Anda di halaman 1dari 6

KELOMPOK 1

1. A. Rifda Yuni Artika - 2020003


2. Aghnia Aura Inzani - 2020005
3. Annisa Shafa Azzham Sudirman - 2020007
4. Aqilza A’Yuniyyah - 2020008
5. Mayza Sadzwina Nuryono - 2020014
6. Mutiara Dwi Lathifahtul Ulyaa - 2020024
7. Nabila Hana Zahirah Amri - 2020025
8. Nurah Nawrah Abugar - 2020027
9. Ridha Fatiha Razak - 2020030
10. Siti Uswatun Hasanah - 2020032

JENIS-JENIS HUKUM DI INDONESIA


1. Penggolongan Hukum Berdasarkan Bentuknya
Ada dua jenis hukum berdasarkan bentuknya, hukum tertulis dan hukum tidak tertulis  
Berikut adalah penjelasannya :
 Hukum Tertulis
Hukum tertulis adalah hukum tertulis adalah hukum yang telah dicantumkan dalam
berbagai peraturan perundang-undangan secara tertulis. Contoh hukum tertulis adalah
UUD 1945, keputusan presiden, KUHP, dan lain-lain.
 Hukum Tidak Tertulis
Hukum tidak tertulis adalah hukum yang berlaku serta diyakini oleh masyarakat dan
dipatuhi, akan tetapi tidak dibentuk menurut prosedur yang formal, melainkan lahir dan
tumbuh di kalangan masyarakat tersebut. Contoh hukum tidak tertulis adalah hukum
adat, hukum agama, dan lain-lain.

2. Penggolongan Hukum Berdasarkan Sumbernya


Ada 5 jenis-jenis hukum berdasarkan sumbernya, yakni hukum undang-undang, hukum
kebiasaan, hukum traktat, hukum yurisprudensi, dan hukum ilmu. Berikut adalah
penjelasan penggolongan hukum menurut sumbernya :
 Hukum Undang-Undang
Hukum undang-undang atau disebut sebagai wettenrech, adalah jenis hukum yang
terletak dan tercantum di dalam peraturan perundang-undangan.
 Hukum Kebiasaan
Hukum kebiasaan atau disebut juga sebagai gewoonte-en adatrech, adalah jenis hukum
yang berlaku di dalam peraturan-peraturan atau kebiasaan adat.
 Hukum Traktat
Hukum traktat atau disebut juga sebagai tractaten recht, adalah jenis hukum yang
ditetapkan oleh negara-negara melalui suatu perjanjian antar negara atau traktat.
 Hukum Yurisprudensi
Hukum yurisprudensi atau disebut juga sebagai yurisprudentie recht, adalah jenis
hukum yang muncul karena adanya keputusan hakim, yang menjadi rujukan hakim
selanjutnya dalam memberi putusan dalam pengadilan.
 Hukum Ilmu
Hukum ilmu atau disebut juga sebagai wetenscaps recht, adalah jenis hukum yang pada
dasarnya berupa ilmu hukum yang terdapat dalam pandangan para ahli hukum yang
terkenal dan sangat berpengaruh.
3. Penggolongan Hukum Berdasarkan Sifatnya
Ada 2 jenis-jenis hukum berdasarkan sifatnya, yakni hukum yang memaksa dan hukum
yang mengatur. Berikut adalah penjelasan penggolongan hukum menurut sifatnya :
 Hukum Yang Memaksa
Yang dimaksud hukum yang memaksa adalah jenis hukum yang dalam keadaan
bagaimana pun, harus dan mempunyai paksaan yang mutlak. Contohnya adalah
hukuman bagi perkara pidana, maka sanksinya secara paksa wajib untuk dilaksanakan.
 Hukum Yang Mengatur
Yang dimaksud hukum yang mengatur adalah jenis hukum yang dapat dikesampingkan
saat pihak-pihak yang bersangkutan telah membuat peraturan tersendiri dalam suatu
perjanjian. Contohnya adalah hukum mengenai warisan yang dapat diselesaikan dengan
kesepakatan antar pihak-pihak yang terkait.

4. Penggolongan Hukum Berdasarkan Tempat Berlakunya


Ada 3 jenis-jenis hukum berdasarkan tempat berlakunya, yakni hukum nasional, hukum
internasional, dan hukum asing. Berikut adalah penjelasan penggolongan hukum menurut
wilayah berlakunya :
 Hukum Nasional
Hukum nasional adalah jenis hukum yang berlaku di dalam wilayah negara tertentu.
Hukum nasional harus dilaksanakan oleh warga negara tersebut.
 Hukum Internasional
Hukum internasional adalah jenis hukum yang berguna untuk mengatur hubungan
hukum antar negara di dalam hubungan internasional. Hukum internasional ini berlaku
secara universal, yang berarti dapat berlaku secara keseluruhan terhadap negara-negara
yang mengikatkan diri dalam perjanjian internasional tertentu.
 Hukum Asing
Yakni hukum yang berlakunya di dalam wilayah negara lain.

5. Penggolongan Hukum Berdasarkan Waktu Berlakunya


Ada 2 jenis hukum berdasarkan waktu berlakunya, berikut adalah penjelasan
penggolongan hukum berdasarkan tempat berlakunya:
 Ius Constitutum (hukum positif), adalah hukum yang berlaku sekarang dan hanya bagi
suatu masyarakat tertentu saja di dalam daerah tertentu. Contohnya Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia 1945, Undang-Undang RI Nomor 12 tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia 
 Ius Constituendum (hukum negatif), adalah hukum yang diharapkan dapat berlaku pada
waktu yang akan datang. Misalnya rancangan undang-undang (RUU).
6. Penggolongan Hukum Berdasarkan Wujudnya
Ada 2 jenis hukum berdasarkan wujudnya, berikut penjelasannya:
 Hukum Objektif
Hukum yang mengatur tentang hubungan antar dua orang atau lebih yang berlaku
umum. Dalam artian, hukum di dalam suatu negara ini berlaku secara umum dan tidak
mengenai terhadap orang atau golongan tertentu saja.
 Hukum Subjektif
Hukum yang muncul dari hukum objektif dan berlaku terhadap seorang atau lebih.
Hukum subjektif ini juga sering disebut sebagai hak.

7. Penggolongan Hukum Berdasarkan Isinya


Ada 2 jenis-jenis hukum berdasarkan isinya, yakni hukum publik dan hukum privat.
Berikut adalah penjelasan penggolongan hukum menurut isinya :
 Hukum Publik (Hukum Negara)
Hukum publik atau disebut juga hukum negara, adalah jenis hukum yang mengatur
hubungan antara negara dengan individu atau warga negaranya. Hukum publik
umumnya menyangkut tentang kepentingan umum atau publik dalam ruang lingkup
masyarakat.
Hukum publik dibedakan menjadi beberapa macam antara lain adalah :
 Hukum Pidana, yaitu jenis hukum publik yang mengatur terkait pelanggaran dan
kejahatan, serta memuat larangan dan sanksi.
 Hukum Tata Negara, yaitu jenis hukum publik yang mengatur terkait hubungan
antara negara dengan bagian-bagiannya.
 Hukum Tata Usaha Negara, yaitu jenis hukum publik yang mengatur tentang tugas
dan kewajiban para pejabat negara secara administratif.
 Hukum Internasional, yaitu jenis hukum publik yang mengatur terkait hubungan
antar negara, seperti hukum perjanjian internasional, hukum perang internasional,
dan sejenisnya.
 Hukum Privat (Hukum Sipil)
Hukum privat atau yang disebut juga hukum sipil, adalah jenis hukum yang berguna
untuk mengatur hubungan antara individu satu dengan individu lainnya, termasuk
negara sebagai pribadi. Jenis hukum privat memfokuskan pada kepentingan
perseorangan.
Hukum privat dibedakan menjadi beberapa macam antara lain adalah :
 Hukum Perdata, adalah jenis hukum privat yang mengatur hubungan antar individu
secara umum, misalnya yaitu hukum keluarga, hukum perjanjian, hukum kekayaan,
hukum waris, hukum perkawinan, dan sebagainya.
 Hukum Perniagaan, adalah jenis hukum privat yang mengatur hubungan antar
individu di dalam kegiatan perdagangan, misalnya yaitu hukum jual beli, hutang
utang piutang, hukum mendirikan perusahaan dagang, dan sebagainya.

8. Penggolongan Hukum Berdasarkan Cara Mempertahankannya


Ada 2 jenis-jenis hukum berdasarkan cara mempertahankannya, yakni hukum material dan
hukum formal. Berikut adalah penjelasan penggolongan hukum menurut cara
mempertahankannya :
 Hukum Material
Hukum material adalah jenis hukum yang mengatur hubungan antara anggota
masyarakat yang berlaku secara umum mengenai hal-hal yang dilarang serta hal-hal
yang dibolehkan untuk dilakukan. Contohnya adalah hukum pidana, hukum perdata,
hukum dagang dan sebagainya.
 Hukum Formal
Hukum formal adalah jenis hukum yang mengatur tentang bagaimana cara
mempertahankan dan melaksanakan hukum material. Contohnya adalah Hukum Acara
Pidana (KUHAP), Hukum Acara Perdata, dan sebagainya.

PERTANYAAN DARI KELOMPOK 3


Pertanyaan untuk kelompok 1 dari kelompok 3

1) Adakah hukum yang sudah tidak relevan di zaman sekarang, alias ketinggalan zaman?
Jelaskan mengapa!
 yaitu Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang merupakan peninggalan usang
zaman penjajahan Belanda yang secara historis-filosofis sudah tidak cocok dengan
karakteristik bangsa Indonesia. Selain itu banyak di antara bagian-bagian KUHP yang
sudah tidak relevan lagi dengan perkembangan zaman. Alasannya, karena Hukum itu
harus tumbuh sesuai dengan perkembangan kehidupan sosial masyarakat dan juga
teknologi saat ini. Pertimbangan itu memunculkan ide dasar bahwa Indonesia
membutuhkan KUHP yang lebih mencerminkan keseimbangan.

2) Apakah sudah betul, tindakan tidak memberikan hukuman pidana kepada anak di bawah
umur itu sudah betul, walaupun anak tersebut betul2 memiliki niat jahat? Jelaskan!
 Pasal 69 ayat 1 menjelaskan bahwa anak hanya dapat dijatuhi pidana atau dikenai
tindakan berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana
Anak (SPPA). Ayat 2 menjelaskaskan bahwa anak yang belum berusia 14 (empat
belas) tahun hanya dapat dikenai tindakan.
 Berdasarkan pernyataan diatas, dapat kita simpulkan bahwa anak dibawah umur
tetap mendapatkan tindakan pidana jika melanggar suatu hukum. Akan tetapi pada
dasarnya sanksi pidana yang diberikan kepada anak itu berbeda dengan sanksi pidana
yang diberikan kepada orang dewasa. prinsip keadilan tidak serta-merta harus sesuatu
yang sama persis melainkan bisa melalui perbedaan perbedaan penerapan.

3) Apakah benar hukum di Indonesia itu tumpul di atas, tajam ke bawah? Jelaskan!
 Sebenarnya istilah mengenai hukum tumpul ke atas dan tajam ke bawah tidak benar-
benar salah, akan tetapi sedikit kurang tepat untuk kita gaungkan. Hal tersebut
dikarenakan istilah ini membandingkan antara penegakan hukum pada masyarakat
kalangan atas dengan kalangan bawah. Jika memang seseorang mengatakan istilah
tersebut untuk menyatakan keadilan, kita patut mempertanyakan arti dari keadilan
pada orang tersebut. Bagaimana tidak jika ia berkata tentang keadilan akan tetapi
membeda-bedakan antara masyarakat kalangan atas dengan kalangan bawah. Padahal
seharusnya hukum tidak membeda-bedakan siapa pun.
 Hukum tajam ke bawah tidaklah salah. Hukum memang seharusnya tajam terhadap
siapa pun tanpa membedakan status sosial, apabila seseorang melakukan tindakan
kejahatan, sudah semestinya orang tersebut dihukum sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang ada. Bahkan hukum yang tajam menunjukkan
bahwa pengadilan pada negara tersebut cukup baik, hukum yang tajam dapat
memberikan efek jera pada seseorang serta menjadi pengimbau untuk masyarakat lain
agar tidak melakukan tindak kejahatan yang serupa. Hukum tumpul ke atas yang
sebenarnya menjadi masalah. Hukum yang baik seharusnya tidak akan membedakan
tindakan kejahatan dengan kondisi yang sama pada orang yang berbeda. Apabila
hukum tumpul ke atas yang memiliki arti bahwa hukum lebih ringan saat menjerat
orang-orang kalangan atas atau pejabat yang lebih banyak memiliki harta, tentu akan
membuat masyarakat bertanya apakah sebenarnya hukum dapat dibeli? Atau apakah
ada kasus suap dalam tindak pidana tersebut sehingga terjadi pengurangan hukuman?
Hal ini justru dapat menandakan bahwa penegakan hukum di negara kita itu salah dan
sarat akan ketidakadilan.
 Oleh karena itu seharusnya yang kita gaungkan hanyalah hukum tumpul ke atas
tanpa embel-embel hukum tajam ke bawah. Yang harus diperbaiki pada penegakan
hukum di Indonesia adalah hukum yang tumpul ke atas diubah menjadi hukum yang
adil dan setara.

4) Indonesia dengan negara keamanan cyber terendah sedunia. UU manakah yang mengatur
tentang keamanan cyber? Jelaskan!
 Menurut Organization of European Community Development (OECD), cyber
crime adalah semua bentuk akses ilegal terhadap suatu transmisi data. Itu artinya,
semua bentuk kegiatan yang tidak sah dalam suatu sistem komputer termasuk dalam
suatu tindak kejahatan. Sedangkan,  menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
Daring (KBBI), peretas memiliki makna, di antaranya, orang yang terobsesi untuk
mengetahui lebih banyak tentang komputer atau orang yang mengakses komputer
orang lain tanpa izin, biasanya dengan bantuan teknologi komunikasi.
 Sebelumnya kita harus mengetahui jenis- jenis cybercrime:
 Pencurian Data: biasanya dilakukan untuk memenuhi kepentingan komersial
karena ada pihak lain yang menginginkan data rahasia pihak lain. Tindakan ini
tentu bersifat ilegal masuk ke dalam aktivitas kriminal karena bisa
menimbulkan kerugian materil yang berujung pada kebangkrutan suatu
lembaga atau perusahaan.
 Cyber Terrorism: Cyber terorism merupakan tindakan cyber crime yang
sedang banyak diperangi oleh negara-negara besar di dunia, termasuk
Indonesia. Pasalnya, aktivitas cyber terorism kerap kali mengancam
keselamatan warga negara atau bahkan stakeholder yang mengatur jalannya
pemerintahan.
 Hacking: Tindakan berbahaya yang kerap kali dilakukan oleh para programer
profesional ini biasanya secara khusus mengincar kelemahan atau celah dari
sistem keamanan untuk mendapatkan keuntungan berupa materi atau kepuasan
pribadi. Jika menilik dari kegiatan yang dilakukan, hacking sebenarnya tidak
selalu memiliki konotasi buruk karena ada pula hacker positif yang
menggunakan kemampuannya untuk kegiatan bermanfaat dan tidak
merugikan.
 Carding: adalah istilah yang digunakan untuk menyebut penyalahgunaan
informasi kartu kredit milik orang lain. Para carder (pelaku carding) biasanya
menggunakan akses cartu credit orang lain untuk membeli barang belanjaan
secara online. Kemudian, barang gratisan tersebut dijual kembali dengan harga
murah untuk mendapatkan uang.
 Oleh karena itu, Cyber crime diatur dalam Undang-Undang Transaksi Elektronik
Nomor 8 Tahun 2011 sebagaimana telah diubah menjadiUndang- Undang Nomor 19
Tahun 2016, ( “UU ITE”) khususnya pada pasal 27 sampai 30 mengenai perbuatan
yang dilarang.
 Lebih lanjut,  aturan tentang hacking diatur dalam  pasal 30 ayat (1), (2) dan
(3) mengatakan bahwa:
I. Dengan sengaja tanpa hak dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses
dan/ atau sistem elektronik orang lain dengan cara apapun.
II. Dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum  mengakses komputer
dan/ atau sistem orang lain dengan cara apapun untuk tujuan memperoleh
Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik.
III. Dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses komputer
dan/ atau sistem elektronik dengan tujuan melanggar menerobos,
melampaui, menjebol sistem pengaman
 Lebih lanjut sanksi bagi yang melanggar ketentuan pasal 30 UU ITE diatur di
dalam pasal 46 UU ITE berupa:
I. Ayat ( 1): dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).
II. Ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp700.000.000,00 (tujuh ratus juta rupiah).
III. Ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta
rupiah).
 Menurut hemat kami, kondisi yang dialami anda bisa dikategorikan sebagai tindak
kejahatan cyber crime, saran kami sebaiknya anda dapat melapor ke Badan Reserse
Kriminal Kepolisian Negara Republik  Indonesia  agar dapat ditindaklanjuti sesuai
dengan peraturan yang berlaku. 

Anda mungkin juga menyukai