OLEH:
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS JAMBI
2022
Soal
dekriminalisasi ?
suatu proses yang tadinya tidak jahat menjadi jahat dan bisa dihukum pidana.
Kriminalisasi ini hanya bisa dilakukan oleh pemerintah dan DPR melalui produk
menjadi tidak dipidana. Mengutip buku yang ditulis oleh Prof. Jacob Elfinus
kemudian undang-undangnya diubah dan perbuatan itu tidak lagi menjadi ketentuan
pidana.
masyarakat sudah menganggap itu bukan sebagai tindak pidana lagi. Contohnya, di
KUHP ada ketentuan pidana terhadap petugas medis yang memperlihatkan alat-alat
kontrasepsi. Namun seiring berjalannya waktu, peraturan itu dianggap sudah tidak
relevan lagi. Jadi, walaupun peraturannya masih ada, tapi dalam tataran praktik,
perbuatan ini sudah dianggap bukan lagi sebagai perbuatan yang melanggar hukum.
Konsistensi dalam penyelenggaraan hukum itulah yang kita sebut kepastian hukum.
Dengan mengacu pada pemikiran tersebut di atas maka dapatlah direka lebih
rinci tentang apa itu hukum. Hukum adalah karya manusia yang berupa norma-norma
tentang bagaimana seharusnya masyarakat itu dibina dan kemana harus diarahkan.
Oleh karena itu pertama-tama hukum itu mengandung rekaman dari ide-ide yang
dipilih oleh masyarakat tempat hukum itu diciptakan. Ide-ide ini adalah ide mengenai
keadilan.
kepastian dalam hubungan mereka satu sama lain. Dalam kehidupannya masyarakat
kepentingan itu. Perkembangan hukum harus memenuhi pola-pola yang sudah ada
dalam masyarakat, sehingga tidak justru menghambat perlindungan itu sendiri. saat
ini sedang menghadapi saat perubahan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana kita,
dari KUHP yang berasal dari negeri Belanda melalui azas konkordansi, men jadi
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana nasional. konsep RUU KUHP tersebut dengan
konteks dan tantangan yang kini dihadapi oleh masyarakat Indonesia pasca Orde
Baru. Analisis yang akan diketangahkan disini adalah, apakah penyusunan RUU
tujuan yang ingin dicapai tersebut.Kalau ditinjau dari perspektif politik hukum/penal
sesuatu perbuatan yang semula bukan tindak pidana menjadi suatu tindak pidana.
Oleh karena itu kalau akan melakukan kriminalisasi dalam rangka politik hukum,
maka kita harus melihat konteks dan tantangan yang tumbuh dalam kurun waktu
kebijakan itu dilaksanakan. Konteks dan tantangan yang dulu (saat RUU KUHP
dibuat) adalah situasi transisi, yaitu interval waktu dari sistem politik yang otoriter ke
sistem politik yang sepenuhnya belum selesai terbentuk (apakah akan menuju
3. Jelaskan perbedaan antara social defence policy dengan social welfare policy,
jelaskan
Kebijakan sosial atau Social policy pada dasarnya adalah upaya mencapai
kesejahteraan serta perlindungan bagi seluruh rakyat Indonesia sesuai dengan cita –
cita bangsa Indonesia yang tercantum jelas dalam pembukaan UUD 1945. Oleh sebab
itu dalam upaya mencapai tujuan tersebut maka dibuatlah kebijakan kesejahteraan
rakyat (Social Welfare) dan kebijakan perlindungan rakyat (sosial defence), dalam hal
ini juga menyangkut penegakan hukum (Law Enforcement) yang otomatis meliputi
kebijakan hukum (Criminal Policy), dan dalam upaya perwujudanya terdapat dua
metode yang dikenal upaya penal dan upaya non penal. Di sisi lain pemerintah negara
perdamaian abadi dan keadilan sosial. Dengan demikian upaya pemerintah negara
nasional.
diperhatikan adala hukum harus dipahami dan dikembangkan sebagai satu kesatuan
sistem yang di dalamnya terdapat elemen kelembagaan, elemen materi hukum, dan
elemen budaya hukum. Hukum Nasional adalah kesatuan hukum yang dibangun
untuk mencapai tujuan Negara yang bersumber dari falsafah dan konstitusi negara, di
dalam kedua hal itulah terkandung tujuan, dasar, dan cita hukum negara Indonesia.
Semua tentang hukum nasional yang hendak dibangun, haruslah merujuk kepada
keduanya, dengan demikian upaya reformasi hukum, akan sangat tergantung kepada
reformasi konstitusi. Bila konstitusi yang dibangun masih memberi peluang bagi
lahirnya sebuah otoritarianisme, maka tidaklah akan lahir sebuah hukum nasional
yang demokratis.
pelaksanan huku (ius constitutum) dan penegasan fungsi pelaksana hukum serta
sesuatu arah dan kebijakan yang baru ( progres ) dalam menyikapi serta
menanggulangi kejahatan kejahatan dan pelanggaran pidana, yang marak dan selalu
berkembang seiring semakin dewasanya kehidupan manusia, dalam ber interaksi
5. RKUHP Nasional akan segera disahkan akan tetapi masih ada beberapa pasal
yang masih diperdebatkan, sebutkan pasal dan perbuatan apa saja yang masih
1. Korupsi (Pasal 604) Dalam pasal 604, korupsi di RKUHP justru dilengkapi
hukuman yang lebih ringan dibanding UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang Tindak
Pidana Korupsi atau UU Tipikor. Dalam Pasal 604 RKUHP, disebutkan seorang
koruptor dihukum minimal penjara dua tahun dan minimal denda Rp10 juta.
Sementara dalam Pasal 2 UU Tipikor yang memiliki rumusan sama persis, hukuman
penjara itu minimal empat tahun dan denda minimal Rp1 miliar.
2. Alat Kontrasepsi (Pasal 414 dan 416) Pasal tersebut memuat terkait pemidanaan
kehamilan/kontrasepsi (PDF). Aturan ini tertera dalam Pasal 414 RKUHP yang
kehamilan kepada anak dipidana dengan pidana denda paling banyak kategori I
3. Perzinaan (pasal 418) Dalam draf RKUHP, Pasal tersebut mengatur tentang
perzinaan yang mana ayat 1 menyebutkan laki-laki yang bersetubuh dengan seorang
perempuan yang bukan istrinya dengan persetujuan perempuan tersebut karena janji
akan dikawini kemudian mengingkari janji tersebut dipidana penjara paling lama 4
tahun atau denda paling banyak Kategori 3. Sementara ayat 2 disebutkan, dalam hal
tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat 1 mengakibatkan kehamilan dan laki-
laki tersebut tidak bersedia mengawini atau ada halangan untuk kawin yang
4. Penghinaan Presiden (Pasal 218-220) Pasal ini juga dianggap bermasalah. Dalam
draf RKUHP tercantum Pasal 218 dan 219 tentang Penyerangan Kehormatan atau
Harkat dan Martabat Presiden dan Wakil Presiden. Pasal 218 mengatakan setiap orang
yang dianggap "menyerang kehormatan" presiden dan wakil presiden bisa dipidana
maksimal 3,5 tahun atau denda Rp150 juta. Sementara Pasal 219 menyebut setiap
yang dianggap menyerang kehormatan dan martabat presiden dan wakil presiden di
depan publik, terancam hukuman paling lama empat tahun enam bulan atau denda
paling banyak kategori IV, yakni maksimal Rp150 juta. Sedangkan Pasal 220
menegaskan perbuatan itu baru menjadi delik apabila ada aduan dari presiden atau
wakil presiden. Hukuman lebih berat diberikan bagi yang menyiarkan hinaan tersebut.
keresahan masyarakat yang ditimbulkan oleh praktik ilmu hitam (black magic), yang
dimaksudkan juga untuk mencegah secara dini dan mengakhiri praktik main hakim
sendiri yang dilakukan oleh warga masyarakat terhadap seseorang yang dituduh
6. Aborsi (pasal 251, 470-472) Pasal 251, 470-472 RKUPH tentang tindakan pidana
korban pemerkosaan. Selain itu, petugas medis yang membantu aborsi juga terancam
dipidana.
7. Gelandangan (Pasal 432) Pasal 432 RKUHP tersebut menjelaskan bahwa setiap
ketertiban umum dipidana dengan pidana denda paling banyak Kategori I atau denda
Rp1 juta. Hal ini dianggap berseberangan dengan UUD 1945 yang menyatakan fakir
8. Unggas (pasal 278-279) Ketentuan ini tercantum dalam Pasal 548-549 KUHP dan
dimasukkan dalam draft RKUHP dalam Pasal 278-279. Bedanya hewan ternak pada
KUHP diubah menjadi unggas pada RKUHP. "Setiap orang yang membiarkan unggas
yang diternaknya berjalan di kebun atau tanah yang telah ditaburi benih atau tanaman
milik orang lain dipidana dengan pidana denda paling banyak Kategori II," bunyi
Pasal 278 KUHP.