Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH HUKUM BENDA

NAMA : RIFQI WIRANDIKA ALDIRA


NIM : B10016326

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS JAMBI
2020

1
DAFTAR ISI
COVER
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB 1 PENDAHULUAN
A.Latar Belakang…………………………………………………….4
B.Rumusan Masalah…………………………………………………5
BAB 2 PEMBAHASAN
A.Pengertian………………………………………………………….6
B.Dasar Hukum………………………………………………………7
C.Asas-asah Hukum Benda………………………………………….8
D.Macam-macam Benda…………………………………………...14
E.Hak Kebendaan…………………………………………………..19
BAB 3 PENUTUP
A.Kesimpulan……………………………………………………….25
B.Saran………………………………………………………………
26DAFTAR PUSTAKA

2
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan maunahnya kepada kita
sekalian. 
Shalawat dan Salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada
junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW. yang membawa kita dari
jalan kegelapan menuju jalan yang terang benderang yakni ajaran
agama Islam. 
Kami ingin mengucapkan beribu-ribu bahkan berjuta-juta
terima kasih kepada segenap saudara-saudari seiman sekalian, terutama
khusunya kepada dosen pengampuh yang selalu senantiasa tiada
bosannya membimbing kami sampai detik hari ini, juga kepada
segenap kawan dan sahabat kami sekalian yang telah mau untuk kami
ajak berdiskusi dalam pembentukan makalah ini,
Dan doa kami, semoga tulisan yang telah kami usahakan ini,
bukan cuman menjadi bahan bacaan, yang pastinya semakin lama akan
rusak sendirinya. tapi mudah-mudahan bisa menjadi suatu hal
bermanfaat bagi kita semua umumnya, dan tentunya bagi kami para
penulis khususnya.
Dan yang terakhir, kami sangat memohon kepada segenap
pembaca sekalian, sebagai insan, kami tidak akan pernah luput dari
pada salah dan lupa. maka dari itu, apabila mungkin dari beberapa hal
yang telah kami uraikan, baik dalam segi pemahaman ataupun
penulisan ada kesalahan, maka kami mohon klarifikasi, kritik dan
sarannya yang membangun, dan tentunya yang demikian sangat kami
harapkan. 

3
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar belakang.

Kitab Undang-undang Hukum Perdata (dikenal KUHPer.) yang


berlaku di Indonesia tidak lain adalah terjemahan yang kurang tepat
dari Burgerlijk Wetboek (atau dikenal dengan BW)yang berlaku di
kerajaan Belanda dan diberlakukan di Indonesia (dan wilayah jajahan
Belanda) berdasarkan azas konkordansi. Untuk Indonesia yang saat itu
masih bernama Hindia Belanda, BW diberlakukan mulai 1859. Hukum
perdata Belanda sendiri disadur dari hukum perdata yang berlaku di
Perancis dengan beberapa penyesuaian. Kitab undang-undang hukum
perdata (disingkat KUHPer) terdiri dari empat bagian, yaitu:

Buku I tentang Orang; mengatur tentang hukum perseorangan dan


hukum keluarga, yaitu hukum yang mengatur status serta hak dan
kewajiban yang dimiliki oleh subyek hukum. Antara lain ketentuan
mengenai timbulnya hak keperdataan seseorang, kelahiran,
kedewasaan, perkawinan, keluarga, perceraian dan hilangnya hak
keperdataan. Khusus untuk bagian perkawinan, sebagian ketentuan-
ketentuannya telah dinyatakan tidak berlaku dengan di undangkannya
UU nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan.

 Buku II tentang Kebendaan; mengatur tentang hukum benda,


yaitu hukum yang mengatur hak dan kewajiban yang dimiliki subyek
hukum yang berkaitan dengan benda, antara lain hak-hak kebendaan,
waris dan penjaminan. Yang dimaksud dengan benda meliputi (i)

4
benda berwujud yang tidak bergerak (misalnya tanah, bangunan dan
kapal dengan berat tertentu); (ii) benda berwujud yang bergerak, yaitu
benda berwujud lainnya selain yang dianggap sebagai benda berwujud
tidak bergerak; dan (iii) benda tidak berwujud (misalnya hak tagih atau
piutang). Khusus untuk bagian tanah, sebagian keØtentuan-
ketentuannya telah dinyatakan tidak berlaku dengan di undangkannya
UU nomor 5 tahun 1960 tentang agraria. Begitu pula bagian mengenai
penjaminan dengan hipotik, telah dinyatakan tidak berlaku dengan di
undangkannya UU tentang hak tanggungan.

Buku III tentang Perikatan; mengatur tentang hukum perikatan


(atau kadang disebut juga perjanjian (walaupun istilah ini sesunguhnya
mempunyai makna yang berbeda), yaitu hukum yang mengatur tentang
hak dan kewajiban antara subyek hukum di bidang perikatan, antara
lain tentang jenis-jenis perikatan (yang terdiri dari perikatan yang
timbul dari (ditetapkan) undang-undang dan perikatan yang timbul dari
adanya perjanjian), syarat-syarat dan tata cara pembuatan suatu
perjanjian. Khusus untuk bidang perdagangan, Kitab undang-undang
hukum dagang (KUHD) juga dipakai sebagai acuan. Isi KUHD
berkaitan erat dengan KUHPer, khususnya Buku III. Bisa dikatakan
KUHD adalah bagian khusus dari KUHPer.

B.Rumusan Masalah

1.      Apakah devinisi dari hukum benda ?


2.      Bagaimanakah dasar dari pada hukum benda ?
3.      Seperti apakah asas-asas hukum benda ?

5
4.      Bagaimanakah Macam-macam benda dalam perpekstif hukum
perdata
5.      Bagaimana dan seperti apakah yang dimaksud hak kebendaan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian

Yang dimaksud dengan Benda dalam konteks hukum perdata


adalah segala sesuatu yang dapat diberikan/diletakkan suatu Hak
diatasnya, utamanya yang berupa hak milik. Dengan demikian, yang
dapat memiliki sesuatu hak tersebut adalah SubyekHukum, sedangkan
sesuatu yang dibebani hak itu adalah Obyek Hukum.[1]
Benda yang dalam hukum perdata diatur dalam Buku II BWI,
tidak sama dengan bidang disiplin ilmu fisika, di mana dikatakan
bahwa bulan itu adalah benda (angkasa), sedangkan dalam pengertian
hukum perdata bulan itu bukan (belum) dapat dikatakan sebagai benda,
karena tidak / belum ada yang (dapat) memilikinya.
Pengaturan tentang hukum benda dalam Buku II BWI ini
mempergunakan system tertutup, artinya orang tidak diperbolehkan
mengadakan hak hak kebendaan selain dariyang telah diatur dalam
undang undang ini.Selain itu, hukum benda bersifat
memaksa (dwingend recht), artinya harus dipatuhi,tidak boleh
disimpangi, termasuk membuat peraturan baru yang menyimpang dari
yangtelah ditetapkan .
Lebih lanjut dalam hukum perdata, yang namanya benda itu
bukanlah segala sesuatu yang berwujud atau dapat diraba oleh
pancaindera saja, melainkan termasuk juga pengertian benda yang

6
tidak berwujud, seperti misalnya kekayaan seseorang. Istilah benda
yang dipakai untuk pengertian kekayaan, termasuk didalamnya tagihan
/piutang, atau hak hak lainnya, misalnya bunga atas deposito .
Juga pengertian benda secara yuridis menurut pasal 499 B.W.
adalah  segala ssuatu yang dapat di haki atau menjadi objek hak milik .
oleh karena itu , yang dimaksud benda menurut undang-undang
hanyalah sesuatu yang dapat di haki atau yang dapat di miliki orang .
maka segala sesuatu yang tidak dapat dimiliki orang bukanlah
termasuk pengertian benda, seperti bulan, matahari, bintang dan lain-
lain.[2]
Meskipun pengertian zaak dalam BWI tidak hanya meliputi
benda berwujud saja,namun sebagian besar dari materi Buku II tentang
Benda mengatur tentang benda yangberwujud.  Pengertian benda
sebagai yang tak berwujud itu tidak dikenal  dalam Hukum Adat kita,
karena cara berfikir orang Indonesia cenderung pada kenyataan
belaka(concret denken),berbeda dengan cara berfikir orang Barat yang
cenderung mengkedepankan apa yangada di alam pikirannya(abstract
denken).[3]Selain itu, istilah zaak didalam BWI tidak selalu berarti
benda, tetapi bisa berarti yang lain, seperti : “perbuatan hukum “
(Ps.1792 BW), atau “kepentingan” (Ps.1354 BW),dan juga berarti
“kenyataan hukum” (Ps.1263 BW).

B.Dasar Hukum

Pada masa kini, selain diatur di Buku II BWI, hukum benda


juga diatur dalam:

7
a. Undang Undang Pokok Agraria No.5 Tahun 1960, dimana diatur
hak hak kebendaan yang berkaitan dengan bumi, air dan kekayaan
yang terkandung didalamnya.
b. Undang Undang Merek No.21 Tahun 1961, yang mengatur tentang
hak atas penggunaan merek perusahaan dan merek perniagaan .
c. Undang Undang Hak Cipta No.6 Tahun 1982, yang mengatur
tentang hak cipta sebagai benda tak berwujud, yang dapat dijadikan
obyek hak milik .
d. Undang Undang tentang Hak Tanggungan tahun 1996, yang
mengatur tentang hak atas tanah dan bangunan diatasnya sebagai
pengganti hipotik dan crediet verband .[4]

C.Asas-Asas Hukum Benda


Asas-asas hukum benda berasal dari kata asas dan hukum
benda. Asas berarti pokok, dasar, prinsip. Sedangkan hukum benda
yaitu hubungan hukum antara sebyek hukum dengan objek hukum
(benda). Jadi yang yang dimaksud dari asas hukum benda yaitu dasar-
dasar atau pokok-pokok hubungan antara sebyek hukum dengan objek
hukum (benda).
Sebelum kita mulai membicarakan hak-hak kebendaan itu satu
persatu secara lebih mendalam, lebih dahulu asas-asas umum dari
hukum benda. Di dalam kita memperkenalkan atau menafsirkan
aturan-aturan dari hukum benda itu hendaklah selalu ingat asas-asas
umum itu. Dalam hukum benda (buku II KUHPdt) diatur mengenai
beberapa asas yang berlaku bagi hak-hak kebendaan. Asas-asas
tersebut adalah seperti diuraikan berikut ini:
1.      Asas hukum pemaksa (dewingenrecht)

8
Hukum pemaksa artinya berlakunya aturan-aturan itu tidak
dapat disimpangi oleh para pihak. Hak-hak kebendaan tersebut tidak
akan memberikan wewenang yang lain daripada apa yang sudah
ditentukan oleh Undang-undang.[5] Dengan kata lain, bahwa kehendak
para pihak itu tidak dapat memengaruhi isi hak kebendaan. Hukum
benda adalah merupakan dwigendrecht (hukum memaksa), artinya
bahwa berlakunya aturan-aturan itu tidak dapat disimpangi oleh para
pihak. Akan tetapi terhadap asas tersebut terdapat pengecualiannya,
ialah
• Pasal 674 KUH perdata /BW mengenai pengabdian pekarangan; di
sini para pihak diberi kebebasan untuk menentukan sendiri jenisnya,
misalnya: hak jalan, hak pemandangan, dan lain-lain.
• Pasal 1165 KUH perdata /BW berkaitan dengan hipotek khususnya
mengenai ligkup / luas hipotek. Dalam hal ini para pihak dapat
mempengaruhi sedikit isi dari hak kebendaan tersebut.
2.      Asas dapat di pindah tangankan
Menurut perdata barat, tidak semua hak kebendaan dapat
dipindahkan, kecuali hak pakai dan hak mendiami. Tetapi setelah
berlakunya UUHT, semua benda dapat dipindah tangankan. Berlainan
dengan pada tagihan, di sini para pihak dapat menentukan bahwa tidak
dapat dipindah tangankan. Namun berhak juga menyanggupi akan
tidak memperlainkan (vervreemden) barangnya, Tetapi berlakunya
dibatasi oleh `etische causaliteitsregel [pasal 1337 KUH perdata]: tidak
berlaku jika tujuannya bertentangan dengan kesusilaan. Hak milik
kebendaan dapat dialihkan dari pemiliknya semula kepada pihak
lainnya, dengan segala akibat hukumnya. [6]
3.      Asas individualitas(individualiteit)

9
Objek hak kebendaan selalu benda tertentu atau dapat
ditentukan secara individual yang merupakan kesatuan. Artinya orang
hanya dapat sebagai pemilik dari barang yang berwujud yang
merupakan kesatuan, misalnya: rumah, meubel, dan hewan. Tidak
dapat atas barang yang ditentukan menurut jenis dan jumlah, misalnya
10 buah kendaraan bermotor, 100 ekor burung. Dengan kata lain
seseorang tidak mempunyai hak kebendaan di atas barang-barang yang
hanya di tentukan menurut jenis dan jumlahnya.[7]
4.      Asas totalitas (totaliteit)
hak kebendaan selalu terletak diatas seluruh objeknya sebagai
satu kesatuan (psl 500, 588, 606 KUHPdt). Siapa yang mempunayai
zakelijkrecht atas suatu zaak ia mempunyai zakelijkrecht itu atas
keseluruhan zaak itu, jadi juga atas bagian-bagiannya yang tidak
sendiri. Misalnya hak jaminan piutang atas kendaraan bermotor mobil
BE 2601 AA, sebagai satu kesatuan, termasuk ban serep, kunci,
dongkrak, tape recorder dalam mobil.
a.       Demikian pula terhadap barang-barang yang tidak berdiri sendiri.
Akibatnya, jika suatu benda sudah terlebur dalam benda lain, maka hak
kebendaan atas benda pertama menjadi lenyap. Terhadap akibat
tersebut terdapat pelunakan:
Adanya hak milik bersama atas barang baru (pasal 607 KUHPerdata /
BW).
b.      Jika pada waktu terlebur sudah ada hubungan antara kedua pemilik
yang bersangkutan (lihat pasal 714, 725,1567 KUHPerdata / BW).
c.       Lenyapnya barang yang ternyata terjadi atas usaha pemiliknya
sendiri (pasal 602, 606, 608 KUHPerdata / BW).

5.      Asas tidak dapat dipisahkan (onsplitsbaarheid)

10
Orang yang berhak tidak boleh memindah tangankan sebagian
dari kekuasaan yang termasuk suatu hak kebendaan yang ada padanya.
Misalnya pemillik kendaraan mobil tidak boleh memindahtangankan
sebagian kekuasaannya atas mobil itu terhadap orang lain.
Kekuasaannya atas mobil itu harus utuh sesuai dengan kebendaan itu.
Pemilik rumah menyewahkan sebuah kamar kepada mahasiswa
tidaklah termasuk dalam pengertian memisahkan kekuasaannya
sebagai pemilik, Hak miliknya tetap utuh. pemilik Pemisahan daripada
zakelijkrecht itu tidak diperkenankan, tetapi pemilik dapat membebani
hak miliknya dengan iura in realina (pemilik diberi kewenangan untuk
membebani hak miliknya dengan hak kebendaan lainnya yang bersifat
terbatas). Ini kelihatannya seperti melepaskan sebagian dari
wewenangnya. Tetapi itu hanya kelihatannya saja, hak miliknya tetap
utuh.[8]
6.      Asas prioritas (prioriteit)
Hak prioriteit adalah hak yang lebih dahulu terjadinya
dimenangkan dengan hak hak yang terjadi kemudian. Semua hak
kebendaan memberi kekuasaan yang sejenis dengan kekuasaan atas
hak milik (eigendom) sekalipun luasnya berbeda-beda, dus perlu diatur
urutannya.Ius realiena meletakkan sebagai beban atas eigendom. Sifat
ini membawa serta bahwa iura in realiena didahulukan [pasal 674, 711,
720, 756, dan 1150 KUHPer.]. misalnya atas sebuah rumah dibebani
hipotik, kemudian dibebani lagi dengan hak memungut hasil. Dalam
hal ini hipotik diprioritaskan karena terjadinya lebih dahulu daripada
hak memungut hasil. Artinya kreditur mempunyai hak memperlakukan
(melelang) benda jaminan itu tanpa memperhatikan hak-hak yang
terjadi lebih kemudian, seolah-olah benda jamina itu tidak dibebani
oleh hak yang lainnya.

11
Asas prioriteit sifatnya tidak tegas, tetapi akibat dari sifat ini
bahwa seorang itu hanya dapat membarikan hak yang tidak melebihi
apa yang dipunyai (asas nemoplis) yang artinya bahwa orang dapat
memberikan atau memindahkan kepada orang lain suatu hak yang
lebih besar (banyak) daripada hak yang ada pada dirinya. Vollmar
berpendapat, bahwa orang yang memperoleh peralihan hak tidak bisa
memperoleh hak lebih daripada yang dimiliki pemilik yang lebih
dahulu. Berlakunya asas prioriteit didalam praktek ternyata ada yang
ditrobos, sehingga urut-urutan hak kebendaan menjadi terganggu.
Misalnya seseorang memberikan wewenang pada temannya untuk
menempati rumahnya, tetapi malahan rumah itu dihipotekkan oleh
yang menempati (dijadikan tanggungan hutang). Disini asas prioriteit
ditrobos sebab yang didahulukan adalah hipotek recht-nya. [9]
7.      Asas percampuran (Verminging)
Hak kebendaan yang terbatas jadi selain hak milik hanya
mungkin atas benda orang lain. Tidak dapat orang itu untuk
kepentingan sendiri memperoleh hak gadai (menerima gadai) hak
memungut hasil atas barangnya sendiri. Apabila hak yang membebani
dan yang dibebani itu terkumpul dalam satu tangan , maka hak yang
membebani itu lenyap (pasal 706, 718, 724, 736, 807 KUHPdt). Jadi
orang yang mempunyai hak memungut hasil atas tanah kemudian
membeli tanah itu, maka hak memungut hasil itu lenyap, contohnya
ialah hak numpang karang lenyap apabila tanah pekarangan itu dibeli
oleh yang bersangkutan (pasal 718 KUHPdt). Hak memungut hasil
lenyap apabila pemegang hak tersebut menjadi pemilik pekarangan itu.
Misalnya karena jual beli, karena pewarisan, karena hibah (pasal 807
KUHPdt).[10]
8.      Asas pengaturan dan perlakuan

12
yang berlainan terhadap benda bergerak dan tidak bergerak
Terhadap benda bergerak tak bergerak terdapat perbedaan pengaturan
dalam hal terjadi peristiwa hukum penyerahan, pembebanan, bezit,
kedaluarsa mengenai benda-benda roernd dan Onroerend berlainan.
Demikian menegenai Iura in realina yang dapat diadakan, misalnya
untuk benda bergerak maka hak kebendaan yang dapat diadakan :
gadai, hak memungut hasil; sedangkan untuk benda tetap ; pengabdian
pekarangan, erfpacht, postal, hipotek, hak pakai dan mendiami.

9.      Asas publisitas (publiciteit)
Hak kebendaan atas benda tidak bergerak diumumkan dan
didaftarkan dalam register umum, misalnya hak milik, hak guna usaha.
sedangkan mengenai benda-benda yang bergrak cukup dengan
penyerahan nyata, tanpa pendaftaran dalam register umum, misalnya
hak milik atas pakaian sehari-hari, hak gadai. Kecuali apabila
ditentukan lain oleh Undang-undang bahwa hak kebendaan itu harus
didaftarkan, misalnya hak milik atas kendaraan bermotor. [11]

10.  Asas mengenai sifat perjanjiannya kebendaan / Asas bahwa hak


kebendaan mempunyai sifat (zakelijk overeenkomst)
Hak yang melekat atas benda itu berpindah, apabila bendanya
itu di serahkan kepada yang memperoleh hak kebendaan itu. Untuk
memperoleh hak kebendaan perlu dilakukan dengan perjanjian
zakelijk. Yaitu perjanjian memindahkan hak kebendaan. Setelah
perjanjian zakelijk selesai dilakukan, tujuan pokok tercapai yaitu
adanya hak kebendaan. Tegasnya, hak yang melekat atas benda itu
berpindah, apabila bendahnya itu diserahkan kepada yang memperoleh
hak kebendaan itu. Misalnya hak sewa rumah. Hak mendiami rumah
hanya akan diperoleh apabila rumah itu diserahkan kepada penyewa,

13
diserahkan kepada yang mendiaminya. Sifat perjanjian ini menjadi
makin penting adanya dalam pemberian hak kebendaan yang terbatas
Iura in Realina sebagaimana dimungkinkan dalam Undang Undang.
[12]

D. Macam macam Benda

Doktrin membedakan berbagai macam benda menjadi :

1.Benda berwujud dan benda tidak berwujud


Kebendaan berwujud adalah kebendaan yang bisa diraba atau
dilihat, sedangkan kebendaan tidak terwujud adalah sebaliknya, seperti
berupa hak-hak atau tagihan-tagihan.arti penting pembedaan ini adalah
pada saat pemindah tanganan benda dimaksud, yaitu :
a). Kalau benda berwujud itu benda bergerak, pemindah tanganannya
harus secara nyata dari tangan ke tangan.
b). Kalau benda berwujud itu benda tidak bergerak, pemindah
tanganannya harus dilakukan dengan balik nama. Contohnya jual beli
rumah .

2.      Benda Bergerak dan Benda Tidak Bergerak


Benda bergerak adalah benda yang menurut sifatnya dapat
dipindahkan (Ps.509 BWI). Benda bergerak karena ketentuan undang
undang  adalah hak hak yang melekat pada benda bergerak (Ps.511
BWI), misalnya hak memungut hasil atas benda bergerak, hak
memakai atas benda bergerak, saham saham perusahaan.

Ada 2 golongan benda bergerak yaitu :

14
a.       Benda yang menurut “sifatnya” bergerak dalam arti benda itu dapat
dipindah atau dipindahkan dari suatu tempat ke tempat lain seperti
sepeda motor, mobil dan lain-lain.
b.      Benda yang menurut penetapan undang-undang sebagai benda
bergerak ialah segala hak atas benda-benda bergerak. Seperti hak
memetik hasil dan hak memakai, hak atas bunga yang harus dibayar
selama hidup seseorang.[13]

Benda tidak bergerak adalah benda yang menurut sifatnya


tidak dapat dipindahpindahkan, seperti tanah dan segala bangunan
yang berdiri melekat diatasnya. Benda tidak bergerak karena
tujuannya  adalah benda yang dilekatkan pada benda tidak bergerak
sebagai benda pokoknya, untuk tujuan tertentu, seperti mesin mesin
yang dipasang pada pabrik.Tujuannya adalah untuk dipakai secara
tetap dan tidak untuk dipindah-pindah (Ps.507 BWI). Benda tidak
bergerakkarena undang undang adalah hak hak yang melekat pada
benda tidak bergerak tersebut, seperti hipotik, crediet verband, hak
pakai atas benda tidak bergaerak,hak memungut hasil atas benda tidak
bergerak (Ps.508 BW)
Ada 3 golongan benda tidak bergerak yaitu :
1.Benda yang menurut sifatnya tidak bergerak, dan dapat dibagi menjadi 3
a. Tanah
b. Segala sesuatu yang bersatu dengan tanah karna tumbuh atau berakar
seperti tumbuh-tumbuhan.
c. Segal sesuatu yang tertanam dan bersatu dengan tanah seperti bangunan
2.Benda tak bergerak yang menurut tujuan pemakaianya supaya bersatu
dengan benda tak bergerak seperti mesin-mesin di pabrik.
3.Benda tak bergerak yang menurut ketetapan undang-undang seperti :

15
a. Hak hak atau penagihan mengenai suatu benda yang tak bergerak ( hak
opstal, hak hipotek, hak tanggungan dan sebagainya ).
b. Kapal-kapal yang berukuran 20 meter kubik keatas.
Arti penting pembedaan benda sebagai bergerak dan tidak bergerak
terletak pada :
a) penguasaannya (bezit), dimana terhadap benda bergerak maka orang
yang menguasai benda tersebut dianggap sebagai pemiliknya (Ps.1977
BWI); azas ini tidak berlaku bagi benda tidak bergerak.
b) penyerahannya (levering), yaitu pasal 612 BW terhadap benda bergerak
harus dilakukan secara nyata, sedangkan pasal 616 BW pada benda
tidak bergerak dilakukan dengan balik nama.
c) kadaluwarsa (verjaaring), yaitu pada benda bergerak tidak dikenal
daluwarsa, sedangkan pada benda tidak bergerak terdapat
kadaluwarsa :
1. dalam hal ada alas hak, daluwarsanya 20 tahun;
2. dalam hal tidak ada alas hak, daluwarsanya 30 tahun
d) pembebanannya (bezwaring), dimana untuk benda bergerak digunakan
dengan lembaga jaminan gadai(pand), sedangkan untuk benda tidak
bergerak dengan hipotik. ( pasal 1150 dan pasal 1162 BW ) kusus
mengenai penyerahan hak milik tanah, setelah berlakunya undang-
undang pokok agraria ( UUPA ), sudah merupakan yurisprudensi tetap,
bahwa pemindahan hak milik terjadi pada saat dibuatnya akta jual beli
dimuka PPAT, jadi bukan setelah adanya balik nama.[15]
e) dalam hal pensitaan (beslag), dimana revindicatoir beslag (penyitaan
untuk menuntut kembali barangnya),hanya dapat dilakukan terhadap
barang barang bergerak. Atau penyitaan untuk menuntut kembali suatu
benda bergerak milik pemohon sendiri yang berada dikekuasaan orang
lain. Hal ini tidak munkin dilakukan kepada benda tak

16
bergerak. executior beslag adalah penyitaan yang dilakukan atas
putusan pengadilan. Namun apabila benda bergerak dinilai tidak
mencukupi untuk menutupi hutang debitor kepada kreditor
barulah executior beslag dilakukan terhadap benda-benda tak bergerak.
[16]

Penyitaan untuk melaksanakan putusan pengadilan (executoir beslah)


harus dilakukan terlebih dahulu terhadap barang barang bergerak, dan
apabila masih belum mencukupi untuk pelunasan hutang tergugat, baru
dilakukan executoir terhadap barang tidak bergerak.

3.      Benda dipakai habis dan benda tidak dipakai habis


Pembedaan ini penting artinya dalam hal pembatalan
perjanjian. Pada perjanjian yang obyeknya adalah benda yang dipakai
habis, pembatalannya sulit untuk mengembalikan seperti keadaan
benda itu semula, oleh karena itu harus diganti dengan benda lain yang
sama / sejenis serta senilai, misalnya beras, kayu bakar, minyak tanah
dan lain-lain.Pada perjanjian yang obyeknya adalah benda yang tidak
dipakai habis tidaklah terlalu sulit bila perjanjian dibatalkan, karena
bendanya masih tetap ada,dan dapat diserahkan kembali, seperti
pembatalan jual beli televisi, kendaraan bermotor, perhiasan dan lain-
lain.

4.      Benda sudah ada dan benda akan ada


Arti penting pembedaan ini terletak pada pembebanan sebagai
jaminan hutang, atau pada pelaksanaan perjanjian. Benda sudah ada
dapat dijadikan jaminan hutang dan pelaksanaan perjanjiannya dengan
cara menyerahkan benda tersebut. Benda akan ada tidak dapat

17
dijadikan jaminan hutang, bahkan perjanjian yang obyeknya benda
akan ada bisa terancam batal bila pemenuhannya itu tidak mungkin
dapat dilaksanakan (Ps.1320 btr 3 BWI) .
5.      Benda dalam perdagangan dan benda luar perdagangan
Arti penting dari pembedaan ini terletak pada pemindah
tanganan benda tersebut karena jual beli atau karena warisan.
Benda dalam perdagangan dapat diperjual belikan dengan bebas, atau
diwariskan kepada ahli waris,sedangkan benda luar perdagangan tidak
dapat diperjual belikan atau diwariskan, umpamanya tanah wakaf,
narkotika, benda benda yang melanggar ketertiban dan kesusilaan .

6.      Benda dapat dibagi dan benda tidak dapat dibagi


Letak pembedaannya menjadi penting dalam hal pemenuhan
prestasi suatu perjanjian.di mana terhadap benda yang dapat dibagi,
prestasi pemenuhan perjanjian dapat dilakukan tidak sekaligus, dapat
bertahap, misalnya perjanjian memberikan satu ton gandum dapat
dilakukan dalambeberapa kali pengiriman, yang penting jumlah
keseluruhannya harus satu ton. Lain halnya dengan benda yang tidak
dapat dibagi, maka pemenuhan prestasi tidak dapat dilakukan sebagian
demi sebagian, melainkan harus secara seutuhnya, misalnya perjanjian
sewa menyewa mobil, tidak bisa sekarang diserahkan rodanya, besok
baru joknya dlsb.

7.      Benda terdaftar dan benda tidak terdaftar


Arti penting pembeaannya terletak pada pembuktian
kepemilikannya. Benda terdaftar dibuktikan dengan bukti
pendaftarannya, umumnya berupa sertifikat/dokumen atas nama si
pemilik, seperti tanah, kendaraan bermotor, perusahaan, hak cipta,

18
telpon, televisi dlsb. Pemerintah lebih mudah melakukan kontrol atas
benda terdaftar, baik dari segi tertib administrasi kepemilikan maupun
dari pembayaran pajaknya. Benda tidak terdaftar sulit untuk
mengetahui dengan pasti siapa pemilik yang sah atas benda itu, karena
berlaku azas ‘siapa yang menguasai benda itu dianggap sebagai
pemiliknya’. Contohnya, perhiasan, alat alat rumah tangga, hewan
piaraan, pakaian dlsb.

E.      Hak Kebendaan

Setiap manusia dapat memiliki atau menguasai dari pada benda-


benda untuk kepentingannya, oleh karena diperlukan peraturan-
peraturan hukum yang mengatur hubungan manusia dengan benda-
benda tersebut.[17] Menurut buku II BW ( pasal 499-1232) tentang
benda, meletakkan dasar peraturan-peraturan hukum yang mengatur
hubungan-hubungan hukum antar sesorang atau bdan hukum atau
benda.[18]

1.      Sifat / Karakter Hak kebendaan.


Perbedaan antara hak kebendaan yang diatur dalam Buku II BWI
dengan hak perorangan yang diatur dalam Buku III BWI adalah
sebagai berikut :
A.    Hak kebendaan bersifat mutlak (absolut), karena berlaku terhadap
siapa saja, dan orang lain harus menghormati hak tersebut, seperti
halnya :
1.      hak kepribadian, misalnya: misalnya hak atas nama, hak kehormatan,
dan lain sebagainya.

19
2.      hak hak dalam hukum keluarga, misalnya hak-hak yang timbul
karena adanya hubungan suami istri
3.      hak mutlak atas suatu benda atau kebendaan
sedangkan hak perorangan berlaku secara nisbi (relatief), karena hanya
melibatkan orang / pihak tertentu saja, yakni yang ada dalam suatu
perjanjian saja, seperti hak perutangan.[19]
B.     Hak kebendaan berlangsung lama, bisa jadi selama seseorang masih
hidup, atau bahkan bisa berlanjut setelah diwariskan kepada ahli
warisnya, sedangkan hukum perorangan berlangsung relatif lebih
singkat, yakni sebatas pelaksanaan perjanjian telah selesai dilakukan.
[20]
C.     Hak kebendaan terbatas pada apa yang telah ditetapkan dalam
peraturan perundangan yang berlaku, tidak boleh mengarang /
menciptakan sendiri hak yangl lainnya, sedangkan dalam hak
perorangan, lingkungannya amat luas, apa saja dapat dijadikan obyek
perjanjian, sepanjang tidakbertentangan dengan undang-undang,
kesusilaan dan ketertiban umum. Oleh karena itu sering dikatakan
hokum kebendaan itu bersifat tertutup, sedangkan hukum perorangan
bersifat terbuka.

Ciri ciri Hak Kebendaan adalah :


· mutlak / absolut
· mengikuti benda dimana hak itu melekat, misalnya hak sewa tetap
mengikuti benda itu berada, siapapun yang memiliki hak diatasnya
· hak yang ada terlebih dahulu (yang lebih tua), kedudukannya lebih
tinggi; misalnya sebuah rumah dibebani hipotik 1 dan hipotik 2, maka
penyelesaian hutang atas hipotik 1 harus didahulukan dari hutang atas
hipotik 2.

20
· memiliki sifat diutamakan, misalnya suatu rumah harus dijual untuk
melunasi hutang, maka hasil penjualannya lebih diutamakan untuk
melunasi hipotik atas rumah itu.
· dapat dilakukan gugatan terhadap siapapun yang mengganggu hak
yang bersangkutan.
· pemindahan hak kebendaan dapat dilakukan kepada siapapun .

2.      Penggolongan Hak Kebendaan


Hak atas Kebendaan dibagi dalam 2 (dua) macam, yaitu :
1.        Hak Kebendaaan yang memberi kenikmatan .
Selain yang mengenai tanah, karena sudah diatur dalam UUPA, maka
hak kebendaan yang termasuk dalam kategori ini adalah ;
- Bezit ; Hak Milik (eigendom) ; Hak Memungut Hasil ; Hak Pakai ;
- Hak Mendiami
Hak atas tanah yang dengan berlakunya UUPA dinyatakan tidak
berlaku lagi :
- Hak bezit atas tanah ; Hak eigendom atas tanah
- Hak servitut ; Hak opstal ; Hak erfpacht ; Hak bunga atas tanah
- Hak pakai atas tanah

Dengan berlakunya UUPA, pengganti dari hak atas tanah yang dihapus
adalah :
- Hak Milik ; Hak Guna Usaha ; Hak Guna Bangunan ; Hak Pakai
- Hak Sewa untuk bangunan ; Hak membuka tanah dan memungut
hasil hutan
- Hak guna air, pemeliharaan dan penangkapan ikan
- Hak guna ruang angkasa
- Hak hak tanah untuk kepentingan keagamaan dan social[21]

21
2. Hak Kebendaan Yang bersifat Memberi Jaminan
            Hak kebendaan yang memberikan jaminan yaitu hak yang
memberi kepada yang berhak ( kreditor ), hak didahulukan untuk
mengambil pelunasan dari hasil penjualan barang yang dibebani.
[22] Seperti:
· Hak Gadai (pandrechts)
· Hipotik
· Credietverband
· Privilege (piutang yang di istimewakan).
· Fiducia

4.3. Perolehan Hak Kebendaan


Ada beberapa cara untuk memperoleh hak kebendaan, seperti :
1.        Melaui Pengakuan
Benda yang tidak diketahui siapa pemiliknya (res nullius) kemudian
didapatkan dan diakui oleh seseorang yang mendapatkannya, dianggap
sebagai pemiliknya. Contohnya, orang yang menangkap ikan, barang
siapa yang mendapat ikan itu dan kemudian mengaku sebagai
pemiliknya, dialah pemilik ikan tersebut. Demikian pula halnya dengan
berburu dihutan, menggali harta karun dlsb.
2.        Melalui Penemuan
Benda yang semula milik orang lain akan tetapi lepas dari
penguasaannya, karena misalnya jatuh di perjalanan, maka barang
siapa yang menemukan barang tersebut dan ia tidak mengetahui siapa
pemiliknya, menjadi pemilik barang yang diketemukannya .
Contoh ini adalah aplikasi hak bezit.
3.        Melalui Penyerahan

22
Cara ini yang lazim, yaitu hak kebendaan diperoleh melalui
penyerahan berdasarkan alas hak (rechts titel) tertentu, seperti jual beli,
sewa menyewa, hibah warisan dlsb Dengan adanya penyerahan maka
titel berpindah kepada siapa benda itu diserahkan.
4.        Dengan Daluwarsa
Barang siapa menguasai benda bergerak yang dia tidak ketahui pemilik
benda itu sebelumnya (misalnya karena menemukannya), hak milik
atas benda itu diperoleh setelah lewat waktu 3 tahun sejak orang
tersebut menguasai benda yang bersangkutan.
Untuk benda tidak bergerak, daluwarsanya adalah :
¨ jika ada alas hak, 20 tahun
¨ jika tidak ada alas hak, 30 tahun
5.        Melalui Pewarisan
Hak kebendaan bisa diperoleh melalui warisan berdasarkan hukum
waris yang berlaku, bisa hukum adat, hukum Islam atau hukum barat.
6.        Dengan Penciptaan
Seseorang yang menciptakan benda baru, baik dari benda yang sudah
ada maupun samasekali baru, dapat memperoleh hak milik atas benda
ciptaannya itu.Contohnya orang yang menciptakan patung dari
sebatang kayu, menjadi pemilik patung itu, demikian pula hak
kebendaan tidak berwujud seperti hak paten, hak cipta dan lain
sabagainya.
7.        Dengan cara ikutan / turunan
Seseorang yang membeli seekor sapi yang sedang bunting maka anak
sapi yang dilahirkan dari induknya itu menjadi miliknya juga.
Demikian pula orang yang membeli sebidang tanah, ternyata diatas
tanah itu kemudian tumbuh pohon durian, maka pohon durian itu
termasuk milik orang yang membeli tanah tersebut.

23
4.4. Hapusnya Hak Kebendaan
Hak kebendaan dapat hapus / lenyap karena hal hal :
1.        Bendanya Lenyap / musnah
Karena musnahnya sesuatu benda, maka hak atas benda tersebut ikut
lenyap, misalnya hak sewa atas sebuah rumah yang habis/musnah
ketimbun longsoran tanah gunung, menjadi musnah juga. Atau, hak
gadai atas sebuah sepeda motor, ikut habis apabila barang tersebut
musnah karena kebakaran .
2.      Karena dipindah-tangankan
Hak milik, hak memungut hasil atau hak pakai menjadi hapus bila
benda yangbersangkutan dipindah tangankan kepada orang lain.
3.      Karena Pelepasan Hak
Dalam hal ini pada umumnya pelepasan yang bersangkutan dilakukan
secara sengaja oleh yang memiliki hak tersebut, seperti radio yang
rusak dibuangketempat sampah. Dalam hal ini maka halk kepemilikan
menjadi hapus dan
bisa menjadi hak milik orang lain yang menemukan radio tersebut.
4.      Karena Kadaluwarsa
Daluwarsa untuk barang tidak bergerak pada umumnya 30 tahun
(karena ada alas hak), sedangkan untuk benda bergerak 3 tahun.
5.      Karena Pencabutan Hak
Penguasa publik dapat mencabut hak kepemilikan seseorang atas
benda tertentu, dengan memenuhi syarat :
¨ harus didasarkan suatu undang undang
¨ dilakukan untuk kepentingan umum (dengan ganti rugi yang layak )

24
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan

Benda dalam konteks hukum perdata adalah segala sesuatu yang


dapat diberikan/diletakkan suatu Hak diatasnya, utamanya yang berupa
hak milik. Dasar hukumnya ialah beberapa undang-undang yang
berlaku.
Asas-asas hukum benda
1. Asas hukum pemaksa (dewingenrecht)
2. Asas dapat di pindah tangankan
3. Asas individualitas (individualiteit)
4. Asas totalitas (totaliteit)
5. Asas tidak dapat dipisahkan (onsplitsbaarheid)
6. Asas prioritas (prioriteit)
7. Asas percampuran (Verminging)
8. Asas pengaturan dan perlakuan
9. Asas publisitas (publiciteit)
10. Asas mengenai sifat perjanjiannya kebendaan / Asas bahwa hak
kebendaan mempunyai sifat (zakelijk overeenkomst)
Macam-macam benda
1. Benda berwujud dan benda tidak berwujud

25
2. Benda Bergerak dan Benda Tidak Bergerak
3. Benda dipakai habis dan benda tidak dipakai habis
4. Benda sudah ada dan benda akan ada
5. Benda dalam perdagangan dan benda luar perdagangan
6. Benda dapat dibagi dan benda tidak dapat dibagi
7. Benda terdaftar dan benda tidak terdaftar
B.Saran
Hak kebendaan ada karenasetiap manusia dapat memiliki atau
menguasai dari pada benda-benda untuk kepentingannya, oleh karena
itu  diperlukan peraturan-peraturan hukum yang mengatur hubungan
manusia dengan benda-benda tersebut.

26
DAFTAR PUSTAKA
Soebekti. 2001.Pokok-pokok hokum perdata. Jakarta.Internusa.
Tutik, Titik Triwulan. 2010.hukum perdata dalam sistem hukum
nasional. Jakarta. Kencana.
Prodjodikoro, Wirjdono.dalam Riduan Syahrani.1981. seluk beluk dan
asas-asas hukum perdata. Bandung. Alumni.
Widjaja, Gunawan. 2007. Seri hokum bisnis,memahami prinsip
keterbukaan dalam hokum perdata. Jakarta. Raja grafindo persada.
Usman, Rachmadi.2013. hukum kebendaan. Jakarta. Sinar grafika.
Sofwan, Sri Soedewi Masjchoen. 1981.Hukum perdata. Yogyakarta.
Liberty.
HS, Salim. Pengantar hukum perdata tertulis (BW). Jakarta. sinar
grafika.

[1]Soebekti,Pokok-pokok hokum perdata.(Jakarta,internusa, 2001).


Hlm. 60
[2] Titik Triwulan Tutik, hukum perdata dalam sistem hukum
nasional ( jakarta: kencana, 2010 ).Hlm. 143.

27
[3]Wirjdono Prodjodikoro dalam Riduan Syahrani, Seluk beluk dan
Asas-asas hukum perdata ( Bandung : Alumni, 1981) hal 108
[4] Gunawan Widjaja, Seri hokum bisnis,memahami prinsip
keterbukaan dalam hokum perdata.jakarta.raja grafindo persada, 2007
[5] Rachmadi Usman, hukum kebendaan, ( Jakarta: Sinar grafika,
2013). Hlm. 40
[6]Ibid.. hlm 41
[7] Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum perdata, ( yogyakarta:
liberty, 1981 ).hlm. 37
[8]Ibid, Hlm. 38.
[9]Ibid..
[10]Ibid..
[11] Rachmadi Usman, Op. cit., hlm. 46
[12] Titik Triwulan Tutik, Op.,cit,.hal. 161
[13] Titik Triwulan Tutik, Op.cit, hlm. 147.
[14]Ibid, hlm. 149
[15] Riduan Syahrani, Op. cit., hlm 159
[16]  Titik Triwulan Tutik,Op.cit, hlm. 149.

[17]Ibid, hlm. 152


[18] Riduan Syahrani, Op. cit., hlm 162
[19] Titik Triwulan Tutik, Op.cit, hlm.. 155.
[20]Soebekti,.Pokok-pokok hokum perdata, .(jakarta: .internusa, 2001)
[21] Titik Triwulan Tutik, Op.cit, hlm.. 155.
[22] Salim HS, Pengantar hukum perdata tertulis (BW), (jakarta: sinar
grafika, hlm 10

28

Anda mungkin juga menyukai