Seorang filsuf pernah mngatakan bahwa hukum itu ibarat pagar di kebun binatang
sebab orang akan berani mengunjungi kebun binatang karena ada pagar yang
membatasi antara pengunjung dengan hewan liar yang ada dikebun tersebut dengan
para manusia yang berada di kebun tersebut.
Bahwa hukum adalah seluruh peraturan yang memiliki sifat memaksa yang memang
sengaja diadakan dengan tujuan untuk mengatur serta melindungi terhadap
kepentingan orang yang berbeda di tengah masyarakat.
b. Menurut Duguit.
Bahwa hukum adalah suatu tingkah laku anggota masyarakat atau berbagai aturan
yang berguna pada saat tertentu dengan acuan dari masyarakat sebagai jaminan yang
berdasarkan kepentingan bersama terhadap diri orang yang melanggar dari peraturan
yang berlaku.
c. Menurut Plato.
Bahwa hukum memiliki arti sesuatu peraturan yang disusun secara sistematis dan
baik yang memiliki sifat mengikat hakim serta masyarakat.
Secara umum hukum merupakan sistem yang sengaja dibuat oleh manusia dengan
tujuan sebagai pembatas untuk berbagai tingkah laku dari manusia, agar tingkah laku
tersebut dapat dikontrol dengan kata lain bahwa hukum adalah berbagai dari aspek
yang sangat penting keberadaannya digunakan atas dan dari rangakaian kekuasaan
suatu kelembagaan.
Hukum terdiri dari peraturan – peraturan yang dibuat oleh suatu lembaga yang
mempunyai kewenangan, hukum juga memiliki sifat mengikat semua orang, maka
hukum wajib untuk ditaati sebab hukum mencakup semua aspek kehidupan manusia..
Hukum merupakan “aturan, tata tertib, dan kaidah hidup. Akan tetapi, hingga sampai
saat ini, masih belum terdapat kesepakatan yang pasti tentang rumusan arti dari hukum
itu sendiri.
Jadi untuk merumuskannya tidak akan mudah, sebab hukum itu meliputi banyak segi
dan bentuk sehingga satu Pengertian tidak mungkin mencakup segala segi dan bentuk
dari hukum. Selain itu, setiap orang atau ahli akan memberikan arti yang berlainan
sesuai dengan sudut pandang masing-masing yang akan menonjolkan segi-segi
tertentu dari hukum.
Hal ini sesuai dengan pendapat dari “ Van Apeldorn “ bahwa defenisi tentang hukum
sangat sulit untuk dibuat sebab tidak memungkinkan untuk mengadakannya sesuai
dengan kenyataan. Akan tetrapi, meskipun sulit merumuskan defenisi yang baku
tentang hukum, didalam hukum terdapat beberapa unsur – unsur yang diantaranya
adalah sebagai berikut;
- Karakteristik Hukum.
Adapun yang menjadi karakteristik dari hukum adalah adanya perintah dan larangan;
perintah atau larangan tersebut harus dipatuhi oleh semua orang. Hukum berlaku di
masyarakat dan di taati oleh masyarakat sebab hukum memiliki sifat memaksa dan
mengatur.
Hukum dapat memaksa seseorang untuk mentaati tata tertib yang berlaku di dalam
masyarakat dan terhadap orang yang tidak mentaatinya akan diberikan sanksi yang
tegas. Dengan demikian, suatu ketentuan hukum mempunyai tugas sebagai berikut :
3.Penggolongan Hukum
Ada dua jenis hukum berdasarkan bentuknya, hukum tertulis dan hukum
tidak tertulis Berikut adalah penjelasannya :
Hukum Tertulis
Hukum tertulis adalah hukum tertulis adalah hukum yang telah dicantumkan
dalam berbagai peraturan perundang-undangan secara tertulis. Contoh hukum
tertulis adalah UUD 1945, keputusan presiden, KUHP, dan lain-lain.
Hukum Tidak Tertulis
Hukum tidak tertulis adalah hukum yang berlaku serta diyakini oleh masyarakat
dan dipatuhi, akan tetapi tidak dibentuk menurut prosedur yang formal,
melainkan lahir dan tumbuh di kalangan masyarakat tersebut. Contoh hukum
tidak tertulis adalah hukum adat, hukum agama, dan lain-lain.
Hukum Nasional
Hukum nasional adalah jenis hukum yang berlaku di dalam wilayah negara
tertentu. Hukum nasional harus dilaksanakan oleh warga negara tersebut.
Hukum Internasional
Hukum internasional adalah jenis hukum yang berguna untuk mengatur
hubungan hukum antar negara di dalam hubungan internasional. Hukum
internasional ini berlaku secara universal, yang berarti dapat berlaku secara
keseluruhan terhadap negara-negara yang mengikatkan diri dalam perjanjian
internasional tertentu.
Hukum Asing
Yakni hukum yang berlakunya di dalam wilayah negara lain.
Ius Constitutum (hukum positif), adalah hukum yang berlaku sekarang dan hanya
bagi suatu masyarakat tertentu saja di dalam daerah tertentu. Contohnya
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945, Undang-Undang RI Nomor 12
tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia Ius Constituendum
(hukum negatif), adalah hukum yang diharapkan dapat berlaku pada waktu yang
akan datang. Misalnya rancangan undang-undang (RUU).
Ada 2 jenis-jenis hukum berdasarkan isinya, yakni hukum publik dan hukum
privat. Berikut adalah penjelasan penggolongan hukum menurut isinya :
Hukum Material
Hukum material adalah jenis hukum yang mengatur hubungan antara anggota
masyarakat yang berlaku secara umum mengenai hal-hal yang dilarang serta
hal-hal yang dibolehkan untuk dilakukan. Contohnya adalah hukum pidana,
hukum perdata, hukum dagang dan sebagainya.
Hukum Formal
Hukum formal adalah jenis hukum yang mengatur tentang bagaimana cara
mempertahankan dan melaksanakan hukum material. Contohnya adalah Hukum
Acara Pidana (KUHAP), Hukum Acara Perdata, dan sebagainya.
4. Tujuan Hukum
Tujuan hukum yang paling utama adalah untuk mendapatkan keadilan. Hukum juga
bertujuan untuk menegakkan ketertiban. Ketertiban adalah syarat pokok bagi adanya
masyarakat manusia yang teratur.
Tujuan hukum adalah mengadakan keselamatan, kebahagiaan dan tata tertib dalam
masyarakat. Hukum bertujuan menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat dan
hukum itu harus pula bersendikan pada keadilan, yaitu asas-asas keadilan dari masyarakat.
Tujuan hukum menurut ahli
1.Roscoe Pound
Menurut Roscoe Pound ada empat tujuan hukum. Pertama, untuk menjaga hukum dan
ketertiban dalam masyarakat. Kedua, untuk mempertahankan status quo dalam
masyarakat. Ketiga, untuk memungkinkan individu memiliki kebebasan maksimum.
Keempat, sebagai kepuasan maksimal dari kebutuhan rakyat.
2.Jeremy Bentham
Menurut Jeremy Bentham, tujuan hukum adalah untuk mewujudkan (kebahagiaan yang
sebesar-besarnya untuk sebanyak-banyaknya orang.
3.Gustav Radbruch
Gustav Radbruch memaparkan, tujuan hukum yaitu keadilan, kepastian, dan kemanfaatan.
Keadilan harus mempunyai posisi yang pertama dan yang paling utama dari pada
kepastian hukum dan kemanfaatan.
4.Aristoteles
Aristoteles mengungkapkan tujuan hukum adalah guna mencapai sebuah keadilan, artinya
memberikan kepada setiap orang atas apa yang sudah menjadi haknya. Teori itu kini
dikenal sebagai teori etis.
5.Mochtar Kusumaatmadja
Tujuan hukum adalah terpelihara dan terjaminnya keteraturan (kepastian) dan ketertiban.
Tanpa keteraturan dan ketertiban kehidupan manusia yang wajar memang tidak mungkin,
seseorang tidak dapat mengembangkan bakatnya tanpa adanya kepastian dan keteraturan.
6.S. M Amin
Tujuan hukum menurut Gustav Radbruch dijadikan asas prioitas para ahli hukum. Ada tiga
tujuan hukum yang dikemukakan Radbruch. Ini meliputi keadilan, kepastian, dan
kemanfaatan.
Keadilan
Keadilan sudah cukup apabila kasus-kasus yang sama diperlakukan secara sama. Tujuan
hukum satu-satunya adalah menegakkan keadilan. Keadilan harus mempunyai posisi yang
pertama dan yang paling utama dari pada kepastian hukum dan kemanfaatan. Jika keadilan
yang dikejar maka kepastian dan kemanfaatan akan terwujud.
Kepastian
Kepastian adalah tuntunan utama terhadap hukum. Hukum dituntut untuk memiliki
kepastian dengan maksud bahwa hukum tidak boleh berubah-ubah. Sebuah undang-
undang yang telah diberlakukan akan mengikat bagi setiap orang dan sifatnya tetap sampai
undang-undang tersebut ditarik kembali. Ini sebabnya, hukum berbentuk tertulis.
Kemanfaatan
Hukum harus ditujuakan untuk sesuatu yang berfadah atau bermanfaat. Tujuan hukum
adalah menghasilkan kesenangan atau kebahagiaan yang terbesar bagi jumlah orang yang
terbanyak.
Tata hukum suatu negara (ius constitutum = hukum positif) adalah tata hukum yang
diterapkan atau disahkan oleh negara itu. Dalam kaitannya di Indonesia, yang ditata itu
adalah hukum positif yang berlaku di Indonesia.
Hukum yang sedang berlaku artinya apabila ketentuan-ketentuan hukum itu dilanggar maka
bagi si pelanggar akan dikenakan sanksi yang datangnya dari badan atau lembaga
berwenang. Dengan demikian dapat disimpulkan tata hukum Indonesia adalah hukum
(peraturan-peraturan hukum) yang sekarang berlaku di Indonesia (Prof. Soediman
Kartihadiprojo, SH). Dengan kata lain Tata Hukum Indonesia itu menata, menyusun,
mengatur tertib kehidupan masyarakat Indonesia.
Tata hukum Indonesia ditetapkan oleh masyarakat hukum Indonesia, yaitu Negara
Indonesia. Oleh sebab itu tata hukum Indonesia baru ada setelah lahirnya Negara
Indonesia yaitu tanggal 17 Agustus 1945. Pada saat berdirinya Negara Indonesia dibentuk
tata hukum Indonesia, hal tersebut dinyatakan dalam:
Proklamasi Kemerdekaan :
Adapun dasar hukum lembaga peradilan di Indonesia adalah: UUD 1945, UU Kekuasaan
Kehakiman, UU Mahkamah Agung, UU Peradilan Umum, UU Peradilan Agama, UU Peradilan
Militer, UU Peradilan Tata Usaha Negara, UU MK.
Konstitusi kita yakni UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menjadi salah satu dasar dari
lembaga peradilan itu sendiri.
Pasal 24 ayat (2) UUD NRI 1945 :
Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang
berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama,
lingkungan peradilan militer, lingkunan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah
Mahkamah Konstitusi
Selain pasal 24 ayat (2), ayat berikutnya yakni ayat (3) juga menjadi salah satu dasar.
Pasal 24 ayat (3) UUD NRI 1945
Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman diatur dalam
undang-undang
Di Indonesia, dasar hukum kekuasaan kehakiman diatur oleh UU ini, dan tentunya menjadi
dasar lembaga peradilan di negara ini.
Pengaturan hukum tentang Mahkamah Agung diatur oleh UU ini. UU ini sudah seyogyanya
menjadi salah satu dasar hukum lembaga peradilan itu sendiri.
5. UU Nomor 49 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum
Pengaturan terkait Peradilan Umum diatur dalam UU ini, dan menjadi salah satu dasar hukum
lembaga peradilan.
UU ini adalah dasar pengaturan tentang peradilan agama di Indonesia, dan menjadi salah satu
dasar lembaga peradilan di Indonesia.
Sesuai dengan namanya, UU inilah yang mengatur badan peradilan di lingukunan peradilan
militer.
Peradilan Tata Usaha Negara yang disingkat PTUN diatur dalam UU ini. Lembaga peradilan
sudah pasti diatur oleh undang-undang ini.
Mahkamah Konstitusi yang biasa kita sebut MK diatur dalam UU ini, yang tentunya juga
mengatur tentang lembaga peradilan.
Peradilan umum ini paling sering kita lihat dan temui, mulai kasus pidana seperti pencurian,
pembunuhan, narkoba, korupsi, ataupun kasus perdata seperti wanprestasi, perbuatan
melawan hukum, dan lain-lain.
Dasar hukumnya adalah : UU Nomor 49 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum
a. Pengadilan Negeri
b. Pengadilan Tinggi
Pengadilan Tinggi atau biasa disebut PT ini adalah pengadilan yang memeriksa upaya hukum
banding dari kasus yang diputus dalam pengadilan negeri.
Peadilan Tinggi hanya terletak di ibukota provinsi.
Contohnya :
Pengadilan Tinggi Tanjungkarang
Pengadilan Tinggi Makassar
2. Peradilan Agama
Peradilan agama adalah peradilan khusus orang-orang beragama Islam yang menangani
perkara seperti perkawinan, waris, hibah, wasiat, wakaf, zakat, infaq, shadaqah, dan ekonomi
syari'ah.
Dasar hukumnya adalah : UU Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan atas Undang-undang
Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama
a. Pengadilan Agama
Pengadilan agama tingkat pertama, yang terletak di ibu kota kabupaten ataupun kota. Biasa
disebut PA.
Contohnya :
Pengadilan Agama Jakarta Selatan
Pengadilan Agama Banjarnegara Kelas I A
b. Pengadilan Tinggi Agama
Adalah pengadilan tingkat banding dari kasus-kasus yang telah diputus di pengadilan agama.
Biasa disingkat PTA.
Pengadilan Tinggi Agama ini terletak hanya di ibukota provinsi
Contoh :
Pengadilan Tinggi Agama Makssar
Pengadilan Tinggi Agama Yogyakarta
3. Peradilan Militer
Peradilan militer adalah peradilan khusus untuk anggota Tentara Negara Indonesia (TNI).
Dasar hukumnya adalah UU Nomor 31 Tahun 1997 Tentang Peradilan Militer.
a. Pengadilan Militer
Peradilan Tinggi tingkat pertama yang mengadili perkara kejahatan ataupun pelanggaran yang
dilakukan TNI yang pangkatnya Kapten dan kebawahnya. Pengadilan ini biasa disebut Dilmil.
Contoh :
Pengadilan Milliter III-14 Denpasar
Pengadilan Militer III-19 Jayapura
Adalah peradilan tingkat pertama bagi TNI yang pangkatnya Mayor dan diatasnya. Sering juga
disebut Dilmilti.
Contohnya:
Pengadilan Militer Tinggi II Jakarta
Pengadilan Militer Tinggi I Medan
Adalah peradilan yang menangani upaya hukum banding dari pengadilan militer ataupun
pengadilan militer tinggi.
Contoh : Pengadilan Militer Utama Jakarta
Adalah pengadilan khusus yang memeriksa dan memutus pada tingkat pertama dan terakhir
suatu perkara yang dilakukan oleh prajurit di medan pertempuran. Pengadilan ini sifatnya
insidentil yaitu
pembentukannya dapat sewaktu-waktu karena kondisi keadaan perang dan
pembentukannya berasal dari Keputusan Panglima TNI.
4. Peradilan Tata Usaha Negara
Peradilan Tata Usaha Negara yang biasa disebut PTUN adalah peradilan yang khusus mengani
sengketa tata usaha negara.
Dasar hukumnya adalah Undang Nomor 5 Tahun 1986 jo. Undang-Undang Nomor 9 Tahun
2004 jo. Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009
Adapun yang termasuk dalam peradilan tata usaha negara ini adalah :
Adalah pengadilan tingkat pertama yang menangani kasus sengketa TUN ini.
Pengadilan ini terletak di ibukota kabupaten maupun kota.
Contohnya :
Pengadilan Tata Usaha Negara Semarang
Pengadilan Tata Usaha Negara Kupang
Adalah pengadilan yang menangani upaya hukum banding kasus yang diputus dari pengadilan
tata usaha negara.
Pengadilan ini terletak di ibukota provinsi.
Contohnya :
Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Makasaar
Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Surabaya
1. Pasal 1 ayat 3 UUD 1945 yang menegaskan bahwa kekuasaan negara dijalankan atas
dasar hukum yang baik dan adil.
2. Pasal 24 ayat 1 UUD 1945 yang menegaskan kekuasaan hakim harus bebas dari
campur tangan kekuasaan lain.
3. Pasal 24 ayat 2 UUD 1945 yang menegaskan bahwa kekuasaan kehakiman
dilaksanakan oleh mahkamah agung dan badan peradilan yang ada di bahwanya.
4. Pasal 24 B UUD 1945 yang mengatur bahwa suatu lembaga baru yang berakaitan
dengan penyelenggaraan kekuasaan hakim.
5. UU no 14 tahun 1970 yang berisi ketentuan pokok kekuasaan hakim.
Peranan lembaga peradilan di Indonesia
Kesadaran hukum merupakan kesadaran atau nilai-nilai yang ada di dalam diri
manusia mengenai hukum yang ada.”
Ketaatan dan kepatuhan terhadap hukum yang berlaku merupakan sebuah konsep
nyata dalam diri seseorang yang diwujudkan dalam perilaku yang sesuai dengan
hukum.
Kepatuhan hukum sendiri memiliki arti bahwa seseorang memiliki kesadaran untuk
memahami dan menggunakan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Selain itu, juga untuk mempertahankan tertib hukum yang ada dan menegakkan
kepastian hukum dalam bermasyarakat.
Timbulnya perilaku yang bertentangan dengan hukum ini terjadi karena rendahnya
kesadaran hukum yang dimiliki masyarakat.
“Mematuhi rambu-rambu lalu lintas merupakan salah satu sikap yang sesuai
dengan hukum.”
Perilaku yang bertentangan dengan hukum sendiri bisa timbul sebagai akibat dari
rendahnya kesadaran hukum.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) norma merupakan aturan atau
ketentuan yang mengikat warga kelompok dalam masyarakat, dipakai sebagai
panduan, tatanan, dan pengendali tingkah laku yang sesuai. Norma juga bisa diartikan
sebagai ketentuan yang mengatur tingkah laku manusia dalam kehidupan masyarakat.
Orang yang ingin hidup tenang dan harmonis, maka wajib mematuhi aturan atau
ketentuan tersebut. Jika melanggar, bakal mendapatkan sanksi baik hukum atau sosial.
Sanksi dapat menjadi pengikat sebuah aturan. Dengan adanya sanksi diharapkan
masyarakat bisa menaati dan tidak melanggar aturan yang diberlakukan.
Agar Anda dapat lebih memahami mengenai penjelasan norma, berikut ini
merdeka.com telah merangkum 4 macam norma dan sanksinya dalam kehidupan
bermasyarakat yang dilansir dari Brilio.net.
2 dari 5 halaman
1. Norma Agama
Macam norma yang pertama adalah norma agama. Agama menjadi pedoman manusia
dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Keyakinan yang dimiliki berbagai agama juga
memiliki aturan serta hukuman bagi siapa yang melanggarnya.
BACA JUGA:
Rekomendasi Wisata Pacet yang Wajib Dikunjungi, Ini Daftarnya30 Kata-Kata Bijak Noam
Chomsky, Penuh Makna Mendalam
Tentu Tuhan menjadi penguasa tertinggi dalam agama. Maka dari itu tidak seharusnya
manusia melakukan pelanggaran terhadap norma agama.
Norma agama memiliki sifat dogmatis, artinya tidak boleh dikurangi dan tidak boleh
ditambah. Maka, setiap orang dituntut untuk menjalankan norma sesuai dengan agama
atau kepercayaannya masing-masing.
Aturan yang ditetapkan dalam sebuah agama biasanya sudah tertuang dalam kitab
suci. Di dalamnya terdapat ajaran dan arahan dalam menjalani hidup.
Di dalam kitab suci dilengkapi pula sanksi atau hukuman yang akan diterima seseorang
apabila melanggarnya. Namun pada norma agama, sebuah sanksi tidak bisa langsung
diberikan saat itu juga. Sanksi atau hukuman akan diberikan setelah manusia
meninggal dunia yaitu berupa dosa atau hukuman yang berlaku pada masing-masing
agama.
2. Norma Kesopanan
Norma kesopanan yang berlaku di Indonesia bisa berbeda pada satu daerah dengan
daerah yang lain. Sebab, Indonesia terdiri dari banyak budaya, suku, dan adat istiadat
yang berbeda-beda.
Namun pada dasarnya, norma kesopanan lahir dari kebiasaan yang timbul di tengah
masyarakat. Bagaimana cara masyarakat dalam bergaul bisa membentuk sebuah
norma kesopanan. Norma ini didasari oleh beberapa hal di antaranya, yaitu kebiasaan,
kepatutan, kepantasan yang berlaku dalam masyarakat.
3. Norma Hukum
Macam norma yang berikutnya yaitu norma hukum. Norma hukum sendiri memiliki arti
yaitu peraturan hidup yang dibuat lembaga kekuasaan negara yang bertujuan
mewujudkan ketertiban dan kedamaian dalam masyarakat, menciptakan keadilan dan
kepastian hukum. Sehingga, bisa melindungi kepentingan orang lain misalnya berkaitan
dengan jiwa, badan, kehormatan dan kekayaan harta benda.
Sesuai dengan namanya, orang yang melanggar akan mendapatkan hukuman berupa
denda atau bahkan kurungan penjara. Hal ini akan ditetapkan oleh pihak yang
berwenang dalam memberikan keputusan.
4. Norma Susila
Macam norma yang keempat dinamakan dengan norma susila. Norma ini merupakan
peraturan hidup yang bersumber dari hati nurani manusia. Norma ini menentukan mana
yang baik dan buruk sesuai kebaikan yang ada dalam diri masing masing orang.
Norma susila atau kesusilaan memiliki tujuan agar masyarakat bisa berperilaku baik
dan menghindari perilaku tercela. Hampir mirip dengan norma kesopanan, aturan ini
membentuk sikap seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungan.
Salah satu contoh sederhana penerapan norma susila adalah sikap ramah bertetangga,
menolong orang yang kesulitan, hingga berani berkata benar. Norma ini melibatkan hati
nurani seseorang dalam melakukan sebuah tindakan. Sebagai aturan yang mengatur
kehidupan sosial, tentu hukuman yang diberikan juga berupa sanksi sosial, seperti
halnya dengan dikucilkan dari masyarakat.