Anda di halaman 1dari 33

HUKUM PIDANA

Bahri Yamin, SH.,MH


POKOK BAHASAN
HUKUM PIDANA
POKOK BAHASAN
• SUB Bab Pokok pembahasan
– Istilah dan pengertian hukum pidana
– Tujuan Hukum pidana
– Fungsi Hukum pidana
– Sifat Hukum pidana
– Pembagian hukum pidana
– Sumber hukum pidana
– sejarah singkat hukum pidana Indonesia
• Istilah hukum pidana merupakan terjemahan dari
istilah bahasa Belanda strafrecht . Straf berarti
pidana, dan recht berarti hukum sedangkan
dalam bahasa Inggris adalah Criminal Law.
Pengertian hukum pidana menurut pakar hukum

 J.M Van Bemmelen membedakan antara hukum pidana materil dan


hukum pidana formil. Hukum pidana materil terdiri atas tindak pidana
yang disebut berturut-turut, peraturan umum yang dapat diterapkan
terhadap perbuatan itu, dan pidana yang diancamkan terhadap
perbuatan itu. Hukum pidana formil mengatur cara bagaimana acara
pidana seharusnya dilakukan dan menentukan tata tertib yang harus
diperhatikan pada kesempatan itu.
• Komentar: kurang memuaskan terutama mengenai hukum pidana
materil terhadap kalimat“tindak pidana yang disebut berturut- turut”
apakah yang dimaksud adalah memenuhi unsur-unsur dalam suatu pasal
yang disangkahkan pada tersangka atau terdakwa atau si pelanggar itu
melakukan tindak pidana berturut-turut kemudian baru dikatakan tindak
pidana dan kalau hanya sekali tidak merupakan tindak pidana kecuali
pengertian hukum pidana dalam arti formil sudah tepat,sehingga bagi
penulis tidak memuaskan pengertian hukum pidana yang diutarakan
oleh beliau.
 Moeljatno, hukum pidana adalah bagian dari
keseluruhan hukum yang berlaku di suatu
Negara, yang mengadakan dasar-dasar dan
aturan-aturan untuk :
– Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang
tidak boleh dilakukan, yang dilarang, dengan
disertai ancaman atau sanksi bagi barangsiapa
melanggar larangan tersebut,
– Menentukan Kapan dan hal-hal apa kepada
mereka yang telah melanggar larangan tersebut
– Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan
pidana itu dapat dilaksankan apabila ada orang
yang disangka telah melanggar larangan tersebut.
• Komentar: bagi penulis pengertian diatas sudah sempurna, kenapa? Oleh beliau
mendefinisikan hukum pidana tidak hanya semata peraturan perundangan saja tetapi
lebih tepatnya hukum positif yang berlaku disuatu negara termasuk didalamnya mengakui
adanya hukum yang hidup dalam masyarakat sepanjang tidak bertentangan dengan UUD
dan Pancasila. Sehingga olehnya menjelaskan bahwa dari pengertian hukum pidana
tersebut di atas maka yang disebut dalam ke 1) adalah mengenai “perbuatan pidana”
(criminal act). Sedang yang disebut dalam ke 2) adalah mengenai “pertanggungjawaban
hukum pidana” (criminal liability atau criminal responbility). Yang disebut dalam ke 1 dan
ke 2) merupakan “hukum pidana materil” (substantive criminal law), oleh karena
mengenai isi hukum pidana sendiri. Yang disebut dalam ke 3) adalah mengenai bagaimana
caranya atau prosedurnya untuk menuntut ke muka pengadilan orang-orang yang
disangka melakukan perbuatan pidana, oleh karena itu bagian ke-3) ini dinamakan
“hukum pidana formil” atau “hukum acara pidana” (criminal procedure). Lazimnya yang
disebut dengan hukum pidana saja adalah hukum pidana materil. Penjelasannya: menurut
Moeljatno dalam Amir Ilyas menjelaskan dari pengertian hukum pidana tersebut di
atas maka yang disebut dalam ke-1) adalah mengenal “perbuatan pidana” (criminal
act). Sedang yang disebut dalam ke-2) adalah mengenai “pertanggungjawaban
hukum pidana” (criminal liability atau criminal responsibility). Yang disebut dalam ke-1)
danke-2) merupakan “hukum pidana materil” (substantive criminal law), oleh karena
mengenai isi hukum pidana sendiri. Yang disebut dalam ke-3) adalah mengenai
bagaimana caranya atau prosedurnya untuk menuntut ke muka pengadilan
orangorang yang disangka melakukan perbuatan pidana, oleh karena itu hukum acara
pidana (criminal procedure). Lazimnya yang disebut dengan hukum pidana saja adalah
hukum pidana materil
 Amir Ilyas,Hukum Pidana adalah ketentuan
yang mengatur tentang apa yang tidak boleh
dilakukan beserta sanksinya.
• Komentar: masih ambiguisitas karena ada
frasa ketentuan, pertanyaannya adalah
ketentuan tentang apa, oleh karenanya jika ia
memasukan kata hokum setelah kata
ketentuan sehingga bunyiny adalah Hukum
Pidana adalah ketentuan hukum yang
mengatur tentang apa yang tidak boleh
dilakukan beserta sanksinya, maka penulis
setuju.
 Adami Chazawi, Hukum pidana itu adalah bagian dari hukum publik yang
memuat/berisi ketentuan-ketentuan tentang:
– Aturan umum hukum pidana dan (yang dikaitkan/berhubungan dengan)
larangan melakukan perbuatan-perbuatan (aktif/positif maupun pasif/ negatif)
tertentu yang disertai dengan ancaman sanksi berupa pidana (straf) bagi yang
melanggar larangan itu;
– Syarat-syarat tertentu (kapankah) yang harus dipenuhi/harus ada bagi si
pelanggar untuk dapat dijatuhkannya sanksi pidana yang diancamkan pada
larangan perbuatan yang dilanggarnya;
– Tindakan dan upaya-upaya yang boleh atau harus dilakukan negara melalui
alat-alat perlengkapannya (misalnya Polisi, Jaksa, Hakim), terhadap yang
disangka dan didakwa sebagai pelanggar hukum pidana dalam rangka usaha
negara menentukan, menjatuhkan dan melaksanakan sanksi pidana terhadap
dirinya, serta tindakan dan upaya-upaya yang boleh dan harus dilakukan oleh
tersangka/terdakwa pelanggar hukum tersebut dalam usaha melindungi dan
mempertahankan hak-haknya dari tindakan negara dalam upaya negara
menegakkan hukum pidana tersebut.
• Komentar: sebagian rohnya seperti pengertian yang disampaikan oleh
Moelijatno, tetapi di point (c)nya kurang memuaskan karena mahkamah
adat tidak diakui padahal sampai saat ini hukum adat masih ada
 E.Y. Kanter dan S.R. Sianturi, Hukum pidana adalah bagian dari
hukum positif yang berlaku di suatu negara dengan
memperhatikan waktu, tempat dan bagian penduduk, yang
memuat dasar-dasar dan ketentuan-ketentuan mengenai
tindakan larangan atau tindakan keharusan dan kepada
pelanggarnya diancam dengan pidana. Menentukan pula
bilamana dan dalam hal apa pelaku pelanggaran tersebut
dipertang-gungjawabkan, serta ketentuan-ketentuan mengenai
hak dan cara penyidikan, penuntutan, penjatuhan pidana dan
pelaksanaan pidana demi tegaknya hukum yang bertitik berat
kepada keadilan. Perumusan ini mencakup juga hukum (pidana)
adat, serta bertujuan mengadakan keseimbangan di antara
pelbagai kepentingan atau keadilan.
• Komentar: sudah sesuai dengan falsafah Pancasila dan UUD NRI
tahun 1945, karena telah dimasukkan pengertian hukum pidana
baik yang tertulis mapun yang tidak tertulis
Menurut Saya
• Hukum pidana adalah bagian dari keseluruhan
hukum positif yang berlaku di suatu negara
baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis
sepanjang sesuai dengan falsafah Pancasila
dan UUD NRI tahun 1945 yang mengatur
tentang apa (perbuatan), siapa
(pertanggungjawaban pidana),dan bagaimana
(sanksi) jika melanggar larangan tersebut
disertai dengan prosedurnya (hukum formilnya)
Tujuan hukum pidana

• Untuk menakut-nakuti setiap orang agar mereka


tidak melakukan perbuatan pidana (fungsi
preventif) teori psycicologi zwang
• Untuk mendidik orang yang telah melakukan
perbuatan yang tergolong perbuatan pidana agar
mereka menjadi orang yang baik dan dapat
diterima kembali dalam masyarakat (fungsi
represif).
• Menegakkan tertib hukum
• Melindungi masyarakat
Sifat hukum pidana
• Kriteria suatu bidang hukum apakah merupakan bidang
hukum publik atau hukum privat
1. Kepentingan hukum yang dilindungi
– Kepentingan yang dilindungi bersifat berseorangan maka hukum privat. Jika
kepentingan umum maka hukum publik
2. Kedudukan para pihak dimata hukum
1. Para pihak memiliki kedudukan sejajar dan bersifat individual maka hukum
privat. Jika tidak dalam kedudukan sejajar seperti pihak korban diwakilkan
kepda jaksa maka hukum publik
3. Pihak yang mempertahankan kepentingan
jika perseoranagn yang mempertahankan kepentingan maka
hukum privat, jika yg mempertahankan negara maka hukum
publik
Fungsi hukum pidana
Dapat dibedakan fungsi dari hukum pidana yaitu :
1. Fungsi yang umum;
2. Fungsi yang khusus.
– Ad.1 Oleh karena hukum pidana itu merupakan sebagian dari keseluruhan lapangan
hukum, maka fungsi hukum pidana sama juga dengan fungsi hukum pada umumnya,
ialah mengatur hidup kemasyarakatan atau menyelenggarakan tata dalam masyarakat.
– Ad.2 Fungsi yang khusus dari hukum pidana ialah melindungi kepentingan hukum
terhadap perbuatan yang hendak memperkosannya, dengan sanksi yang berupa pidana
yang sifatnya lebih tajam jika dibandingkan dengan sanksi yang terdapat pada cabang –
cabang hukum yang lainnya.Dapat dikatakan bahwa hukum pidana itu memberi aturan-
aturan untuk menanggulangi perbuatan jahat.
3. Fungsi melindungi kepentingan hukum dari perbuatan yang menyerang atau
memperkosanya.
4. Memberi dasar legitimasi bagi negara dalam rangka negara menjalankan fungsi
mempertahankan kepentingan hukum yang dilindungi.
5. Fungsi mengatur dan membatasi kekuasaan negara dalam rangka negara menjalankan
fungsi mempertahankan kepentingan hukum yang dilindungi
Adami Chazawi menyebutkan bahwa, sebagai bagian dari hukum publik hukum pidana berfungsi:
1. Melindungi kepentingan hukum dari perbuatan atau perbuatan-perbuatan yang menyerang atau
memperkosa kepentingan hukum tersebut Kepentingan hukum yang wajib dilindungi itu ada tiga
macam, yaitu:
1) Kepentingan hukum perorangan (individuale belangen), misalnya kepentingan hukum
terhadap hak hidup (nyawa), kepentingan hukum atas tubuh, kepentingan hukum akan
hak milik benda, kepentingan hukum terhadap harga diri dan nama baik, kepentingan
hukum terhadap rasa susila, dan lain sebagainya;
2) Kepentingan hukum masyarakat (sociale of maatschappelijke belangen), misalnya
kepentingan hukum terhadap keamanan dan ketertiban umum, ketertiban berlalu-lintas di
jalan raya, dan lain sebagainya;
3) Kepentingan hukum negara (staatsbelangen), misalnya kepentingan hukum terhadap
keamanan dan keselamatan negara, kepentingan hukum terhadap negara-negara sahabat,
kepentingan hukum terhadap martabat kepala negara dan wakilnya, dan sebagainya.
2. Memberi dasar legitimasi bagi negara dalam rangka negara menjalankan fungsi perlindungan atas berbagai
kepentingan hukum.Dalam mempertahankan kepentingan hukum yang dilindungi, dilakukan oleh
negara dengan tindakan-tindakan yang sangat tidak menyenangkan, tindakan yang justru melanggar
kepentingan hukum pribadi yang mendasar bagi pihak yang bersangkutan, misalnya dengan dilakukan
penangkapan, penahanan, pemeriksaan sampai kepada penjatuhan sanksi pidana kepada pelakunya.
Kekuasaan yang sangat besar ini, yaitu kekuasaan yang berupa hak untuk menjalankan pidana dengan
menjatuhkan pidana yang menyerang kepentingan hukum manusia atau warganya ini hanya dimiliki oleh
negara dan diatur di dalam hukum pidana itu sendiri terutama di dalam hukum acara pidana, agar negara
dapat menjalankan fungsi menegakkan dan melindungi kepentingan hukum yang dilindungi oleh
hukum pidana dengan sebaik-baiknya  
3. Mengatur dan membatasi kekuasaan negara dalam rangka negara melaksanakan fungsi perlindungan atas
kepentingan hukum. Kekuasaan negara yang sangat besar dalam rangka menegakkan dan melindungi
kepentingan hukum itu dapat membahayakan dan menjadi bumerang bagi warganya, negara bisa bertindak
sewenang-wenang jika tidak diatur dan dibatasi sedemikian rupa, sehingga pengaturan hak dan kewajiban
negara mutlak diperlukan.
Karena hukum pidana sifat sanksinya begitu berat maka Dalam
penggunaan hukum pidana Barda Nawawi Arif dan Muladi
mengatakan
1. Jangan menggunakan hukum pidana dengan cara emosional untuk melakukan
pembalasan semata
2. Hukum pidana hendaknya jangan digunakan untuk memidana perbuatan yang tidak
jelas korban dan kerugiannya
3. Hukum pidana jangan pula dipakai hanya untuk suatu tujuan yang pada dasarnya dapat
dicapai dengan cara lain yang sama efektifnya dengan penggunaan hukum pidana
tersebut
4. Jangan menggunakan hukum pidana apabila hasil sampingan (by product) yang
ditimbulkan lebih merugikan di banding dengan perbuatan yang akan dikriminalisasi
5. Jangan pula menggunakan hukum pidana apabila tidak di dukung oleh masyarakat
secara kuat, dan kemudian janganlah menggunakan hukum pidana apabila
penggunaannya tidak efektif (unforceable)
6. Penggunaan hukum pidana juga hendaknya harus menjaga keserasian moralis komunal,
moralis kelembagaan dan moralis sipil, serta memperhatikan pula korban kejahatan
7. Dalam hal-hal tertentu, hukum pidana juga harus mempertimbangkan secara khusus
skala prioritas kepentingan pengaturan
8. Penggunaan hukum pidana sebagai sarana represif harus di dayagunakan secara
serentak dengan sarana pencegahan yang bersifat non-penal (prevention without pinushment)
.
PEMBAGIAN HUKUM PIDANA DALAM PERSPEKTIF
PEMBAGIAN
HUKUM PIDANA

Hukum Hukum Hukum Hukum Hukum


Hukum
Hukum Pidana Pidana Pidana
Pidana Pidana Tertulis dan Pidana nasional nasional
pidana
Materil Umum Hukum Yang dan hukum dan hukum
dalam arti
Pidana DiKodifi pidana pidana
objektif dan dan Tidak kasikan lokal dalam
dan Hukum Hukum Tertulis (menurut instrumen
dan Tidak
dalam arti (menurut wilayah hukum
Pidana Pidana Dikodifik
subjektif bentuk/wad berlakunya internasion
Formil Khusus ahnya) asikan ) al
BAGAN Hukum pidana dalam arti objektif
dan dalam arti subjektif

hukum pidana

arti obyektif arti subyektif


• Hukum pidana objektif (ius poenale) adalah hukum pidana yang dilihat dari aspek
larangan-larangan berbuat, yaitu larangan yang disertai dengan ancaman pidana bagi
siapa yang melanggar larangan tersebut. Jadi hukum pidna objektif memili arti yang
sama dengan hukum pidana materiil/ hukum pidana dlm keadaan diam. Sebagaimana
dirumuskan oleh Hazewinkel Suringa, ius poenali adalah sejumlah peraturan hukum
yang mengandung larangan dan perintah dan keharusan yang terhadap
pelanggarannya diancam dengan pidana bagi si pelanggarnya. Sementara hukum
pidana subjektif (ius poeniendi) sebagai aspek subjektifnya hukum pidana, merupakan
aturan yang berisi atau mengenai hak atau kewenangan negara/ hukum pidana formil :
1. Untuk menentukan larangan-larangan dalam upaya mencapai ketertiban umum.
2. Untuk memberlakukan (sifat memaksanya) hukum pidana yang wujudnya denagan
menjatuhkan pidana kepada si pelanggar larangan tersebut, serta
3. Untuk menjalankan sanksi pidana yang telah dijatuhkan oleh negara pada si pelanggar hukum
pidana tadi.
• Jadi dari segi subjektif negara memiliki dan memegang tiga kekuasaan/hak
fundamental yakni :
1. Hak untuk menentukan perbuatan-perbuatan mana yang dilarang dan menentukan bentuk
serta berat ringannya ancaman pidana (sanksi pidana) bagi pelanggarnya.
2. Hak untuk menjalankan hukum pidana dengan menuntut dan menjatuhkan pidana pada si
pelanggar aturan hukum pidana yang telah dibentuk tadi, dan
3. Hak untuk menjalankan sanksi pidana yang telah dijatuhkan pada pembuatnya/ petindaknya.
BAGAN Hukum Pidana Materil dan Hukum Pidana Formil

hukum pidana

hukum pidana materil hukum pidana formil


• van HAMEL memberikan perbedaan antara hukum pidana materil
dengan hukum pidana formil. Hukum pidana materil itu
menunjukkan asas-asas dan peraturan-peraturan yang mengaitkan
pelanggaran hukum itu dengan hukuman. Sedangkan hukum
pidana formil menunjukkan bentuk-bentuk dan jangka-jangka
waktu yang mengikat pemberlakuan hukum pidana materil.
• van HATTUM, hukum pidana materil adalah semua ketentuan dan
peraturan yang menujukkan tentang tindakan-tindakan yang mana
adalah merupakan tindakan-tindakan yang dapat dihukum,
siapakah orangnya yang dapat dipertanggungjawabkan terhadap
tindakan-tindakan tersebut dan hukuman yang bagaimana yang
dapat dijatuhkan terhadap orang tersebut (hukum pidana materil
kadang disebut juga hukum pidana abstrak). Sedangkan hukum
pidana formil memuat peraturan-peraturan yang mengatur tentang
bagaimana caranya hukum pidana yang bersifat abstrak itu harus
diberlakukan secara nyata. Biasanya orang menyebut hukum pidana
formil adalah hukum acara pidana
Hukum pidana

Hukum pidana materil Hukum pidana formil


(berbicara mengenai delik) (berbicara mngenai hukum acara)

Ciri-ciri aturannya= dlm UU selalu didahului frasa “barangsiapa dan ditutup sanksi pidana” Ciri-ciri= UU selalu di dahului frasa kalimat= Batasan-batasan, pemgertian, ruang lingkup kewenangan
Perbandingan obyek pidana materil dan pidana
formil
No Obyek hukum pidana materil Obyek hukum pidana formil

1 Delik apa yang terjadi Siapa yang berwenang


memeriksa tingkat
pemeriksaan; penyelidikan
dan penyidikan

2 Siapa pelaku dan pasal berapa yang di langgar Apa tindakan hukumnya;
-penangkapan ?
-penahanan ?
-jenis penahanan ?

3 Apa delik tersebut terbukti ? Upaya hukum apa


4 Unsur apa yang terbukti ? Jenis putusan
5 Apakah terdakwa dapat di pertanggungjawabkan Eksekusi dan pelaksanaan
secara pidana ? putusan
Pembagian hukum pidana materil

Hukum pidana materl/delik-delik

Dalam arti sempit Dalam Arti Luas

Ketentuan dalam KUHP Delik-delik di luar KUHP


Pembagian hukum pidana formil

Hukum pidana formil/ hukum acara

Dalam arti sempit Dalam arti Luas

KUHAP KeseluruhaN UU terkait hukum acara pidana (UU Kepolisian, UU Kejaksaan, UU Kehakiman, UU Peradilan Umum)
BAGAN Hukum Pidana Umum dan Hukum Pidana
Khusus

hukum pidana

hukum pidana umum hukum pidana khusus


• Hukum pidana umum adalah hukum pidana yang
ditujukan dan berlaku untuk semua warga negara
(subjek hukum) dan tidak membeda-bedakan
kualitas pribadi subjek hukum tertentu. Setiap
warga negara harus tunduk dan patuh terhadap
hukum pidana umum sedangkan Hukum pidana
khusus adalah hukum pidana yang dibentuk oleh
negara yang hanya dikhususkan berlaku bagi subjek
hukum tertentu saja. Misalnya hukum pidana yang
dimuat dalam BAB XXVIII buku II KUHP tentang
kejahatan jabatan yang hanya diperuntukkan dan
berlaku bagi orang-orang warga. penduduk negara
yang berkualitas sebagai pegawai negeri saja atau
hukum pidana yang termuat dalam Kitab UU
Hukum Pidana Tentara (KUHPT) yang hanya berlaku
bagi subjek hukum anggota TNI saja.
BAGAN Hukum Pidana Tertulis dan Hukum Pidana Tidak
Tertulis

hukum pidana

tertulis tidak tertulis


• Hukum pidana tertulis adalah hukum pidana
undang-undang, yang bersumber dari hukum
yang terkodifikasi yaitu Kitab Undang-udang
Hukum Pidana (KUHP) dan Kitab Undang-
undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) dan
bersumber dari hukum yang diluar kodifikasi
yang tersebar dipelbagai peraturan
perundang-undangan.
• hukum pidana tidak tertulis tidak dapat
dijalankan. Namun demikian ada satu dasar
hukum yang dapat memberi kemungkinan
untuk memberlakukan hukum pidana adat
(tidak tertulis) dalam arti yang sangat terbatas
berdasarkan Pasal 5 (3b) UU No. 1/Drt/1951.
BAGAN Hukum Pidana Yang DiKodifikasikan dan Tidak
Dikodifikasikan

hukum pidana

dikodifikasi tidak dikodifikasi


• Hukum pidana yang dikodifikasikan
(codificatie, belanda) adalah hukum pidana
tersebut telah disusun secara sistematis dan
lengkap dalam kitab undang-undang, misalnya
Kitab undang-undang Hukum Pidana (KUHP),
Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP dan Kitab Undang-undang Hukum
Pidana Militer (KUHPM). Sedangkan yang
termasuk dalam hukum pidana tidak
terkodifikasi adalah peraturan-peraturan
pidana yang terdapat di dalam undang-
undang atau peraturan-peraturan yang
bersifat khusus (van HATTUM).
BAGAN Hukum Pidana nasional dan hukum pidana dalam
instrumen hukum internasional

hukum pidana

Hukum pidana dalam instrumen


Hukum pidana Nasional hukum Internasional
SUMBER HUKUM PIDANA

Sumber hukum pidana

Undang- Instrumen
KUHP Undang di Hukum Adat Yurisprudensi hukum
Luar KUHP internasional

Anda mungkin juga menyukai