Anda di halaman 1dari 19

PERBEDAAN HUKUM PUBLIK DAN HUKUM PRIVAT

Muhammad Fadhil Nasli

E-mail: fadhil.nasli2000@gmail.com

No BP: 2010003600068

UNIVERSITAS EKA SAKTI

A. PENDAHULUAN

1. Latarbelakang

Pada era globalisasi ini, perubahan-perubahan dalam berbagai bidang terlihat

jelas khususnya pada bidang hukum. Bila di cermati suramnya hukum, praktik –

praktik penyelewengan dalam proses penegakan hukum, Seperti mafia peradilan.

Semakin lama semakin tinggi pula tingkatan dalam penyelewengan hukum yang

dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Proses peradilan yang diskriminatif, jual beli

putusan hakim atau kolusi polisi. Hakim, advokat, dan, jaksa dalam

perekayasaan proses peradilan merupakan realitas sehari-hari yang dapat ditemukan

dalam penegakan hukum di negeri ini. Begitu banyaknya kasus-kasus yang terjadi di

Indonesia ini, seiring dengan bertambahnya waktu dan perputaran era globalisasi.

Dilihat dari, carut-marutnya penegakan hukum di Indonesia juga merupakan dampak

dari kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya penegakan hukum dan kurang

tersosialisakannya hukum itu sendiri masih kurangnya pengetahuan itu sendiri,

sehingga perlu dilakukan sosialisasi tentang apa itu hukum dan pembagian hukum itu

sendiri, dilihat dari perilaku masyarakat Indonesia yang tidak terlalu peduli dan masih

kurangnya edukasi mengenai penerapan hukum yang terjadi di Indonesia, disini saya

sebagai penulis akan membahas tentang perbedaan hukum public dan hukum privat

karena dilihat dari sikap dan perilaku masyarakat yang masih kurang mengetahui apa
itu perbedaanya, dan klasifikasinya, maka dengan ini kami mencoba mengangkatnya

dalam sebuah makalah, yang menitik beratkan permasalahanya pada klasifikasi

hukum, khususnya hukum publik dan hukum privat.

2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan hukum publik dan hukum privat?

2. Apa macam – macam dari hukum publik dan hukum privat?

3. Apa persamaan dan perbedaan hukum publik dan hukum privat?

3. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa itu hukum publik dan hukum privat

2. Untuk mengetahui macam-macam hukum publik dan hukum privat

3. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan hukum pubik dan hukum privat
B. PEMBAHASAN

A. HukumPublik

Hukum publik adalah hukum yang mengatur perbuatan-perbuatan yang

bertentangan dengan hukum positif  jadi yang bersifat tanpa hak yang menimbulkan

akibat  yang oleh hukum dilarang dengan ancaman hukuman.

Hukum publik terbagi dalam dua bagian, yaitu:

1. Hukum Pidana

Hukum pidana adalah keseluruhan dari peraturan-peraturan yang menentukan

perbuatan apa yang dilarang dan termasuk kedalam tindak pidana, serta menentukan

hukuman apa yang dapat dijatuhkan terhadap yang melakukannya pelanggaran dan

kejahatan yang merugikan kepentingan umum atau hukum yang mengatur

kepentingan hubungan perseorangan dengan negara. Dengan kata lain hukum pidana

ialah hukum yang mengatur hubungan antara warganegara dengan negara.

Asas berlakunya hukum pidana adalah asas legalitas Pasal 1Ayat (1) KUHP

aturan yang paling ringan sanksinya bagi terdakwa Pasal 1 Ayat (2) KUHP dan Asas

Tiada Pidana Tanpa Kesalahan. Hukum pidana dibagi dalam beberapa bagian yaitu:

a) Hukum Pidana Dalam Arti Objektif Dan Dalam Arti Subyektif

1) Hukum Pidana Dalam Arti Objektif (ius poenale)

Adalah hukum yang mengatur perbuatan-perbuatan yang bertentangan

dengan hukum positif  jadi yang bersifat tanpa hak yang menimbulkan akibat 

yang oleh hukum dilarang dengan ancaman hukuman . Semua peraturan

tentang perintah atau larangan terhadap pelanggaran yang mana diancam

dengan hukuman yang bersifat siksaan.


2) Hukum Pidana Dalam Arti Subyektif (ius puniendi)

Adalah hak negara atau alat-alat untuk menghukum berdasarkan

hukum pidana objektif

b) Hukum Pidana Material Dan Hukum Formil

1) Hukum Pidana Material

Adalah semua ketentuan dan peraturan yang menunjukkan tentang

tindakan-tindakan yang mana adalah merupakan tindakan-tindakan yang dapat

dihukum,siapakah orangnya yang dapat dipertanggungjawabkan terhadap

tindakan-tindakan tersebut dan hukuman bagaimana yang dapat dijatuhkan

terhadap orang tersebut

2) Hukum Pidana Formil

Hukum pidana formil atau hukum acara pidana adalah peraturan-

peraturan hukum pidana yang mengatur bagaimana cara pelaksanaan dan

penerapan dari semua ketentuan-ketentuan hukum pidana material tersebut

pada didalam praktik.

c) Hukum pidana yang dikodifikasikan (gecodificeerd) dan hukum pidana yang

tidak dikodifikasi (nietgecodificeerd)

1) Hukum Pidana Yang Dikodifikasikan

Hukum pidana yang dikodifikasikan misalnya adalah Kitab Undang-

Undang Hukum Militer, Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

(KUHAP), Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

Adapun sistematika Kitab Undang-Undang Hukum Pidana antara lain:

1)   Buku I Tentang Ketentuan Umum (Pasal 1-103)

2)   Buku II Tentang Kejahatan (Pasal 104-488)

3)   Buku III Tentang Pelanggaran (Pasal 489-569)


2) Hukum  Pidana Yang Tidak Dikodifikasi

Hukum pidana yang tidak dikodifikasi adalah berbagai ketentuan

pidana yang tersebar  diluar KUHP ,seperti UU. No. 5 Tahun 1960 Tentang

Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, UU No. 9 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen, UU No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta dan

sebagainya.

 Tujuan Hukum Pidana:

a) prefentif (pencegahan)

Untuk menakut – nakuti setiap orang jangan sampai melakukan

perbuatan yang tidak baik atau melakukan perbuatan melanggar hukum.

b) respresif (mendidik)

Mendidik seseorang yang pernah melakuakan perbuatan tidak baik

menjadi baik dan dapat diterima kembali dalam kehidupan bermasyarakat .

 Tindak Pidana (delik)

Dalam hukum pidana dikenal macam-macam pembagian delik ke dalam

delik yang dilakukan dengan sengaja, misalnya, sengaja merampas jiwa orang lain

(Pasal 338 KUHP) dan delik yang disebabkan karena kurang hati-hati, misalnya,

karena kesalahannya telah menimbulkan matinya orang lain dalam lalu lintas di

jalan.(Pasal 359 KUHP). Menjalankan hal-hal yang dilarang oleh Undang-undang,

misalnya, melakukan pencurian atau penipuan (Pasal 362 dan378 KUHP) dan

tidak menjalankan hal-hal yang seharusnya dilakukan menurut Undang-undang,

misalnya tidak melapor adanya komplotan yang merencanakan makar.

Kejahatan (Buku II KUHP), merupakan perbuatan yang sangat tercela,

terlepas dari ada atau tidaknya larangan dalam Undang-undang. Karena itu disebut

juga sebagai delik hukum. Pelanggaran (Buku III KUHP),  merupakan perbuatan
yang dianggap salah satu justru karena adanya larangan dalam Undang-undang.

Karena itu juga disebut delik Undang-undang.

 Macam-Macam Pidana

Mengenai hukuman apa yang dapat dijatuhkan terhadap seseorang yang telah

bersalah melanggar ketentuan-ketentuan dalam undang-undang hukum pidana,

dalam Pasal 10 KUHP ditentukan macam-macam hukuman yang dapat

dijatuhkan, yaitu sebagai berikut :

a) Hukuman Pokok

Hukuman mati, hukuman penjara, hukuman kurungan, hukuman

denda, hukuman tutupan.

b) Hukuman Tambahan

Pencabutan hak-hak tertentu, Penyitaan barang-barang tertentu,

Pengumuman keputusan hakim.

2. Hukum Tantra

Hukum Tantra adalah hukum yang mengatur tentang segala kegiatan dalam

bidang kenegaraan atau bidang penyelenggaraan negara, yang pada garis besarnya

terbagi atas:

A. Hukum Tata Negara

Hukum tata Negara dalam arti sempit, ialah Hukum pengatur ke tatanegaraan.

Jadi kesimpulan hukum tata Negara menurut para pakar adalah: Peraturan-peraturan

yang mengatur organisasai negara dari tingkat atas sampai bawah, sturktur,tugas dan

wewenang alat perlengkapan Negara,hubungan antara perlengkapan tersebut secara

hierarki maupun horizontal, wilayah Negara, kedudukan warganegara serta hak-hak

asasnya.

Menurut L.J. Apeldorn  Pengertian Negara mempunyai beberapa arti :


 Negara dalam arti penguasa, yaitu adanya orang-orang yang memegang kekuasaan

dalam persekutuan rakyat yang mendiami suatu daerah.

 Negara dalam arti persekutuan rakyat yaitu adanya suatu bangsa yang hidup

dalam satu daerah, dibawah kekuasaan menurut kaidah-kaidah hukum,

 Negara dalam arti wilayah tertentu yaitu adanya suatu daerah tempat berdiamnya

suatu bangsa dibawa kekuasaan.

 Negara dalam arti Kas atau Fikus yaitu adanya harta kekayaan yang dipegang oleh

penguasa untuk kepentingan umum

Hukum tata negara dibagi dalam 2 bagian, yaitu:

a) Hukum Tata Negara Material

Hukum tata negara material ialah segenap peraturan hukum yang isinya

mengatur perihal hierrki atau susunan kedudukan lembaga-lembaga negara, fungsi

dan wewenangnya, serta cara-cara dan dasar-dasar mereka bertindak dalam

melaksanakan tugasnya masing-masing selaras dengan kedudukannya.

b) Hukum Tata Negara Formal

Hukum tata negara formal ialah segenap peraturan hukum yang isinya

mengatur bagaimana  caranya menpertahankan dan melaksanakan hukum tata

negara material.

Adapun asas-asas hukum tata negara yaitu: Asas Pancasila, asas hukum,

kedaulatan rakyat dan demokrasi, asas negara hukum, asas demokrasi, asas

kesatuan, asas pembagian kekuasaan dan check belances, dan asas legalitas.

3. Hukum Administrasi Negara

Hukum Administarsi Negara adalah Hukum mengenai  pemerintah/Eksekutif

didalam kedudukannya, tugas-tuganya, fungsi dan wewenangnya sebagai

Administrator Negara. Hukum administrasi negara  dibagi dalam 2 bagian, yaitu:


a. Hukum Administrasi Negara Material

Hukum administrasi negara materal adalah segenap peraturan hukum

yang isinya mengatur perihal segala cara kerja dan pelaksanaan wewenang

yang langsung dari lembaga-lembaga negara serta aparatur-aparaturnya dalam

melaksanakan tugasnya masing-masing dalam praktik (secara administratif).

b. Hukum Administrasi Negara Formal

Hukum administrasi negara formal adalah segenap peraturan hukum

yang mengatur bagaimana caranya mempertahankan dan melaksanakan

hukum administrasi negara material.

Hukum administrasi negara meliputi: Hukum pemerintahan, hukum

peradilan (peradilan tata negara, peradilan administrasi negara, hukum acara

perdata, hukum acara pidana), hukum kepolisisian, hukum proses perundang-

undangan. Hukum administrasi negara mengatur empat hal, yaitu: Organisasi

atau institusi. Bagaimana mengisi jabatan-jabatan dalam organisasi tersebut,

bagaimana berlangsungnya kegiatan atau pelaksanaan tugas dari jabatan-

jabatan tersebut, bagaimana memberi pelayanan dari aparatur pemerintahan

kepada masyarakat.

4. HUKUM INTERNASIONAL

Hukum internasional (HI) merupakan norma atau aturan non nasional,

yang mengatur hubungan antara subyek hukum internasional. Hukum

internasional publik atau yang selanjutnya disebut dengan hukum internasional.

Hukum internasional sendiri berasal dari bahasa inggris International law,

common law, law of nations, transnational law dan dalam bahasa Perancis dikenal

dengan  droit international. Perbedaan terdapat pada kata terjemahan law dan

droit, yang memiliki makna identik hukum atau aturan. Dalam kamus bahasa
indonesia diterjemahkan menjadi « hukum bangsa-bangsa, hukum antara negara,

dan hukum antara negara »

Kata internasional menunjukan bahwasanya kajian hukum tidaklah bersifat

lokal (internal) atau nasional, melainkan hukum yang berlaku bagi negara-negara

di dunia, baik sudah tergabung maupun belum menjadi anggota PBB.

Oleh karena itu, mempelajari hukum internasional tidak terlepas dari

badan organisasi internasional Perserikatan Bangsa-Bangsa, United Nations, serta

piagam kesepakatan internasional United Charter. Hal ini dikarenakan PBB

merupakan badan internasional yang mendukung terciptanya ketentuan-ketentuan

intenasional dan keberlakuan yang mengikat anggotanya. Pertanyaan selanjutnya

adalah sejauh mana daya ikat tersebut dan bagaimanakah efektifitas hukum

internasional. Hal ini akan dibahas pada pembahasan lebih lanjut.

Hubungan antara subjek hukum tidak saja bersekala nasional, namun

sudah sejak lama meluas manjadi hubungan diluar wilayah kedaulatan suatu

negara atau dikenal dengan hubungan internasional. Untuk menciptakan suatu

keteraturan dalam berhubungan antara subjek hukum tersebut, terciptalah

pengaturan transnasional, hukum antara negara, melewati batas dari satu negara

dengan negara lain. Istilah yang digunakan yaitu hukum internasional. Oleh

karena itu, HI dapat disimpulkan pula sebagai suatu hukum yang mengatur

aktivitas entitas berskala internasional.

 Hubungan antara hukum administrasi negara dan hukun tata negara

Hukum Administrasi Negara merupakan bagian dari Hukum Tata Negara

dalam arti luas, sedangkan dalam arti sempit Hukum Administrasi Negara adalah

sisanya setelah dikurangi oleh Hukum Tata Negara. Hukum Tata Negara adalah
hukum yang meliputi hak dan kewajiban manusia, personifikasi, tanggung jawab,

lahir dan hilangnya hak serta kewajiban tersebut hak-hak organisasi batasan-batasan

dan wewenang.Hukum Administrasi Negara adalah yang mempelajari jenis bentuk

serta akibat hukum yang dilakukan pejabat dalam melakukan tugasnya.Menurut

Budiman Sinaga, mengenai perbedaan antara Hukum Tata Negara dengan Hukum

Administrasi Negara terdapat banyak pendapat.

Secara sederhana, Hukum Tata Negara membahas negara dalam keadaan diam

sedangkan Hukum Administrasi Negara membahas negara dalam keadaan bergerak.

Pengertian bergerak di sini memang betul-betul bergerak, misalnya mengenai

sebuah Keputusan Tata Usaha Negara. Keputusan itu harus diserahkan/dikirimkan

dari Pejabat Tata Usaha Negara kepada seseorang

B. Hukum Privat

Hukum privat atau perdata adalah segala peraturan hukum yang mengatur

hubungan hukum antara orang yang satu dengan dan dengan orang yang lain  Hukum

perdata disebut pula hukum privat atau hukum sipil sebagai lawan dari hukum publik.

Jika hukum publik mengatur hal-hal yang berkaitan dengan negara serta kepentingan

umum (misalnya politik dan pemilu (hukum tata negara), kegiatan pemerintahan

sehari-hari (hukum administrasi atau tata usaha negara), kejahatan (hukum pidana),

maka hukum perdata mengatur hubungan antara penduduk atau warga negara sehari-

hari, seperti misalnya kedewasaan seseorang, perkawinan, perceraian, kematian,

pewarisan, harta benda, kegiatan usaha dan tindakan-tindakan yang bersifat perdata

lainnya.

Hukum privat terbagi dalam dua bagian, yaitu hukum perdata dalam arti luas

dan hukum perdata dalam arti sempit.


1. Hukum Perdata

a) Hukum Perdata Dalam Arti Luas

1.Hukum Perdata

a. Hukum Perdata Material

Hukum perdata material yaitu aturan-aturan hukum yang mengatur

hak-hak dan kewajiban-kewajiban perdata, yaitu mengatur kepentingan-

kepentingan perdata setiap subyek hukum.

b. Hukum Perdata  Formal

Hukum perdata formal atau hukum acara perdata adalah peraturan-

peraturan hukum perdata yang mengatur bagaimanakan cara pelaksanaan dan

penerapan dari semua ketentuan-ketentuan hukum perdata material tersebut

dalam praktik.

Hukum perdata di Indonesia dikodifikasikan dalam buku KUHPerdata

(Kitab Undang-undangHukumPerdata) KUHPerdata bukanlah merupakan

buatan asli Indonesia. KUHPerdata berasal dari BW (Burgelijke Wetboek),

yakni dari Negara Belanda. Konsep BW sendiri berasal dari Code Civil buatan

Prancis. Begitu juga dengan Code Civil yang konsepnya sebenarnya berasal

dari Kerajaan Romawi, yaitu Corpus Iuris Civilis.

Adapun sistematika KUHPerdata sebagai berikut:

1) Buku 1 tentang Orang / Personrecht

2) Buku 2 tentang Benda / Zakenrecht

3) Buku 3 tentang Perikatan /Verbintenessenrecht

4) Buku 4 tentang Daluwarsa dan Pembuktian /Verjaring en Bewijs

2. Hukum Dagang
Perdagangan atau Perniagaan pada umumnya adalah pekerjaan membeli

barang dari suatu tempat atau pada suatu waktu dan menjual barang itu di tempat

lain atau pada waktu yang berikut dengan maksud memperoleh keuntungan.

Hukum dagang adalah peraturan-peraturan hukum privat yang mengatur

tentang hal-hal berikut:

Hubungan-hubungan  hukum yang terjadi antarsubjek hukum khusus dalam

kegiatan perdagangan, hak dan kewajiban timbal-balik masing-masing subjek

hukum yang timbul berkenaan dengan adanya hubungan hukum tersebut, sanksi

hukum yang dikenakan terhadap para pelanggar ketentuan-ketentuan hukum yang

besangkutan, dalam hal-hal apa saja atau dalam keadaan yang bagaimana saja bisa

diadakan pengecualian terhadap ketentuan-ketentuan hukum yang

bersangkutan.Dalam arti lain, Hukum Dagang ialah aturan-aturan hukum yang

mengatur hubungan orang yang satu dengan yang lainnya,khususnya dalam

perniagaan.Hukum dagang adalah hukum perdata khusus. Pada mulanya kaidah

hukum yang kita kenal sebagai hukum dagang saat ini mulai muncul dikalangan

kaum pedagang sekitar abad ke-17.

Kaidah-kaidah hukum tersebut sebenarnya merupakan kebiasaan diantara

mereka yang muncul dalam pergaulan di bidang perdagangan. Ada beberapa hal

yang diatur dalam KUH Perdata diatur juga dalam KUHD. Jika demikian adanya,

ketenutan-ketentuan dalam KUHD itulah yang akan berlaku. KUH Perdata

merupakan lex generalis(hukum umum), sedangkan KUHD merupakan lex specialis

(hukum khusus). Dalam hubungannya dengan hal tersebut berlaku adagium lex

specialis derogat lex generalis (hukum khusus menghapus hukum umum).

Sifat hukum dagang merupakan perjanjian yang mengikat pihak-pihak yang

mengadakan perjanjian.Pasal 1 KUH Dagang, disebutkan bahwa KUH Perdata


seberapa jauh dari padanya kitab ini tidak khusus diadakan penyimpangan-

penyimpangan, berlaku juga terhadap hal-hal yang dibicarakan dalam kitab ini.

Pasal 15 KUH Dagang, disebutkan bahwa segala persoalan tersebut dalam bab ini

dikuasai oleh persetujuan pihak-pihak yang bersangkutan oleh kitab ini dan oleh

hukum perdata. Pada awalnya hukum dagang berinduk pada hukum perdata.

Namun, seiring berjalannya waktu hukum dagang mengkodifikasi

(mengumpulkan) aturan-aturan hukumnya sehingga terciptalah Kitab Undang-

Undang Hukum Dagang (KUHD) yang sekarang telah berdiri sendiri atau terpisah

dari Kitab Undang-Undang Hukum perdata (KUHper)Antara KUH perdata dengan

KUH dagang mempunyai hubungan yang erat. Hal ini dapat dilihat dari isi Pasal 1

KUH dagang, yang isinya sebagai berikut: Adapun mengenai hubungan tersebut

adalah special derogate legi generali artinya hukum yang khusus: KUH dagang

mengesampingkan hukum yang umum: KUHperdata.

Prof. Subekti berpendapat bahwa terdapatnya KUHD disamping KUHS sekarang

ini dianggap tidak pada tempatnya. Hali ini dikarenakan hukum dagang relative

sama dengan hukum perdata. Selain itu “dagang” bukanlah suatu pengertian dalam

hukum melainkan suatu pengertian perekonomian. Pembagian hukum sipil ke

dalam KUHD hanyalah berdasarkan sejarah saja, yaitu karena dalam hukum

romawi belum terkenal peraturan-peraturan seperti yang sekarang termuat dalah

KUHD, sebab perdagangan antar Negara baru berkembang dalam abad

pertengahan.

 Sumber Hukum Dagang

Hukum Dagang di Indonesia bersumber pada :

a) Hukum tertulis yang dikodifikasikan

1) KUHD
2) KUHS

b) Hukum tertulis yang belum dikodifikasikan

yaitu peraturan perundang-undangan khusus yang mengatur tentang hal-hal

yang berhubungan dengan perdagangan KUHD mulai berlaku di Indonesia pada

tanggal 1 Mei 1848 berdasarkan asas konkordansi.

b) Hukum Perdata Dalam Arti Sempit

1. Hukum Perdata Material

Pada hukum perdata material terdapat tujuh bagian, yaitu:

a. Hukum pribadi

Hukum pribadi adalah bagian dari hukum material khusus  mengatur tentang

urusan-urusan perorangan (secara pribadi) dan hubungan-hubungannya dengan orang

lain(secara antarpribadi). Misalkan urusan kedudukan seseorang, domisili,

kewarganegaraannya, tanggungjawabnya dalam bertindak, dan sebagainya.

b. Hukum Benda

Hukum benda adalah hukum yang khusus mengatur tentang hal-hal kebendaan

yang menjadi objek pelaksanaan peranan para sunjek hukum yang bersangkutan.

c. Hukum Hak Immaterial

Hukum hak immaterial adalah hukum yang khusus mengatur  tentang hak

immaterial, yakni hak seseorang atau suatu pihak atas keaslian ciptaannya yang

sebenar-benarnya.

d. Hukum Perjanjian

Hukum perjanjian adalah hukum yang khusus mengatur tentang segala tata

cara menurut hukum untuk mengadakan perjanjian serta segala akibat yang

ditimbulkan karena diadakannya perjanjian tersebut.

e. Hukum Keluarga
Hukum keluarga adalah hukum yang khusus mengatur hal keluarga beserta

seluk-beluk yang berkaitan didalamnya. Misalkan cara-cara pembentukannya

(perkawinan), hak dan kewajiban para anggotanya masing-masing beserta

tanggungjawabnya, dan sebagainya.

f. Hukum Waris

Hukum waris adalah hukum yang khusus mengatur tentang waris mewaris,

yakni bagaimana cara beralihnya segala hak atau kewajiban pewaris kepada ahli waris

atau para ahli waris

g. Hukum Penyelewengan Perdata

Hukum penyelewengan perdata adalah hukum yang khusus mengatur dan

menegaskan tentang sikap tindak yang mana saja yang dapat menimbulkan kerugian

bagi pihak lain dan siapa saja yang dapat dimintai tanggungjawabnya serta bagaimana

pula cara-cara penyelesaiannya.


C. KESIMPULAN

Persamaan Dan Perbedaan Antara Hukum Publik Dan Hukum Privat

 Persamaan antara hukum publik dan hukum privat adalah kedua-duanya merupakan

peraturan-peraturan hukum yang mengatur kehidupan manusia, kedua-duanya

mempunyai sanksi hukum tertentu yang dapat dikenakan terhadap para pelanggarnya,

tetap tunduk pada pengecualian yang bisa saja diberlakukan dalam keadaa-keadaan

yang memaksa, dalam hal tidak adanya jalan-jalan yang dapat ditempuh untuk

mengatasi keadaan-keadaan darurat saja.

 Perbedaanya diantara keduanya adalah hukum publik mengutamakan kepentingan

umum sedangkan hukum privat mengutamakan kepentingan perorangan atau

individu, hukum publik dipertahankan oleh negara, sedangkan hukum privat

dipertahankan oleh individu, para pelanggarnya dimintai tanggung jawabnya

berdasarkan tuntutan jaksa sedangkan hukum privat para pelanggarnya dimintai

tanggung jawab berdasarkan tuntutan dari pihak penggugat sebagai pihak yang

langsung dirugikan.

Hukum privat atau perdata adalah segala peraturan hukum yang mengatur

hubungan hukum antara orang yang satu dengan dan dengan orang yang lain  Hukum

perdata disebut pula hukum privat atau hukum sipil sebagai lawan dari hukum publik.

Hukum publik adalah hukum yang mengatur perbuatan-perbuatan yang

bertentangan dengan hukum positif  jadi yang bersifat tanpa hak yang menimbulkan

akibat  yang oleh hukum dilarang dengan ancaman hukuman.


Jadi dapat ditarik kesimpulan seperti yang diatas bahawa hukum publik

memiliki persamaan dan perbedaan dalam bidang hukum, terdapat beberapa

persamaan dan dan perbedaaan.

DAFTAR PUSTAKA

Darmini Roza dan Laurensius Arliman S Peran Pemerintah Daerah Di Dalam Melindungi Hak Anak
Di Indonesia, Masalah-Masalah Hukum, Volume 47, Nomor 1, 2018.

Laurensius Arliman S, Komnas HAM dan Perlindungan Anak Pelaku Tindak Pidana, Deepublish,
Yogyakarta, 2015.

Laurensius Arliman S, Penguatan Perlindungan Anak Dari Tindakan Human Trafficking Di Daerah
Perbatasan Indonesia, Jurnal Selat, Volume 4, Nomor 1, 2016.

Laurensius Arliman S, Problematika Dan Solusi Pemenuhan Perlindungan Hak Anak Sebagai
Tersangka Tindak Pidana Di Satlantas Polresta Pariaman, Justicia Islamica, Volume 13,
Nomor 2, 2016.

Laurensius Arliman S, Pelaksanaan Perlindungan Anak Yang Tereksploitasi Secara Ekonomi Oleh
Pemerintah Kota Padang, Veritas et Justitia, Volume 2, Nomor 1, 2016.

Laurensius Arliman S, Kedudukan Ketetapan MPR Dalam Hierarki Peraturan Perundang-Undangan


Di Indonesia, Lex Jurnalica, Volume 13, Nomor 3, 2016.

Laurensius Arliman S, Komnas Perempuan Sebagai State Auxialiary Bodies Dalam Penegakan Ham
Perempuan Indonesia, Justicia Islamica, Volume 14, Nomor 2, 2017.
Laurensius Arliman S, Peranan Pers Untuk Mewujudkan Perlindungan Anak Berkelanjutan Di
Indonesia, Jurnal Ilmu Hukum Tambun Bungai, Volume 2, Nomor 2, 2017.

Laurensius Arliman S, Mewujudkan Penegakan Hukum Yang Baik Untuk Mewujudkan Indonesia
Sebagai Negara Hukum, Jurnal Hukum Doctrinal, Volume 2, Nomor 2, 2017.

Laurensius Arliman S, Participation Non-Governmental Organization In Protecting Child Rights In


The Area Of Social Conflict, The 1st Ushuluddin and Islamic Thought International
Conference (Usicon), Volume 1, 2017.

Laurensius Arliman S, Partisipasi Masyarakat Dalam Pembentukan PerundangUndangan Untuk


Mewujudkan Negara Kesejahteraan Indonesia, Jurnal Politik Pemerintahan Dharma Praja,
Volume 10, Nomor 1, 2017, https://doi.org/10.33701/jppdp.v10i1.379.

Laurensius Arliman S, Peran Komisi Perlindungan Anak Indonesia Untuk Mewujudkan Perlindungan
Anak, Jurnal Respublica Volume 17, Nomor 2, 2018.

Laurensius Arliman S, Menjerat Pelaku Penyuruh Pengrusakan Barang Milik Orang Lain Dengan
Mempertimbangkan Asas Fungsi Sosial, Jurnal Gagasan Hukum, Volume 1, Nomor 1, 2019.

Laurensius Arliman S, Ilmu Perundang-Undangan Yang Baik Untuk Negara Indonesia, Deepublish,
Yogyakarta, 2019.

Laurensius Arliman S, Isdal Veri, Gustiwarni, Elfitrayenti, Ade Sakurawati, Yasri, Pengaruh
Karakteristik Individu, Perlindungan Hak Perempuan Terhadap Kualitas Pelayanan Komnas
Perempuan Dengan Kompetensi Sumber Daya Manusia Sebagai Variabel Mediasi, Jurnal
Menara Ekonomi: Penelitian dan Kajian Ilmiah Bidang Ekonomi, Volume 6, Nomor 2, 2020.

Laurensius Arliman S, Pendidikan Kewarganegaraan, Deepublish, Yogyakarta, 2020.

Laurensius Arliman S, Makna Keuangan Negara Dalam Pasal Pasal 23 E Undang-Undang Dasar
1945, Jurnal Lex Librum, Volume 6, Nomor 2 Juni 2020,
http://dx.doi.org/10.46839/lljih.v6i2.151.
Laurensius Arliman S, Kedudukan Lembaga Negara Independen Di Indonesia Untuk Mencapai
Tujuan Negara Hukum, Kertha Semaya Journal Ilmu Hukum, Volume 8, Nomor 7, 2020.

Laurensius Arliman S, Pelaksanaan Assesment Oleh Polres Kepulauan Mentawai Sebagai Bentuk
Pelaksanaan Rehabilitasi Bagi Pecandu Dan Korban Penyalahgunaan Narkotika, Jurnal
Muhakkamah, Volume 5, Nomor 1, 2020.

Laurensius Arliman S, Aswandi Aswandi, Firgi Nurdiansyah, Laxmy Defilah, Nova Sari Yudistia, Ni
Putu Eka, Viona Putri, Zakia Zakia, Ernita Arief, Prinsip, Mekanisme Dan Bentuk Pelayanan
Informasi Kepada Publik Oleh Direktorat Jenderal Pajak, Volume 17, No Nomor, 2020.

Larensius Arliman S, Koordinasi PT. Pegadaian (Persero) Dengan Direktorat Reserse Narkoba
Polda Sumbar Dalam Penimbangan Barang Bukti Penyalahgunaan Narkotika, UIR Law
Review, Volume 4, Nomor 2, 2020, https://doi.org/10.25299/uirlrev.2020.vol4(1).3779.

Laurensius Arliman S, Tantangan Pendidikan Kewarganegaraan Pada Revolusi 4.0, Ensiklopedia


Sosial Review, Volume 2, Nomor 3, 2020.

Muhammad Afif dan Laurensius Arliman S, Protection Of Children's Rights Of The Islamic And
Constitutional Law Perspective Of The Republic Of Indonesia, Proceeding: Internasional
Conference On Humanity, Law And Sharia (Ichlash), Volume 1, Nomor 2, 2020.

Otong Rosadi danLaurensius Arliman S, Urgensi Pengaturan Badan Pembinaan Idelogi Pancasila
Berdasarkan Undang-Undang Sebagai State Auxiliary Bodies yang Merawat Pancasila
dalam Perspektif Hak Asasi Manusia, Prosiding Konferensi Nasional Hak Asasi Manusia,
Kebudayaan dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Indonesia pada Masa Pandemi Covid-
19: Tantangan untuk Keilmuan Hukum dan Sosial Volume 1, Universitas Pancasila, Jakarta,
2020.

Anda mungkin juga menyukai