Oleh:
1. Amin Amaludin 3163111000
2. Mutiara Jenny Clarette 3163111098
3. Rinaldhi Harif Punanditya 3153111003
4. Zedhio Pratama Zulzaq 3153111012
5. Arief Laksono Putra 3153111024
6. Astrianto Widura 3153111059
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini tentang” PENGAMATAN TERHADAP PROFESI
HAKIM ".
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang” PENGAMATAN
TERHADAP PROFESI HAKIM” ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca.
Penulis ,
DAFTAR ISI
I • A,B
II
III • A,B,C,D
IV • A,B,C,D,E
Berdasarkan tingkatan golongan yang ada, tiap golongan menangani
permasalahan sesuai dengan golongan nya masing – masing dari tingkatan pertama
hanya menangani masalah yang tidak terlalu rumit. Semakin tinggi tingkat
golongan maka semakin konkrit pula permasalahan yang di tangani pada level ini.
Percabangan kelas a,b,c,d bukan berarti bekerja secara terpisah. Namun dalam fase
level ini kelas a,b,c,d,e menangani kasus yang sama, hanya di lakukan secara
terpisah untuk mempermudah observasi terhadap msuatu masalah.
2.5 Sertifikasi
Istilah sertifikasi berasal dari bahasa inggris ‘Certification’ yang berarti
keterangan, pengesahan, ijazah, sertifikat, brevet, diploma. Menurut International
Institute for Environment Development (IIED), mengemukankan bahwa
“sertifikasi adalah prosedur dimana pihak ketiga memberikan jaminan tertulis
bahwa suatu produk, proses atas jasa telah memenuhi standar tertentu, berdasarkan
audit yang dilaksanakan dengan prosedur yang disepakati”.
Sedangkan menurut Purwadi (2008a:1) mengemukakan bahwa “Sertifikasi
profesi dimaksudkan agar kegiatan atau suatu proses kerja yang telah dibakukan
memberikan hasil akhir sebagaimana yang diharapkan karena dilaksanakan oleh
orang yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan”. Dengan adanya sertfikasi
ini maka jika ada seribu pekerjaan yang sama, yang dilakukan diberbagai tempat
oleh seribu orang yang berbeda tetapi memiliki tingkat kompetensi yang sama
sebagaimana yang dipersyaratkan, maka dapat diharapkan akan memberikan hasil
yang sama. Sedangkan sertifikasi itu sendiri terbagi atas :
a. Sertifikasi Profesional
Untuk sertifikasi professional Jubilee Enterprise (2010b:2)
mengelompokan menjadi tiga kelompok yakni:
1. Sertifikasi yang dikeluarkan oleh Professional Society
Contoh: South East Asian Regional Computer Confederation
(SEARCC), Australian Computer Society (ACS), British Computer
Socity (BCS) dan lain sebagainya.
2. Sertifikasi yang dikeluarkan oleh komunitas suatu profesi
Contoh: CISA (IS Auditing), SAGE (System Administration
Guild), Linux Professional dan beberapa komunitas lainnya.
Kesimpulan:
Setiap hakim dituntut mampu mempertanggungjawabkan tindakannya
sebagai profesional di bidang hukum, baik di dalam maupun di luar kedinasan,
secara materi dan formil. Oleh karena itu, adalah suatu hal yang mutlak bagi para
hakim untuk memahami secara mendalam aturan-aturan mengenai hukum acara di
persidangan. Ketidak mampuan hakim dalam mempertanggungjawabkan
tindakannya secara teknis atau dikenal dengan istilah unprofessional conduct
dianggap sebagai pelanggaran yang harus dijatuhi sanksi.
DAFTAR PUSTAKA
Kamil, Iskandar. "Kode Etik Profesi Hakim" dalam Pedoman Perilaku Hakim
(Code of Conduct), Kode Etik Hakim dan Makalah Berkaitan. Jakarta:
Mahkamah Agung RI, 2006.
Mahkamah Agung RI. Pedoman Perilaku Hakim. Jakarta: Mahkamah Agung RI,
2006. Makalah Berkaitan. Jakarta: Mahkamah Agung RI, 2005.
Muhammad, Abdulkadir. Etika Profesi Hukum. Cet. ke-2. Bandung: Citra
Aditya Bakti, 2001.
Suyuthi, Wildan. "Etika Profesi, Kode Etik, dan Hakim dalam Pandangan Agama"
dalam Pedoman Perilaku Hakim (Code of Conduct), Kode Etik Hakim dan
Makalah Berkaitan. Jakarta: Mahkamah Agung RI, 2006.
Tasrif, S. "Kemandirian Kekuasaan Kehakiman" dalam Kemandirian Kekuasaan
Kehakiman. Editor Paul S. Baut dan Luhut M.P. Pangaribuan. Jakarta:
Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, 1989.
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung. Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian PerselisihanHubungan
Industrial. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah
Konstitusi. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama. Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman. Usman,
Suparman, Etika Dan Tanggung Jawab Profesi Hukum Di Indonesia,
Jakarta,Gaya Media Pratam, 2008.
Widyadharma, Ignatius Ridwan. Hukum Profesi tentang Profesi Hukum.
Semarang: CV Ananta, 1994.
http://makalahdanskripsi.blogspot.co.id/2012/06/normal-0-false-false-false-en-us-
x-none.html
http://digilib.unila.ac.id/597/7/BAB%20II.pdf
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5818413abbd7e/seputar-status-hakim-
dalam-ruu-jabatan-hakim-broleh--arsil-