Kerjakan soal-soal berikut dengan benar dan jelas disertai argumentasi hukum yang
relevan dan sumber referensi yang ada! Dikumpulkan pada hari Senin, 6 Juni 2022 pada
pukul 23.59 WIB dan turn in di Assignment.
1. Apakah yang dimaksud dengan ilmu hukum, hukum pidana dan pidana itu?
- Menurut Satjipto Rahardjo Ilmu hukum adalah ilmu pengetahuan yang berusaha
menelaah hukum. Ilmu hukum mencakup dan membicarakan segala hal yang
berhubungan dengan hukum. Ilmu hukum objeknya hukum itu sendiri. Demikian
luasnya masalah yang dicakup oleh ilmu ini, sehingga sempat memancing
pendapat orang untuk mengatakan bahwa “batas-batasnya tidak bisa ditentukan”
(Curzon, 1979:v). Selanjutnya menurut J.B. Daliyo Ilmu hukum adalah ilmu
pengetahuan yang objeknya hukum.
Dengan demikian maka ilmu hukum akan mempelajari semua seluk beluk
mengenai hukum, misalnya mengenai asal mula, wujud, asas-asas, sistem, macam
pembagian, sumber-sumber, perkembangan, fungsi dan kedudukan hukum di
dalam masyarakat. Ilmu hukum sebagai ilmu yang mempunyai objek hukum
menelaah hukum sebagai suatu gejala atau fenomena kehidupan manusia
dimanapun didunia ini dari masa kapanpun. Seorang yang berkeinginan
mengetahui hukum secara mendalam sangat perlu mempelajari hukum itu dari
lahir, tumbuh dan berkembangnya dari masa ke masa sehingga sejarah hukum
besar perannya dalam hal tersebut.
Menurut Kamus Perpustakaan Hukum, Ilmu hukum dalam perpustakaan
hukum dikenal dengan nama ‘Jurisprudence’ yang berasal dari kata ‘Jus’, ‘Juris’
yang artinya hukum atau hak, dan kata ‘Prudence’ berarti melihat ke depan atau
mempunyai keahlian, dan arti umum dari Jurisprudence adalah ilmu pengetahuan
yang mempelajari ilmu hukum.
- Pada prinsipnya ada dua pengertian yang berbeda tentang Hukum Pidana, yang
disebut dengan ius poenale dan ius puniendi. Ius poenale merupakan pengertian
Hukum Pidana yang obyektif. Hukum Pidana dalam pengertian ini menurut
Mezger adalah , “Aturan-aturan hukum yang mengikatkan pada suatu perbuatan
tertentu yang memenuhi syarat-syarat tertentu suatu akibat yang berupa pidana”.
Dari definisi ini terlihat bahwa hukum pidana berpokok pada 2 hal yaitu :”
perbuatan yang memenuhi syarat tertentu”, dan “pidana”. Perbuatan yang
memenuhi syarat tertentu mengandung dua hal : “perbuatan jahat (perbuatan yang
dilarang)” dan “orang yang melakukan perbuatan tersebut”.
- Pidana menurut Muladi adalah :
a. Pidana itu pada hakekatnya adalah penjatuhan penderitaan atau nestapa
atau akibat-akibat lain yang tidak menyenangkan;
b. Pidana itu diberikan dengan sengaja oleh orang atau badan yang memiliki
kekuasaan;
c. Pidana itu dikenakan pada orang yang telah melakukan tindak pidana
menurut undang-undang
Dari pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa sanksi pidana adalah sanksi
yang tajam, karena bisa mengenai harta benda, kehormatan, badan, bahkan
nyawa seseorang. Sanksi pidana dikatakan sebagai sanksi yang
mengandung “tragik”, sehingga hukum pidana dikatakan mengiris
dagingnya sendiri, atau sebagai “pedang bermata dua”, Maknanya hukum
pidana selain melindungi benda hukum juga mengadakan perlukaan
terhadap pelanggar.
Sanksi pidana dipergunakan untuk mempertahankan norma-norma
yang diakui dalam hukum. Sanksi pidana yang menderitakan telah me
nempatkan hukum pidana sebagai ultimum remidium (obat terakhir),
maksudnya hukum pidana baru dipergunakan bila upaya-upaya hukum
yang lain dianggap tidak mampu. Hal ini telah menyebabkan hukum
pidana disebut sebagai hukum yang bersifat subsideir. Namun demikian
akhirakhir ini berkembang pendapat untuk tindak pidana-tindak pidana
dibidang perekonomian yang sangat merugikan negara, dan tindak pidana
lingkungan yang sangat merugikan generasi mendatang sebaiknya sanksi
pidana tersebut diletakkan sebagai primum remidium (paling depan)
dalam menanggulangi kejahatan-kejahatan tersebut.
2. Apakah yang dimaksud dengan Bagian Umum dan Bagian Khusus dalam hukum
pidana?
- Hukum Pidana Umum adalah Hukum Pidana yang berlaku untuk setiap orang.
Sumbernya ada dalam KUHP. KUHP terdiri dari tiga buku : Buku I tentang
Ketentuan Umum, dari Pasal 1 – Pasal 103; Buku II tentang Kejahatan, dari Pasal
104 - Pasal 448; dan Buku III tentang Pelanggaran, Pasal 449 – Pasal 569.
- Hukum Pidana Khusus (bijzonder strafrecht) adalah aturan-aturan hukum pidana
yang menyimpang dari hukum pidana umum. Penyimpangan ini terkait dengan
ketentuan tersebut hanya untuk subyek hukum tertentu atau mengatur tentang
perbuatan-perbuatan tertentu (Hukum Pidana Tentara, Hukum Pidana Fiskal,
Hukum Pidana Ekonomi dan Hukum Pidana Politik).12 Selain itu Sudarto juga
menyebut istilah Undang-undang Pidana Khusus yang diklasifikasikan dalam tiga
dikelompok, yaitu :
a. Undang-undang yang tidak dikodifikasikan (ongecodificeerd strafrecht),
misalnya : Undang-undang Lalulintas Jalan Raya, Undang-undang
Narkotika, UndangUndang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,
Undangundang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian
uang, dan lain-lain.
b. Peraturan-peraturan hukum administratif yang mengandung sanksi pidana,
misalnya : UU Lingkungan hidup, UU Perburuhan, UU Konservasi
Sumber Daya Hayati, dan lain-lain.
c. Undang-undang yang mengandung hukum pidana khusus yang mengatur
tentang tindak pidana-tindak pidana untuk golongan tertentu atau
perbuatan-perbuatan tertentu. Misalnya : KUHP Militer, UU Tindak
pidana Ekonomi, UU Pajak, dan sebagainya.
3. Apakah ketentuan Buku I KUHP berlaku untuk ketentuan hukum pidana di luar KUHP?
Jelaskan dan sebutkan dasar hukumnya serta berikan contohnya!
Selain himpunan peraturan, KUHP juga berisikan asas-asas hukum pidana yang mengatur
batasan-batasan dari penerapan pasal-pasal dari tindak pidana tersebut. Asas yang
dimaksud bukan merupakan hukum acara pidana yang mengatur tata cara penegak
hukum menjalankan peradilan pidana yang diatur dalam peraturan sendiri. Asas-asas
hukum pidana ini terdapat dalam buku I KUHP yang mengikat penerapan pasal-pasal
tindak pidana yang tercantum dalam Buku II dan Buku III KUHP dan yang diatur diluar
KUHP sepanjang tidak ditentukan lain (Pasal 103 KUHP).
Semenjak Indonesia merdeka, hukum pidana positif ternyata tidak hanya yang
tersedia dalam KUHP atau hukum pidana yang terkodifikasi. Setidaknya ada 3 jenis
hukum pidana tertulis diluar KUHP, yakni : (1) undang-undang yang
merubah/menambah KUHP, (2) undang-undang pidana khusus; dan (3) aturan hukum
pidana dalam undang-undang yang bukan mengatur hukum pidana. Undang-undang
pidana khusus yang murni mengatur tindak pidana diluar KUHP (generic crime)
misalnya seperti tindak pidana ekonomi, tindak pidana subversif, tindak pidana terorisme,
tindak pidana Hak Asasi Manusia, tindak pidana narkotika, tindak pidana korupsi, tindak
pidana pencucian uang, dan lain sebagainya. Sementara, aturan hukum pidana dalam
undang-undang bukan hukum pidana sering juga disebut sebagai tindak pidana
administrasi (administratif penal law), seperti tindak pidana dibidang perbankan, tindak
pidana pajak, tindak pidana dibidang konstruksi dan sebagainya.
4. Mengapa ketentuan Hukum Pidana Khusus (Hukum Pidana di luar KUHP) dapat
menyimpangi ketentuan Buku I KUHP? Jelaskan dan berikan contohnya!
Penyimpangan ketentuan hukum pidana yang terdapat dalam undang-undang pidana
merupakan indikator apakah undang-undang pidana itu hukum tindak pidana khusus
ataukah bukan. Sehingga, dapat dikatakan, Hukum Tindak Pidana Khusus adalah
undang-undang pidana atau huk:tnn pidana yang diatur dalam undang-undang pidana
tersendiri. Ruang Lingkup Tindak Pidana Khusus Sebagai suatu perundang-undangan
yang bersifat khusus, dasar hukun1 maupun keberlakuannya, dapat menyimpang dari
Ketentuan Umum Buku I KUHP. Bahkan terhadap ketentuan huk:tnn acara (huk:tnn
formal), peraturan perundang-undangan tindak pidana khusus dapat pula menyimpang
dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana Ke-khususan
peraturan perundang-undangan tindak pidana khusus, dari aspek norma, jelas mengatur
hal-hal yang belum diatur di dalam KUHP. Peraturan perundang-undangan tindak pidana
khusus merupakan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang hal-hal yang
bersifat khusus di luar KUHP.
Daftar Pustaka
Arief, Barda Nawawi. Kapita Selekta Hukum Pidana. Bandung : Citra Aditya Bakti, 2003
Bemmelen, Mr. J.M. van, 1987 : Hukum Pidana 1, Hukum Pidana
Kansil, C.S.T dan Kansil, Christine S.T, 2007, Pokok-Pokok Hukum Pidana, Pradnya Paramita,
Jakarta.
Mertha, I Ketut, dkk. 2016. Buku Ajar Hukum Pidana. Universitas Udayana: Denpasar.
Moeljatno, 1983, Delik-Delik Percobaan dan Delik-Delik Penyertaan, Bina Aksara, Jakarta.
Mulyatno. Asas-asas Hukum Pidana. Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 1980.
Rahardjo, Satjipto. “Beberapa Segi dari Studi tantang Hukum dan Masyarakat”. Majalah Hukum
No. 1 tahun 1974
Sianturi, S.R., Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya. Jakarta : Alumni AHM
PTHM, 1989.