Anda di halaman 1dari 17

TINJAUAN VIKTIMOLOGI TERHADAP PROSES

PENYELESAIAN TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM


RUMAH TANGGA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALOPO


TAHUN AJARAN
2018/2019

Disusun oleh:

RENALDI
HIKMIN HAMRI RAJAB
MIFTAHUL UTAMI
RISNAWATI

DOSEN PEMBIMBING
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Keprihatinan Warga masyarakat terutama kaum perempuan dan

Lembaga Swadaya Masyarakat terhadap banyaknya kasus-kasus

kekerasan terhadap perempuan sebagai salah satu faktor pendorong

dibentuknya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang

Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau biasa disebut

perlindungan hukum terhadap perempuan.

Kelahiran Undang-Undang ini memang tidak lepas dari semangat

jaman yang bersifat mengglobal tentang tuntutan perlunya

penghapusan kekerasan terhadap kaum perempuan dan anak yang

dipandang sebagai kelompok yang paling rentan terhadap perlakuan

keras.

Disahkannya Undang-Undang tersebut,merupakan suatu

pemikiran yang komprehensif dari Negara dengan political will untuk

memperhatikan dan memberikan perlindungan hukum bagi korban

kekerasan dalam rumah tangga.Namun yang menjadi kendala adalah

upaya untuk mengungkap bentuk kekerasan ini tidaklah mudah, selain

karena pemahaman/kesadaran masyarakat tentang kekerasan dalam


rumah tangga belum sepenuhnya dipahami sebagai bentuk

pelanggaran Hak Asasi Manusia, juga kekerasan dalam rumah bentuk

ini masih dilihat dalam ranah privat.

Kekerasan yang dimaksud oleh Undang-Undang ini diartikan

sebagai setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan,

yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk

ancaman untuk melakukan perbuatan pemaksaan, atau perampasan

kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.

Secara sosiologis, kekerasan merupakan sikap atau tindakan yang

dipandang sangat tercela. Oleh karena itu penegakan norma-norma

etika atau moral secara umum bersumber pada kesadaran dalam diri

setiap orang.1

Diskursus tentang kekerasan terhadap perempuan dewasa ini

merupakan suatu hal yang menarik karena banyak diperbincangkan

oleh kalangan praktisi, Lembaga Swadaya Masyarakat, akademisi, dan

masyarakat luas. Hal itu dilatar belakangi adanya tuntutan perempuan

yang semakin komplek seiring denga perkembangan zaman yang

cenderung lebih memperhatikan hak-hak asasi manusia tanpa melihat

______________
1
Yesmil dan Adang, 2008, Pengantar Sosiologi Hukum, Grasindo, Jakarta, hlm 45
atau membedakan jenis kelamin. Kekerasan terhadap perempuan

merupakan tindakan pelanggaran Hak Asasi Manusia yang paling

kejam yang dialami oleh perempuan. Oleh karna itu tidak salah apabila

tindak kekerasan terhadap perempuan tersebut oleh organisasi

Perserikatan Bangsa – Bangsa (PBB) disebut sebagai kejahatan

kemanusiaan.2 Serangkaian data yang dikeluarkan oleh UNIFEM (dana

PBB untuk perempuan) tentang kekerasan terhadap perempuan

manunjukkan bahwa di Turki jumlah perempuan yang mengalami

kekerasan oleh pasangannya mencapai 57,9% pada tahun 1998. Di

India jumlahnya mencapai 49% pada tahun1999, Di Amerika Serikat

jumlahnya mencapai 22,1%,Di Bangladesh laporan terahir tahun 2000

menyebutkan 60%,Di Indonesia sendiri sekitar 24 juta perempuan atau

sekitar 11,4% dari total penduduk Indonesia pernah mengalami tindak

pidana kekerasan.

Kekerasan terhadap perempuan dewasa ini tidak saja menjadi

masalah individu melainkan juga menjadi masalah nasional dan bahkan

global. Dalam hal tertentu,kekerasan terhadap perempuan dapat

dikatakan sebagai masalah transnasional. Dikatakan masalah global

______________
2
Soeroso, MH., Kekerasan Dalam Rumah Tangga Dalam Perspektif Yuridis-Viktimologis, Sinar Grafika,
Jakarta, hlm 10
dapat dilihat dari ditetapkan hukum internasional yang menyangkut

fenomena tersebut seperti oleh Muladi sebagai berikut ;

a) Viena Declaration

b) Convention on the Elimination of All Forms Discrimination Against

Women (1979)

c) Declartion on the Elimination of Violence Against Women (1993)

d) Bejing Declaration and Platform for Action (1994)

Kekerasan terhadap perempuan sebagai masalah global sudah

mencemaskan setiap Negara di dunia, tidak saja Negara-Negara yang

sedang berkembang tetapi juga termasuk negara –negara maju yang

dikatakan sengat menghargai dan peduli terhadap Hak Asasi Manusia

seperti Amerika Serikat. Indonesia sebagai Negara berkembang,

menyandang predikat buruk dalam masalah penegakan Hak Asasi

Manusia, terutama pelanggaran Hak Asasi Manusia perempuan.

Negara Indonesia merupakan negara yang berdasarkan atas

hukum. Maka, setiap tindakan yang bertentangan dengan Pancasila

dan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai dasar hukum yang paling

hakiki disamping produk hukum lainnya. Hukum tersebut harus selalu

ditegakkan guna mencapai cita-cita dan tujuan Negara Indonesia

dimana tertuang dalam pembukaan alinea ke-empat yaitu membentuk


suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa

Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

kesejahtraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut

melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan

perdamaian abadi dan keadilan sosial.3

Dalam kehidupan di dalam masyarakat,setiap orang tidak akan

lepas dari adanya interaksi antar individu yang satu dengan individu

lainnya. Sebagai makhluk sosial yang diciptakan Allah SWT, manusia

tidak dapat hidup apabila tidak berinteraksi dengan manusia lainnya.

Sehingga dapat menimbulkan hubungan antara dua individu atau lebih

yang bersifat negative dan dapat menimbulkan kerugian di salah satu

pihak. Hal tersebut pada saat ini sering disebut sebagai tindak pidana.

Terjadinya suatu tindak pidana terdapat dua pihak yang terlibat

di dalamnya, yaitu pelaku dan korban. Bentuk atau ancaman suatu

tindak pidana sangatlah banyak, misalnya pembunuhan, pencemaran

nama baik, pencabulan, pemerkosan, serta masih banyak lagi.4

Kasus kekerasan dalam rumah tangga merupakan fenomena

global yang terjadi sepanjang abad kehidupan manusia, dan terjadi

______________
3
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945, Alinea ke 4
4
Sutandyo Wignyosubroto, 2002, Hukum Paradigma Metode dan Dinamika Masalanya, Elsan dan
Huma, Surabaya, hlm 393.
disemua Negara. Baik bentuk kekerasan tersebut bermacam-macam

dalam semua aspek kehidupan,baik dibidang sosial budaya, politik,

ekonomi, maupun pendidikan. Tindak pidana kekerasan dalam rumah

tangga sering kali tidak dianggap sebagai masalah besar karena

beberapa alasan. Pertama, ketiadaan data statistik yang akurat; Kedua,

adanya anggapan bahwa kekerasan tersebut adalah masalah ’’tempat

tidur” yang sangat pribadi yang tidak boleh diketahui oleh orang banyak

dan berkaitan dengan kesucian rumah tangga; Ketiga, berkaitan

dengan budaya; Keempat, karena ketakutan isteri atau anak sebagai

korban tindak kekerasan oleh suami sebagai pelakunya.5

Sehubungan dengan banyaknya kasus kekerasan dalam rumah

tangga, sehingga diperlukan pembaharuan hukum yang melindungi

kelompok rentan tindak pidana kekerasan khususnya perempuan.

Secara umum sudah ada beberapa perturan perundang-undangan

yang memberikan perlindungan hukum bagi perempuan diantaranya:

1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Tentang KUHP

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang KUHAP

______________
5
Ester Linawati, 2009, Tiada Keadilan Tampa Kepedulian KDRT, Perspektif Psikologi Feminis,
Paradigm Indonesia, Yogyakarta, hlm 54
4. Undang-Undang Nomor 7 tahun 1984 Tentang Pengesahan
Konvensi Penghapusan Segala bentuk Diskriminasi Terhadap
Wanita

5. Surat Kesepakatan Bersama (SKB) tiga Menteri dan Kapolri Tahun


2002 Tentang Pelayanan Terpadu Korban Kekerasan Terhadap
Perempuan dan Anak.

Namun peraturan perundangan di atas belum memadai dan kurang

sesuai dengan kurang sesuai dengan perkembangan hukum yang

hidup dalam masyarakat. Hal ini terlihat dari banyaknya kasus-kasus

yang terjadi di masyarakat yang belum terungkap disebabkan karena

korban tidak mau atau malu melaporkan tindak pidana kekerasan yang

dialaminya kepada aparat penegak hukum atau masyarakat setempat

sehingga pelaku cenderung mengulangi perbuatannya kepada korban

karena tidak adanya tindakan dan sanksi yang tegas dari penegak

hukum dan masyarakat setempat kepada pelaku, maka dalam hal ini

perlu adanya perlindungan secara khusus bagi korban tindak pidana

kekerasan dalam rumah tangga berdasarkan hukum.6

Deklarasi anti kekerasan terhadap perempuan yang disahkan

pada Sidang Umum PBB ke-85, pada tanggal 20 Desember 1993

menegaskan bahwa kekerasan terhadap perempuan merupakan

______________
6
Munir Fuady, 2003, Aliran Hukum Kritis, Paradigma Ketidakberdayaan Hukum, Citra Aditya Bakti,
Bandung, hlm 39.
pelanggaran hak-hak asasi, kebebasan fundamental perempuan.

Kekerasan terhadap perempuan menghalangi atau meniadakan

kemungkinan perempuan untuk menikmati hak-hak asasi dan

kebebasannya, jadi kekerasan terhadap perempuan harus dilawan dan

dihapuskan agar perempuan tidak kehilangan hak-haknya sebagai

manusia. Seperti dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

Untuk mencegah, melindungi korban, dan menindak pelaku

kekerasan dalam rumah tangga, Negara dan masyarakat wajib

melaksanakan pencegahan, perlindungan, dan penindakan pelaku

sesuai falsafah Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945. Negara berpandangan bahwa segala bentuk

kekerasan, terutama kekerasan dalam rumah tangga adalah

pelanggaran hak asasi manusia dan kejahatan terhadap martabat

kemanusiaan serta bentuk diskriminasi.7

beserta perubahannya Pasal 28G ayat ( 1 ) Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menentukan bahwa

Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga,

kehormatan, martabat, dan harta benda yang dibawah kekuasaannya,

______________
7
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945, Pasal 28
serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan

untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.

Pasal 28H ayat ( 2 ) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 menentukan bahwa “ Setiap orang berhak mendapat

kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan

manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan”8

Pembaruan hukum yang berpihak pada kelompok rentan atau

tersubordinasi khususnya perempuan, menjadi sangat diperlukan

sehubungan dengan banyaknya kasus kekerasan. Oleh karena itu,

diperlukan pengaturan tentang tindak pidana kekerasan dalam rumah

tangga secara tersendiri karena mempunyai kekhasan, walaupun

secara umum di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana telah

diatur mengenai panganiayaan dan kesusilaan serta penelantaran

orang yang perlu diberikan nafkah dan kehidupan.

Undang-Undang Tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga ini

erat dengan beberapa peraturan perundangan lain yang sudah berlaku

sebelumnya, antara lain, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946

Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana serta Perubahannya,

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang

______________
8
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945, Pasal 28H Ayat 2.
Hukum Acara Pidana, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang

Perkawinan, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 Tentang

Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk

Diskriminasi Terhadap Wanita (Convention on the Elimination of All

Forms of Discrimination Against Women), dan Undang-Undang Nomor

39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia.

Undang-Undang ini, selain mengatur ihwal pencegahan dan

perlindungan serta pemulihan terhadap korban kekerasan dalam rumah

tangga, juga mengatur secara spesifik kekerasan yang terjadi dalam

rumah tangga dengan unsur-unsur tindak pidana yang berbeda dengan

tindak pidana penganiayaan yang diatur dalam Kitab Undang-Undang

Hukum Acara Pidana.Selain itu, Undang-undang ini juga mengatur

ihwal kewajiban bagi aparat penegak hukum, tenaga kesehatan,

pekerja sosial, relawan pendamping, atau pembimbing rohani untuk

melindungi korban agar mereka lebih sensitif dan responsif terhadap

kepentingan rumah tangga yang sejak awal diarahkan pada keutuhan

dan kerukunan rumah tangga. Untuk melakukan pencegahan

kekerasan dalam rumah tangga, Menteri yang tugas dan tanggung

jawabnya di bidang pemberdayaan perempuan melaksanakan tindakan

pencegahan antara lain menyelengarakan komunikasi, informasi, dan

edukasi tentang pencegahan kekerasan dalam rumah tangga.


Berdasarkan pemikiran tersebut, sudah saatnya dibentuk

Undang-Undang tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah

Tangga yang diatur secara komprehensif, jelas, dan tegas untuk

melindungi dan berpihak pada korban, serta sekaligus memberikan

pendidikan dan penyadaran kepada masyarakat dan aparat bahwa

segala tindak kekerasan dalam rumah tangga merupakan kejahatan

martabat kemanusiaan.

1.2 Rumusan Masalah

Suatu penelitian diperlukan adanya rumusan masalah untuk

mengidentifikasi persoalan yang diteliti, sehingga sasaran yang hendak

dicapai menjadi jelas, terarah serta mencapai tujuan yang ingin dicapai.

Peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya Tindak Pidana

Kekerasan Dalam Rumah Tangga di Kota Palopo

2. Bagaimanakah peran korban terhadap terjadinya Tindak Pidana

Kekerasan Dalam Rumah Tangga di Kota Palopo ditinjau menurut

Victimologi

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

a. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya Tindak Pidana

Kekerasan Dalam Rumah tangga di Kota Palopo.

2. Untuk mengetahui sejauh mana peran korban dalam terjadinya

suatu Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga menurut

Victimologi

3. Untuk mengetahui upaya dan bentuk perlindungan hukum

terhadap korban Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah

Tangga.

b. Kegunaan Penelitian

1. Hasil Penelitian dapat menambah, memperluas,

mengembangkan pengetahuan dan pengalaman penulis serta

pemahaman aspek hukum di dalam teori dan praktek lapangan

hukum, khususnya dalam bidang hukum pidana.

2. Untuk memberi gambaran dan sumbangan pemikiran bagi ilmu

hukum.
BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Penelitian Terdahulu Yang Relevan

Sebelum adanya penelitian ini, sudah ada penelitian yang telah

dilakukan oleh beberapa peneliti yang menyangkut pada kekerasan dalam

rumah tangga.

1.Penelitian yang dilakukan oleh Komang Yogi Arya Wiguna,

mahasiswa UNISSULA SEMARANGtahun 2018dengan judul

Penyelesaian Hukum terhadap Tindak Pidana (KDRT) Di Wilayah

Kabupaten Kendal.Dalam penelitian tersebut diperoleh kesimpulan

sebagai berikut:

a. Modus operandi kasus KDRT di Pengadilan Negeri Kendal pada

persidangan pertama ditawarkan kepada terdakwah dan korban perlunya

dilakukan medias,,jika berhasil maka dibuatlah penetapan Majelis Hakim

untuk menghentikan perkara tersebut. Jika mediasi tidak berhasil kemudian

persidangan dilanjutkan dengan acara sidang seperti biasa.

b. prosentase KDRT di Kabupaten Kendal sebenarnya secara kuantitatif

berada pada posisi yang fluktuatif/tidak selalu berada pada garis linear

sebagaimana tindak pidana lainnya.


2.Penelitian yang dilakukan oleh Lamber Missa,SH, Mahasiswa

UNIVERSITAS DIPONEGORO pada tahun 2010 dengan judul STUDI

KRIMINOLOGI PENYELESAIAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI

WILAYAH KOTA KUPANG PROPINSI NTT.Dalam penelitian tersebut

disimpilkan sebagai berikut:

a.Fenomena kasus-kasus KDRT di Kota Kupang

fenomena KDRT di Kota Kupang sebenarnya merupakan fenomena yang

setua dengan umur perkawinan itu sendiri. Hanya saja secara formal baru

terkuak ke permukaan sejak adanya perundangan UU.NO.23 Tahun 2004

tentang penghapusan KDRT. Padahal bagi masyarakat kota Kupang yang

merupakan populasi terbesar membicarakan seks saja tabu apalagi

persoalan rumah tangga diangkat keluar.

b.Fenomena KDRT di tinjau dari aspek kriminologi

Fenomena KDRT di Kota Kupang secara kriminologis disebabkan oleh

faktor-faktor:

 Ekonomi yang terkait sumber penghasilan

 Cemburu yang terkait dengan relasi lawan jenis baik pada tempat kerja

ataupun kehodupan masyarakat pada umumnya.

 MIRAS(MINUMAN KERAS)

B. LANDASAN TEORI
A.KAJIAN PUSTAKA

Dalam penelitian proposal penelitian ini menggali informasi dari

penelitian-penelitian sebelumnya sebagai bahan perbandingan, baik

mengenai kekurangan atau kelebihan yang sudah ada. Selain itu, peneliti

juga menggali informasi dari buku-buku maupun skripsi dalam rangka

mendapatkan suatu informasi yang ada sebelumnya tentang teori yang

berkaitan dengan judul yang digunakan untuk memperoleh landaan teori

ilmiah.

C.KERANGKA KONSEPTUAL/KERANGKA BERPIKIR

1. Skripsi Komang Yogi Arya Wiguna, mahasiswa UNISSULA

SEMARANGtahun 2018dengan judul Penyelesaian Hukum terhadap Tindak

Pidana (KDRT) Di Wilayah Kabupaten Kendal,itu mengkaji cara-cara yang

baik dalam penyelesaian kasus seperti KDRT yang di lihat dari perspektif

undang-undang.

2.Skripsi Lamber Missa,SH, Mahasiswa UNIVERSITAS DIPONEGORO pada

tahun 2010 dengan judul STUDI KRIMINOLOGI PENYELESAIAN

KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI WILAYAH KOTA KUPANG

PROPINSI NT, itu menyinggung tentang fenomena-fenomena penyebab

terjadinya kasus pidana KDRT.


BAB III

METODE PENELITIAN

A.PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan pendekatan library research yaitu suatu

proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa tinjauan-

tinjauan jurnal,undang-undang dan wacana-wacana lainnya.

Anda mungkin juga menyukai