Oleh :
NPM : 20040017055
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
BANDUNG
2018
ABSTRAKSI
HTUN atau Hukum Tata Usaha Negara adalah peraturan yang mengatur tentang
adminstrasi negara. Hukum Tata Usaha negara tersebut lebih sering disebut HTUN.
Nantinya dakam kerjanya HTUN akan melahirkan keputusan TUN (KTUN), yang
seringkali KTUN ini disengketakan oleh seseorang atau badan hukum perdata yang
merasa dirugikan. Sebelum adanya peradilan TUN, sengketa TUN ini akan diselesaikan
secara umum oleh peradilan negri. Yang dalam banyak hal hasilnya kurang memuaskan,
karena perselisihan yang terjadi antara rakyat dengan dengan pejabat atau badan tata
usaha negara timbul di bidang khusus yaitu administrasi yang tidak dapat disamakan
dengan perselisihan perdata yang diadili oleh pengadilan umum. Sehingga pada tahun
1970, dalam UU No. 14 Pasal 10 ditentukan bahwa terdapat 4 lingkungan peradilan, dan
peradilan tata usaha negara telah termasuk di dalam undang-undang tersebut. Dalam
Peradilan Tata Usaha Negara juga terdapat ciri-ciri yang membedakan dengan peradilan
lainnya, yaitu pada pihak-ihak yang bersengketa. Dimana tergugat selalu adalah badan
atau pejabat tata usaha negara, sedangkan penggugat selalu orang atau individu atau
badan hukum perdata yang merasa kepentingannya dirugikan akibat eluarnya keputusan
tata usaha negara. Hal ini juga tercantum dalam Pasal 1 ayat (12) Undang-Undang
Karena peradilan HTUN tidak sama dengan peradilan umum, maka terdapat
perbedaan diantara keduanya, juga dalam hal penyelesaian sengketa. Dalam peradilan
tata usaha negara, terdapat dua cara penyelesaian sengketa TUN, yang pertama melalui
upaya administrasi, yang masih terbagi menjadi dua cara yaitu banding adminitstrasi dan
keberatan. Kemudian upaya peradilam. Upaya peradilan dapat digunakan jika prosedur
upaya administrasi telah dilakukan, dengan menghasilkan hasil yang kurang memuaskan.
2
BAB I
PENDAHULUAN
Sengketa dalam Tata Usaha Negara merupakan perselisihan yang terjadi antara
seseorang atau badan hukum perdata dengan badan atau pejabat tata usaha negara akibat
Jadi objek dari Sengketa Tata Usaha Negara adalah keputusan TUN. Adapun yang
dimaksud dengan keputusan TUN adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh
badan atau pejabat tata usaha negara yang berisi tindakan hukum tata usaha negara yang
individual, dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum
perdata.
Sengketa tata usaha negara tidak bisa diselesikan oleh peradilan negri atau peradilan
umum, karena perbedaan bidang yang ditangani. Sehingga, sengketa tata usaha negara
tersbut harus diselesaikan melalui peradilan TUN, yang memiliki dua cara penyelesaian.
Yang pertama melalui upaya admintrasi dan yang kedua melalui peradilan TUN.
3
LATAR BELAKANG MASALAH
mengetahui dan mempelajari tentang hukum tata usaha negara atau administrasi negara
yang pada perjalanan Hukum Tata Usaha Negara ini menimbulkan perselisihan atau
sengketa TUN. Sengketa TUN berbeda dengan sengketa perdata lainnya, sehingga
Sengketa TUN sendiri, memiliki obyek yang pasti yaitu KTUN. Tidak setiap
sengketa TUN harus diselesaikan melalui upaya peradilan, namun ada juga yang dapat
memalui keberatan.
Maka dari itu perlulah bagi kita untuk mempelajari dan memahami cara atau jalur
untuk menyelesaikan sengketa TUN yang akan dijelaskan lebih lanjut dalam makalah ini
mengenai HTUN, penyebab sengketa TUN, pihak-pihak yang bersengketa dan cara
penyelesaiannya.
PERMASALAHAN
negara?
4. Apa contoh kasus sengketa tata usaha negara dan bagaimana cara penyelesaian
sengketa tersebut?
4
PEMBAHASAN
Seperti yang telah dijelaskan oleh makalah kelompok lain bahwa tata usaha negara
pemerintahan, baik pusat maupun daerah. Sehingga, dapat dikatakan bahwa hukum tata
usaha negara adalah seperangkat aturan yang mengatur tentang keadministrasian negara.
Namun, dalam pengaplikasiannya sering terjadi sengketa dalam urusan tata usaha
negara tersebut. Sehingga terlahirnya istilah sengketa tata usaha negara yang kemudian
timbul dalam bidang tata usaha negara antara orang atau badan hukum
perdata dengan badan atau pejabat tata usaha negara1, baik di pusat
negara2.
Perlu juga diketahui bahwa suatu KTUN diakatan sah jika terdapat unsur-unsur
sebagai berikut :
Bersifat konkret,
Individual, dan
1 Badan atau pejabat Tata Usaha Negara adalah badan (instasi, lembaga) negara atau pejabat negara yang
melaksanakan urusan pemerintahan eksekutif berdasar peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2 Keputusan Tata Usaha Negara, adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan (negara) atau oleh
pejabat Tata Usaha Negara (pegawai yang menjabat fungsi negara tertentu) yang berisi suatu tindakan hukum (rechts
handeling) dari Pejabat Tata Usaha Negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, bersifat
konkret, individual, dan final yang menimbulkan akibat hukum (menimbulkan hak dan kewajiban kepada orang lain
bersifat individual) bagi seseorang atau bagi suatau badan hukum perdata tertentu. (soemitro, 1997:7)
5
Final,
Tolak ukur sengketa tata usaha negara, terbagi menjadi dua yaitu tolak ukur pada
subyek dan tolak ukur pangkal sengketa. Tolak ukur subyek berkenaan pada siapa saja
pihak- pihak yang yang bersengketa di bidang administrasi negara atau tata usaha negara.
Sedangkan, tolak ukur pangkal sengketa, adalah sengketa administrasi yang diakibatkan
Sengketa tata usaha negara, yang kemudian disebut sengketa adminitrasi dibedakan
menjadi dua, sengketa intern dan sengketa ekstern. Sengketa intern, adalah sengketa
adminitrasi negara yang terjadi di dalam satu lingkungan administrasi itu sendiri, baik
yang terjadi dalam satu departemen atau yang terjadi antar departemen yang masih
Sengketa esktern atau sengketa antara administrasi negara dengan rakyat adalah
rakyat sebagai subjek yang berperkara ditimbulkan oleh unsur dari unsure peradilan
administrasi murni yang mensyaratkan adanya minimal dua pihak dan sekurang-
kurangnya salah satu pihak harus administrasi negara, yang mencakup administrasi
negara di tingkat daerah maupun administrasi negara pusat yag ada di daerah.
negara
perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 05 Tahun 1986 tentang peradilan tata
usaha negara menyatakan bahwa : tergugat adalah pejabat tata usaha negara yang
6
mengeluarkan keputusan berdasarkan wewenang yang ada padanya atau yang
Dari ketentuan pasal diatas, dapat diketahui bahwa tergugat adalah pejabat tata
usaha negara yang mengeluarkan keputusan, dan seseorang atau badan hukum yang
Lebih jelas bahwa pihak tergugat adalah selalu badan atau jabatan TUN yang
Wewenang tersebut dapat diperoleh melalui tiga mekanisme, yaitu secara atributif3,
Dan manakala badan atau pejatan TUN mengeluarkan KTUN berdasarkan wewenang
atributif, yang kemudian KTUN tersebut disengketa, maka pihak yang menjadi tergugat
adalah badan atau pejabat TUN yang disebut pada peraturan dasarnya yang telah
suatu KTUN yang dikeluarkan oleh pihak yang mendapat delegasi tersebut nantinya
disengketakan, maka yang menjadi pihak tergugat adalah badan atau jabatan terakhir
yang telah menerima wewenang secara delegasi dan mengeluarkan KTUN tersebut.
Yang ketiga, perolehan wewenang atas dasar pemberian mandat. Hal ini berbeda
mandat, tidak akan ada berubahan secara hirarkis maupun pemilikan dan tanggung jawab
wewenang yang diatur dalam dalam eraturan dasarnya antara mandans4 dengan
3 Adalah suatu wewenang yang diperoleh dari suatu peraturan dasar. (harahap, 1997:72)
4 badan atau jabatan TUN yang melimpahkan mandat (harahap, 1997:73)
7
mandataris5. Kemudian, apabila mandataris mengeluarkan KTUN yang nantinya
disengketa maka yang menjadi tergugat adalah mandans, bukan mandataris. Karena
Penggugat adalah orang atau badan hukum perdata yang dirugikan akibat
Kelompok pertama, adalah orang-orang atau badan hukum perdata sebagai alamat yang
dituju oleh suatu KTUN. Dalam hal ini, penggugat akan secara langsung terkena
kepentingannya oleh keluarnya KTUN yang memang dialamatkan kepadanya. Karena itu
jelas ia dapat melayangkan gugatana kepada pejabat atau badan hukum yang telah
mengeluarkan KTUN tersebut. Contohnya adalah KTUN yang berisi tentang pencabutan
izin usaha.
Kelompok kedua adalah orang-orang atau badan huku perdata sebagai pihak ketiga
yang dialamat kepada oarang lain. Misalnya pembangunan tempat usaha yang
5 Badan atau jabatan TUN yang menerima tugas mandat (harahap, 1997:74)
8
Kelompok yang terakhir adalah badan atau jabatan TUN yang lain, namun uu PTUN
tidak memberi hak kepada badan atau pejabat TUN untuk menjadi penggugat atau
mengajukan gugatan.
Syarat minimal untuk mengajukan suatu gugatan di pengadila TUN adalah adanya
kepentingan. Dalam kaitannya dengan dengan HTUN, ada dua pengertian6 mengenai
kepentingan yaitu:
1. Menunjukkan kepada nilai yang harus dilindungi oleh hukum, kepentingan ini
dapat dilihat dari adanya hubungan antara orang atau badan hukum perdata yang
6
Harahap ,75
9
akibat hukum. Keputusan inilah yabg diberi suatu klasifikasi dan yang
2. Kepentingan proses, artinya apa yang hendak dicapai dengan melakukan suatu
roses gugatan yang bersangkutan point d’interet point d’action (bila ada
kepentingan, maka disitu baru boleh diproses). Berproses yang tidak ada
Pada dasarnya, penyelesaian sengketa tata usaha negara memiliki dua cara. Yitu cara
yang pertama melalui upaya administrasi yang kedua melalui upaya peradilan.
menyebutkan:
(1) Dalam suatu badan atau pejabat tata usaha negara diberi wewenang oleh atau
administratif sengketa tata usaha megara tertentu, maka sengketa tata usaha
tata usaha negara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) jika seluruh upaya
Dari pasal tersebut dapat digambarkan penyelesaian sengketa tata usaha begara
sebagai berikut.
10
Upaya peradilan
Dari gambaran diatas, dapat dijelaskan terdapat dua cara penyelesaian sengketa
TUN, yaitu :
Mengenai hak gugat yang dimiliki orang atau badan hukum perdata diatur dalam
pasal 53 ayat (1) undang-undang nomor 09 tahun 2004 yang menentukan bahwa : “orang
atau badan hukum perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu keputusan
tata usaha negara, dapat mengajukan gugatan tertulis kepada pengadilan yang
berwenang, yang berisi TUNtutan agar keputusan tata usaha negara yang disengketakan
itu dinyatakan batal atau tidak sah, dengan atau tanpa disertai TUNtutan ganti rugi dan /
atau rehabilitasi.
objeknya berupa Keputusan Tata Usaha Negara yang dalam peraturan dasarnya tidak
dahulu, maka dapat digunakan prosedur gugatan langsung ke pengadilan tata usaha
negara. Dalam hal digunakan upaya peradilan, maka segi penilaian hakim terhadap
11
Tahapan menggugat melalui peradilan tata usaha negara diawali pada saat
penggugat berniat memasukkan gugatan di Pengadilan Tata Usaha Negara. Akan ada tiga
tahap pemeriksaan pendahuluan atau tahap pra pemeriksaan persidangan yang semuanya
saling berkaitan yang harus dilalui, yaitu pemeriksaan administratif oleh kepaniteraan,
gugatan tersebut dapat diterima, seperti yang tercantum dalam Pasal 63 Ayat 3 UU No. 5
Tahun 1986. Tenggang waktu 30 hari tersebut tidak bersifat memaksa maka hakim tentu
akan berlaku bijaksana dengan tidak begitu saja menyatakan bahwa gugatan penggugat
tidak dapat diterima kalau penggugat baru satu kali diberi kesempatan untuk
memperbaiki gugatannya.
Dalam pemeriksaan persidangan dapat dilakukan dengan acara biasa dan acara cepat
(Pasal 98 dan 99 UU No. 5 Tahun 1986 jo UU No. 9 Tahun 2004). Dalam pemeriksaan
dengan acara biasa, pengadilan memeriksa dan memutus sengketa TUN dengan tiga
orang hakim, sedangkan dengan acara cepat dengan hakim Tunggal. Apabila majelis
hakim memandang bahwa sengketa yang disidangkan menyangkut ketertiban umum atau
keselamatan negara, persidangan dapat dinyatakan tertutup untuk umum, namun putusan
Hakim menentukan apa yang harus dibuktikan, beban pembuktian beserta penilaian
pembuktian, dan untuk sahnya pembuktian diperlukan sekurang-kurangnya dua alat bukti
berdasarkan keyakinan hakim. Pasal 107 UU No.5 tahun 1986 jo UU No. 9 tahun 2004
mengatur ketentuan dalam rangka usaha menemukan kebenaran materil. Dalam hal
pemeriksaan sengketa sudah diselesaikan, kedua belah pihak diberi kesempatan untuk
12
Setelah kedua belah pihak mengemukakan kesimpulan, maka hakim ketua sidang
menyatakan bahwa sidang ditunda untuk memberikan kesempatan kepada majelis hakim
pengadilan tidak sah dan tidak mempunyai kekuatan hukum. Berdasarkan Pasal 97 Ayat
a. Gugatan ditolak
b. Gugatan dikabulkan
d. Gugatan gugur
Dalam hal gugatan dikabulkan, maka dalam putusan pengadilan dapat ditetapkan
kewajiban yang harus dilakukan oleh badan atau pejabat TUN. Kewajiban sebagaimana
dimaksud dalam pasal 97 ayat (8) dapat disertai pembebanan ganti rugi berupa :
c. Penerbitan keputusan TUN dalam hal gugatan didasarkan pada pasal 3 ayat (10).
ganti rugi. Dalam hal putusan pengadilan sebagaimana dimaksud dalam ayat (8)
Bagi pihak yang tidak sependapat dengan putusan PTUN dapat mengajukan upaya
hukum banding ke Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PT.TUN) dalam tenggang
waktu 14 hari setelah putusan PTUN diberitahukan secara sah. Mengenai pencabutan
13
kembali suatu permohonan banding dapat dilakukan setiap saat sebelum sengketa yang
dimohonkan banding itu diputus oleh pengadilan tinggi TUN. Terhadap putusan
pengadilan tingkat banding dapat dilakukan upaya hukum kasasi ke Mahkamah Agung
RI. Pemeriksaan ditingkat kasasi diatur dalam pasal 131 UU PERATUN, yang
Negara dapat dimohonkan pemeriksaan kasasi kepada Mahkamah Agung. Sementara itu
apabila masih ada diantara para pihak masih belum puas terhadap putusan hakim
mahkamah agung pada tingkat kasasi, maka dapat ditempuh upaya hukum luar biasa
Mengenai mekanisme atau prosedur eksekusi ini diatur dalam pasal 116 s/d 119 UU
UU No. 9 tahun 2004, putusan PERATUN telah mempunyai kekuatan eksekutabel. Hal
ini dikarenakan adanya sanksi berupa dwangsom dan sanksi administratif serta publikasi
terhadap badan atau pejabat TUN (tergugat) yang tidak mau melaksanakan putusan
PERATUN.
9 Tahun 2004 tentang perubahan atas undang-undang nomor 5 tahun 1986 tentang
Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN) merupakan bagian dari suatu sistem peradilan
yang berkenaan dengan PTUN, yang sama-sama berfungsi untuk mencapai tujuan
rukun antara pemerintah dan rakyat dalam merealisasikan masyarakat adil dan makmur
14
Upaya administratif tersebut adalah suatu prosedur yang dapat ditempuh oleh
seorang atau badan hukum perdata apabila ia tidak puas terhadap keputusan TUN yang
diatur dalam undang-undang nomor 05 tahun 1986 terdiri atas dua macam prosedur :
A. Banding administratif
instansi atasan atau instansi lain dari yang mengeluarkan keputusan yang bersangkutan.
yang ditujukan pada atasan pejabat atau instansi lain dan badan/pejabat tata usaha negara
disengketakan (SEMA No.2 Tahun 1991 tanggal 9 juli 1991). Dilihat dari penjelasan
hubungan hirarki antara pembuat KTUN dengan instansi lain tersebut. Sebagai contoh
banding administrasi yang dilakukan oleh instansi atasan, misalnya keputusan bupati –
administrasi yang dilakukan pada instansi lain yang berwenang, misalnya seorang
pegawai negeri sipil yang dipecat oleh pejabat pembina kepegawaian karena melanggar
pertimbangan kepegawaian.
15
B. Keberatan
Adalah penyelesaian sengketa TUN secara administratif yang dilakukan sendiri oleh
badan / pejabat TUN yang mengeluarkan keputusan itu. Keberatan dilakukan dengan
prosedur pengajuan surat keberatan yang ditujukan kepada badan atau pejabat TUN yang
perundang-undangan yang menjadi dasar dikeluarkannya KTUN atau tolok ukur yuridis
formal. Dari hal itu dapat diketahui, apakah dapat digunakan atau tidak upaya
Tahun 1986. Pasal 48 dapat digunakan sebagai tolok ukur yuridis manakala terjadi
sengketa tata usaha negara yang menentukan efektivitas gugatan. Sebab, Pasal 48 Ayat
(2) menegaskan bahwa upaya administratif yang disediakan oleh pasal 48 merupakan
syarat imperatif yang wajib dilalui jika peraturan dasar dan KTUN tersebut
sengketa TUN, perlu dilakukan atau tidaknya upaya administratif harus dilihat pada
gugatan di PTUN terlebih dahulu harus dilihat ketentuan pasal 48 ayat 1 yang
menyatakan bahwa dalam hal suatu badan atau pejabat tata usaha negara diberi
secara administratif sengketa TUN tertentu, maka sengketa TUN tersebut harus
diselesaikan melalui upaya administratif yang tersedia. Pasal 48 (1) itu dapat
diinterpretasikan :
16
- tidak setiap keputusan tata usaha negara dapat langsung diselesaikan di pengadilan
- kewenangan bagi badan atau pejabat TUN untuk menyelesaikan secara administratif
a. Wewenang itu sifatnya diberikan kepada badan atau pejabat TUN sesuai
dengan lingkup tugas badan atau pejabat TUN oleh peraturan perundang-
undangan (jadi wewenang itu baru diperoleh badan atau pejabat TUN setelah
b. Wewenang itu memang sudah ada pada badan atau pejabat TUN berdasarkan
- penyelesaian sengketa TUN oleh badan atau pejabat TUN adalah penyelesaian
KTUN tersebut.
bersifat imperatif, wajib harus dilakukan sebelum menggunakan upaya melalui Pasal
53. Hal itu berkaitan dengan pasal 48 ayat 2 yang menegaskan bahwa pengadilan baru
dimaksud dalam ayat 1 jika seluruh upaya administratif yang bersangkutan telah
digunakan. Apabila seluruh prosedur dan kesempatan tersebut pada penjelasan ayat 1
telah ditempuh dan pihak yang bersangkutan masih tetap belum merasa puas, barulah
persoalannya dapat digugat dan diajukan ke pengadilan (penjelasan pasal 48 ayat 2).
17
Undang-undang menentukan bahwa atas suatu keputusan tata usaha negara yang
dijalankan terlebih dahulu. Bila hasil upaya dirasa kurang memuaskan barulah
diajukan gugatan tata usaha negara, langsung ke pengadilan tinggi tata usaha negara
sebagai peradilan tingkat pertama, tanpa melalui peradilan tata usaha negara.
Contoh kasus
Keputusan presiden Nomor 71/M Tahun 2000 yang memberhentikan Parni Hadi dari
sejumlah kontroversi, sebagaimana diketahui bahwa Parni Hadi melalui kuasa hukumnya
TUN, karena sangat jelas bahwa badan atau pejabat yang mengeluarkannya adalah
presiden RI. Begitu juga mengenai isi Keppres dan kepada siapa Keppres tersebut
Keputusan presiden tersebut berisi tentang tindakan hukum TUN, bersifat konkret
Pimpinan LKBN ANTARA. Bersifat individual, jelas keputusan presiden tersebut tidak
ditunukkan untuk umum, tetapi ditujukan kepada Parni Hadi dan Mohammad Sobary
yang alamatnya sudah sangat jelas. Bersifat final, keputusan presdien tersebut untuk
18
menimbulkan kerugian bagi Parni, jadi dapat dikulifikasikan keputusan presiden nomor
Namun, dalam keputusan presiden tersebut tidak tercantum secara jelas alasan-
alasan mengapa Parni Hadi diberhentikan, dan dia juga tidak diberikan kesempatan untuk
membela diri, sehingga muncullah pemikiran baru jika keputusan presiden ini dibuat
secara subyektif, karena alasan seperti pelanggaran atau kesalahan Parni Hadi tidak
disebutkan.
Dalam surat surat gugatan Parni Hadi ke PTUN yang dibuat oleh kuasa hukumnya,
terdapat dua alasan utama yang dijadikan argumentasi bahwa presiden tidak memiliki
wewenang mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 71/M Tahun 2000. Yang pertama
alasan bahwa berdasarkan Akte Notaris No. 52 tanggal 20 Mei 1953 status LKBN
ANTARA adalah badan hukum swasta, namun alasan ini dapat langsung dipatahkan
dengan Keputusan Presiden No. 307 Tahun 1962, yang menjelaskan bahwa Yayasan
Kantor Berita Nasional telah dirubah menjadi Lembaga Kantor Berita Nasional
(ANTARA). Begitu juga dengan alasan kedua yang dapat diperdebatkan, bahwa Keppres
ini tidak bertentangan dengan UU No.40/1990, karena keduanya mengatur hal yang
berbeda.
badan hukum perdata yang dituju untuk membela diri sebelum KTUN tersebut
dikeluarkan, hal ini juga bertujuan agar tidak terjadi kesewenang-wenangan dalam
mewujudkan good governance. Keppres tersebut juga melanggar Pasal 53 ayat 2 huruf a
UUPTUN, yang mana pada akhirnya Keppres ini bertentangan dengan ketentuan-
19
sebelum keputusan pemberhentian dikeluarkan harusnya pegawai yang bersangkutan
20
PENUTUPAN
Sengketa Tata Usaha Negara adalah sengketa yang timbul dalam bidang tata usaha
negara antara orang atau badan hukum perdata dengan badan atau pejabat tata usaha
negara, baik di pusat maupun daerah, sebagai akibat dikeluarkannya keputusan tata usaha
negara. Sengketa Tata Usaha Negara terbagi menjadi dua yaitu, sengketa intern dan
sengketa ekstern.
Penggugat adalah orang atau badan hukum perdata yang dirugikan akibat
dikeluarkannya KTUN. Pihak tergugat adalah selalu badan atau jabatan TUN yang
dilimpahkan kepadanya.
2. Secara tidak langsung yaitu melalui upaya administratif, terbagi menjadi dua
objeknya berupa Keputusan Tata Usaha Negara yang dalam peraturan dasarnya tidak
dahulu. Sedangkan Upaya administratif adalah suatu prosedur yang dapat ditempuh oleh
seorang atau badan hukum perdata apabila ia tidak puas terhadap keputusan TUN yang
dilakukan oleh instansi atasan atau instansi lain dari yang mengeluarkan keputusan yang
penyelesaian sengketa TUN secara administratif yang dilakukan sendiri oleh badan /
21
Dengan mengetahui proses penyelesaian sengketa administrasi maka kita
memperoleh pengetahuan dan dapat menjelaskan dengan tepat kapan suatu sengketa
dapat diselesaikan melalui jalur pengadilan, dan kapan suatu penyelesaian sengketa Tata
SARAN
setiap KTUN akan selalu ada akibat hukum yang ditimbulkan dan akan ada pihak yang
Dan juga seharusnya ada pensederhanaan prosedur, karena prosedur yang diterapkan
saat ini terlalu berbelit-belit. kita tahu bahwa terdapat tenggang waktu untuk mengajukan
gugatan, jika prosedur yang ditreapkan serumit ini, maka waktu hanya akan terbuang
DAFTAR PUSTAKA
Bandung: Refika.
22
Soemitro, Rochmat. 1987. PERADILAN TATAU SAHA NEGARA. Bandung: Refika
Aditama.
(http://www.lawandbeauty.blogspot.com/2013/07/proses-penyelesaian-sengketa-
23