Jika ketiga bagian di atas diklasifikasikan secara sistematis, maka akan terbagi
kedalam dua bagian utama. Pertama, mengenai perbuatan pidana (criminal act) dan
mengenai pertanggungjawaban pidana (criminal liability atau criminal responsibility),
disebut juga dengan hukum pidana materiel. Kedua, mengenai bagaimana cara atau
prosedurnya untuk menuntut ke muka pengadilan orangorang yang disangka
melakukan perbuatan pidana dan atasnya dapat dipidana atau tidak dapat dipidana,
dinamakan hukum pidana formal.
Adapun Moeljatno, mengatakan bahwa teori tentang Locus Delicti ada dua
aliran, yaitu:
1. Aliran yang menentukan di satu tempat, yaitu tempat di mana terdakwa
berbuat.
2. Aliran yang menentukan di beberapa tempat, yaitu mungkin tempat
kelakuan, dan mungkin pula tempat akibat.
C. Asas-asas Hukum Pidana
Ada beberapa asas dalam lapangan hukum pidana yang menjadi dasar
pemahaman mengenai hukum pidana, adapun asas-asas hukum pidana tersebut antara
lain:
a) Asas Legalitas
Asas legalitas dalam hukum pidana merupakan asas yang fundamental, yang
artinya asas tentang sumber hukum, khususnya dibidang hukum pidana, yang
menyatakan sumber hukum pidana adalah Undang-undang. Rumusan formulasi asas
legalitas bila dilihat dari asas system hukum nasional maka jelas tidak sesuai maupun
harmonis.
Asas legalitas dalam Hukum Pidana Indonesia diatur dalam Pasal 1 ayat (1)
KUHP, yang menentukan “suatu perbuatan tidak dapat dipidana, kecuali berdasarkan
kekuatan perundang-undangan pidana yang telah ada”. Syarat pertama untuk
menindak terhadap suatu perbuatan yang tercela, yaitu adanya ketentuan dalam
undang-undang pidana yang merumuskan perbuatan yang tercela itu dan memberikan
suatu sanksi terhadapnya.
Dan juga ada beberapa Undang-undang yang mengatur tindak pidana khusus
yang dibuat setelah kemerdekaan antara lain :