Makalah ini Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Dagang
Dosen Pengampu:
Disusun oleh:
2019-2020
DAFTAR ISI
BAB I (PENDAHULUAN)
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN MAKALAH
BAB II (PEMBAHASAN)
A. SEJARAH DAN PENGERTIAN WARALABA
B. PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PIHAK WARALABA
C. MACAM-MACAM WARALABA DAN CONTOH PERUSAHAANNYA
BAB III (PENUTUP)
A. KESIMPULAN
B. DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah Franchise atau yang sering dikenal dengan waralaba adalah hak-hak untuk
menjual produk atau jasa maupun layanan. Menurut pemerintah Indonesia, waralaba
merupakan perikatan dimana salah satu pihak diberikan hak untuk memanfaatkan atau
menggunakan hak dari kekayaan intelektual. Franchise pada hakekatnya adalah
sebuah konsep pemasaran dalam memperluas jaringan usaha secara tepat. Dengan
demikian, franchise bukanlah sebuah alternatif bisnis melainkan salah satu cara yang
sama kuatnya, sama strategisnya dengan cara konvensional dalam mengembangkan
usaha.
Sistem bisnis franchise memiliki banyak kelebihan, seperti halnya pada pendanaan,
sumber daya manusia (SDM), manajemen dan tingkat kesulitan dalam pemasaran
kecuali jika pemilik usaha tersebut mau berbagi dengan pihak lain. Di Indonesia,
sistem bisnis franchise sangat diminati oleh pebisnis franchise asing dimana mereka
memberikan izin kepada pengusaha lokal untuk mengelola franchise asing tersebut
dan tentunya akan berakibat menimbulkan saingan yang berat bagi pengusaha kecil
lokal yang bergerak di bidang usaha bisnis.
Bisnis franchise juga dikenal dengan jalur distribusinya yang sangat efektif untuk
mendekatkan produk kepada konsumennya melalui tangan-tangan franchisee. Satu hal
yang menarik dari bisnis franchise yang semakin kesini semakin maju adalah
banyaknya bisnis atau usaha yang ditawarkan kepada para konsuen dengan berbagai
jenis produk barang maupun jasa. Begitu menarik dan menguntungkannya jenis bisnis
franchise ini, maka pemerintah berkepentingan pula untuk mengembangkan bisnis di
Inonesia guna terciptanya iklim kemitraan usaha melalui pemanfaatan lisensi sistem
bisnis franchise.
Di Indonesia, kini mulai banyak menjual aneka makanan dan minuman modern
yang pemasarannya dilakukan di pusat-pusat pertokoan atau di pinggir-pinggir jalan
perkotaan yang sangat mudah dijangkau oleh masyarakat. Beberapa contoh bisnis
franchise yang sangat mudah ditemukan tersebut, yaitu Pizza Hut, Mc. Donal,
Dunkin’ donuts, Rocket Chiken dan lain-lain.
B. Rumuan Masalah
PEMBAHASAN
Waralaba mulai ramai dikenal di Indonesia sekitar tahun 1970-an dengan mulai
masuknya franchise luar negeri seperti KentuckyFried Chicken, Swensen,Shakey Pisa
dan kemudian diikuti pula oleh Burger King dan Seven Eleven, Walaupun sistem
franchise ini sebetulnya sudah ada di Indonesia seperti yang diterapkan oleh Bata dan
yang hampir menyerupainya ialah SPBU (pompa bensin).
Sesudah perang dunia ke 2,usaha eceran mengadakan perubahan dari orientasi produk
ke orientasi pelayanan. Disebabkan kelas menengah mulai sangat mobile dan
mengadakan relokasi dalam jumlah besar ke daerah-daerah pinggiran kota, maka
banyak rumah makan atau restoran atau drive in mengkhususkan dalam makanan siap
saji dan makanan yang bisa segera di makan di perjalanan.
Franchise pertama kali dimulai di Amerika oleh Singer Sewing Machine Company,
produsen mesin jahit Singer pada 1851. Pola itu kemudian diikuti oleh perusahaan
otomotif General Motor Industry yang melakukan penjualan kendaraan bermotor
dengan menunjuk distributor franchise pada tahun 1898. Selanjutnya, diikuti pula oleh
perusahaan-perusahaan soft drink di Amerika sebagai saluran distribusi di AS dan
negara-negara lain. Sedangkan di Inggris waralaba dirintis oleh J Lyons melalui
usahanya Wimpy and Golden Egg pada dekade 60an.
Istilah franchise ini selanjutnya menjadi istilah yang akrab dengan masyarakat,
khususnya masyarakat bisnis Indonesia dan menarik perhatian banyak pihak untuk
mendalaminya kemudian istilah franchise dicoba di Indonesiakan dengan istilah
‘waralaba’ yang diperkenalkan pertama kali oleh Lembaga Pendidikan dan
Pengembangan Manajemen (LPPM) sebagai padanan istilah franchise. Waralaba
berasal dari kata wara (lebih atau istimewa) dan laba (untung), maka waralaba berarti
usaha yang memberikan laba lebih atau istimewa.
Pengertian Franchise berasal dari bahasa Perancis affranchir yang berarti to free yang
artinya membebaskan. Dengan istilah franchise di dalamnya terkandung
makna, bahwa seseorang memberikan kebebasan dari ikatan yang menghala
ngi kepada orang untuk menggunakan atau membuat atau menjual sesuatu.
Dalam bidang bisnis franchise berarti kebebasan yang diperoleh seorang wirausaha
untuk menjalankan sendiri suatu usaha tertentu di wilayah tertentu.
Franchise ini merupakan suatu metode untuk melakukan bisnis, yaitu suatu metode
untuk memasarkan produk atau jasa ke masyarakat. Selanjutnya disebutkan pula
bahwa franchise dapat didefinisikan sebagai suatu sistem pemasaran atau distribusi
barang dan jasa, di mana sebuah perusahaan induk (franchisor) memberikan kepada
individu / perusahaan lain yang berskala kecil dan menengah (franchisee), hak- hak
istimewa untuk melaksanakan suatu sistem usaha tertentu dengan cara yang sudah
ditentukan, selama waktu tertentu, di suatu tempat tertentu.
Dari segi bisnis dewasa ini, istilah franchise dipahami sebagai suatu bentuk kegiatan
pemasaran dan distribusi. Di dalamnya sebuah perusahaan besar memberikan hak
untuk menjalankan bisnis secara tertentu dalam waktu dan tempat tertentu kepada
individu atau perusahaan yang relatif lebih kecil. Franchise merupakan salah satu
bentuk metode produksi dan distribusi barang atau jasa kepada konsumen dengan
suatu standard dan sistem eksploitasi tertentu. Pengertian standar dan eksploitasi
tersebut meliputi kesamaan dan penggunaan nama perusahaan, merek, serta sistem
produksi, tata cara pengemasan, penyajian dan pengedarannya.
Sementara itu Munir Fuady menyatakan bahwa Franchise atau sering disebut juga
dengan istilah waralaba adalah suatu cara melakukan kerjasama di bidang bisnis
antara 2 ( dua ) atau lebih perusahaan, di mana 1 ( satu ) pihak akan bertindak sebagai
franchisor dan pihak yang lain sebagai franchisee, di mana di dalamnya diatur bahwa
pihak – pihak franchisor sebagai pemilik suatu merek yang terkenal, memberikan hak
kepada franchisee untuk melakukan kegiatan bisnis dari atas suatu
produk barang atau jasa, berdasar dan sesuai rencana komersil yang
telah dipersiapkan, diuji keberhasilannya dan diperbaharui dari waktu ke waktu, baik
atas dasar hubungan yang eksklusif ataupun noneksklusif, dan sebaliknya suatu
imbalantertentu akan dibayarkan kepada franchisor sehubungan dengan hal
tersebut.
Hukum bisnis waralaba idealnya untuk melindungi kepentingan para pihak namun
kenyataan di lapangan belum tentu sesuai seperti yang diharapkan. Seperti yang
dikemukakan oleh Roscoe Pound yang membagi 3 ( tiga ) golongan yang harus
dilindungi oleh hukum, yaitu, kepentingan umum, kepentingan sosial dan kepentingan
perseorangan. Akan tetapi posisi pemberi waralaba yang secara ekonomi
lebih kuat akan memberikan pengaruhnya pula bagi beroperasinya hukum di
masyarakat.
Sedangkan berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 42 Tahun 2007 pasal 1 ayat (1)
menyebutkan pengertian waralaba adalah: “hak khusus yang dimiliki oleh orang
perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam
rangka memasarkan barang dan / atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat
dimanfaatkan dan / atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba”
Dalam franchise ada dua pihak yang terlibat yaitu franchisor atau pemberi waralaba
dan franchisee atau penerima waralaba di mana masing-masing pihak terikat dalam
suatu perjanjian yaitu perjanjian waralaba. Peraturan Pemerintah RI No. 42 Tahun
2007 dalam pasal 1 ayat ( 2 ) yang dimaksud franchisor atau pemberi waralaba adalah
orang perseorangan atau badan usaha yang memberikan hak untuk memanfaatkan dan
/ atau menggunakan waralaba yang dimilikinya kepada penerima waralaba dan dalam
pasal 1 ayat ( 3 ) yang dimaksud franchisee atau penerima waralaba adalah orang
perseorangan atau badan usaha yang diberikan hak oleh pemberi waralaba untuk
memanfaatkan dan / atau menggunakan waralaba yang dimiliki pemberi waralaba.
Sementara itu dalam pasal 3 ada enam syarat yang harus dimiliki suatu usaha apabila
ingin diwaralabakan yaitu :
Selanjutnya untuk sahnya suatu perjanjian menurut pasal 1320 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata diperlukan empat syarat yaitu :
Kecakapan Bertindak
Ada beberapa syarat untuk kontrak yang berlaku umum tetapi di atur di luar pasal
1320 KUH Perdata, yaitu sebagai berikut :
Yang dimaksud dengan dasar-dasar hukum kontrak adalah prinsip yang harus di
pegang bagi para pihak yang mengikatkan diri ke dalam hubungan hukum kontrak.
Menurut Hukum Perdata, sebagai dasar hukum utama dalam berkontrak, dikenal 5
(lima) asas penting sebagai berikut :
Setiap orang bebas untuk mengadakan perjanjian baik yang sudah diatur maupun
yang belum diatur dalam undang-undang.
Asas Konsensualisme
Asas konsensualisme dapat disimpulkan dalam Pasal 1320 ayat ( 1 ) KUH Perdata.
Dalam pasal itu ditentukan bahwa salah satu syarat sahnya perjanjian, yaitu adanya
kesepakatan kedua belah pihak.
Asas pacta sunt servanda merupakan asas bahwa hakim atau pihak ketiga harus
menghormati substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak, sebagaimana layaknya
sebuah Undang-undang.
Asas itikad merupakan asas bahwa para pihak, yaitu pihak kreditur dan debitur harus
melaksanakan substansi kontrak berdasarkan kepercayaan keyakinan yang teguh
atau kemauan baik dari para pihak.
Asas Kepribadian
Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan ahwa seseorang yang akan
melakukan dan atau membuat kontrak hanya untuk kepentingan perseorangan saja.
Jenis dan Contoh Usaha Waralaba | Waralaba adalah suatu hubungan kerja yang
memiliki kontrak atau perjanjian antara pemilik waralaba (franchisor) dan
penerimanya (franchisee). Pelaksanaan bisnis waralaba biasanya adalah kegiatan
pertukaran uang dengan perjanjian atau kontrak agar dapat menjalankan bisnis
tersebut dalam jangka waktu tertentu.
a. Waralaba produk
b. Waralaba jasa
c. Waralaba gabungan
1. Product Franchise
2. Manufacturing Franchise
a. Waralaba produk
Produk yang ditawarkan adalah berupa barang misalnya makanan. Contoh dari jenis
usaha waralaba produk antara lain adalah seperti Mc Donald, KFC, Kebab Turki,
dan lain-lain
b. Waralaba jasa
Dalam jenis usaha ini yang ditawarkan adalah produk yang berwujud layanan jasa,
misalnya seperti pendidikan, studio photo atau jasa sewa video, dan jasa agen
perjalanan atau travel.
c. Waralaba gabungan
Dalam jenis usaha ini yang ditawarkan adalah produk yang digabungkan atau dengan
kata lain produk yang ditawarkan adalah barang dan jasa.
3. Waralaba Menurut Asalnya
Waralaba jenis ini lebih cenderung disukai oleh masyarakat, alasannya adalah sistem
yang berlaku lebih jelas, merek-merek perusahaan sudah diterima oleh orang-orang di
penjuru dunia, selain itu dinilai lebih bergengsi.
Waralaba jenis ini termasuk dalam salah satu pilihan investasi bagi orang-orang yang
ingin menjadi pengusaha dengan cepat namun orang tersebut tidak memiliki
pengethuan cukup mengenai awal dan kelanjutan usaha oleh pemilik waralaba.
Contoh dari jenis waralaba yang berasal dari dalam negeri adalah Restoran cepat saji.
Dalam International Franchise Assocoation (IFA) terdapat empat jenis waralaba yang
umumnya digunakan di Amerika Serikat yaitu sebagai berikut:
1. Product Franchise
Dalam jenis waralaba ini umumnya produsen memiliki hak dalam mengontrol secara
penuh mengenai detail yang mendistribusikan produknya. Didalam perjanjian atau
kontrak yang telah disepakatai oleh kedua belah pihak, berisi persutujuan bahwa
produsen memperbolehkan pemilik toko untuk dapat menggunakan merek dan hak
ciptanya.
Pemilik toko memiliki kewajiban yaitu membayar dengan sejumlah uang agar dapat
memperoleh hak tersebut, atau dengan kata lain adalah agar dapat membili sejumlah
produk yang menjadi kualifikasi waralaba.
Contoh dari jenis waralaba ini yaitu seperti sebuah toko computer dan pemilik toko
tersebut menjual printer merek HP, dari hasil penjualan tersebut biasanya produsen
juga akan memperoleh keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan penjualnya.
2. Manufacturing Franchise
Pada jenis waralaba Manufacturing Franchise, setiap badan usaha yang memproduksi
produk akan diberikan hak, untuk kemudian menjualnya kepada masyarakat dengan
syarat yaitu menggunakan merek dagang dan merek waralaba. Biasanya jenis
waralaba ini ditemukan dalam industri makanan dan minuman.Contohnya adalah
apabila seseorang ingin membuka sebuah pabrik Coca Cola. Dalam melakukannya
adalah hanya perlu mendapatkan hak dari perusahaan Coke untuk dapat menggunakan
namanya dan hak ciptanya.
Selanjutnya orang tersebut membangun sebuah pabrik Coca Cola Company yang akan
menjual ekstrak coke yang bahan bakunya tetap dirahasiakan. Selain itu, ia juga
memiliki hak untuk mencampur seluruh bahan yang diberikan dan mengemasnya
menjadi produk akhir untuk kemudian dapat diperjualbelikan.
Business format franchising merupakan jenis waralaba yang termasuk waralaba yang
terkenal dalam pelaksanaannya. Jadi setiap perusahaan mempunyai metode dalam hal
pemberian pilihan berupa bisnis kepada pemilik bisnis dengan menggunakan nama
dan merek dagang dari perusahaan.
Biasanya perusahaan akan meyediakan beberapa bantuan kepada pemilik bisnis denan
membayar biaya atau royalty. Namun terkadang perusahaan juga mewajibkan pemilik
bisnis agar membeli persediaan dari perusahaan.
Dalam waralaba jenis ini akan memberlakukan intergrasi bisnis yang lebih
menyeluruh dan lengkap. Dalam mendistribusikan produk dan jasa franchisor
dilakukan oleh pihak franchisee dibawah hak cipta pihak franchisor sekaligus
penerapan format dan prosedur yang telah diberlakukan oleh pihak franchisor dalam
bisnis tertentu.Contoh perusahaan yang menggunakan waralaba jenis business format
franchising yaitu sepertu MC Donald’s, Starbucks Coffe, Dunkin’ Donuts, dan KFC.
BAB III
PENUTUP
D. Kesimpulan
Setiap orang dalam melakukan bisnis franchise memiliki pengetahuan dan wawasan
tentang pewaralabaan, termasuk didalamnya sejarah franchise. Franchise pertama kali
dimulai di Amerika oleh Singer Sewing Machine Company, produsen mesin jahit
Singer pada 1851. Di Indonesia sendiri franchise mulai berkembang pesat sejak tahun
2003, dimulai dengan hadirnya brand franchise asing seperti KFC, Mc. Donald,
Dunkin Donuts dan brand lainnya.
Dari beberapa defisini franchise yang telah dipaparkan dalam kajian teori, bahwa
franchising merupakan salah satu konsep dari pemasaran untuk memperluas jaringan
usaha secara tepat. Franchise bukan satu-satunya alternatif bisnis, melainkan suatu
cara yang sama kuat, sama strategis dengan cara konvensional untuk mengembangkan
usaha yang telah dibuat. Franchise memiliki banyak kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan franchise terutama dalam pendanaan, SDM, dan managemen.
Fuady, Munir. 2005. Pengantar Hukum Bisnis. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti
Naihasy, Syahrin. 2005. Hukum Bisnis (Bisnis Law). Yogyakarta: Mida Pustaka
Sastroresono, Tukirin Sy. 1998. Hukum Dagang Dan Hukum Perdata. Jakarta:
Universitas Terbuka