Kriminologi merupakan suatu ilmu sosial yang mempelajari kejahatan dari sisi sosial atau dengan
istilah non normative discipline, dalam kriminologi juga mempelajari manusia dengan norma -
norma sosial tertentu untuk mengetahui gejala - gejala sosial atas kejahatan yang terjadi di
lingkungan masyarakat. Sedangkan hukum Pidana (criminal law) adalah ilmu normatif yang
mempelajari aturan kejahatan atas tindakan - tindakan yang disebut dalam (KUHP) berupa
kejahatan atau pelanggaran yang dapat dikenai hukuman pidana.
• Tujuan hukum pidana adalah untuk melindungi kepentingan orang perseorangan atau hak asasi
manusia dan masyarakat. Tujuan hukum pidana di Indonesia harus sesuai dengan falsafah Pancasila
yang mampu membawa kepentingan yang adil bagi seluruh warga negara. Dengan demikian hukum
pidana di Indonesia adalah mengayomi seluruh rakyat Indonesia. [1]
• Fungsi Hukum Pidana secara umum Hukum pidana merupakan salah satu bagian dari hukum, oleh
karena itu fungsi hukum pidana juga sama dengan fungsi hukum pada umumnya, yaitu untuk
mengatur hidup kemasyarakatan atau untuk menyelenggarakan tata dalam masyarakat. [2]
Teori-teori pemidanaan (Materi 2)
• Teori Absolut yang lahir pada aliran klasik dalam hukum pidana diamana penbalasan merupakan
legitimasi pemidanaan dan negara berhak menjatuhkan pidana karena penjahat, Pembalasan
subjektif merupakan pembalasan kepada kesalahan pelaku sedangkan pembalasan objektif
merupakan pembalasan terhadap perbuatan pelaku
• Teori Relatif sebagai dasar pemidanaan merupakan upaya menegakkan ketertiban masyarakat dan
tujuan pidana untuk mencegah kejahatan, pencegahan umum agar tidak ada yang melakukan
kejahatan, agar tidak lagi mengulangi kejahatan dengan memberi rasa takut sebagai paksaan
psikologis kepada pelaku
•Teori Gabungan merupakan gabungan pembalasan dan ketertiban masyarakat, keduanya
merupakan titik berat pada pidana yaitu pembalasan dan perlindungan masyarakat untuk
melindungi ketertiban hukum
• Teori Kontemporer
a. Teori Efek Jera Lafave, pidana sebagai deterrence effect agar pelaku kejahatan tidak lagi
mengulangi perbuatannya
b. Teori Edukasi, pidana sebagai edukasi kepada masyarakat mengenai mana perbuatan yang baik
dan mana perbuatan yang dilarang
c. Teori Rehabilitasi, pidana sebagai rehabilitasi kepada pelaku tindak kejahatan harus dibenahi ke
yang lebihbaik, agar dapat diterima kembali dimasyarakat oleh kdan tidak lagi mengulangi
perbuatan jahat
d. Teori Pengendali Sosial Lafave, pidana sebagai pengendalian sosial, agar tidak berbahaya dan
merugikan masyarakat, pelaku harus diisolasi dan masyarakat harus dilindungi
e. Teori Keadilan Restoratif, pidana untuk memulihkan keadilan, restorative justice sebagai
pendekatan penyelesaian perkara dengan melibatkan langsung semua yang terlibat untuk mencari
penyelesaian yang adil dengan menekankan pemulihan kembali pada keadaan semula dan bukan
pembalasan
• Fungsi asas legalitas diantaranya untuk melindungi Undang-undnag pidana dan melindungi
masyarakat dari kekuasaan tanpa batas pemerintah dan fungsi instrumentasi dalam batas yang
ditentukan undang-undang, pelaksanaan kekuasaan oleh pemerintah tegas-tegas diperbolehkan
Ekstradisi
• Ekstradisi adalah proses hukum berdasarkan perjanjian, hubungan timbal balik, rasa hormat, atau
hukum nasional, di mana satu negara memberikan atau mengirimkan ke negara lain, seseorang yang
didakwa atau dihukum karena tindak kejahatan terhadap hukum negara yang meminta yang
melanggar hukum pidana internasional agar diadili atau dihukum di negara peminta sehubungan
dengan kejahatan yang dinyatakan dalam permintaan. [6]
Teori conditio Sine qua non, Teori yang menyatakan musabab adalah setiap syarat yang tidak dapat
dihilangkan untuk timbulnya akibat. oleh karena itu setiap syarat mempunyai nilai yang sama.
Teori generelisasi, teori ini menyatakan bahwa musabab adalah syarat menurut kejadian yg normal
yang dapat menimbulkan akibat. dimana hanya mencari satu dari sekian banyak sebab
secara Subjektif sebab adalah tindakan yang dapat dibayangkan dapat menimbulkan akibat.
Sedangkan secara objektif sebab adalah perilaku umum yang wajar apabila perbuatan tersebut
menimbulkan akibat.
Teori individualisasi
Menurut Brickmayer dari berbagai macam syarat, dicari syarat yang paling utama menentukan
suatu akibat dan yang memberikan pengaruh paling besar terhadap timbulnya akibat.
Melawan Hukum (Materi 9)
Perbuatan melawan hukum adalah suatu perbuatan atau tidak berbuat sesuatu yang mengakibatkan
timbulnya kerugian bagi orang lain tanpa sebelumnya ada suatu hubungan hukum, kewajiban mana
ditujukan terhadap setiap orang pada umumnya dan dengan tidak memenuhi kewajibannya tersebut
dapat diminta suatu ganti rugi. Perbuatan melawan hukum (Onrechmatige daad) diatur dalam Pasal
1365 B.W. Pasal ini menetapkan bahwa perbuatan yang melawan hukum mewajibkan orang yang
melakukan perbuatan itu, jika karena kesalahannya telah timbul kerugian, untuk membayar
kerugian itu. [9]
• Sifat Melawan Hukum Materil dalam Fungsinya yang Negatif Apabila suatu perbuatan memenuhi
unsur delik namun tidak bertentangan dengan keadilan di masyarakat, maka tidak dapat dipidana
• Sifat Melawan Hukum Materil dalam Fungsinya yang Positif dimana jika perbuatan tersebut
tercela namun tidak diatur dalam undang-undang tetapi tidak sesuai rasa keadilan dan norma-norma
maka akan tetap dipidana
Pertanggung jawaban pidana (Materi 10)
• Asas Kesalahan pidana tanpa kesalahan (geen straf zonder schuld), Asas Kesalahan merupakan
dasar dari pertanggungjawaban pidana, Pertanggungjawaban pidana dimana suatu keadaan psikis
sehingga penerapan ketentuan pidana dari sudut umum dan prioadi dianggap patut
• Pertanggungjawaban pidana diartikan sebagai diteruskannya celaan yang objektif yang ada pada
perbuatan pidama dan secara subjektifmemenuhi syarat untuk dapat dipidana karena perbuatannya
itu. [10]
• Elemen terpenting dari pertanggungjawaban pidana adalah kesalahan sebagai keseluruhan syarat
untuk adanya pencelaan pribadi kepada pelaku tindak pidana, Kesalahan itu mengandung segi
psikologis dan segi yuridis. Segi psikologis merupakan dasar untuk mengadakan pencelaan yang
harus ada terlebih, baru kemudian segi yang kedua untuk dipertanggungjawabkan dalam hukum
pidana. Dasar kesalahan yang harus dicari dalam psikis orang yang melakukan perbuatan itu sendiri
dengan menyelidiki bagaimana hubungan batinnya itu dengan apa yang telah diperbuat. [11]
• Elemen Kesalahan:
(1) Kemampuan bertanggung jawab;
(2) Hubungan psikis pelaku dengan perbuatan yang dilakukan; dan
(3) Tidak ada alasan penghapus pertanggungjawaban pidana (alasan pembenar dan alasan pemaaf).
• Teori kehendak kesengajaan dimana kehendak yang diarahkan pada terwujudnya perbuatan
sebagaimana dirumuskan dalam undang-undang
• Teori pengetahuan Kesengajaan dimana kehendak untuk berbuat dengan mengetahui unsur-unsur
yang diperlukan menurut rumusan undang-undang.
Jenis kesengajaan
• Kesengajaan dimana pelaku memang bermaksud menimbulkan akibat yang dilarang oleh undang-
undang, ia menghendaki perbuatan tersebut dan akibatnya
• Kesengajaan sebagai kepastian bertujuan mencapai akibat yang ingin didapat, namun terjadi pula
akibat yang tidak kita dikehendaki hal tersebut terjadi sebagai syarat untuk mencapai akibat yang
dikehendaki diawal
• Kesengajaan sebagai kemungkinan dimana telah menyadari kemungkinan adanya akibat yang
dilarang dan kemudian akibat itu benar-benar terjadi.
Selain itu, sifat kesengajaan juga terbagi menjadi dua berdasarkan sadar atau tidaknya si pelaku
melakukan tindak pidana yang melawan hukum, yaitu:
1. Sifat kesengajaan yang berwarna (gekleund) Teori ini dianut oleh Sevenbergen yang mengatakan:
Kesengajaan senantiasa ada hubungannya dengan dolus molus, yang berarti sengaja untuk berbuat
jahat (boos opzet), sehingga dalam kesengajaan harus adanya kesadaran mengenai sifat melawan
hukumnya perbuatan. Sifat kesengajaan yang berwarna menjelaskan bahwa harus ada hubungan
antara keadaan batin si pelaku dengan melawan hukum perbuatannya, dimana untuk adanya
kesengajaan, si pelaku perlu menyadari bahwa perbuatannya itu dilarang.
2. Sifat kesengajaan yang tidak berwarna (kleurloos) Teori ini dianut oleh Simons, Pompe, Jonkers,
dan M.v.T. Teori ini menyimpulkan bahwa cukuplah pelaku itu menghendaki perbuatan yang
dilarang dan tidak perlu
mengetahui perbuatannya itu dilarang. [14]
Sex vs Gender
Sex dimana penbagian antara jenis kelamun pada manusi yang telah terbentuk secara biologis yang
sudah melekat pada jenis kelamin tertentu dan tidak bisa dirubah atau ditukar karena seudah
menjadi kodrat saat diciptakan okeh tuhan
Gender adalah sifat yang sudah melekat pada wanita maupun pria yang terbebtuk secara sosial dan
cultural dan bisa saja ditukar antar gender dan dapat pula berubah dari waktu ke waktu maupun
tempat ke tempat lainnya
Culpa adalah suatu macam kesalahan yang kadang-kadang terjadinya hanya kebetulan belaka. Hal
ini diakui oleh Undang-undang dan oleh karena itulah maka oleh hukum pidana hanya di pidana
suatu culpa yang besar, yang oleh doktrin disebut “culpa levis” atau culpa levissima (lichte schuld)
tidaklah diancam pidana. Sebagai ukuranya, itulah dipakai perbandingan dengan orang lain yang
setingkat dari golonganya. Jurisprudensi di negeri belanda dan di Indonesia pun sudah menjadi tetap
membebaskan culpa levis itu. [16]
Culpa Subjektif dimana menitikberatkan pada keadaan individu. Sedangkan, Culpa Objektif
menitikberatkan pada perbuatan lahir secara objektif. Pada Pasal 360 KUHP) dan culpa yang tidak
sesungguhnya (pro parte dolus, pro parte culpa). Tindak pidana proparte dolus,proparte culpa adalah
tindak pidana yang perumusannya mengandung unsur kesengajaan dan kealpaan sekaligus dalam
satu pasal dengan ancaman pidana yang sama. Lihat Pada pasal 287, 480 KUHP.
-The Identification Theory (Teori Identifikasi) disebut juga Direct Corporate Liability
(Pertanggungjawaban Langsung) dimana pertanggung jawaban langsung oleh korporasi yang mana
senior officers bertindak untuk langsung sebagai penanggung jawab, bukan hanya mewakili
korporasi.
-The Delegation Theory (Teori Delegasi) dimana pertanggung jawaban korporasi diperluas, tidak
hanya beberapa anggota yang betanggung jawab melainkan setiap orang yang memperoleh delegasi
dari board directors untuk melaksanakan kewenangan korporasi tersebut.
-Aggregation Theory (Teori Agregasi) di dalam teori ini memungkinkan adanya agregasi/kombinasi
perbuatan dan sikap batin atau mens rea (kesalahan) dari sejumlah orang-orang yang relevan dalam
lingkup perusahaan dianggap seakan-akan dilakukan oleh satu orang yang kemudian diatributkan
menjadi perbuatan dan sikap batin korporasi sehingga korporasi dapat dipertanggungjawabkan
dalam hukum pidana.