Anda di halaman 1dari 13

Nama : Muhammad fikran dzikriansyah

Nim : 1602036146

Makul : Hukum Pidana

 Materi 3-4

1. Berikan contoh dari relasi penerapan buku 1 dan buku 2 atau 3!


 Buku 1 : Hukum pidana pada aspek yang pertama dan yang kedua (hukum Materiil)
tidak ada faedahnya dalam kerangka mencapai tujuan hukum pidana, yakni ketertiban
umum apabila tidak dilaksanakan. Untuk dapat melaksanakan hukum pidana, haruslah
melalui dan diatur dengan hukum pidana pula. Hukum pidana yang berfungsi sebagai
dasar-dasar untuk melaksanakan hukum pidana materiil adalah hukum pidana dalam
arti yang ketiga. Atau hukum pidana dalam arti bergerak.
 Buku 2 : Ketentuan mengenai batas-batas berlakunya aturan pidana yang dimuat
dalam Bab I buku I adalah berupa batasan berlakunya ketentuan hukum pidana perihal
larangan-larangan melakukan perbuatan yang disertai ancaman pidana bagi si
pelanggarnya terutama sebagaimana yang dimaksud dalam buku II dan Buku III
KUHP.

2. Jelaskan permasalahan disharmoni penerapan undang-undang di luar KUHP!


 Pencantuman pasal pidana pada hampir semua undang-undang sebenarnya bukan
tanpa risiko. Semakin banyak pasal pidana dimuat, semakin besar potensi disharmoni
dan disparitas pemidanaan. Masalah lain adalah penormaan pidana yang dianggap
sembarangan dan mengabaikan asas-asas hukum pidana. Pidana khusus, demikian
sebutan pasal pidana di luar KUHP.

3. Mengapa hukum harus tertulis?


 Karena Lex scripta artinya hukum pidana tersebut harus tertulis. Lex certa artinya
rumusan delik pidana itu harus jelas. Lex stricta artinya rumusan pidana itu harus
dimaknai tegas tanpa ada analogi.
4. Apakah boleh undang-undang berlaku surut ? jelaskan!
 lex Praevia yang artinya hukum pidana tidak dapat diberlakukan surut. Semua klausal
itu sangat penting untuk diingat karena bukan saja sebuah asas namun sudah
merupakan norma konstitusi Indonesia.

5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan hukum transitoir?


 Dalam hukum pidana substansi Pasal 1 ayat (2) lazim dikenal dengan asas transitoir,
yaitu asas yang menentukan berlakunya suatu aturan hukum pidana dalam hal terjadi
atau ada perubahan undang-undang. Dengan asas tersebut pada dasarnya juga
membicarakan mengenai diperbolehkannya aturan hukum pidana hasil perubahan
untuk diterapkan secara surut, dengan syarat bila hukum pidana hasil perubahan
tersebut kalau diterapkan akan lebih menguntungkan bagi Terdakwa dibandingkan
bila menerapkan hukum pidana sebelum perubahan.

6. Jelaskan perbedaan pendapat tentang yang dimaksud dengan perubahan undang-


undang?
 Perbedaan pendapat dalam pembahasan materi Undang-Undang Dasar disebabkan
karena adanya perbedaan kepentingan yang DPR dan DPD wakili sangat bervariatif.
DPR merupakan perwakilan masyarakat melalui partai, sedangkan DPD merupakan
perwakilan masyarakat melalui daerah atau golongan. Kedua lembaga tersebut berada
dibawah MPR (lembaga yang mengamandemen Undang-Undang Dasar). Mungkin
contoh perbedaan pendapat yang terjadi adalah tentang amandemen UUD 1945. Ada
yang berpendapat jika UUD 1945 perlu diamandemen supaya pemerintahan tidak
bersifat otoriter, tetapi ada yang berpendapat UUD 1945 tidak perlu diamandemen
karena isinya sudah sesuai dengan cita-cita bangsa.

7. Jelaskan masing-masing pengertian asas teritorial, asas personal, asas perlindungan,


asas unversal dan contoh kasusnya?
 Asas teritorial : Asas ini diatur juga dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP) yaitu dalam pasal 2 KUHP yang menyatakan : “Ketentuan pidana dalam
perundang-undangan Indonesia diterapkan bagi setiap orang yang melakukan suatu
tindak pidana di Indonesia”. Perluasan dari Asas Teritorialitas diatur dalam pasal 3
KUHP yang menyatakan : “Ketentuan pidana perundang-undangan Indonesia berlaku
bagi setiap orang yang di luar wilayah Indonesia melakukan tindak pidana didalan
kendaraan air atau pesawat udara Indonesia”.
 Contoh : perbuatan pidana yang terjadi di dalam kapal atau pesawat terbang yang
berada di perairan bebas atau berada di wilayah udara bebas, tidak termasuk wilayah
territorial suatu Negara, sehingga ada yang mengadili apabila terjadi suatu perbuatan
pidana.

 Asas personal : warganegara Indonesia melakukan ke-jahatan meskipun terjadi di


luar Indonesia.
 Contoh : pelaku dapat dikenakan hukum pidana Indonesia, apabila pelaku kejahatan
yang hanya dapat dikenakan hukum pidana Indonesia.

 Asas perlindungan : asas perlindungan adalah bahwa setiap negara yang berdaulat
wajib melindungi kepentingan hukumnya atau kepentingan nasionalnya.
 Contoh : Subjeknya berupa setiap orang tidak terbatas pada warga negara saja, selain
itu tidak tergantung pada tempat, ia merupakan tindakan-tindakan yang dirasakan
sangat merugikan kepentingan nasional indonesia yang karenanya harus dilindungi.

 Asas universal : Asas universal adalah asas yang menyatakan setiap orang yang
melakukan perbuatan pidanan dapat dituntut undang-undang hukum pidana Indonesia
di luar wilayah Negara untuk kepentingan hukum bagi seluruh dunia.
 Contoh : Asa ini melihat hukum pidanan berlaku umum, melampaui batas ruang
wilayah dan orang, yang dilindungi disini ialah kepentingan dunia. Jenis kejahatan
yang dicantumkan pidanan menurut asas ini sangat berbahaya tidak hanya dilihat dari
kepentingan Indonesia tetapi juga kepentingan dunia.

8. Apa yang dimaksud dengan extradisi?


 Ekstradisi adalah penyerahan yang dilakukan secara formal, baik berdasarkan
perjanjian atau prinsip timbal balik, atas seseorang yang dituduh melakukan tindak
pidana kejahatan atau yang telah dijatuhi hukuman atas kejahatan yang telah
dilakukannya oleh negara tempatnya melarikan diri atau bersembunyi, kepada negara
yang menuduh atau menghukum sebagai negara yang jelas memiliki yurisdiksi untuk
mengadili atau menghukum berdasarkan permintaan negara tersebut dengan tujuan
mengadili maupun melaksanakan hukumannya.

9. Jelaskan masing-masing teori perbuatan materiil, teori instrumental, dan teori akibat
dengan contoh kasusnya?
 Teori Perbuatan Materiil : Menurut ajaran ini yang harus dianggap sebagai tempat
terjadinya tindak pidana (Locus Delicti) didasarkan kepada perbuatan secara fisik.
Itulah sebabnya ajaran ini menegaskan bahwa yang dianggap sebagai tempat
terjadinya tindak pidana/locus delicti, adalah tempatdimana perbuatan tersebut
dilakukan.
 Contoh : Diperjalanan menuju kost datang seseorang yang memusuhi saya, lalu tiba-
tiba Ia menikam saya. Kondisi saya sekarat tapi belum mati, dan dilarikan kerumah
sakit Surabaya. 3 hari kemudian saya tewas.
 Teori Instrumental : teori ini dikenal juga dengan nama de leer van het instrument
atau Teori Instrumental. menurut teori ini, yang harus menjadi atau dianggap sebagai
locus delicti adalah tempat dimana alat yang digunakan menimbulkan akibat tindak
pidana. akbiat apa? bisa kematian, penderitaan, kerugian dan akibat-akibat lain.
 Teori Akibat : ajaran ini didasarkan kepada akibat dari suatu tindak pidana. Menurut
ajaran ini bahwa yangdianggap sebagai locus delicti adalah tempat dimana akibat
daripada tindak pidana tersebut timbul.
- Materi 5-6

1. Jelaskan Konsep istilah tindak pidana yang dipakai di Indonesia?


 Istilah tindak pidana sebagai terjamahan dari strafbaarfeit menunjukkan
pengertian gerak-gerik tingkah laku seseorang. perumusan strafbarfeit menurut
Van Hamel dalam buku Satochid Kartanegara adalah kelakuan orang yang
dirumuskan dalam Undang-undang, bersifat melawan hukum yang patut dipidana
dan dilakukan dengan kesalahan.

2. Jelaskan perbedaan pandangan unsur pidana dalam konsep monistis dan dualistis?
Berikan contoh problem implementasinya?
 Aliran Monistis yaitu Pandangan dalam ilmu hukum pidana yang tidak
memisahkan antara perbuatan dengan pertanggungjawaban pidana.
 Aliran dualistis yaitu Pandangan dalam ilmu hukum pidana yang memisahkan
antara perbuatan dengan pertanggungjawaban pidana.

3. Jelaskan perbedaan unsur tindak pidana dan unsur-unsur tindak pidana?


 tindak pidana adalah suatu perbuatan yang dilakukan manusia yang dapat
bertanggung jawab yang mana perbuatan tersebut dilarang atau diperintahkan atau
dibolehkan oleh undang-undang hukum pidana yang diberi sanksi berupa sanksi
pidana.
 Unsur material dari tindak pidana bersifat bertentangan dengan hukum, yaitu
harus benar-benar dirasakan oleh masyarakat sehingga perbuatan yang tidak patut
dilakukan. Jadi meskipun perbuatan itu memenuhi rumusan undang-undang, tetapi
apabila tidak bersifat melawan hukum, maka perbuatan itu bukan merupakan
suatu tindak pidana.

4. Jelaskan definisi tindak pidana?


 Tindak Pidana adalah Suatu pelanggaran norma (gangguan terhadap tata tertib
hukum) yang dengan sengaja ataupun dengan tidak sengaja telah dilakukan oleh
seorang pelaku, dimana penjatuhan hukuman trhadap pelaku tersebut adalah perlu
demi terpeliharanya tertib hukum dan terjaminnya kepentingan hukum.
5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pasal “karet” ?
 sebuah pasal atau undang-undang yang dianggap tak memiliki tolak ukur yang
jelas. Di Indonesia, pasal-pasal berlaku yang dianggap sebagai pasal karet
meliputi pencemaran nama baik, penistaan agama, undang-undang lalu lintas dan
UU ITE, sementara rancangan undang-undang yang dianggap sebagai pasal karet
meliputi pasal santet, penghinaan terhadap presiden, Perppu Ormas, dan RUU
Permusikan.

6. Jelaskan yang dimaksud memenuhi atau mencocoki rumusan dalam delik undang-
undang? Berikan contoh implementasinya?

7. Berikan contoh dari 3 cara perumusan norma dalam peraturan pidana!


 Menentukan unsur-unsur dari suatu tindakan yang dilarang atau diharuskan. Cara
ini paling sering digunakan dalam undang-undang, misalnya Pasal 224 KUHP
yang tidak memenuhi panggilan yang berwenang, Pasal 281 KUHP tentang
pelanggaran kesusilaan;
 Menyebutkan nama atau kualifikasi dari tindakan yang dilakukan, contoh : Pasal
351 KUHP yang hanya menyebut “penganiayaan” saja.
 Menyebutkan unsur-unsur dan kualifikasinya sekaligus, contoh : Pasal 362 KUHP
yang selain menyebut unsur-unsur juga menyebut kualifikasi delik yaitu
“pencurian”.

8. Jelaskan pendapat binding tentang norma dan sanksi?


9. Jelaskan maksud dari kejahatan dan pelanggaran berdasarkan kriteria kuantitatif dan
kualitatif?
 Dalam pandangan perbedaan kualitatif antara kejahatan dan pelanggaran
dikatakan bahwa kejahatan adalah “rechtsdeliten”, yaitu perbuatan-perbuatan yang
meskipun tidak ditentukan dalam undang-undang, sebagai perbuatan pidana, telah
dirasakan sebagai onrecht, sebagai perbuatan yang bertentantangan dengan tata
hukum.
 Pelanggaran sebaliknya adalah “wetsdeliktern”, yaitu perbuatan-perbuatan yang
sifat melawan hukumnya baru dapat diketahui setelah ada wet (undang-undang)
yang menentukan demikian. Pandangan kedua yakni pandangan yang menyatakan
bahwa hanya ada perbedaan kuantitatif (soal berat atau entengnya ancaman
pidana) antara kejahatan dan pelanggaran. Kejahatan cenderung lebih berat
ancaman pidananya daripada pelanggaran.

10. Jelaskan pembagian macam-macam delik, selain kejahatan dan pelanggaran beserta
contohnya!
1. Delik dolus ialah perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana yang
dilakukan dengan sengaja.
Contoh : terdapat pada pasal 338 KUHP yang berbunyi “Barang siapa dengan
sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan pidana
penjara paling lama lima belas tahun”.
2. Delik culpa ialah perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana yang
dilakukan dengan kealpaan (kelalaian).
Contoh : pasal 359 KUHP yang berbunyi “Barang siapa karena kealpaannya
menyebabkan matinya orang lain, diancam dengan pidana penjara paling lama
lima tahun atau kurungan paling lama satu tahun”.
3. Delik Formil ialah rumusan undang-undang yang menitikberatkan kelakuan yang
dilarang dan diancam oleh undang-undang, seperti pasal 362 KUHP tentang
pencurian.
4. Delik Materiil ialah rumusan undang-undang yang menitikberatkan akibat yang
dilarang dan diancam dengan pidana oleh undang-undang, seperti pasal 35 KUHP
tentang penganiayaan.

11. Jelaskan tiga alasan mengapa subjek tindak pidana adalah manusia ?
 Rumusan delik yang selalu menentukan subjeknya dengan menggunakan istilah
barang siapa, warga negara Indonesia, pegawai negeri, dan lain sebagainya. Hal
ini dapat ditemukan pada pasal 2-9 KUHP.
 Ketentuan tentang pertanggungjawaban pidana, terutama pada pasal 44, 45, dan
49 KUHP, yang mengisyaratkan "kejiwaan" dari tindak pelaku.
 Ketentuan tentang pidana dalam pasal 10 KUHP mengenai denda, hanya manusia
yang memahami tentang uang.
12. Apakah subjek tindak pidana dalam KUHP hanya manusia ? jelaskan!
 Tidak, karena Manusia bukanlah merupakan satu-satunya subjek hukum. Di
samping manusia, hukum masih membuat konstruksi fiktif yang diterima,
diperlakukan, serta dilindungi layaknya seperti manusia. Hal itu dinamakan badan
hukum. Suatu tindakan dapat dipidana apabila tindakan tersebut dikehendaki oleh
manusia.

13. Bagaimana dengan undang-undang yang memuat subjek tindak pidana berupa badan
hukum (undang-undang Ekonomi), apakah di perbolehkan, berikan contohnya?
 Iya diperbolehkan, dalam konsep KUHP baru, dikatakan bahwa tindak pidana
dapat dilakukan korporasi apabila dilakukan oleh orang-orang dalam korporasi
tersebut yang memiliki kedudukan dalam struktur korporasinya dengan bertindak
atas nama dan demi kepentingan korporasinya. Dalam hal ini, segala sesuatu yang
dilakukan manusia dengan mengatasnamakan korporasinya, maka tanggung jawab
ada pada korporasi dan/atau pengurusnya.
- Materi 7-8

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan perbuatan menurut para ahli!


 D. Simons
Perbuatan pidana adalah perbuatan salah (met schuld in verband staand) dan
melawan hukum (onrechtmatig) yang diancam pidana (stratbaar gesteld) yang
mana oleh seseorang yang mampu bertanggung jawab (toerekeningsvatbaar
persoon).
 Van Hamel
Strafbaar feit adalah suatu kelakuan orang (minselijkegedrging) yang dirumuskan
dalam Undang-Undang yang bersifat melawan hukum, yang patut dipidana dan
dilakukan dengan kesalahan.
 W.P.J Pompe
Strafbaarfeit adalah suatu pelanggaran norma (ganguan terhadap ketertiban
hukum/ law ordeer) yang dengan sengaja ataupun tidak sengaja telah
dilakukan oleh seorang pelaku, dimana penjatuhan hukuman terhadap pelaku
tersebut adalah perlu demi terpeliharanya tertib hukum dan terjaminnya
kepentingan hukum.

2. Jelaskan gerakan badan yang tidak dianggap sebagai perbuatan/tindakan!


 Gerakan tubuh yang disebabkan penyakit adalah tidak termasuk dalam lingkup
perbuatan karena gerakan tubuh tidak disebabkan oleh kehendak ataupun
kesadaran.
3. Sejauh manakah teori sebab akibat penting untuk dipelajari? Apa tujuannya?
 Bahwa semua syarat untuk timbulnya suatu akibat adalah sama sebagai sebab
yang tidak dapat dihilangkan dan harus diberi nilai yang sama. Disebut juga teori
ekuivalen karena semua syarat harus diberi nilai yang sama atau teori syarat
karena tidak ada perbedaan antara syarat dengan sebab.
 Tujuan ajaran sebab akibat (causaliteits leer) adalah:
 Untuk menentukan hubungan antara sebab akibat, yang berarti
menentukan ada atau tidaknya tindak pidana.
 Untuk menentukan pertanggungjawaban pidana seseorang atas suatu
akibat tertentu yang berupa suatu tindak pidana.
4. Jelaskan macam-macam teori sebab akibat beserta contoh ?
 Teori Conditio Sine Qua Non
 Teori dari Von Buri (ahli hukum Jerman), teori ini tidak membedakan
mana faktor syarat yang mana faktor penyebab, segala sesuatu yang masih
berkaitan dalam suatu peristiwa sehingga melahirkan suatu akibat adalah
termasuk menjadi penyebabnya.
 Teori yang Mengindivualisir
 Teori yang dalam usahanya mencari faktor penyebab dari tiombulnya
suatu akibat dengan hanya melihat pada faktor yang ada atau terdapa
setelah perbuatan dilakukan, dengan kata lain setelah peristiwa itu beserta
akibatnya benar benar terjadi secara konkret.
 Teori yang Menggenaralisir
 Teori yang dalam mencari sebab dari rangkaian faktor yang berpengaruh
atau berhubungan dengan timbulnya akibat adalah dengan melihat dan
menilai pada faktor mana yang secara wajar dan menurut akal serta
pengalaman pada umumnya menimbulkan suatu akibat.

5. Berikan contoh persoalan sebab akibat dalam yurisprudensi!


 Yurisprudensi Putusan Pengadilan Negeri Pontianak, 7 Mei 1951 (dikutip dari
Sudarto, 1990: 73) terdakwa sebagai kerani (pegawai administrasi)
bertanggungjawab atas tenggelamnya kapal yang disebabkan terlalu berat muatan,
yang mengakibatkan 7 orang meninggal dunia, oleh karena terdakwa sebagai
orang yang pemasok barang angkutan kapal tidak memperdulikan peringatan
berbagai pihak tentang adanya overload pada kapal itu akan berangkat. Didalam
pertimbangan hakim disebut perbuatan terdakwa mempunyai hubungan erat
dengan kecelakaan tenggelamnya kapal itu.

6. Jelaskan konsep teori sebab akibat delik omisionis!


 Delicta omissionis ialah delik-delik, perbuatan pidana atau tindak pidana yang
oleh pembuat undang-undang dirumuskan demikian dengan kata lain dinyatakan
hanya dapat diwujudkan dengan perbuatan pasif, tidak berbuat atau mengabaikan
kewajiban hukum, dimana ia seharusnya berbuat aktif.
7. Apakah sifat melawan hukum dapat dikecualikan untuk perbuatan-perbuatan tertentu?
Berikan contohnya!
 Iya
 Regu penembak, yang menembak mati seorang terhukum yang telah dijatuhi
hukuman pidana mati, memenuhi unsur-unsur delik tersebut pasal 338 KUHP.
Perbuatan mereka tidak melawan hukum.

8. Jelaskan konsep sifat melawan hukum formil dan sifat melawan hukum materiil,
berikan contoh?
 Sifat melawan hukum formil atau Formeel wederrechtelijkheid mengandung arti
semua bagian (unsur-unsur) dari rumusan delik telah di penuhi. Demikian
pendapat Jonkers yang menyatakan “Melawan hukum formil jelas adalah karena
bertentangan dengan undang-undang tetapi tidak selaras dengan melawan hukum
formil, juga melawan hukum materil, diantara pengertian sesungguhnya dari
melawan hukum, tidak hanya didasarkan pada hukum positif tertulis, tetapi juga
berdasar pada asas-asas umum hukum, pula berakar pada norma-norma yang
tidak tertulis.
 Sifat melawan hukum materil atau materiel wederrechtelijkheid terdapat dua
pandangan. Pertama. Sifat melawan hukum materiil dilihat dari sudut
perbuatanya. Hal ini mengandung arti perbuatan yang melanggar atau
membahayakan kepentingan hukum yang hendak dilindungi oleh pembuat
undang-undang dalam rumusan delik tertentu, Kedua, sifat melawan hukum
materil dilihat dari sudut sumber hukumnya. Hal ini mengandung makna
bertentangan dengan hukum tidak tertulis atau hukum yang hidup dalam
masyarakat, asas-asas kepatutan atau nilai-nilai keadilan dan kehidupan sosial
dalam masyarakat.

9. Bagaimanakah pendapat para tokoh tentang hal tersebut diatas? Bagaimana


pendapatmu?
10. Jelaskan perkembangan asas legalitas yang dipengaruhi teori sifat melawan hukum
dalam RKUHP!
 Tiada seorang pun dapat dipidana atau dikenakan tindakan, kecuali perbuatan
yang dilakukan telah ditetapkan sebagai tindak pidana dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku pada saat perbuatan itu dilakukan.
- Materi 11-12

1. Jelaskan 3 tipe keadaan darurat beserta contohnya !


 Paksaan Mutlak
 Dalam hal siterpaksa (pelaku tindak pidana) tidak dapat bertindak lain,
selain apa yang dipaksakan kepadanya. Bagi terpaksa tiada persoalan
pilihan. Daya-daya yang dapat memaksakan seseorang untuk bertindak
secara terpaksa dapat berupa paksaan badaniah, atau karena paksaan
rohaniah.
 Paksaan Relatif
 Paksaan relatif secara teoritis ada persoalan pilihan, walaupun pilihan itu
lebih condong kepada dipilihkan oleh pemaksa.
 Keadaan Darurat
 Kejadian-kejadian yang berhubungan dengan keadaan darurat, sering
dijumpai mendalihkan Pasal 48 KUHP sebagai usaha untuk tidak
dipidanya seseorang petindak (siterpaksa). Dibandingkan dengan bentuk
paksaan relatif, perbedaannya ialah pada keadaan darurat, sebelum si
terpaksa melakukan tindakan, memilih sendiri di antara dua atau lebih
tindakan yang dilakukannya.

2. Jelaskan 2 hal pokok dalam pembelaan darurat beserta contohnya!


 Tidak dipidana, barang siapa melakukan perbuatan pembelaan terpaksa untuk diri
sendiri maupun untuk orang lain, kehormatan kesusilaan atau harta Benda sendiri
maupun orang lain, karena ada serangan atau ancaman serangan yang sangat dekat
pada saat itu yang melawan hukum.
 Pembelaan terpaksa yang melampaui batas, yang langsung disebabkan oleh
keguncangan jiwa yang hebat karena serangan atau ancaman serangan itu, tidak
dipidana.

3. Berikan beberapa contoh alasan penghapus pidana diluar undang-undang!


 Alasan pembenar, yaitu alasan yang menghapuskan sifat melawan hukumnya
perbuatan, sehingga apa yang dilakukan oleh terdakwa lalu menjadi perbuatan
yang patut dan benar.
 Alasan pemaaf, yaitu alasan yang menghapuskan kesalahan terdakwa. Perbuatan
yang dilakukan oleh terdakwa tetap bersifat melawan hukum, jadi tetap
merupakan perbuatan pidana, tetapi dia tidak dipidana, karena tidak ada
kesalahan.
 Alasan penghapus penuntutan, disini permasalahannya bukan ada alasan
pembenar maupun alasan pemaaf, jadi tidak ada pikiran mengenai sifatnya
perbuatan maupun sifatnya orang yang melakukan perbuatan, tetapi pemerintah
menganggap bahwa atas dasar utilitas atau kemanfaatannya kepada masyarakat,
sebaiknya tidak diadakan penuntutan.

4. Jelaskan yang dimaksud dengan alasan penghapus pidana putatif, berikan contohnya!
 terjadi bila seseorang mengira telah melakukan suatu perbuatan yang termasuk
daya paksa atau pembelaan terpaksa atau menjalankan undang-undang dll.
5. Jelaskan alasan penghapus tuntutan!
 alasan penghapus penuntutan dalam pasal 2-8 mengenai batas berlakunya
peraturan perundang-undangan hukum pidana, pasal 61-62 mengenai penuntutan
penerbitan/percetakan, pasal 72 mengenai delik aduan, pasal 76 mengenai asas
nebis in idem, pasal 77-78 mengenai hapusnya penuntutan karena terdakwa
meninggal dan karena kadaluarsa.

Anda mungkin juga menyukai