Anda di halaman 1dari 21

A.

SISTEM HUKUM DI INDONESIA


1. Pengertian Hukum Menurut Ahli

Seorang filsuf pernah mngatakan bahwa hukum itu ibarat pagar di kebun binatang
sebab orang akan berani mengunjungi kebun binatang karena ada pagar yang
membatasi antara pengunjung dengan hewan liar yang ada dikebun tersebut dengan
para manusia yang berada di kebun tersebut. 

Dengan demikian pengunjung dapat menikmati kehidupan binatang dengan aman


sebab ada pagar yang membatasi antara manusia dan hewan liar tersebut. Demikian
pula dengan hukum yang pada hakikatnya merupakan pagar pembatas agar kehidupan
manusia aman dan damai.

- Menurut beberapa pendapat para ahli, hukum adalah sebagai berikut.

a. Menurut Prof. Dr. Van Kan, 

Bahwa hukum adalah seluruh peraturan yang memiliki sifat memaksa yang memang
sengaja diadakan dengan tujuan untuk mengatur serta melindungi terhadap
kepentingan orang yang berbeda di tengah masyarakat.

b. Menurut  Duguit.

Bahwa hukum adalah  suatu tingkah laku anggota masyarakat atau berbagai aturan
yang berguna pada saat tertentu dengan acuan dari masyarakat sebagai jaminan yang
berdasarkan kepentingan bersama terhadap diri orang yang melanggar dari peraturan
yang berlaku.

c. Menurut  Plato.

Bahwa hukum memiliki arti sesuatu peraturan yang disusun secara sistematis dan
baik yang memiliki sifat mengikat hakim serta masyarakat.

d. Pengertian Hukum Secara UMUM. 

Secara umum hukum merupakan sistem yang sengaja dibuat oleh manusia dengan
tujuan sebagai pembatas untuk berbagai tingkah laku dari manusia, agar tingkah laku
tersebut dapat dikontrol dengan kata lain bahwa hukum adalah berbagai dari aspek
yang sangat penting keberadaannya digunakan atas dan dari rangakaian kekuasaan
suatu kelembagaan.
Hukum terdiri dari peraturan – peraturan yang dibuat oleh suatu lembaga yang
mempunyai kewenangan, hukum juga memiliki sifat mengikat semua orang, maka
hukum wajib untuk ditaati sebab hukum mencakup semua aspek kehidupan manusia..

2. Makna dan Karakteristik Hukum.

Hukum merupakan “aturan, tata tertib, dan kaidah hidup. Akan tetapi, hingga sampai
saat ini, masih belum terdapat kesepakatan yang pasti tentang rumusan arti dari hukum
itu sendiri.

Jadi untuk merumuskannya tidak akan mudah, sebab hukum itu meliputi banyak segi
dan bentuk sehingga satu Pengertian tidak mungkin mencakup segala segi dan bentuk
dari hukum. Selain itu, setiap orang atau ahli akan memberikan arti yang berlainan
sesuai dengan sudut pandang masing-masing yang akan menonjolkan segi-segi
tertentu dari hukum.

Hal ini sesuai dengan pendapat dari “ Van Apeldorn “ bahwa defenisi tentang hukum
sangat sulit untuk dibuat sebab tidak memungkinkan untuk mengadakannya sesuai
dengan kenyataan. Akan tetrapi, meskipun sulit merumuskan defenisi yang baku
tentang hukum, didalam hukum terdapat beberapa unsur – unsur yang diantaranya
adalah sebagai berikut;

- Unsur - Unsur Hukum.

a. Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat.


b. Peraturan itu dibuat dan ditetapkan oleh badan – badan resmi yang berwajib.
c. Peran itu bersifat memaksa.
d. Sanksi terhadap pelanggaran peraturan tersebut adalah tegas.

- Karakteristik Hukum.

Adapun yang menjadi karakteristik dari hukum adalah adanya perintah dan larangan;
perintah atau larangan tersebut harus dipatuhi oleh semua orang. Hukum berlaku di
masyarakat dan di taati oleh masyarakat sebab hukum memiliki sifat memaksa dan
mengatur. 

Hukum dapat memaksa seseorang untuk mentaati tata tertib yang berlaku di dalam
masyarakat dan terhadap orang yang tidak mentaatinya akan diberikan sanksi yang
tegas. Dengan demikian, suatu ketentuan hukum mempunyai tugas sebagai berikut :

 Menjamin kepastian hukum bgi stiap orang di dalam lapisan masyarakat,


 Menjamin ketertiban, ketentraman, kedamaian, keadilan, kemakmuran,
kebahagiaan, dan kebenaran,
 Menjaga agar tidak terjadi perbuatan ‘ main hakim sendiri ’ dalam pergaulan
masyarakat.

3.Penggolongan Hukum

Ada dua jenis hukum berdasarkan bentuknya, hukum tertulis dan hukum
tidak tertulis   Berikut adalah penjelasannya :
 Hukum Tertulis
Hukum tertulis adalah hukum tertulis adalah hukum yang telah dicantumkan
dalam berbagai peraturan perundang-undangan secara tertulis. Contoh hukum
tertulis adalah UUD 1945, keputusan presiden, KUHP, dan lain-lain.
 Hukum Tidak Tertulis
Hukum tidak tertulis adalah hukum yang berlaku serta diyakini oleh masyarakat
dan dipatuhi, akan tetapi tidak dibentuk menurut prosedur yang formal,
melainkan lahir dan tumbuh di kalangan masyarakat tersebut. Contoh hukum
tidak tertulis adalah hukum adat, hukum agama, dan lain-lain.

a.Penggolongan Hukum Berdasarkan Sumbernya.

Ada 5 jenis-jenis hukum berdasarkan sumbernya, yakni hukum undang-


undang, hukum kebiasaan, hukum traktat, hukum yurisprudensi, dan hukum
ilmu. Berikut adalah penjelasan penggolongan hukum menurut sumbernya :
 Hukum Undang-Undang
Hukum undang-undang atau disebut sebagai wettenrech, adalah jenis hukum
yang terletak dan tercantum di dalam peraturan perundang-undangan.
 Hukum Kebiasaan
Hukum kebiasaan atau disebut juga sebagai gewoonte-en adatrech, adalah
jenis hukum yang berlaku di dalam peraturan-peraturan atau kebiasaan adat.
 Hukum Traktat
Hukum traktat atau disebut juga sebagai tractaten recht, adalah jenis hukum
yang ditetapkan oleh negara-negara melalui suatu perjanjian antar negara atau
traktat.
 Hukum Yurisprudensi
Hukum yurisprudensi atau disebut juga sebagai yurisprudentie recht, adalah
jenis hukum yang muncul karena adanya keputusan hakim, yang menjadi
rujukan hakim selanjutnya dalam memberi putusan dalam pengadilan.
 Hukum Ilmu
Hukum ilmu atau disebut juga sebagai wetenscaps recht, adalah jenis hukum
yang pada dasarnya berupa ilmu hukum yang terdapat dalam pandangan para
ahli hukum yang terkenal dan sangat berpengaruh.

b.. Penggolongan Hukum Berdasarkan Sifatnya

Ada 2 jenis-jenis hukum berdasarkan sifatnya, yakni hukum yang memaksa


dan hukum yang mengatur. Berikut adalah penjelasan penggolongan hukum
menurut sifatnya :

 Hukum Yang Memaksa


Yang dimaksud hukum yang memaksa adalah jenis hukum yang dalam
keadaan bagaimana pun, harus dan mempunyai paksaan yang mutlak.
Contohnya adalah hukuman bagi perkara pidana, maka sanksinya secara paksa
wajib untuk dilaksanakan.
 Hukum Yang Mengatur
Yang dimaksud hukum yang mengatur adalah jenis hukum yang dapat
dikesampingkan saat pihak-pihak yang bersangkutan telah membuat peraturan
tersendiri dalam suatu perjanjian. Contohnya adalah hukum mengenai warisan
yang dapat diselesaikan dengan kesepakatan antar pihak-pihak yang terkait
.
c. Penggolongan Hukum Berdasarkan Tempat Berlakunya

Ada 3 jenis-jenis hukum berdasarkan tempat berlakunya, yakni hukum


nasional, hukum internasional, dan hukum asing. Berikut adalah penjelasan
penggolongan hukum menurut wilayah berlakunya :

 Hukum Nasional
Hukum nasional adalah jenis hukum yang berlaku di dalam wilayah negara
tertentu. Hukum nasional harus dilaksanakan oleh warga negara tersebut.
 Hukum Internasional
Hukum internasional adalah jenis hukum yang berguna untuk mengatur
hubungan hukum antar negara di dalam hubungan internasional. Hukum
internasional ini berlaku secara universal, yang berarti dapat berlaku secara
keseluruhan terhadap negara-negara yang mengikatkan diri dalam perjanjian
internasional tertentu.
 Hukum Asing
Yakni hukum yang berlakunya di dalam wilayah negara lain.

d. Penggolongan Hukum Berdasarkan Waktu Berlakunya


Ada 2 jenis hukum berdasarkan waktu berlakunya, berikut adalah penjelasan
penggolongan hukum berdasarkan tempat berlakunya:

 Ius Constitutum (hukum positif), adalah hukum yang berlaku sekarang dan hanya
bagi suatu masyarakat tertentu saja di dalam daerah tertentu. Contohnya
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945, Undang-Undang RI Nomor 12
tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia Ius Constituendum
(hukum negatif), adalah hukum yang diharapkan dapat berlaku pada waktu yang
akan datang. Misalnya rancangan undang-undang (RUU).

e. Penggolongan Hukum Berdasarkan Wujudnya

Ada 2 jenis hukum berdasarkan wujudnya, berikut penjelasannya:


 Hukum Objektif
Hukum yang mengatur tentang hubungan antar dua orang atau lebih yang
berlaku umum. Dalam artian, hukum di dalam suatu negara ini berlaku secara
umum dan tidak mengenai terhadap orang atau golongan tertentu saja.
 Hukum Subjektif
Hukum yang muncul dari hukum objektif dan berlaku terhadap seorang atau
lebih. Hukum subjektif ini juga sering disebut sebagai hak.

f. Penggolongan Hukum Berdasarkan Isinya

Ada 2 jenis-jenis hukum berdasarkan isinya, yakni hukum publik dan hukum
privat. Berikut adalah penjelasan penggolongan hukum menurut isinya :

 Hukum Publik (Hukum Negara)


Hukum publik atau disebut juga hukum negara, adalah jenis hukum yang
mengatur hubungan antara negara dengan individu atau warga negaranya.
Hukum publik umumnya menyangkut tentang kepentingan umum atau publik
dalam ruang lingkup masyarakat.
Hukum publik dibedakan menjadi beberapa macam antara lain adalah :
 Hukum Pidana, yaitu jenis hukum publik yang mengatur terkait pelanggaran dan
kejahatan, serta memuat larangan dan sanksi.
 Hukum Tata Negara, yaitu jenis hukum publik yang mengatur terkait hubungan
antara negara dengan bagian-bagiannya.
 Hukum Tata Usaha Negara, yaitu jenis hukum publik yang mengatur tentang
tugas dan kewajiban para pejabat negara secara administratif.
 Hukum Internasional, yaitu jenis hukum publik yang mengatur terkait hubungan
antar negara, seperti hukum perjanjian internasional, hukum perang
internasional, dan sejenisnya.
 Hukum Privat (Hukum Sipil)
Hukum privat atau yang disebut juga hukum sipil, adalah jenis hukum yang
berguna untuk mengatur hubungan antara individu satu dengan individu lainnya,
termasuk negara sebagai pribadi. Jenis hukum privat memfokuskan pada
kepentingan perseorangan.
Hukum privat dibedakan menjadi beberapa macam antara lain adalah :
 Hukum Perdata, adalah jenis hukum privat yang mengatur hubungan antar
individu secara umum, misalnya yaitu hukum keluarga, hukum perjanjian, hukum
kekayaan, hukum waris, hukum perkawinan, dan sebagainya.
 Hukum Perniagaan, adalah jenis hukum privat yang mengatur hubungan antar
individu di dalam kegiatan perdagangan, misalnya yaitu hukum jual beli, hutang
utang piutang, hukum mendirikan perusahaan dagang, dan sebagainya.

g. Penggolongan Hukum Berdasarkan Cara
Mempertahankannya

Ada 2 jenis-jenis hukum berdasarkan cara mempertahankannya, yakni hukum


material dan hukum formal. Berikut adalah penjelasan penggolongan hukum
menurut cara mempertahankannya :

 Hukum Material
Hukum material adalah jenis hukum yang mengatur hubungan antara anggota
masyarakat yang berlaku secara umum mengenai hal-hal yang dilarang serta
hal-hal yang dibolehkan untuk dilakukan. Contohnya adalah hukum pidana,
hukum perdata, hukum dagang dan sebagainya.
 Hukum Formal
Hukum formal adalah jenis hukum yang mengatur tentang bagaimana cara
mempertahankan dan melaksanakan hukum material. Contohnya adalah Hukum
Acara Pidana (KUHAP), Hukum Acara Perdata, dan sebagainya.

4. Tujuan Hukum

Tujuan hukum yang paling utama adalah untuk mendapatkan keadilan. Hukum juga
bertujuan untuk menegakkan ketertiban. Ketertiban adalah syarat pokok bagi adanya
masyarakat manusia yang teratur.

Tujuan hukum adalah mengadakan keselamatan, kebahagiaan dan tata tertib dalam
masyarakat. Hukum bertujuan menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat dan
hukum itu harus pula bersendikan pada keadilan, yaitu asas-asas keadilan dari masyarakat.
Tujuan hukum menurut ahli

1.Roscoe Pound

Menurut Roscoe Pound ada empat tujuan hukum. Pertama, untuk menjaga hukum dan
ketertiban dalam masyarakat. Kedua, untuk mempertahankan status quo dalam
masyarakat. Ketiga, untuk memungkinkan individu memiliki kebebasan maksimum.
Keempat, sebagai kepuasan maksimal dari kebutuhan rakyat.

2.Jeremy Bentham

Menurut Jeremy Bentham, tujuan hukum adalah untuk mewujudkan (kebahagiaan yang
sebesar-besarnya untuk sebanyak-banyaknya orang.

3.Gustav Radbruch

Gustav Radbruch memaparkan, tujuan hukum yaitu keadilan, kepastian, dan kemanfaatan.
Keadilan harus mempunyai posisi yang pertama dan yang paling utama dari pada
kepastian hukum dan kemanfaatan.

4.Aristoteles

Aristoteles mengungkapkan tujuan hukum adalah guna mencapai sebuah keadilan, artinya
memberikan kepada setiap orang atas apa yang sudah menjadi haknya. Teori itu kini
dikenal sebagai teori etis.

5.Mochtar Kusumaatmadja

Tujuan hukum adalah terpelihara dan terjaminnya keteraturan (kepastian) dan ketertiban.
Tanpa keteraturan dan ketertiban kehidupan manusia yang wajar memang tidak mungkin,
seseorang tidak dapat mengembangkan bakatnya tanpa adanya kepastian dan keteraturan.

6.S. M Amin

Tujuan hukum adalah mengadakan ketertiban dalam pergaulan manusia, sehingga


keamanan dan ketertiban terpelihara.
Tujuan hukum menurut Gustav Radbruch

Tujuan hukum menurut Gustav Radbruch dijadikan asas prioitas para ahli hukum. Ada tiga
tujuan hukum yang dikemukakan Radbruch. Ini meliputi keadilan, kepastian, dan
kemanfaatan.

Keadilan

Keadilan sudah cukup apabila kasus-kasus yang sama diperlakukan secara sama. Tujuan
hukum satu-satunya adalah menegakkan keadilan. Keadilan harus mempunyai posisi yang
pertama dan yang paling utama dari pada kepastian hukum dan kemanfaatan. Jika keadilan
yang dikejar maka kepastian dan kemanfaatan akan terwujud.

Kepastian

Kepastian adalah tuntunan utama terhadap hukum. Hukum dituntut untuk memiliki
kepastian dengan maksud bahwa hukum tidak boleh berubah-ubah. Sebuah undang-
undang yang telah diberlakukan akan mengikat bagi setiap orang dan sifatnya tetap sampai
undang-undang tersebut ditarik kembali. Ini sebabnya, hukum berbentuk tertulis.

Kemanfaatan

Hukum harus ditujuakan untuk sesuatu yang berfadah atau bermanfaat. Tujuan hukum
adalah menghasilkan kesenangan atau kebahagiaan yang terbesar bagi jumlah orang yang
terbanyak.

5.TATA HUKUM INDONESIA

Tata hukum suatu negara (ius constitutum = hukum positif) adalah tata hukum yang
diterapkan atau disahkan oleh negara itu. Dalam kaitannya di Indonesia, yang ditata itu
adalah hukum positif yang berlaku di Indonesia.

Hukum yang sedang berlaku artinya apabila ketentuan-ketentuan hukum itu dilanggar maka
bagi si pelanggar akan dikenakan sanksi yang datangnya dari badan atau lembaga
berwenang. Dengan demikian dapat disimpulkan tata hukum Indonesia adalah hukum
(peraturan-peraturan hukum) yang sekarang berlaku di Indonesia (Prof. Soediman
Kartihadiprojo, SH). Dengan kata lain Tata Hukum Indonesia itu menata, menyusun,
mengatur tertib kehidupan masyarakat Indonesia.

Tata hukum Indonesia ditetapkan oleh masyarakat hukum Indonesia, yaitu Negara
Indonesia. Oleh sebab itu tata hukum Indonesia baru ada setelah lahirnya Negara
Indonesia yaitu tanggal 17 Agustus 1945. Pada saat berdirinya Negara Indonesia dibentuk
tata hukum Indonesia, hal tersebut dinyatakan dalam:
Proklamasi Kemerdekaan :

1. “Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia”.


2. Pembukaan UUD 1945 : “Kemudian daripada itu……..disusunlah kemerdekaan kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu susunan Undang-Undang Dasar Negara Indonesia …”.

Kedua pernyataan tersebut mengandung arti bahwa:

1. Menjadikan Indonesia suatu negara yang merdeka.


2. Penetapan tata hukum Indonesia secara tertulis yaitu dalam suatu Undang-Undang Dasar
Negara.

B. MENCERMATI SISTEM PERADILAN DI INDONESIA

1. Makna Lembaga Peradilan


Menurut buku Perbandingan Sistem Hukum karya Misbahul Huda (2020), pada dasarnya
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman adalah landasan hukum
sistem peradilan negara dan mengatur tentang peradilan dan pengadilan pada umumnya. Akan
tetapi, pada pasal 2 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman dijelaskan bahwa
peradilan dilakukan demi keadilan berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa dan peradilan negara
menerapkan serta menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan pancasila.
Berbeda halnya dengan istilah pengadilan yang disebutkan dalam pasal 4 Undang-Undang
Kekuasaan Kehakiman, yaitu pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak membeda-
bedakan orang dan pengadilan membantu pencari keadilan dan berusaha mengatasi segala
hambatan dan rintangan demi tercapainya peradilan yang sederhana, cepat, dan biaya ringan.

Jadi, kesimpulannya adalah peradilan merupakan proses menerapkan dan


menegakkan hukum demi keadilan, sedangkan pengadilan adalah tempat
mengadili dan membantu para pencari keadilan agar tercapai suatu peradilan.
Selain itu, peradilan adalah sebuah proses dalam rangka menegakkan hukum dan
keadilan atau proses mencari keadilan itu sendiri. Beda dengan pengadilan yang
merupakan lembaga tempat subjek hukum mencari keadilan.

2.Dasar Hukum Lembaga Peradilan

Adapun dasar hukum lembaga peradilan di Indonesia adalah: UUD 1945, UU Kekuasaan
Kehakiman, UU Mahkamah Agung, UU Peradilan Umum,  UU Peradilan Agama, UU Peradilan
Militer, UU Peradilan Tata Usaha Negara, UU MK.

Adapun penjabarannya adalah sebagai berikut : 

1. Pasal 24 ayat (2) UUD NRI Tahun 1945

Konstitusi kita yakni UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menjadi salah satu dasar dari
lembaga peradilan itu sendiri.
Pasal 24 ayat (2) UUD NRI 1945 :
Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang
berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama,
lingkungan peradilan militer, lingkunan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah
Mahkamah Konstitusi

2. Pasal 24 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945

Selain pasal 24 ayat (2), ayat berikutnya yakni ayat (3) juga menjadi salah satu dasar.
Pasal 24 ayat (3) UUD NRI 1945
Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman diatur dalam
undang-undang
 

3. UU Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman

Di Indonesia, dasar hukum kekuasaan kehakiman diatur oleh UU ini, dan tentunya menjadi
dasar lembaga peradilan di negara ini.

4. UU Nomor 3 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-


Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung

Pengaturan hukum tentang Mahkamah Agung diatur oleh UU ini. UU ini sudah seyogyanya
menjadi salah satu dasar hukum lembaga peradilan itu sendiri.
5. UU Nomor 49 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum

Pengaturan terkait Peradilan Umum diatur dalam UU ini, dan menjadi salah satu dasar hukum
lembaga peradilan.

6. UU Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan atas Undang-undang


Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama

UU ini adalah dasar pengaturan tentang peradilan agama di Indonesia, dan menjadi salah satu
dasar lembaga peradilan di Indonesia.

7. UU Nomor 31 Tahun 1997 Tentang Peradilan Militer

Sesuai dengan namanya, UU inilah yang mengatur badan peradilan di lingukunan peradilan
militer.

8. UU Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-


Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara

Peradilan Tata Usaha Negara yang disingkat PTUN diatur dalam UU ini. Lembaga peradilan
sudah pasti diatur oleh undang-undang ini.

9. UU Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang


Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi

Mahkamah Konstitusi yang biasa kita sebut MK diatur dalam UU ini, yang tentunya juga
mengatur tentang lembaga peradilan.

#Klasifikasi Lembaga Peradilan

Di Indonesia, lembaga peradilan itu dapat diklasifikasikan menjadi 2 bagian besar :


1. Dibawah naungan Mahmakah Agung
2. Dibawah naungan Mahkamah Konstitusi

Peradilan yang berada dibawah naungan Mahkamah Agung ini dibagi lagi menjadi 4


lingkungan peradilan, yakni sebagai berikut:
1. Peradilan Umum

Peradilan umum ini paling sering kita lihat dan temui, mulai kasus pidana seperti pencurian,
pembunuhan, narkoba, korupsi, ataupun kasus perdata seperti wanprestasi, perbuatan
melawan hukum, dan lain-lain.

Dasar hukumnya adalah :  UU Nomor 49 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum

Yang termasuk peradilan umum adalah :

a. Pengadilan Negeri

Pengadilan ini yang pertama kali memutus suatu perkara.


Pengadilan Negeri biasa disebut PN.
PN ini terletak di ibukota kabupaten/kota maupun ibukota provinsi
Contohnya adalah :
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Kelas IA Khusus
Pengadilan Negeri Kediri Kelas I-B.

b. Pengadilan Tinggi

Pengadilan Tinggi atau biasa disebut PT ini adalah pengadilan yang memeriksa upaya hukum
banding dari kasus yang diputus dalam pengadilan negeri.
Peadilan Tinggi hanya terletak di ibukota provinsi.
Contohnya :
Pengadilan Tinggi Tanjungkarang
Pengadilan Tinggi Makassar

2. Peradilan Agama

Peradilan agama adalah peradilan khusus orang-orang beragama Islam yang menangani
perkara seperti perkawinan, waris, hibah, wasiat, wakaf, zakat, infaq, shadaqah, dan ekonomi
syari'ah.
Dasar hukumnya adalah :  UU Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan atas Undang-undang
Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama

Yang termasuk peradilan agama adalah :

a. Pengadilan Agama

Pengadilan agama tingkat pertama, yang terletak di ibu kota kabupaten ataupun kota. Biasa
disebut PA.
Contohnya :
Pengadilan Agama Jakarta Selatan
Pengadilan Agama Banjarnegara Kelas I A
b. Pengadilan Tinggi Agama

Adalah pengadilan tingkat banding dari kasus-kasus yang telah diputus di pengadilan agama.
Biasa disingkat PTA.
Pengadilan Tinggi Agama ini terletak hanya di ibukota provinsi
Contoh :
Pengadilan Tinggi Agama Makssar
Pengadilan Tinggi Agama Yogyakarta

3. Peradilan Militer

Peradilan militer adalah peradilan khusus untuk anggota Tentara Negara Indonesia (TNI).
Dasar hukumnya adalah UU Nomor 31 Tahun 1997 Tentang Peradilan Militer.

Adapun yang termasuk peradilan militer antara lain :

a. Pengadilan Militer

Peradilan Tinggi tingkat pertama yang mengadili perkara kejahatan ataupun pelanggaran yang
dilakukan TNI yang pangkatnya Kapten dan kebawahnya. Pengadilan ini biasa disebut Dilmil.
Contoh :
Pengadilan Milliter III-14 Denpasar
Pengadilan Militer III-19 Jayapura

b. Pengadilan Militer Tinggi

Adalah peradilan tingkat pertama bagi TNI yang pangkatnya Mayor dan diatasnya. Sering juga
disebut Dilmilti.
Contohnya:
Pengadilan Militer Tinggi II Jakarta
Pengadilan Militer Tinggi I Medan

c. Pengadilan Militer Utama

Adalah peradilan yang menangani upaya hukum banding dari pengadilan militer ataupun
pengadilan militer tinggi.
Contoh : Pengadilan Militer Utama Jakarta

d. Pengadilan Militer Pertempuran

Adalah pengadilan khusus yang memeriksa dan memutus pada tingkat pertama dan terakhir
suatu perkara yang dilakukan oleh prajurit di medan pertempuran. Pengadilan ini sifatnya
insidentil yaitu
pembentukannya dapat sewaktu-waktu karena kondisi keadaan perang dan
pembentukannya berasal dari Keputusan Panglima TNI.
4. Peradilan Tata Usaha Negara

Peradilan Tata Usaha Negara yang biasa disebut PTUN adalah peradilan yang khusus mengani
sengketa tata usaha negara.
Dasar hukumnya adalah Undang Nomor 5 Tahun 1986 jo. Undang-Undang Nomor 9 Tahun
2004 jo. Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009

Adapun yang termasuk dalam peradilan tata usaha negara ini adalah :

a. Pengadilan Tata Usaha Negara

Adalah pengadilan tingkat pertama yang menangani kasus sengketa TUN ini.
Pengadilan ini terletak di ibukota kabupaten maupun kota.
Contohnya :
Pengadilan Tata Usaha Negara Semarang
Pengadilan Tata Usaha Negara Kupang

b. Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara

Adalah pengadilan yang menangani upaya hukum banding kasus yang diputus dari pengadilan
tata usaha negara.
Pengadilan ini terletak di ibukota provinsi.
Contohnya :
Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Makasaar
Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Surabaya

Mahkamah Agung sendiri adalah peradilan tertinggi yang menangani kasus-kasus yang


dimintai upaya hukum kasasi dari peradilan umum, agama, militer dan tata usaha negara.

Agar semakin jelas, peradilan punya tingkatan-tingkatannya yakni  :

Pengadilan Tingkat Pertama


Adalah pengadilan yang menangani kasus untuk pertama kalinya. Mulai dari menerima,
memeriksa dan memutus perkara-perkara sesuai kewenangannya.
Contohnya : Pengadilan Negeri, pengadilan agama, pengadilan tata usaha negara, pengadilan
militer.
Pengadilan Tingkat Banding
Adalah pengadilan yang menangani upaya hukum banding dari kasus yang sudah diputus di
pengadilan tingkat pertama.
Contohnya : Pengadilan tinggi, pengadilan tinggi agama, pengadilan militer utama, pengadilan
tinggi tata usaha negara.
Pengadilan Tingkat Kasasi
Adalah pengadilan yang bertugas menangani upaya hukum kasasi. Kewenangan ini hanya
dimiliki oleh Mahkamah Agung (MA).

Sedangkan Mahkamah Konstitusi (MK) adalah peradilan tingkat pertama dan terakhir dan


putusannya bersifat final.
MK ini khusus menangani kasus-kasus seperti :

 menguji undang-undang terhadap UUD 1945


 memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh
UUD NRI Tahun 1945
 memutus pembubaran partai politik
 memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum
 dan kewenangan lain yang diberikan oleh undang-undang

# Perangkat Lembaga Peradilan

Perangkat lembaga peradilan di lingkungan:

 Peradilan umum memiliki perangkat lembaga yaitu, pengadilan tinggi, pengadilan


negeri, mahkamah agung.
 Peradilan agama memiliki perangkat lembaga yaitu, pengadilan agama, pengadilan
tinggi agama
 Peradilan militer memiliki perangkat lembaga yaitu, pengadilan militer, pengadilan
tinggi militer, pengadilan utama, pengadilan militer pertempuran.
 Peradilan tata usaha negara memiliki perangkat lembaga yaitu, pengadilan tata
usaha negara, pengadilan tinggi tata usaha negara.
 Mahkamah konstitusi memiliki perangkat lembaga yaitu, sekretarian jenderal,
kepaniteraan.

Lembaga peradilan di Indonesia memiliki beberapa dasar hukum, yaitu:

1. Pasal 1 ayat 3 UUD 1945 yang menegaskan bahwa kekuasaan negara dijalankan atas
dasar hukum yang baik dan adil.
2. Pasal 24 ayat 1 UUD 1945 yang menegaskan kekuasaan hakim harus bebas dari
campur tangan kekuasaan lain.
3. Pasal 24 ayat 2 UUD 1945 yang menegaskan bahwa kekuasaan kehakiman
dilaksanakan oleh mahkamah agung dan badan peradilan yang ada di bahwanya.
4. Pasal 24 B UUD 1945 yang mengatur bahwa suatu lembaga baru yang berakaitan
dengan penyelenggaraan kekuasaan hakim.
5. UU no 14 tahun 1970 yang berisi ketentuan pokok kekuasaan hakim.
Peranan lembaga peradilan di Indonesia

 Pengadilan memeriksa, mengadili, dan memutus perkara dengan hadirnya terdakwa,


kecuali undang-undang menentukan lain.  
 Pengadilan mengadili menurut hukum ayng berlaku dan dengan tidak membeda-
bedakan setiap orang.
 Peradilan dilakukan demi keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
 Pengadilan membantu pencari keadilan dan berusaha mengatasi segala hambatan.
 Pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa, mengadili, dan memutus suatu
perkara yang diajukan.

C.MENAMPILKAN SIKAP YANG SESUAI DENGAN HUKUM

1. Perilaku yang Sesuai dengan Hukum

Kesadaran hukum merupakan kesadaran atau nilai-nilai yang ada di dalam diri
manusia mengenai hukum yang ada.”

#Perilaku yang Sesuai dengan Hukum

Ketaatan dan kepatuhan terhadap hukum yang berlaku merupakan sebuah konsep
nyata dalam diri seseorang yang diwujudkan dalam perilaku yang sesuai dengan
hukum.

Tingkat kepatuhan terhadap hukum yang ditunjukkan seseorang, secara langsung


menunjukkan tingkat kesadaran hukum yang dimilikinya.

“Menaati hukum yang berlaku di dalam kehidupan menunjukkan tingkat


kesadaran hukum sebagai warga negara.”

Kepatuhan hukum sendiri memiliki arti bahwa seseorang memiliki kesadaran untuk
memahami dan menggunakan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Selain itu, juga untuk mempertahankan tertib hukum yang ada dan menegakkan
kepastian hukum dalam bermasyarakat.

Berikut beberapa sikap yang sesuai dengan hukum, di antaranya:

1. Mematuhi perintah orang tua


2. Mengikuti proses belajar mengajar di sekolah dengan baik.

3. Mengikuti kegiatan kerja bakti di lingkungan rumah.

4. Mematuhi rambu-rambu lalu lintas.

#Sikap yang Bertentangan dengan Hukum

Timbulnya perilaku yang bertentangan dengan hukum ini terjadi karena rendahnya
kesadaran hukum yang dimiliki masyarakat.

Sehingga, masyarakat melakukan pelanggaran terhadap hukum yang sudah


ditetapkan.

“Mematuhi rambu-rambu lalu lintas merupakan salah satu sikap yang sesuai
dengan hukum.”

Perilaku yang bertentangan dengan hukum sendiri bisa timbul sebagai akibat dari
rendahnya kesadaran hukum.

Ketidakpatuhan ini sendiri bisa disebabkan karena pelanggar hukum menganggap


pelanggaran sebagai kebiasaan dan hukum yang berlaku sudah tidak sesuai dengan
tuntutan kehidupan.

Beberapa perilaku tersebut dilakukan oleh masyarakat ataupun aparat penegak hukum


itu sendiri.

1. Melawan perintah orang tua.

2. Menyontek teman saat ujian sekolah.

3. Merusak fasilitas umum secara sengaja.

4. Mengambil barang milik orang lain.

5. Melanggar peraturan rambu-rambu lalu lintas saat berkendara.

Itulah beberapa sikap yang sesuai dan bertentangan terhadap hukum di masyarakat


yang dilakukan oleh warga Negara.

# Macam- Macam Sanksi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) norma merupakan aturan atau
ketentuan yang mengikat warga kelompok dalam masyarakat, dipakai sebagai
panduan, tatanan, dan pengendali tingkah laku yang sesuai. Norma juga bisa diartikan
sebagai ketentuan yang mengatur tingkah laku manusia dalam kehidupan masyarakat.

Orang yang ingin hidup tenang dan harmonis, maka wajib mematuhi aturan atau
ketentuan tersebut. Jika melanggar, bakal mendapatkan sanksi baik hukum atau sosial.

Sanksi dapat diartikan sebagai tindakan menghukum seseorang yang melanggar


aturan. Sanksi diperlukan untuk memastikan bahwa peraturan atau hukum tidak
dilanggar.

Sanksi dapat menjadi pengikat sebuah aturan. Dengan adanya sanksi diharapkan
masyarakat bisa menaati dan tidak melanggar aturan yang diberlakukan.

Agar Anda dapat lebih memahami mengenai penjelasan norma, berikut ini
merdeka.com telah merangkum 4 macam norma dan sanksinya dalam kehidupan
bermasyarakat yang dilansir dari Brilio.net.

2 dari 5 halaman

1. Norma Agama

Macam norma yang pertama adalah norma agama. Agama menjadi pedoman manusia
dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Keyakinan yang dimiliki berbagai agama juga
memiliki aturan serta hukuman bagi siapa yang melanggarnya.

BACA JUGA:
Rekomendasi Wisata Pacet yang Wajib Dikunjungi, Ini Daftarnya30 Kata-Kata Bijak Noam
Chomsky, Penuh Makna Mendalam

Tentu Tuhan menjadi penguasa tertinggi dalam agama. Maka dari itu tidak seharusnya
manusia melakukan pelanggaran terhadap norma agama.
Norma agama memiliki sifat dogmatis, artinya tidak boleh dikurangi dan tidak boleh
ditambah. Maka, setiap orang dituntut untuk menjalankan norma sesuai dengan agama
atau kepercayaannya masing-masing.

Aturan yang ditetapkan dalam sebuah agama biasanya sudah tertuang dalam kitab
suci. Di dalamnya terdapat ajaran dan arahan dalam menjalani hidup.

Di dalam kitab suci dilengkapi pula sanksi atau hukuman yang akan diterima seseorang
apabila melanggarnya. Namun pada norma agama, sebuah sanksi tidak bisa langsung
diberikan saat itu juga. Sanksi atau hukuman akan diberikan setelah manusia
meninggal dunia yaitu berupa dosa atau hukuman yang berlaku pada masing-masing
agama.

2. Norma Kesopanan

Macam norma yang berikutnya dinamakan dengan norma kesopanan. Norma


kesopanan menjadi aturan yang berkaitan dengan sopan santun, tata krama, atau adat
istiadat.

Norma kesopanan yang berlaku di Indonesia bisa berbeda pada satu daerah dengan
daerah yang lain. Sebab, Indonesia terdiri dari banyak budaya, suku, dan adat istiadat
yang berbeda-beda.

Namun pada dasarnya, norma kesopanan lahir dari kebiasaan yang timbul di tengah
masyarakat. Bagaimana cara masyarakat dalam bergaul bisa membentuk sebuah
norma kesopanan. Norma ini didasari oleh beberapa hal di antaranya, yaitu kebiasaan,
kepatutan, kepantasan yang berlaku dalam masyarakat.
3. Norma Hukum

Macam norma yang berikutnya yaitu norma hukum. Norma hukum sendiri memiliki arti
yaitu peraturan hidup yang dibuat lembaga kekuasaan negara yang bertujuan
mewujudkan ketertiban dan kedamaian dalam masyarakat, menciptakan keadilan dan
kepastian hukum. Sehingga, bisa melindungi kepentingan orang lain misalnya berkaitan
dengan jiwa, badan, kehormatan dan kekayaan harta benda.

Norma hukum bertujuan untuk menciptakan tatanan kehidupan bermasyarakat,


berbangsa, dan bernegara yang tertib, aman, rukun, dan damai. Norma ini tentu juga
memiliki sanksi bagi pelanggarnya.

Sesuai dengan namanya, orang yang melanggar akan mendapatkan hukuman berupa
denda atau bahkan kurungan penjara. Hal ini akan ditetapkan oleh pihak yang
berwenang dalam memberikan keputusan.

4. Norma Susila

Macam norma yang keempat dinamakan dengan norma susila. Norma ini merupakan
peraturan hidup yang bersumber dari hati nurani manusia. Norma ini menentukan mana
yang baik dan buruk sesuai kebaikan yang ada dalam diri masing masing orang.

Norma susila atau kesusilaan memiliki tujuan agar masyarakat bisa berperilaku baik
dan menghindari perilaku tercela. Hampir mirip dengan norma kesopanan, aturan ini
membentuk sikap seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungan.

Salah satu contoh sederhana penerapan norma susila adalah sikap ramah bertetangga,
menolong orang yang kesulitan, hingga berani berkata benar. Norma ini melibatkan hati
nurani seseorang dalam melakukan sebuah tindakan. Sebagai aturan yang mengatur
kehidupan sosial, tentu hukuman yang diberikan juga berupa sanksi sosial, seperti
halnya dengan dikucilkan dari masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai