PENDAHULUAN
Pengertian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KdRT) sebenarnya hampir sama dengan
pengertian kekerasan pada umumnya. Namun yang membedakan ialah KDRT terjadi dalam
lingkup rumah tangga. Seperti yang dijelaskan dalam Undang-Undang No 23 tahun 2004 tentang
PKdRT : Kekerasan dalam rumah tangga (KdRT) merupakan setiap perbuatan terhadap
seseorang terutama perempuan, yang berakibattimbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara
fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk
melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam
lingkup rumah tangga. Tindak KDRT dapat dilakukan oleh seorang suami, istri, anak atau
anggota keluarga lainnya (UU PKdRT, 2004: 2). Meskipun pria memiliki peluang untuk menjadi
korban KdRT, namun Undang-Undang PKdRT lebih memfokuskan diri pada perlindungan kaum
perempuan sebagai korban. Hal ini dikaitkan dengan kasus kekerasan dalam rumah tangga sering
terjadi dengan perempuan sebagai korban kekerasan. Perempuan dianggap sebagai kaum
marginal, kaum yang lemah yang rentan menjadi korban KdRT.
Kekerasan dalam Rumah Tangga(KdRT) di Provinsi Jambi, Pada tahun 2017 Kasus
kekerasan terhadap anak dan perempuan menurun dibandingkan tahun sebelumnya. Dari data
yang diperoleh Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Pengendalian
Penduduk Provinsi Jambi, pada tahun 2016, kasus kekerasan ini terjadi sebanyak 124 kasus,
namun ditahun 2017 mengalami penurunan sebanyak 18 kasus atau hanya 104 kasus.
Kekerasan dalam Rumah Tangga(KdRT) di Provinsi Jambi terus meningkat pada tahun
2010-2016. Hal ini berdasarkan data dari Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan
Perempuan (BPMPP) Provinsi Jambi. Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan BPMPP
Provinsi Jambi,Putri mengatakan dari tahun 2010 hingga 2015 angka kekerasan terhadap
perempuan dan anak hanya sekitar 60 lebih kasus. Jumlah meningkat pada tahun 2016 yang
tercatat sebanyak 108 kasus.Ada beberapa faktor penyebab terjadinya kekerasan dalam rumah
tangga mulai darai masalah psikis, seksual, dan pelantaran ekonomi. Kasus KdRT ini tidak saja
terjadi pada perempuan yang memiliki pendidikan rendah atau perempuan tidak bekerja (ibu
rumahtangga) saja, akan tetapi juga terjadi pada perempuan yang sdusah memiliki pendidikan
yang tinggi dan permpuan yang bekerja di berbagai instansi lain yang ada di lingkungan Kota
Jambi.
Peran perempuan di ranah domestik masih menjadi momok bagi perempuan itu sendiri.
Meski terjadi pergeseran paradigma bahwa perempuan yang mempunyai pendidikan tinggi harus
menjadi wanita karir, selepas membina rumah tangga, kebanyakan perempuan memutuskan
untuk berhenti melanjutkan mimpi menjadi wanita karir dan hanya menjalankan peran sebagai
ibu rumah tangga saja.
Di bidang politik, mungkin kita bisa saja menyebut bahwa provinsi Jambi mampu
memenuhi kuota 30% perempuan dalam pemilihan legislatif, tapi tidak semua perempuan yang
ikut bertarung lolos menjadi anggota dewan tersebut.Jumlah perempuan yang menjadi anggota
DPRD Provinsi Jambi 2014-2019 yaitu sebanyak 38 orang, sedangkan jumlah laki-laki yang
menjadi anggota DPRD provinsi Jambi sebanyak 347 orang.Untuk memenuhi kuota ini pun
partai-partai tak lagi memikirkan kualitas calegnya. Beberapa yang maju memiliki keterkaitan
dengan orang-orang penting, entah terhubung melalui orang tua atau suaminya yang pernah
menduduki jabatan penting.
Sesuai dengan Undang-undang RI No. 23 Tahun 2004 tentang PKDRT bab III pasal 5
tentang larangan kekerasan dalam rumah tangga yang telah di kemukakan dalam bab teoritis
berbunyi: bahwa setiap orang di larang melakukan kekerasan dalam rumah tangga terhadap
orang dalam lingkup rumah tangganya dengan cara: a) kekerasan fisik, b) kekerasan fsikis, c)
kekrasan seksual, d) penelantaran rumah tangga.
1.2 MASALAH
Berdasarkan informasi dari Unit Perlindungan Perempuan dan Anak, angka kekerasan dalam
rumah tangga bisa saja bertambah karena masih banyak masyarakat yang enggan untuk
melaporkan tindak kekerasan dalam rumah tangga yang dialaminya ke pihak yang berwajib,
biasanya masyarakat baru akan melapor setelah mengalami kekerasan yang cukup berat.
Pemberdayaan perempuan yang selama ini digencarkan dengan gegap gempita oleh
pemerintah Indonesia memiliki visi yaitu mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender,
kesejahteraan dan perlindungan anak dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Karena masih banyaknya perempuan terutama dipedesaan yang tidak memahami
hokum gender serta banyak perempuan yang menjadi korban KDRT.
Pengarus utamaan Gender (PUG) atau gender mainstreming adalah gagasan tentang
kesempatan yang setara antara perempuan dan laki-laki dalam seluruh aktivitas dan kebijakan
yang dikeluarkan untuk masyarakat. Pengarus utamaan gender tidak hanya meliputi
upayamensosialisasikan kesetaraan kepada sebuah tindakan khusus untuk membantu perempuan
tetapi juga mengarahkan secara umum kebijakan-kebijakan secara khusus apa saja yang dapat
menciptakan penghargaan terhadap laki-laki dan perempuan. Dengan kata lain bagaimana
memperaktekkan kebijakan kesetaraan tersebut secara sistematis.
Oleh karena itu diperlukan gerakan pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga
selanjutnya disingkat PKK yaitu gerakan nasional dalam pembangunan masyarakat yang tumbuh
dari bawah yang pengelolaannya dari, oleh dan untuk masyarakat satu kegiatan PKK nya adalah
mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender serta kesadaran hukum bagi anggotanya, selama ini
kegiatan yang dilakukan oleh PKK kota Jambi Jambi dalam bentuk ceremonial sehingga
penerimaan perempuan tentang hukum dan gender tidak sempurna.
Kekerasan (violence) dalam bahasa Inggris berarti sebagai suatu serangan atau invasi,
baik fisik maupun integritas mental psikologis seseorang. Seperti yang dikemukakan oleh
Elizabeth Kandel Englander bahwa: “In general, violence is aggressive behavior with the intent
to cause harm (physical or phychological). The word intent is central; physical or phsychological
harm that occurs by accident, in the absence of intent, is not violence.”
Kekerasan dalam Rumah Tangga atau yang kerap disebut KDRT, merupakan sebuah
fenomena universal, dimana terjadi hampir diberbagai belahan dunia. Kasus KdRT dapat terjadi
dimana saja, kapan saja dan dapat dilakukan oleh siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan
tanpa mengenal status sosial, ekonomi dan pendidikan. Pada tahun 2004 telah disahkan undang-
undang tentang tindak Kekerasan dalam Rumah Tangga (KdRT), yakni undang-undang no. 23
tahun 2004 tentang PKDRT. Undang-Undang tersebut merupakan hasil dari perjuangan para
aktivis perempuan yang diharapkan mampu memberikan perlindungan dan membantu secara
hukum bagi para korban KdRT. Pengertian Kekerasan dalam Rumah Tangga (KdRT) menurut
Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam
Rumah Tangga (PKdRT) pasal 1 poin 1 menjelaskan :
“Kekerasan dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama
perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual,
psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan
perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup
rumah tangga “(UU PKdRT, 2004 :3).
Tindak kekerasan dalam rumah tangga memeperlihatkan suatu pola tindakan pemukulan
atau penganiayaan oleh laki-laki terhadap perempuan dan antara pasangan seks dalam konteks
relasi yang intim. Dalam 95% kasus, laki-laki menganiyaya perempuan, walaupun dalam
beberapa dituasi perempuan adalah pelaku utamanya (US Department of Justice). (Robert dan
Gilbert, 2009 : 368).
2.2 BENTUK KEKERASAN
Berdasarkan Undang-Undang no 23 tahun 2004 Kekerasan dalam Rumah Tangga terbagi dalam
4 bentuk, yakni :
Kekerasaan fisik,
Yakni suatu perbuatan yangmenyebabkan rasa sakit, menyebabkan seseorang terluka secarafisik,
seperti penganiyayaan, pemukulan, bahkan hinggapembunuhan, yang termasuk dalam kekerasan
fisik ialah :
1. Memukul
2. Menendang
3. Menampar
4. Mendorong
5. Mencekik
6. Menjambak
7. Melempar
8. Membunuh
Kekerasan psikis,
Merupakan perbuatan melukai seseorang yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya
diri, rasa tidak berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat pada seseorang.Hal ini biasanya
dilakukan dengan menyerang mental seseorang seperti mencaci, menghina, atau dengam
mengancam sehingga memunculkan rasa takut. Yang termasuk dalam kekerasan psikis ialah :
1. Mengancam
2. Menghina
3. Membentak (berteriak-teriak)
4. Memaki
5. Memaksa
Kekerasan seksual,
1. Pemerkosaan
4. Pelecehan seksual
Kekerasan ekonomi,
Yakni memelantarkan orang dalam lingku rumah tangganya, padahal menurut hukum yang
berlaku baginy atau karena persetujuan atau perjanjuan ia wajib memberika kehidupan,
perawatan, atau pemeliharaan kepada orang tersebut kemudian juga mengakomodasi pelarangan
bekerja yan menyebabkan ketergantungan ekonomi,yang termasuk dalam kekerasan ekonomi
ialah :
Undang UndangUndang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah
Tangga
Maisah, Jurnal Studi atas Trend Kekerasan dalam Rumah Tangga di Provinsi Jambi: Institut
Agama Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi