pertemuan Ketujuh : Minutasi Pemberkasan Perkara.
2. Arsip berkas perkara, yaitu berkas perkara yang sudah mendapat
penyelesaian secara tuntas. Berkas ini disimpan oleh panitra muda
bagian hukum
Adapun tertib berkas bundel A dan bundel B adalah sebagai berikut :
 Bundel A: surat gugatan, PMH, penugasan panitra pengganti, PHS,
relaas panggilan, BAP, surat kuasa (bila ada), penetapan sita, berita
acara penyitaan, lampiran surat-surat yang diajukan pihak-pihak (bila
ada), surat-surat bukti penggugat dan tergugat, tanggapan bukti-bukti
tergugat dari penggugat, tanggapan bukti-bukti penggugat dari tergugat,
Berita acara Pemeriksaan setempat, dan surat-surat lainnya.
 Bundel B Banding: Salinan putusan PA, akta banding, akta
pemberitahuan banding, pemberitahuan penyerahan memori banding,
penyerahan pernyataan kontra memori banding, pemberitahuan inzage,
surat kuasa khusus (bila ada), tanda bukti pengiriman ongkos perkara
banding dari bank
 Bundel B kasasi: Relaas pemberitahuan putusan banding kepada kedua
pihak, akta permoonan kasasi, surat kuasa khusus (bila ada), memori
kasasi, tanda terima memori kasasi, relas pemberitahuan kasasi kepada
pihak lawan, kontra memori kasasi, relaas pemberitahuan kontra
memori kasasi kepada pihak lawan, relaas pemberitahuan inzage,
salinan putusan PA, salinan putusan PTA, tanda bukti setoran biaya
kasasi yang sah dari bank
 Bundel B PK: relaas pemberitahuan putusan PA/PTA, akta permohonan
PK, surat permohonan PK dilampiri tanda bukti, tanda terima surat
permohonan PK, surat kuasa khusus (bila ada), surat pemb eritahuan
dan penyerahan salinan permohonan PK kepada pihak lawan, Jawaban
surat permohonan PK, salinan putusan PA, salinan putusan PTA,
salinan putusan MA, tanda bukti setoran biaya dari bank.11

11
Eneng Nuraeni dalam Bahan Kuliah Pertemuan Ketujuh : Minutasi Pemberkasan Perkara.
Sumber Rujukan :
Eneng Nuraeni dalam Register Perkara. Bahan Perkuliahan Keempat Mata Kuliah
Administrasi Peradilan.
Eneng Nuraeni dalam Keuangan Perkara. Bahan Perkuliahan Kelima Mata
Kuliah Administrasi Peradilan.
Eneng Nuraeni dalam Laporan Perkara. Bahan Perkuliahan Keenam Mata
Kuliah Administrasi Peradilan.
Eneng Nuraeni dalam Minutasi Pemberkasan Perkara. Bahan Perkuliahan
Ketujuh Mata Kuliah Administrasi Peradilan.
http://repository.unpas.ac.id/10140/4/BAB%20II.pdf diakses pada Rabu, 29 April
2020 Pukul 08.33 WIB
http://gubukhukum.blogspot.com/2012/05/administrasi-peradilan-agama.html
diakses pada Rabu, 29 April 2020 Pukul 08.59 WIB
http://gubukhukum.blogspot.com/2012/05/administrasi-peradilan-agama.html
diakses pada Rabu, 29 April 2020 Pukul 09.14 WIB

Anda mungkin juga menyukai