Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kekayaan Intelektual (KI) adalah merupakan bagian dari hukum harta benda
(hukum kekayaan). Kekayaan Intelektual, khususnya yang berkaitan dengan haknya,
dikelompokkan sebagai hak milik perorangan yang sifatnya tidak berwujud
(intangible). Hak Kekakayaan Intelektual bersifat sangat abstrak dibandingkan dengan
hak atas benda bergerak pada umumnya, seperti hak kepemilikan atas tanah,
kendaraan, dan properti lainnya yang dapat dilihat dan berwujud.1

kekayaan intelektual yang juga disebut intellectual property rights termasuk


kedalam hukum kebendaan tidak berwujud (intangible assets), yang terdiri dari 2 (dua)
bagian besar yaitu:2

a. Industrial property rights atau hak kekayaan industrial berkaitan dengan invensi, atau
inovasi yang berhubungan dengan kegiatan industri yang meliputi paten, merek,
desain industry, rahasia dagang (trade secret atau know how), dan sesain tata letak
sirkuit terpadu (lay outdesign of integrated circuits), dan ;

b. Copyrights atau hak cipta yang memberikan perlindungan terhadap karya-karya seni,
sastra, dan ilmu pengetahuan, contoh: film, lukisan, novel, program computer, tarian
dan sebagainya.

Pada saat ini teknologi memegang peranan yang sangat penting dalam
kehidupan manusia dewasa ini Teknologi mampu memecahkan persoalan yang
dihadapi manusia, misalnya mengatasi jarak dan waktu. Dalam penyampaian
informasi, teknologi hand phone dan internet memegang peranan yang sangat penting.
Untuk menghasilkan penemuan-penemuan (Invention) yang baru dalam
pengembangannya senantiasa memerlukan pengorbanan, baik tenaga, pikiran, waktu
dan juga biaya dari inventornya/ penemunya, dan umumnya temuan teknologi tersebut
mempunyai nilai ekonomi tinggi. Karena itu sudah sepantasnya atas invention tersebut
diberikan perlindungan hukum yaitu berupa pemberian 101 Hak Ekslusif kepada
inventor atas hasil invensinya di bidang teknologi.

1
DHARMAWAN, Ni Ketut Supasti dkk, 2016, Buku Ajar Hak Kekayaan Intelektual Ed.1,
Yogyakarta, Deepublish, hlm19
2
Insan Budi Maulana,2009, Politik dan Manajemen Hak Kekayaan Intelektual, Alumni, Bandung,
hlm. 153.

1
Sementara itu, arti Invensi dan Inventor yang terdapat dalam pengertian di atas,
juga menurut undang-undang tersebut, yaitu:

Invensi adalah ide Inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan


pemecahan masalah yang spesifik di bidang teknologi dapat berupa produk atau proses,
atau penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses, sedangkan Inventor
adalah seorang yang secara sendiri atau beberapa orang yang secara bersama-sama
melaksanakan ide yang dituangkan ke dalam kegiatan yang menghasilkan Invensi.

Paten merupakan salah satu jenis Hak Kekayaan Intelektual di bidang Industrial
Right. Sistem perlindungannya menganut first to file system. Menurut undang-undang
nomor 14 tahun 2001 tentang Paten, Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh
Negara kepada Inventor atas hasil Invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama
waktu tertentu melaksanakan sendiri Invensinya tersebut atau memberikan
persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya.

Dalam undang-undang diatur mengenai syarat paten, jangka waktu berlakunya


paten, hak dan kewajiban inventor sebagai penemu invensi, tata cara permohonan hak
paten, pegumuman dan pemeriksaan substansif dll.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah yang menjadi
batasan penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Apa pengertian paten ?

2. Berapa lama masa kepemilikan hak paten ?

3. Apa manfaat hak paten ?

4. Apa saja kriteria invensi yang dapat didaftarkan untuk mendapatkan hak

paten ?

5. Bagaimana prosedur pendaftaran hak paten ?

2
Tujuan Penulisan

 Untuk mengetahui Pengertian Hak Paten.

 Untuk mengetahui lama masa kepemilikan hak paten.

 Untuk mengetahui manfaat hak paten.

 Untuk mengetahui Apa saja kriteria invensi yang dapat didaftarkan

untuk mendapatkan hak paten.

 Untuk mengetahui Bagaimana prosedur untuk mendapatkan hak paten.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Paten

Istilah paten berasal dari kata dalam bahasa Inggris, “patent” dan

merupakan turunan dari bahasa Latin “patere” berarti “to be open” atau terbuka.

Menurut Undang-Undang No. 14 tahun 2001 pasal 1 ayat (1), paten adalah hak

eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada inventor atas hasil invensinya di

bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri

invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk

melaksanakannya.

Invensi adalah ide inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan

pemecahan masalah yang spesifik di bidang teknologi dapat berupa produk atau

proses, atau penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses (UU No. 14

tahun 2001 pasal 1 ayat (2)).

Inventor adalah seorang yang secara sendiri atau beberapa orang yang

secara bersama-sama melaksanakan ide yang dituangkan ke dalam kegiatan yang

menghasilkan invensi (UU No. 14 tahun 2001 pasal 1 ayat (3)).

Dari devinisi di atas, secara sederhana dapat dijelaskan bahwa paten

adalah merupakan hak istimewa yang diberikan oleh negara kepada

perseorangan, kelompok atau institusi yang telah melakukan satu penemuan

spesifik dalam bidang teknologi atau penyempurnaan dari penemuan yang sudah

4
ada sebelumnya baik dalam bentuk produk maupun proses yang berlaku dalam

kurun waktu tertentu.

Setiap invensi berupa produk atau alat yang baru dan mempunyai nilai

kegunaan praktis disebabkan oleh bentuk, konfigurasi, konstruksi, atau

komponennya dapat memperoleh perlindungan hukum dalam bentuk Paten

Sederhana (Pasal 6 UU 14/2001).

Paten Sederhana tidak mencakup proses, penggunaan, komposisi, dan

produk yang merupakan product by process. Objek Paten Sederhana hanya

dibatasi pada hal-hal yang bersifat kasat mata (tangible), bukan yang tidak kasat

mata (intangible). Di beberapa negara, seperti di Jepang, Amerika Serikat,

Filipina, dan Thailand, pengertian Paten Sederhana disebut utility model, petty

patent, atau simple patent, yang khusus ditujukan untuk benda (article) atau alat

(device).

B. Masa Hak Paten

Paten diberikan untuk jangka waktu selama 20 (dua puluh) tahun

terhitung sejak Tanggal Penerimaan dan jangka waktu itu tidak dapat

diperpanjang (Pasal 8 ayat (1) UU 14/2001). Paten sederhana diberikan untuk

jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak Tanggal Penerimaan dan jangka

waku itu tidak dapat diperpanjang (Pasal 9 UU 14/2001).

Dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2001 perlindungan Paten

Sederhana dimulai sejak Tanggal Penerimaan karena Paten Sederhana yang

semula tidak diumumkan sebelum pemeriksaan substantif diubah menjadi

5
diumumkan. Permohonan Paten Sederhana diumumkan paling lambat 3 (tiga)

bulan sejak Tanggal Penerimaan. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan

kesempatan kepada masyarakat luas guna mengetahui adanya Permohonan atas

suatu Invensi serta menyampaikan pendapatnya mengenai hal tersebut. Selain itu

dengan pengumuman tersebut, dokumen Permohonan yang telah diumumkan

tersebut segera dapat digunakan sebagai dokumen pembanding, jika diperlukan

dalam pemeriksaan substantif tanpa harus melanggar kerahasiaan Invensi.

Di samping itu, konsep perlindungan bagi Paten Sederhana yang diubah

menjadi sejak Tanggal Penerimaan, bertujuan untuk memberikan kesempatan

kepada Pemegang Paten Sederhana mengajukan gugatan ganti rugi akibat

pelanggaran terhitung sejak Tanggal Penerimaan. Gugatan ganti rugi baru dapat

diajukan setelah Paten Sederhana diberikan. Sifat baru dari Paten Sederhana

ditegaskan bahwa kebaruan bersifat universal.

Dengan pembatasan masa hak paten, jika masa perlindungan hak paten

telah berakhir maka suatu invensi akan menjadi public domain sehingga pihak

lain dapat memproduksi dan menjualnya secara bebas. Aturan mengenai masa

berlaku hak paten dimaksudkan agar tidak ada pihak yang secara terus menerus

dapat mengontrol seluruh industri sehingga dikhawatirkan dapat merugikan

masyarakat dan sistem perdagangan.

C. Manfaat Hak Paten

Negara memberikan hak istimewa sebagai bentuk pengakuan dan

penghargaan atas sebuah hasil pemikiran yang bermanfaat bagi orang banyak dan

6
untuk memperbaiki kehidupan. Orang, kelompok, atau institusi yang memiliki

hak paten atas hasil penemuanya (invensi) memiliki kekuasaan penuh atas apa

yang telah dipatenkan tersebut. Pemegang paten dapat mengambil keuntungan

ekonomi atas hak paten yang dimiliki. Orang atau pihak lain yang akan

memanfaatkan untuk tujuan komersial harus mendapatkan izin dari pemegang

paten secara tertulis. Hak-hak yang dimiliki oleh pemegang paten adalah:

1. Pemegang paten memiliki hak eksklusif untuk melaksanakan paten miliknya,

dan melarang orang lain memanfaatkan tanpa persetujuan:

a. dalam hal paten produk: membuat, menjual, mengimport, menyewa,

menyerahkan memakai, menyediakan untuk dijual atau disewakan atau

diserahkan produk yang diberi paten;

b. dalam hal paten proses: menggunakan proses produksi yang diberi paten

untuk membuat barang dan tindakan lainnya sebagaimana yang dimaksud

dalam huruf a.

2. Pemegang paten berhak memberikan lisensi kepada orang lain berdasarkan

surat perjanjian lisensi;

3. Pemegang paten berhak menggugat ganti rugi melalui pengadilan negeri

setempat, kepada siapapun, yang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan

perbuatan sebagaimana dimaksud dalam butir 1 di atas;

4. Pemegang paten berhak menuntut orang yang sengaja dan tanpa hak

melanggar hak pemegang paten dengan melakukan salah satu tindakan

sebagaimana yang dimaksud dalam butir 1 di atas.

7
Hak Eksklusif adalah hak yang hanya diberikan kepada Pemegang Paten

untuk jangka waktu tertentu guna melaksanakan sendiri secara komersial atau

memberikan hak lebih lanjut kepada orang lain. Dengan demikian, orang lain

dilarang melaksanakan Paten tersebut tanpa persetujuan Pemegang Paten.

Orang lain dapat memanfaatkan Paten melalui perjanjian dan kesepakatan

dengan pemilik Paten. Perjanjian dan kesepakatan umumnya adalah untuk

mengatur pembagian keuntungan ekonomi atas pemanfaatan suatu Paten. Atas

dasar itu pihak yang mendapatkan lisensi dapat mendayagunakan suatu Paten

untuk mendapatkan keuntungan. Dengan perjanjian yang telah disepakati pemilik

Paten berhak mendapatkan pembagian keuntungan.

Lisensi adalah izin yang diberikan oleh pemegang Paten kepada pihak

lain dengan perjanjian pemberian hak untuk menikmati manfaat ekonomi dari

suatu paten yang diberi perlindungan dalam jangka waktu dan syarat tertentu.

Lisensi wajib adalah lisensi untuk melaksanakan Paten yang diberikan,

berdasarkan keputusan Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (DJHKI),

atas dasar permohonan.

1. Setiap pihak dapat mengajukan permohonan lisensi wajib kepada DJHKI

setelah lewat jangka waktu 36 (tiga puluh enam) bulan terhitung sejak

tanggal pemberian paten dengan membayar biaya tertentu, dengan alasan

bahwa paten yang bersangkutan tidak dilaksanakan atau tidak dilaksanakan

sepenuhnya di Indonesia oleh pemegang paten;

2. Permohonan lisensi wajib dapat pula diajukan setiap saat setelah paten

diberikan atas dasar alasan bahwa paten telah dilaksanakan oleh pemegang

8
paten atau pemegang lisensinya dalam bentuk dan dengan cara yang

merugikan kepentingan masyarakat;

3. Selain kebenaran alasan tersebut, lisensi wajib hanya dapat diberikan

apabila:

a. Pemohon dapat menunjukan bukti yang meyakinkan bahwa ia:

1) mempunyai kemampuan untuk melaksanakan sendiri paten yang

bersangkutan secara penuh;

2) mempunyai sendiri fasilitas untuk melaksanakan paten yang

bersangkutan dengan secepatnya;

3) telah berusaha mengambil langkah-langkah dalam jangka waktu yang

cukup untuk mendapatkan lisensi dari pemegang paten atas dasar

persyaratan dan kondisi yang wajar, tetapi tidak mendapat hasil; dan

b. DJHKI berpendapat bahwa paten tersebut dapat dilaksanakan di

Indonesia dalam skala ekonomi yang layak dan dapat memberikan

manfaat kepada sebagian besar masyarakat.

Dengan demikian orang lain tidak boleh sembarangan menggunakan atau

memanfaatkan hasil penemuan yang telah dipatenkan. Jika seseorang atau

institusi memanfaatkan untuk tujuan komersial tanpa ada lisensi dari pemegang

hak paten maka dapat dituntut secara hukum dan dikenakan sanksi pidana.

Seseorang, kelompok, atau institusi juga tidak boleh membuat suatu alat

yang telah didaftarkan patennya di luar negeri meskipun di dalam negeri tidak

didaftarkan oleh pihak lain karena pada dasarnya memang tidak ada aturan

9
hukum yang mengatur mengenai larangan untuk melakukan hal tersebut karena

berlakunya aturan hukum paten yang bersifat teritorial. Akan tetapi tindakan

memproduksi suatu alat yang telah terdaftar hak patennya meski di negara lain

tanpa seijin pemegang hak patennya adalah tindakan yang melanggar moral.

Hak Kekayaan Intelektual bukan hanya mencakup perlindungan hukum,

akan tetapi juga merupakan penghargaan kepada hasil karya intelektual

seseorang. Hasil pemikiran manusia adalah sumber kekayaan dan kelangsungan

hidup dan bahwa semua properti pada dasarnya adalah kekayaan intelektual.

Melanggar hak kekayaan intelektual seseorang sama halnya dengan secara moral

melanggar hak kekayaan lain yang terkait dengan proses-proses kehidupan dan

karena itu merupakan tindakan tidak bermoral.

Jika terjadi pelanggaran terhadap hak paten maka akan dikenakan sanksi

sebagai berikut:

1. Pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak

Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) bagi siapa saja yang dengan

sengaja dan tanpa hak melanggar hak pemegang Paten dengan melakukan

salah satu tindakan yaitu membuat, menggunakan, menjual, mengimpor,

menyewakan, menyerahkan, atau menyediakan untuk dijual atau disewakan

atau diserahkan produk yang diberi Paten dan menggunakan proses produksi

yang diberi Paten untuk membuat barang dan tindakan lainnya.

2. Pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak

Rp 250.000.000,00 (dua ratus juta lima puluh juta rupiah) bagi siapa saja

yang dengan sengaja dan tanpa hak melanggar hak Pemegang Paten

10
Sederhana dengan melakukan salah satu tindakan yaitu membuat,

menggunakan, menjual, mengimpor, menyewakan, menyerahkan, atau

menyediakan untuk dijual atau disewakan atau diserahkan produk yang

diberi Paten dan menggunakan proses produksi yang diberi Paten untuk

membuat barang dan tindakan lainnya.

Dalam kurun waktu yang telah ditentukan dalam Undang-Undang Paten,

kepemilikan paten atau hak paten dapat beralih atau dialihkan baik seluruhnya

maupun sebagian. Pengalihan paten dapat terjadi disebabkan oleh beberapa hal,

yaitu:

1. Pewarisan;

2. Hibah;

3. Wasiat;

4. Perjanjian tertulis;

5. Sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan.

D. Kriteria Hak Paten

Jika seseorang akan mematenkan suatu invensi, maka terlebih dahulu

mempertimbangkan apakah penemuannya memenuhi kriteria sebagai penemuan

yang dapat dipatenkan. Suatu invensi harus memenuhi tiga kriteria berikut ini

untuk mendapatkan paten:

1. Memiliki sifat kebaharuan (novelty)

11
Sifat kebaruan ini dilihat secara universal, jika pendaftaran invensi

hanya di satu negara, invensi yang didaftarkan tersebut harus dapat

dipastikan baru dan belum ada invensi serupa di bagian dunia manapun.

2. Memenuhi langkah inventif

Langkah inventif adalah kontribusi dari suatu invensi terhadap invensi

terdahulu. Bila suatu invensi tidak memiliki kebaruan, tentu saja tidak

memiliki kontribusi terhadap invensi terdahulu atau dengan kata lain tidak

ada langkah inventifnya. Oleh karenanya, pemeriksaan langkah inventif baru

dilakukan setelah terbukti bahwa suatu invensi mengandung nilai kebaruan.

Langkah inventif dapat dikatakan sebagai langkah teknis yang berupa solusi

bagi persoalan teknis yang dijumpai pada invensi atau cara sebelumnya

(prior art).

3. Dapat diterapkan dalam bidang industri

Hampir semua invensi yang memenuhi persyaratan termasuk dalam

kategori pasal 1 ayat (2) dan tidak termasuk kategori pasal 7 UUP dapat

diproduksi atau digunakan dalam berbagai jenis industri. Oleh karena itu,

masalah tidak dapat diterapkan dalam industri hampir tidak pernah dijumpai

dalam kasus pemeriksaan paten.

Secara umum, ada tiga kategori besar mengenai subjek yang dapat

dipatenkan, yaitu:

1. Proses

Proses mencakup algoritma, metode bisnis, sebagian besar perangkat lunak

(software), teknik medis, teknik olahraga dan semacamnya.

12
2. Mesin

Mesin mencakup alat dan aparatus (alat kelengkapanya).

3. Barang yang diproduksi dan digunakan

Barang yang diproduksi mencakup perangkat mekanik, perangkat elektronik

dan komposisi materi seperti kimia, obat-obatan, DNA, RNA, dan

sebagainya.

E. Prosedur Pendaftaran Hak Paten

Untuk prosedur paten di dalam negeri disebutkan, bahwa pemohon paten harus
memenuhi segala persyaratan. Dirjen HAKI akan mengumumkannya 18 (delapan
belas) bulan setelah tanggal penerimaan permohonan paten. Pengumuman berlangsung
selama 6 (enam) bulan untuk mengetahui apakah ada keberatan atau tidak dari
masyarakat. Jika tahap pengumuman ini terlewati dan permohonan paten diterima,
maka pemohon paten berhak mendapatkan hak patennya untuk jangka waktu 20 (dua
puluh) tahun sejak terjadi filling date.

Prosedur pendaftaran hak paten berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor


14 Tahun 2001

13
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

 Prosedur pendaftaran hak paten terdapat dalam pasal 24 Undang-Undang


Nomor 14 Tahun 2001 tentang Hak Paten.

 Cara pengalihan Paten diatur dalam pasal 66 – pasal 68 UU NO. 14 Tahun 2001.
sebagai hak milik perseorangan, maka secara hukum, Paten dapat beralih atau
dialihkan baik seluruhnya maupun sebagian.

Saran

 Pemerintah harus mempermudah dalam prosedur pendaftaran hak paten,


sehingga peraturan yang ada bisa dilaksanakan dengan baik.

 Dalam pengalihan hak paten, pemerintah harus membantu mempermudah proes


pengalihan hak paten, dengan biaya yang sesuai dan syarat-syarat yang
mempermudah proses pengalihan hak paten.

14

Anda mungkin juga menyukai