Anda di halaman 1dari 5

UTS KEBIJAKAN HUKUM PIDANA

NAMA : SESHARANI AZMAYUZA

NIM : RRB10016309

1. Nama Jurnal : Urgensi Perumusan Perbuatan Memperdagangkan Pengaruh sebagai Tindak Pidana
Korupsi

Diterbitkan Oleh Lembaga : Fakultas Hukum Universitas jambi

Nama Penulis : Imentari Siin Sembiring,Elly Sudarti,Andi Najemi

Judul Atkel : Urgensi Perumusan Perbuatan Memperdagangkan Pengaruh sebagai Tindak Pidana
Korupsi

Edisi, Nomor Terbit dan Tahun Terbit : Volume 3 No 1 Tahun 2020

Salin Ringkasan/Abstrak dari jurnal tersebut : Artikel ini membahas tentang perbuatan
memperdagangkan pengaruh sebagai salah satu bentuk korupsi sebagaimana diatur dalam United
Nations Convention Against Corruption (UNCAC) namun belum diimplementasikan dalam
hukum pidana Indonesia meski telah diratifikasi pada 2006. Memperdagangkan pengaruh
sebagai bentuk trilateral relationship merupakan bentuk korupsi yang melibatkan sedikitnya tiga
pihak, yaitu pihak yang berpengaruh, pihak yang memiliki kewenangan, serta pihak yang
memiliki kepentingan. Artikel ini menyimpulkan, perumusan perbuatan memperdagangkan
pengaruh sebagai tindak pidana korupsi urgen dalam tiga hal. Pertama, pengaturannya dalam
hukum nasional merupakan bentuk dari transformasi ketentuan UNCAC yang sudah diratifikasi.
Kedua, beberapa kasus korupsi selama ini, sebagaimana dalam dua kasus yang dibahas di sini,

1
sebenarnya menunjukkan adanya bentuk memperdagangkan pengaruh, sekalipun pada akhirnya
dijerat penegak hukum dengan suap. Ketiga, upaya menjerat pelaku memperdagangkan pengaruh
dengan Pasal tentang suap sebagaimana yang selama ini dikenakan, sesungguhnya terbatas pada
pelaku yang merupakan penyelenggara negara atau pegawai negeri; dalam hal pelaku bukan
bagian dari keduanya maka unsur subjektif dari Pasal suap tidak terpenuhi. Karena itu, dalam
kebijakan hukum pidana ke depan, perlu diakomodasi perumusan memperdagangkan pengaruh
sebagai tindak pidana korupsi, dalam hal ini didorong melalui revisi Undang-Undang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

2. Perbuatan memperdagangkan pengaruh sebagai salah satu bentuk korupsi sebagaimana diatur
dalam United Nations Convention Against Corruption (UNCAC) namun belum
diimplementasikan dalam hukum pidana Indonesia meski telah diratifikasi pada 2006.

1. Nama Jurnal : Eksistensi dan Konstruksi Yuridis Badan Usaha Milik Daerah Pasca Undang-
Undang Pemerintahan Daerah Tahun 2014

Diterbitkan Oleh Lembaga : Fakultas Hukum Universitas jambi

Nama Penulis : Fauzi Syam,Elita Rahmi,Arsyad Arsyad

Judul Atkel : Eksistensi dan Konstruksi Yuridis Badan Usaha Milik Daerah Pasca Undang-
Undang Pemerintahan Daerah Tahun 2014

Edisi, Nomor Terbit dan Tahun Terbit : Volume 1 No 2 Tahun 2018

Salin Ringkasan/Abstrak dari jurnal tersebut :

Artikel ini membahas implikasi yuridis pengaturan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) pasca
berlakunya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (UU Pemda
2014) dan penerapannya pada regulasi BUMD di lingkungan Provinsi Jambi. Metode penelitian
yang digunakan adalah yuridis normatif dengan pendekatan perundang-undangan. Berdasarkan
hasil kajian diketahui, berlakunya UU Pemda 2014 berimplikasi terhadap eksistensi dan regulasi
BUMD baik yang telah ada maupun yang akan dibentuk, yaitu dalam hal bentuk hukum dan
penamaan BUMD; persyaratan pendirian dan kelayakan usaha BUMD; penyertaan modal daerah
dan kepemilikan modal dalam BUMD; organ BUMD; masa jabatan Direksi dan Dewas/Deris;

2
dan campur tangan DPRD dalam operasional BUMD. Hasil penelitian juga menunjukkan belum
ada satu pun Pemda di lingkungan Provinsi Jambi yang menindaklanjuti amanat Pasal 402 ayat
(1) UU Pemda 2014 untuk menyesuaikan regulasi BUMD, dan dengan demikian potensial
bertentangan dengan UU Pemda 2014 dan kebijakan pemerintah pusat.

2. Artikel ini membahas implikasi yuridis pengaturan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) pasca
berlakunya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (UU Pemda
2014) dan penerapannya pada regulasi BUMD di lingkungan Provinsi Jambi

1. Nama Jurnal : Pemikiran Organisasi Islam tentang Penerapan Hukum Pidana Islam: Tinjauan
Hukum Hak Asasi Manusia
Diterbitkan Oleh Lembaga : Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

Nama Penulis : M. Syafi'ie

Judul Atkel : Pemikiran Organisasi Islam tentang Penerapan Hukum Pidana Islam: Tinjauan
Hukum Hak Asasi Manusia

Edisi, Nomor Terbit dan Tahun Terbit : Volume 2 No 2 Tahun 2019

Salin Ringkasan/Abstrak dari jurnal tersebut :

Artikel ini menguraikan pandangan atau pemikiran organisasi Islam di Indonesia tentang
penerapan hukum pidana Islam berupa hukuman potong tangan, rajam, dan cambuk, dan
menelaahnya berdasarkan hukum hak asasi manusia. Organisasi Islam yang digali pandangannya
di sini adalah Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), dan
Jemaah Anshorut Tauhid (JAT). Artikel ini menyimpulkan, pertama, ada dua pandangan berbeda
dari Organisasi Islam yang diteliti: yang satu memandang pemberlakuannya sebagai keharusan
atau wajib, dan yang satu lagi memandangnya sebagai tanggungjawab negara yang perlu
mempertimbangkan kepentingan sosial masyarakat sesuai konteksnya. Dari empat Organisasi
Islam yang diteliti, pandangan pertama tercermin pada sikap MMI dan JAT, dan pandangan

3
kedua pada NU dan Muhammadiyah. Kedua, hukum potong tangan, rajam, dan cambuk, yang
bagi sebagian organisasi Islam dilihat sebagai hak untuk menjalankan ibadah dan keyakinan,
tidak dapat dibenarkan oleh norma hak asasi manusia. Sekalipun hak beragama dan berkeyakinan
merupakan hak yang terkatagori non derogable right, implementasi dan penerapan ajaran agama
sesungguhnya terkatagori derogable rights. Karena itu, dengan alasan perlindungan keamanan
publik, ketertiban publik, kesehatan publik, moral, serta hak dan kebebasan fundamental orang
lain, maka implementasi ajaran agama, dalam hal ini hukuman potong tangan, rajam, dan
cambuk, menjadi bisa dibatasi.

2. Artikel ini menguraikan pandangan atau pemikiran organisasi Islam di Indonesia tentang
penerapan hukum pidana Islam berupa hukuman potong tangan, rajam, dan cambuk, dan
menelaahnya berdasarkan hukum hak asasi manusia.

1. Nama Jurnal : Biomijuridika: Pemikiran Ilmu Hukum Pidana Berketuhanan dari Barda Nawawi
Arief

Diterbitkan Oleh Lembaga : Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Nama Penulis : Muhammad Rustamaji

Judul Atkel : Biomijuridika: Pemikiran Ilmu Hukum Pidana Berketuhanan dari Barda Nawawi
Arief

Edisi, Nomor Terbit dan Tahun Terbit : Volume 2 No 1 Tahun 2019

Salin Ringkasan/Abstrak dari jurnal tersebut :

Artikel ini membahas pemikiran hukum dari Barda Nawawi Arief yang diberi nama
biomijuridika. Konsep biomijuridika sejatinya sebuah ajakan bagi pembelajar hukum untuk
merenung tentang apakah kehidupan berhukum dan pengembangan hukum di Indonesia bersifat
sekuler. Jika ilmu hukum mengandung di dalamnya ilmu “mengatur atau menata”, Barda
mempertanyakan bukankah
“Tuhan Maha Mengatur dan Maha Menata”, dan karenanya hukum pun mesti sesuai dengan
ajaran Tuhan. Oleh karenanya menurut Barda pendidikan hukum dan ilmu hukum di Indonesia
seharusnya tidak bersifat sekuler. Konsekuensinya, pendidikan tinggi hukum dan ilmu hukum

4
nasional harus juga menggali dan mengkaji ilmu hukum berketuhanan Yang Maha Esa. Artikel
ini menunjukkan bahwa dalam konteks Indonesia, biomijuridika dari Barda sesungguhnya
sejalan dengan dasar negara Pancasila. Dengan dasar negara Pancasila, maka kehidupan
berbangsa dan bernegara Indonesia mesti didasarkan pada Pancasila, yang dalam kehidupan
berhukum berarti mesti, salah satunya, didasarkan pada “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Namun
demikian, pemikiran hukum biomijuridika dari Barda tampaknya masih menyisakan ruang
diskursus yang agaknya belum dijawab dengan tuntas, yaitu ketika konsep ini diajukan sebagai
salah satu model alternatif pembaruan hukum utamanya pada bidang hukum pidana. Kritik
demikian khususnya dapat dicermati pada faset pengembanan hukum teoretis dan pengembanan
hukum praktis.

2. Artikel ini membahas pemikiran hukum dari Barda Nawawi Arief yang diberi nama biomijuridika.
Konsep biomijuridika sejatinya sebuah ajakan bagi pembelajar hukum untuk merenung tentang
apakah kehidupan berhukum dan pengembangan hukum di Indonesia bersifat sekuler.

Anda mungkin juga menyukai