Anda di halaman 1dari 14

KDRT DALAM PERSPEKTIF HUKUM PERBANDINGAN

(AMERIKA SERIKAT DAN AUSTRALIA)


Firda Nisa Syafithri, N. Tri Astuti, dan Nurul Alfiani
Program Studi Hukum Keluarga
Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Abstrak

Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) bukan lagi suatu hal yang baru, karena
tidak sedikit pasangan suami istri di Indonesia melakukan KDRT, dalam hal ini kemudian
pemerintah mengesahkan UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam
Rumah Tangga. KDRT dapat dilihat dan ditnjau dari perspektif perbandingan hukum antar
negara. Perbandingan hukum dapat dilakukan baik di bidang hukum privat, maupun hukum
publik, bahkan dapat pula dilakukan dengan membandingkan suatu lembaga hukum di masa
lalu dengan masa sekarang. Dengan demikian perbandingan hukum membawa kita kepada
sejarah hukum. Dunia semakin sempit, hubungan antar negara semakin maju dengan
teknologi yang cepat berkembang, kontak budaya, sosial, ekonomi, dan militer semakin
intensif dan menyatu, hubungan hukum pun demikian
Kekerasan dalam rumah tangga merupakan permasalahan yang telah mengakar
sangat dalam dan terjadi di seluruh negara di dunia. KDRT di Amerika merupakan bahaya
terbesar bagi perempuan dibandingkan bahaya perampokan dan pencurian. Data statistik di
Amerika menunjukkan setiap 9 menit perempuan menjadi korban kekerasan fisik, dan 25%
perempuan yang terbunuh oleh pasangan laki-lakinya. Disamping itu, kekerasan dalam
rumah tangga (KDRT) menimpa perempuan di Austalia. Menurut Badan Statistik Australia,
satu dari empat perempuan di Australia pernah menderita kekerasan fisik atau seksual yang
dilakukan oleh pasangan.
Kata Kunci : Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Abstrack
Domestic violence (KDRT) is no longer a new thing, because many married couples
in Indonesia commit domestic violence, in this case the government then passed Law no. 23
of 2004 concerning the Elimination of Domestic Violence. Domestic violence can be seen and
viewed from the perspective of comparative laws between countries. Comparison of law can
be carried out in both private law and public law, and can even be done by comparing a
legal institution in the past with the present. Thus comparative law leads us to the history of
law. The world is getting narrower, relations between countries are increasingly advanced
with fast-developing technology, cultural, social, economic and military contacts are getting
more intensive and unified, legal relations are too
Domestic violence is a deeply rooted problem that occurs in all countries of the
world. Domestic violence in America is the greatest danger to women compared to robbery
and theft. Statistics in America show that every 9 minutes a woman becomes a victim of
physical violence, and 25% of women are killed by their male partner. In addition, domestic
violence (KDRT) affects women in Australia. According to the Australian Bureau of
Statistics, one in four women in Australia has experienced physical or sexual violence by a
partner.

Keywords : Domestic Violence


PENDAHULUAN
Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) bukan lagi suatu hal yang baru, karena tidak
sedikit pasangan suami istri di Indonesia melakukan KDRT, dalam hal ini kemudian
pemerintah mengesahkan UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam
Rumah Tangga. Meski pada dasarnya padangan masyarakat Indonesia selama ini cenderung
apatis terhadap isu-isu KDRT dan menganggap bahwa masalah KDRT merupakan hal tabu
jika diperbincangkan dalam ruang publik. Muncul stigma dalam masyarakat bagi seseorang
-khususnya perempuan- berbicara masalah rumah tangganya kepada orang lain atau dalam
forum yang lebih luas, terlebih jika yang dibicarakan adalah masalah KDRT. Masyarakat
memandang bahwa masalah KDRT harus dirahasiakan agar tidak ditahui oleh orang lain.
Padahal kekerasan dalam rumah tangga adalah masalah sosial, bukan masalah keluarga yang
perlu disembunyikan.1 Hal ini tertuang dalam aturan yang tercantun dalam pasal 11 UU No.
23 Tahun 2004 yang berbunyi : “Pemerintah bertanggung jawab dalam upaya pencegahan
kekerasan dalam rumah tangga..
Dalam UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah
Tangga selai mengatur ihwal pencegahan dan perlindungan serta pemulihan terhadap korban
kekerasan dalam rumah tangga, juga mengatur secara spesifik kekerasan yang terjadi dalam
rumah tangga dengan unsure tindak pidana yang berbeda dengan tindak pidana penganiayaan
yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. 2
Dalam hal ini, KDRT dapat dilihat dan ditnjau dari perspektif perbandingan hukum
antar negara. Perbandingan hukum dapat dilakukan baik di bidang hukum privat, maupun
hukum publik, bahkan dapat pula dilakukan dengan membandingkan suatu lembaga hukum
di masa lalu dengan masa sekarang. Dengan demikian perbandingan hukum membawa kita
kepada sejarah hukum. Dunia semakin sempit, hubungan antar negara semakin maju dengan
teknologi yang cepat berkembang, kontak budaya, sosial, ekonomi, dan militer semakin
intensif dan menyatu, hubungan hukum pun demikian.Untuk memudahkan masuknya
investor asing ke Indonesia harus terjamin dan adanya kepastian hukum. Dengan adanya
perbandingan hukum maka kita dapat menemukan unsur-unsur persamaan juga unsur
perbedaan dari kedua sistem hukum itu, mengetahui sebab-sebab dan latar belakang dari

1
Moerti Hadiati Soeroso. Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Sinar Grafika. Jakarta. 2012. hlm. 67
2
Mohammad Taufik Makarao. Hukum Perlindungan Anak dan Penghapusan Kekerasan dalam
Rumah Tangga. Rineka Cipta. Jakarta. 2013
perbedaan dan persamaan tersebut, dapat diketahui jiwa serta pandangan hidup bangsa lain
termasuk hukumnya.3
Perbandingan hukum mempunyai peranan penting di bidang hukum secara nasional
maupun internasional, oleh karena itu semakin perlu diketahui karena mempunyai berbagai
manfaat yaitu mempunyai peranan penting dalam rangka hubungan antar bangsa, dan di
segala bidang hukum. Menurut Randall tujuan perbandingan hukum adalah usaha
mengumpulkan berbagai informasi mengenai hukum asing, mendalami pengalaman-
pengalaman yang dibuat dalam studi hukum asing dalam rangka pembaharuan hukum.4
Kekerasan dalam rumah tangga merupakan permasalahan yang telah mengakar sangat dalam
dan terjadi di seluruh negara di dunia. KDRT di Amerika merupakan bahaya terbesar bagi
perempuan dibandingkan bahaya perampokan dan pencurian. Data statistik di Amerika
menunjukkan setiap 9 menit perempuan menjadi korban kekerasan fisik, dan 25% perempuan
yang terbunuh oleh pasangan laki-lakinya. Disamping itu, kekerasan dalam rumah tangga
(KDRT) menimpa perempuan di Austalia. Menurut Badan Statistik Australia, satu dari empat
perempuan di Australia pernah menderita kekerasan fisik atau seksual yang dilakukan oleh
pasangan.
Beberapa faktor penyebab terjadi Kekerasan Dalam RumahTangga, yaitu faktor
individu (seperti korban penelantaran anak, penyimpangan psikologis, penyalahgunaan
alkohol, dan riwayat kekerasan di masa lalu), faktor keluarga (seperti pola pengasuhan yang
buruk, konflik dalam pernikahan, kekerasan oleh pasangan, rendahnya status sosial ekonomi,
keterlibatan orang lain dalam masalah Kekerasan), faktor Komunitas (seperti kemiskinan,
angka kriminalitas tinggi, mobilitas penduduk tinggi, banyaknya pengangguran, perdagangan
obat terlarang lemahnya kebijakan institusi, kurang nya sarana pelayanan korban, faktor
situasional), dan faktor Lingkungan Sosial (seperti perubahan lingkungan sosial yang cepat,
kesenjangan ekonomi, kesenjangan gender, kemiskinan, lemahnya jejaring
ekonomi,lemahnya penegakan hukum, budaya yang mendukung kekerasan, tingginya
penggunaan senjata api ilegal, masa konflik/pasca konflik. Tujuan penulisan jurnal ini untuk
mengetahui KDRT dalam perspektif Hukum Perbandingan Amerika Serikat dan KDRT
dalam perspektif Hukum Perbandingan Australia.

3
R. Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum.Sinar Grafika. Jakarta. hlm. 325 dalam Eli Hendalia,
Perbandingan Penanganan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) di Indonesia dan Singapura. Jurnal Syiar
Hukum FH Unisba. Vol. XIII. No. 1 Maret 2011. hlm. 19
4
Jur. Andi Hamzah, Perbandingan Hukum Pidana Beberapa Negara, Sinar Grafika, Jakarta 2008, Hal.
3. dalam Eli Hendalia, Perbandingan Penanganan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) di Indonesia dan
Singapura. Jurnal Syiar Hukum FH Unisba. Vol. XIII. No. 1 Maret 2011. hlm. 19
PEMBAHASAN
A. KDRT DALAM PERSPEKTIF HUKUM PERBANDINGAN AMERIKA SERIKAT
Hak asasi manusia di Amerika Serikat secara hukum dilindungi oleh Konstitusi
Amerika Serikat dan amendemen-amendemennya5 disepakati melalui traktat, dan ditetapkan
secara legislatif melalui Kongres, badan perundang-undangan negara bagian, dan plebisit
(referendum negara bagian). Pengadilan federal di Amerika Serikat memiliki yurisdiksi atas
hukum hak asasi internasional sebagai pertanyaan federal, yang terjadi berdasarkan hukum
internasional yang merupakan bagian dari hukum Amerika Serikat6
Di Tiga Belas Koloni Amerika Britania, organisasi hak asasi manusia pertama kali
didirikan oleh Anthony Benezet pada tahun 1775 dengan tujuan menghapus perbudakan.
Setahun kemudian, Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat menganjurkan kemerdekaan
sipil berdasarkan "kebenaran yang dapat membuktikan dirinya sendiri" “bahwa mereka
dikaruniai oleh Penciptanya dengan Hak-hak yang tidak dapat disangkal, dan bahwa di antara
hak-hak itu adalah Kehidupan, Kemerdekaan, dan upaya mengejar Kebahagiaan.” Pandangan
kemerdekaan manusia ini menerima sebagai dalil bahwa hak-hak fundamental tidak diberikan
oleh pemerintah, melainkan tidak dapat disangkal dan melekat pada setiap individu,
anteseden pemerintah7
Kekerasan terhadap perempuan dan anak merupakan tindakan pelanggaran HAM
yang paling kejam. Oleh karenanya tidak salah apabila tindak kekerasan oleh organisasi
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) disebut sebuah kejahatan kemanusiaan. Serangkaian data
yang dikeluarkan UNIFEM (dana PBB untuk perempuan) tahun 2011 tentang kekerasan
menunjukkan bahwa di Eropa jumlah perempuan yang mengalami kekerasan oleh
pasangannya mencapai 57,9 %. Di India 49%, di Amerika Serikat 22,1 %, di Banglades 60 %
dan di Indonesia masih sekitar 24 juta perempuan atau 11,4 % dari total penduduk mengalami
tindak kekerasan.8
Dengan menjunjung prinsip-prinsip tersebut, Konstitusi Amerika Serikat diadopsi
pada tahun 1787, sehingga terbentuk sebuah republik yang menjamin sejumlah kemerdekaan
sipil dan hak-hak. Kemerdekaan dan hak-hak tersebut lebih lanjut dikodifikasi dalam Bill of

5
Ellis, Joseph J. (1998) [1996]. American Sphinx: The Character of Thomas Jefferson. Vintage Books.
hlm. 63.
6
Schneebaum, Steven M. (Summer, 1998). "Human rights in the United States courts: The role of
lawyers". Washington & Lee Law Review. Diakses 26 Januari 2020
7
Henkin, Louis; Rosenthal, Albert J. (1990). Constitutionalism and rights: the influence of the United
States constitution abroad. Columbia University Press. hlm. 2–3
8
“Kekerasan terhadap Perempuan Bentuk Sebuah Patriarki”, 26 Januari, Lihat dalam
http://www.sekitarkita.com
Rights (sepuluh amendemen Konstitusi) dan selanjutnya diperluas dari masa ke masa untuk
dapat diterapkan secara menyeluruh melalui putusan yudisial dan undang-undang, serta
mencerminkan norma-norma masyarakat yang terus berkembang. Perbudakan dihapus secara
konstitusional pada tahun 1865, dan hak pilih wanita ditetapkan secara nasional pada tahun
1920.9 Sebagian besar Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia mengambil model
sebagian dari U.S. Bill of Rights.
Deklarasi Hak-Hak (Bill of Rights) adalah nama untuk sepuluh amendemen pertama
terhadap Konstitusi Amerika Serikat. Amendemen ini dibuat untuk melindungi hak-hak asli
dari kebebasan dan harta benda. Deklarasi Hak-Hak menjamin sejumlah kebebasan pribadi,
membatasi kekuasaan pemerintah di bidang yudisial dan perkara lainnya, serta memberikan
sejumlah kekuasaan kepada negara bagian dan rakyat. Meskipun awalnya amendemen-
amendemen ini hanya berlaku untuk pemerintah federal, sebagian besar dari ketetapan-
ketetapan darinya telah diberlakukan untuk negara bagian berdasarkan Amendemen Keempat
belas.
Amendemen-amendemen ini diperkenalkan oleh James Madison kepada Kongres
Amerika Serikat Pertama tahun 1789 sebagai serangkaian pasal legislatif, dan selanjutnya
diadopsi oleh Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat pada 21 Agustus 1789. Pada
awalnya, Deklarasi Hak-Hak secara hukum hanya melindungi orang kulit putih, tidak
termasuk orang Afrika-Amerika dan wanita.10
Namun, batasan-batasan ini tidak secara eksplisit dicantumkan dalam teks Deklarasi
Hak-Hak. Setelah melalui penambahan Amendemen Konstitusi dan berbagai kasus
Mahkamah Agung Amerika Serikat, Deklarasi Hak-Hak memberi perlindungan yang sama
terhadap semua warga negara Amerika Serikat. Deklarasi Hak-Hak memainkan peran penting
di dalam hukum dan pemerintah Amerika Serikat, dan menjadi simbol utama bagi kebebasan
dan budaya negeri ini.
Pada abad ke-20, Amerika Serikat memegang peran utama dalam pendirian
Perserikatan Bangsa-Bangsa dan penyusunan Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi
Manusia.11
Pada awal sejarahnya, kaum wanita Amerika tidak berhak membuat keputusan di
dalam rumah tangganya. Semua keputusan berada ditangan kaum pria, baik itu mengenai
keluarga, hak milik, maupun anak-anak. Kala itu wanita bahkan tidak berhak dalam

11
National Coordinating Committee for UDHR (1998). "Drafting and Adoption: The Universal
Declaration of Human Rights". Franklin and Eleanor Roosevelt Institute. Diakses tanggal 02-07-2008
memutuskan nasibnya. Seiring dengan berjalannya waktu, keadaanpun berubah. Wanita yang
bersekolah dan bekerja mulai tampak, walaupun kehadiran mereka belum sepenuhnya
diterima oleh masyarakat. Masyarakat masih membuat perbedaan-perbedaan terhadap wanita.
12

Kekerasan dalam rumah tangga di Amerika Serikat merupakan salah satu bentuk
kekerasan yang terjadi dalam hubungan rumah tangga. Meskipun kekerasan dalam rumah
tangga sering terjadi antar pasangan dalam konteks hubungan intim, namun dapat juga
menggambarkan kekerasan dalam rumah tangga lainnya, seperti kekerasan terhadap anak,
oleh anak terhadap orang tua atau kekerasan antar saudara dalam satu rumah tangga. Ini
diakui sebagai masalah sosial yang penting oleh badan-badan pemerintah dan non-
pemerintah, dan berbagai Aksi Kekerasan Terhadap Perempuan telah disahkan oleh Kongres
AS dalam upaya untuk membendung arus ini.
Korban dari kekerasan dalam rumah tangga melampaui batasan gender dan orientasi
seksual. Perempuan lebih sering menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga, dan lebih
mungkin dibandingkan laki-laki untuk mengalami cedera atau konsekuensi kesehatan sebagai
akibat dari insiden tersebut13 tetapi laki-laki juga menjadi korban kekerasan dalam rumah
tangga dalam jumlah yang signifikan, Kelompok yang kurang beruntung secara sosial dan
ekonomi di AS secara teratur menghadapi tingkat kekerasan dalam rumah tangga yang lebih
buruk daripada kelompok lain. Misalnya, sekitar 60% wanita Penduduk Asli Amerika
diserang secara fisik seumur hidup mereka oleh pasangan.
Banyak studi ilmiah tentang masalah tersebut menyatakan bahwa kekerasan dalam
rumah tangga seringkali merupakan bagian dari dinamika kontrol dan penindasan dalam
hubungan, yang secara teratur melibatkan berbagai bentuk kekerasan fisik dan non-fisik yang
terjadi secara bersamaan. Terorisme intim adalah penggunaan kontrol, kekuasaan, dan
penyalahgunaan yang terus-menerus dan rumit di mana seseorang mencoba untuk
menegaskan kontrol sistematis atas orang lain secara psikologis.
Kekerasan terhadap perempuan semakin diakui sebagai masalah kesehatan publik
nasional yang kritis di Amerika Serikat, sebagaimana dibuktikan dengan penandatanganan
Undang-Undang Kekerasan Terhadap Perempuan baru-baru ini oleh Presiden Obama.14

12
Emansipasi Wanita Amerika Dari Masa Ke Masa Oleh : Rumiri Aruan
13
Martin S. Fiebert dari Departemen Psikologi di California State University, Long Beach, telah
menyusun bibliografi beranotasi tentang penelitian yang berkaitan dengan pelecehan pasangan oleh wanita pada
pria
14
Calmes J. Obama Signs Expanded Anti-Violence Law. New York Times March 7, 2013. Available
at: http://thecaucus.blogs.nytimes.com/2013/03/07/obama-signs-expanded-anti-violence-law. Accessed October
26, 2020
Berdasarkan sampel perwakilan nasional, diperkirakan bahwa dalam masa hidup mereka,
hampir 1 dari 3 wanita AS selamat dari kekerasan fisik, dan 1 dari 10 telah selamat dari
pemerkosaan.15Wanita yang mengalami kekerasan emosional, fisik, dan seksual tidak hanya
mengalami cedera pada trauma awal, tetapi juga memiliki tingkat depresi, posttraumatic
stress disorder (PTSD) atau gangguan stress yang lebih tinggi, penyalahgunaan zat, re-
viktimisasi, dan perilaku seksual berisiko tinggi. 16
Pakar internasional tentang kekerasan menemukan bahwa masalah kekerasan terhadap
perempuan adalah masalah yang mengakar, sosial dan bahkan global, tidak hanya disebabkan
oleh faktor-faktor seperti penggunaan alkohol atau penyakit mental. Perserikatan Bangsa-
Bangsa Deklarasi Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan (1993) menyatakan bahwa
“kekerasan terhadap wanita adalah manifestasi dari hubungan kekuasaan yang secara historis
tidak setara antara pria dan perempuan” dan kekerasan terhadap perempuan “adalah salah
satu mekanisme sosial yang penting dimana perempuan dipaksa untuk menempati posisi yang
lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki "
Memang, Studi lintas budaya tentang kekerasan terhadap perempuan menemukan
bahwa ketimpangan ekonomi antara perempuan dan laki-laki, pola budaya penyelesaian
konflik melalui kekerasan, norma budaya dominasi laki-laki, ketangguhan dan kehormatan,
dan ekonomi laki-laki dan otoritas pengambilan keputusan dalam keluarga adalah prediktor
terbaik dari tingkat rumah tangga yang tinggi kekerasan terhadap perempuan dan
pemerkosaan di tingkat masyarakat.17
Menurut Departemen Kehakiman Amerika Serikat, kekerasan dalam rumah tangga
didefinisikan sebagai “pola perilaku kasar dalam hubungan apa pun yang digunakan oleh satu
pasangan untuk mendapatkan atau mempertahankan kekuasaan dan kendali atas pasangan
intim lainnya”. Ini melibatkan pola perilaku koersif dalam hubungan intim di mana perilaku
tersebut dikendalikan melalui penghinaan, intimidasi, ketakutan, dan seringkali cedera fisik,

15
Breiding MJ, Chen J, Black MC. Intimate Partner Violence in the United States - 2010. Atlanta, GA:
National Center for Injury Prevention and Control, Centers for Disease Control and Prevention; 2014. Accessed
October 26, 2020
16
Stockman JK, Hayashi H, Campbell JC. Intimate partner violence and its health impact on ethnic
minority women. J Womens Health (Larchmt) 2014 Epub ahead of print.
17
Mala Htun and S. Laurel Weldon. Violence Against Women: A Comparative Analysis Of Progress
On Women’s Human Rights. Prepared for Presentation to the American Political Science Association
Washington DC. Accessed October 26, 2020
emosional atau seksual yang disengaja. Kekerasan dalam rumah tangga melintasi semua
kelompok etnis, sosial ekonomi dan usia, dan juga lazim dalam hubungan sesama jenis. 18
Lebih dari enam juta anak diserang parah oleh anggota keluarga setiap tahun di
Amerika Serikat; seorang pria mengalahkan seorang wanita setiap dua belas detik; wanita
yang meninggalkan pemukulnya memiliki risiko 75% lebih besar untuk dibunuh oleh
pemukulnya daripada mereka yang tetap tinggal; dan sepertiga waktu polisi dihabiskan untuk
menjawab panggilan kekerasan dalam rumah tangga.19
Dalam situasi KDRT seringkali intervensi dalam keadaan krisis, dimana korban
“berjuang” untuk bertahan hidup, dan perlu diberikan jawaban yang tepat sesuai dengan
kebutuhan korban. Para profesional yang menangani langsung KDRT beranggapan bahwa
ada ikatan kuat yang menghubungkan KDRT dengan kesehatan mental. Di Amerika Serikat,
90% penyintas kekerasan dalam rumah tangga melaporkan tekanan emosional yang ekstrim;
47,5% melaporkan telah didiagnosis dengan gangguan stres pascatrauma; 14,7% melaporkan
kecemasan; 20% depresi. Penyakit mental sering ada korban kekerasan rumah tangga.20
abad ke-20 budaya masyarakat Amerika memposisikan kaum laki-laki sebagai kaum
yang superior dan perempuan sebagai kaum inferior. “Kaum laki-laki adalah kepala keluarga
yang harus dihormati karena posisinya sebagai pencari nafkah. Sedangkan kaum perempuan
adalah istri yang mempunyai kewajihan mengurus rumah tangga, melayani suami dan
mengurus anak-anak,” Penyebab KDRT kian marak di Amerika waktu itu, yakni masih
adanya persepsi masyarakat yang menanggap kekerasan dalam rumah tangga sebagai hal
privat. “Terdapat masyarakat yang memandang fenomena ini dari sudut pandang patriarkhis..
Selain itu, ajaran agama juga jadi akar masalah kekerasan dalam rumah tangga di
Amerika. Dari sudut pandang patriarkhis, ajaran agama Kristen seakan-akan berpihak kepada
kaum laki-laki dengan memberikan posisi yang lebih tinggi kepada laki-laki. Padahal apabila
ditinjau lebih jauh, ajaran agama ini memberikan posisi yang setara antara laki-laki dan
perempuan seperti diungkapkan bahwa Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan tidak
ada beda. Keadaan ini kemudian membuat perempuan sebagai korban KDRT berusaha
menyembunyikan kekerasan yang dialaminya. Fenomena ini tidak pernah terselesaikan
walaupun berbagai upaya dilakukan.21

18
J. Gonçalves and C. Lima . The reality of domestic violence in the US. Published online by
Cambridge University Press: 23 March 2020. DOI: https://doi.org/10.1016/j.eurpsy.2017.01.1213. Accessed
October 26, 2020
19
Ibid.,
20
Ibid.,
21
https://ugm.ac.id/id/berita/8562-fenomena-kdrt-masyarakat-amerika-diangkat-lewat-novel. Diakses
26 Oktober 2020
B. KDRT DALAM PERSPEKTIF HUKUM PERBANDINGAN AUSTRALIA
Di Australia, kekerasan dalam rumah tangga didefinisikan oleh Family Law Act 1975
sebagai "kekerasan, ancaman, atau perilaku lain yang dilakukan oleh seseorang yang
memaksa atau mengontrol anggota keluarganya, atau menyebabkan anggota keluarga tersebut
ketakutan"22. Undang-undang tersebut mengacu pada tindakan kekerasan yang terjadi antara
orang-orang yang memiliki, atau pernah, memiliki hubungan intim dalam pengaturan rumah
tangga. Kekerasan dalam rumah tangga termasuk kekerasan antara pasangan dari kedua jenis
kelamin, termasuk hubungan sesama jenis. Namun, istilah tersebut dapat diubah oleh undang-
undang setiap negara bagian dan dapat memperluas spektrum kekerasan dalam rumah tangga,
seperti di Victoria, di mana hubungan seperti keluarga dan menyaksikan segala jenis
kekerasan dalam keluarga didefinisikan sebagai kekerasan dalam keluarga.
Untuk merujuk pada kekerasan dalam rumah tangga, di Australia, negara bagian
memilih untuk menamainya secara berbeda. Dengan demikian, di Australia kekerasan dalam
rumah tangga, tergantung pada negaranya, ini disebut domestic violence (kekerasan dalam
rumah tangga), domestic and family violence (kekerasan dalam keluarga), domestic and
family violence (kekerasan dalam rumah tangga dan keluarga) dan domestic abuse.
Sebuah survey terhadap data kekerasan dalam rumah tangga di Australia
mengungkapkan bahwa 1 dari 6 perempuan dan 1 dari 20 lai-lai pernah mengalami
setidaknya satu insiden kekerasan dari pasangannya saat ini atau sebelumnya sejak usia 15
tahun. Rata-rata antara tahun 2010 dan 2012, setiap 10 hari seorang perempuan meninggal
akibat kekerasan dalam keluarga, dengan total 75 selama periode tersebut, sedangkan pada
tahun 2015, perempuan menyumbang hamper dua pertiga (65%) dari semua korban
pembunuhan terkait FDV di Australia tahun 2015 (103 korban).
Namun data yang dirilis biro statistik Australia mengungkapkan bahwa 80% wanita
dan 95% pria yang pernah mengalami kekerasan dari pasangannya saat ini tidak pernah
menghubungi polisi. Alasan paling umum untuk tidak melaporkan perkara ini ke polisi
karena takut akan balas dendam atau kekrasan lebih lanjut dari pasangan saat ini. Sebuah
makalah yang di terbitkan di Melbourne pada tahun 2016 mengungkapkan bahwa dari
121.251 insiden kekerasan dalamrumah tangga yang tercatat dalam kurun waktu 2 tahun,
lebih dari 2% melibatkan alcohol oleh salah satu atau kedua belah pihak.
Sebuah laporan kritis oleh Australian institute of health and welfare pada tahun 2018
mengungkapkan bahwa 1 dari 6 (sekitar 1,5 juta) wanita dan 1 dari 9 (sekitar 992.000) pria

22
Family Law Act 1975. Legislasi Australia. https://www.legislation.gov.au (diakses pada tanggal 26
November 2020)
mengalami pelecehan fisik dan/atau seksual sebelum sia 1 tahun. Laporan yang sama
mengungkapkan bahwa 72.000 perempuan, 34.000 anak-anak dan 9000 laki-laki
menggunakan layanan tunawisma pada tahun 2016-2017 karena KDRT23.
a. New South Wales
Redfern Legal Center mendirikan Skema Bantuan engadilan Kekerasan Dalam
Rumah Tangga Perempuan(WDVCAS)) Pad tahun 1990 untuk menyediakan berbagai
layanan hukum dan dukungan spesialis bagi perempuan di pengadilan yang mencari
keadilan. Pada bulan maret 2015, perdana menteri New South Wales Mike Baird
mengumumkan Skema Pengungkapan Kekerasan dalam Rumah Tangga (DVDS) DVDS
addalah adaptasi dari Hukum Clare, yang dianggap sukses di inggris. Melalui skema
tersebut, korban di berikan pilihan untu mencari informasi tentang pasangannya terkait
riwayat kekerasan dalam rumah tangga. Di masa mendatang, skema ini juga dapat
diperluaske teman dan anggota keluarga yang mungkin memiliki kekhawatiran tentang
pasangan orang yang terkena dampak.
Dari awalskema dan penyelidikan public terhdap masalah tersebut, model “hak ntuk
bertanya” telah di usulkan, model “hak untuk bertana” telah di usulkan seperti yang terjadi
di Inggris. Dalam bentuk skema ini, hanya orang yang berusia 16 tahun atau lebih yang
dapat mengajukan permohonan. Terlepas dari riwayat criminal pasangan rumah tangga,
pengungkapannya akan di lakukan dalam wakt 2 minggu sejak tanggal pelaporan dan akan
dilakukan secara langsung oleh petugas polisi yang di bantu oleh pekerjaan social.
b. Victoria
Victoria telah berada di garis depan dalam pengembangan dan reformasi kebijakan
kekerasan keluarga di Australia selama 15 tahun terakhir dan telah berpengaruh dalam
mendorong reformasi di yurisdiksi Australia dan Internasional lainnya. Pada tahun 202,
peninjauan komisi reformasi Hukum Victoria atas undang-unadang kekerasan keluarga
memicu sejumlah perubahan di Victoria, komisi reformasi hukum adalah bagian dari
system layanan teritegrasi tahun 2005 yang di kembngkan oleh pemeritah Victoria.
Diantaranya pengadilan Magistrat Victoria memperkenalkan spesialis Divisi
Pengadilan Kekerasan Keluarga, layanan dukungan kekerasan keluarga terintegrasi, satuan
tugas kekerasan keluarga pengadilan magistrate. Pada 2008 di Victoria, pemerinah
memperkenalkan undnag-undang bar untk menangani kekerasan dalam keluarga. Dengan
dmeikian, undang-undang perlindungan kekersan keluarga 2008 diadopsi dan untuk

23
Australia dan Indonesia perlu kerja sama untuk melawan KDRT. https://theconversation.com
(diakses pada tanggal 26 Oktober 2020)
pertama kalinya, keluarga luas, hubugan masalalu, dan hubungan seperti keluarga di
masukan di dalam undang-undang.
c. Tasmania
Tasmania beroperasi di bawah Family Violence Act 2004, yang di adopsi pada 17
Desember 2004. Undang-undang tersebut hanya merujuk pada konteks hubungan
pasangan atau suami isteri. Family Violence Act 2004 sebagai lawan dari Family Law Act
1975 dan Negara bagian lain seperti Victoria dimana kekerasan dalam keluarga memiliki
arti yang lebih luas, pemerintah Tasmania memilih untuk secra tegas mendefinisikan
kekerasan keluarga secara criminal, ekonomi dan emosional.
Polisi memiliki berbagai kewenangan di bawah undang-undang kehakiman 1959 dan
undang-undang pelanggaran polisi 1935 untuk menanggapai situasi kekerasan keluarga.
Undang-undang Tasmania yang di adopsi, undang-undang kekerasan keluarga 2004
memberi kepolisian Tasmania kewenangan baru unyuk menangani kekerasan keluarga,
seperti memasuki property pribadi, menangkap pelaku karena mengeluarkan perintah
kekerasan keluarga dan penggeledahan orang dan tempat.
Berdasarkan hukum Tasmania, seorang petugas polisi berwenang untuk masuk dan
tetap berada di lokasi tanpa surat perintah dan menggunakan kekerasan untuk mencegah
kekeasan dalam keluarga atas peintah orang yang tampaknya tinggal di loksi tersebut.
Petugs polisi juga dapat memasuki lokasi jika ia mencurigai bahwa kekerasan keluarga
sedang, telah, atau kemungkinan besar akan di lkukan di tempat tersebut.
d. Wilayah Ibu Kota Australia
Pada tahum 1997, Dewan Pencegahan kekerasan daam rumah tangga (DVPC)
didirikan berdasarkan undang-undang badan kekerasan dalam rumah tangga tahun 1986
sebagai badan hukum independen, kepolisian ACT adalah anggota DVPC. Pada Pktober
2015, dalam upaya menanggulangi kekerasan dalam keluarga, kepolisian ACT
meluncurkan satuan koordinasi kekerasan keluarga.
Dibawah komitmen yang sama, pemerintah ACT mengakui bahwa pelecehan
emosional, fisik, dan financial bukan bagian dari UU KDRT1986 dan para korban tidak di
lindungi dari penganiayaan tersebu. Namun pemerintah berjanji untuk mengubah undang-
undang tersebut dan melindungi para korban dengan lebih baik. Bagian 156A-165 dari
undang-undang perlindungan kekerasan keluarga 2008 mendefinisikan kewenangan polisi
ACT. Di antara mereka, petugas polisi ACT memiliki (tujuan untuk mencegah kekerasan
dalam kelarga) untuk memasuki tempat pribadi tanpa surat perintah dan mengeledah serta
menyita senjata api.
e. Australia Selatan
Di Australia Selatan, kekeasan dalam rumah angga didefinisikan dan di atur oleh The
Intervention Orders (Prevention Of Abuse) Act 2009 yang menggantikan undang-undang
kekerasan dalam rumah tangga 1994. Berdasarkan undang-undang tersebut yang di
maksud dengan kekerasan baik domestic maupun non-domestik, termasuk kekerasan fisik,
seksual, emosional, psikologis, atau ekonomi. Oini termasuk merusak property atau
kepemilikan orang atau prpeti yang di nikmati oleh orang-orang tersebut, penolakan yang
tidak masuk akal atasotonomifinansial, social atau pribadi.
Pada 22 Maret 2011, Zahra Abrahimzadeh meninggal setelah di tikam berulang kali
oleh suaminya. Pemeriksaan koronial dimulai oleh peugas koroner Negara bagian dan 10
rekomendasi dikeluarkan. Biasanya, petugas koroner akan mengeluarkan rekomendasi
kepada komisiner kepolisian SAPOL, namun dalam hal ini koroner mengeluarkan temuan
kepada perdana menteri Australia Selatan yang pada gilirannya membuatnya menjadi
perhatian komisioner polisi. Sebagai konsekuensi langsung dari rekomendari koroner,
layanan bantuan pengadilan KDRT Perempuan (WDVCAS) diluncurkan pada tahun 2015,
yang memberikan nasihat hukum gratis kepada para korban dan dinai oleh pungutan
korban kejahatan.
Di bandingkan dengan Negara bagian Australia lainnya, SAPOL memiliki lebih sedik
kekuatan dalam menangani kekeasan dalam rumah tanga dengan demikian petugas polisi
SA tidak dapat memasuki tempat pribadi atau tanpa permintaan untuk menyerahkan
senjata apa pun yang di tentukan dalam perintah intervesi kekerasan dalam rumah tangga.
Petugas polisi SA dpat menahan seseorang yang di curigai melanggar peintah intervensi
kekerasan dalam rumah tangga, hingga 6 jam dan harus mengajukan perintah pengadilan
untuk perpanjangan, hingga maksimum 24 jam.
f. Australia Barat
Pada Tahun 2004, pemerintah Australia Barat melalui Department for Community
Development, mengeluarkan rencana strategis pertamanya untuk menanggulangi
kekerasan dalam Rumah tangga yang berjudul “Rencana Negara Bagian Kekerasan Dalam
Rumah Tangga dan Keluarga 2004-2008”. Rencana 2004-2008 menjadi dasar bagi
pemeritah dan semualembaga lain yang terlibat untuk membangun strategi kekerasan
dalam rumah tangga24. Kewenangan dan kewajiban polisi Australia Barat :
1. Investigasi dugaan kekerasan dalam rumah tangga dan keluarga

24
Kekerasan dalam rumah tangga d Australia. https://en.m.wikipedia.org/wiki/Domestic-
violen_in_Austalia (diakses pada tanggal 26Oktober 2020)
2. Adegan rekonstruksi
3. Masuk dan mengeledah tempat jika keluaga dan kekerasan dalam rumah tangga di
curigai
4. Menerbitkan perintah penahanan di tempat
5. Peneyerahan laporan insiden
6. Penyitaan senjata api
7. Penahanan responden selama sida ng atau saat perintah polisi di buat
PENUTUP
Abad ke-20 budaya masyarakat Amerika memposisikan kaum laki-laki sebagai kaum
yang superior dan perempuan sebagai kaum inferior. “Kaum laki-laki adalah kepala keluarga
yang harus dihormati karena posisinya sebagai pencari nafkah. Sedangkan kaum perempuan
adalah istri yang mempunyai kewajihan mengurus rumah tangga, melayani suami dan
mengurus anak-anak,” Penyebab KDRT kian marak di Amerika waktu itu, yakni masih
adanya persepsi masyarakat yang menanggap kekerasan dalam rumah tangga sebagai hal
privat. “Terdapat masyarakat yang memandang fenomena ini dari sudut pandang patriarkhis.
Itulah sebabnya kekerasan dalam rumah tangga tak terselesaikan.
Sedangkan di Australia terdapat sebuah survey terhadap data kekerasan dalam rumah
tangga di Australia mengungkapkan bahwa 1 dari 6 perempuan dan 1 dari 20 lai-lai pernah
mengalami setidaknya satu insiden kekerasan dari pasangannya saat ini atau sebelumnya
sejak usia 15 tahun. Rata-rata antara tahun 2010 dan 2012, setiap 10 hari seorang perempuan
meninggal akibat kekerasan dalam keluarga, dengan total 75 selama periode tersebut,
sedangkan pada tahun 2015, perempuan menyumbang hamper dua pertiga (65%) dari semua
korban pembunuhan terkait FDV di Australia tahun 2015 (103 korban).
Namun data yang dirilis biro statistik Australia mengungkapkan bahwa 80% wanita
dan 95% pria yang pernah mengalami kekerasan dari pasangannya saat ini tidak pernah
menghubungi polisi. Alasan paling umum untuk tidak melaporkan perkara ini ke polisi
karena takut akan balas dendam atau kekrasan lebih lanjut dari pasangan saat ini. Sebuah
makalah yang di terbitkan di Melbourne pada tahun 2016 mengungkapkan bahwa dari
121.251 insiden kekerasan dalamrumah tangga yang tercatat dalam kurun waktu 2 tahun,
lebih dari 2% melibatkan alcohol oleh salah satu atau kedua belah pihak.
DAFTAR PUSTAKA
Andi Hamzah. 2008. Perbandingan Hukum Pidana Beberapa Negara. Sinar Grafika. Jakarta.
Breiding MJ, Chen J, Black MC. Intimate Partner Violence in the United States - 2010.
Atlanta, GA: National Center for Injury Prevention and Control, Centers for Disease
Control and Prevention
Calmes J. Obama Signs Expanded Anti-Violence Law. New York Times March
Eli Hendalia. 2011. Perbandingan Penanganan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) di
Indonesia dan Singapura. Jurnal Syiar Hukum FH Unisba. Vol. XIII. No. 1 Maret
Ellis, Joseph J. 1998. American Sphinx: The Character of Thomas Jefferson. Vintage Books
Henkin, Louis; Rosenthal, Albert J. 1990. Constitutionalism and rights: the influence of the
United States constitution abroad. Columbia University Press
J. Gonçalves and C. Lima . The reality of domestic violence in the US. Published online by
Cambridge University Press
Mala Htun and S. Laurel Weldon. Violence Against Women: A Comparative Analysis Of
Progress On Women’s Human Rights. Prepared for Presentation to the American
Political Science Association Washington DC
Martin S. Fiebert dari Departemen Psikologi di California State University, Long Beach
Moerti Hadiati Soeroso. 2012. Kekerasan Dalam Rumah Tangag. Sinar Grafika. Jakarta.
Mohammad Taufik Makarao. 2013. Hukum Perlindungan Anak dan Penghapusan Kekerasan
dalam Rumah Tangga. Rineka Cipta. Jakarta.
National Coordinating Committee for UDHR. 1998. "Drafting and Adoption: The Universal
Declaration of Human Rights". Franklin and Eleanor Roosevelt Institute.
R. Soeroso. Pengantar Ilmu Hukum.Sinar Grafika. Jakarta.
Schneebaum, Steven M. 1998.. "Human rights in the United States courts: The role of
lawyers". Washington & Lee Law Review
Stockman JK, Hayashi H, Campbell JC. Intimate partner violence and its health impact on
ethnic minority women. J Womens Health (Larchmt) 2014 Epub ahead of print
https://theconversation.com
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Domestic-violen_in_Austalia
http://www.sekitarkita.com
http://thecaucus.blogs.nytimes.com/2013/03/07/obama-signs-expanded-anti-violence-law

Anda mungkin juga menyukai