Dosen Pengampu: 1. Dr. Kt. Sukewati Lanang P. Perbawa, S.H. 2. Ni Putu Noni Suharyanti, S.H., M.H.
Oleh:
Nama : I Komang Pratista Wiguna
NPM : 2304742010133 Kelas : 23 KA
PROGRAM STUDI HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR Pengertian Hukum Hukum adalah peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat yang dikukuhkan oleh penguasa atau pemerintah. Hukum juga meliputi aturan berupa undang-undang serta peraturan terkait, kaidah dalam masyarakat, dan keputusan yang ditetapkan oleh penegak hukum. Tujuan Hukum Diterapkan Ketika melakukan suatu kesalahan atau pelanggaran, hukum dapat bertindak sesuai dengan wewenangnya karena itu adalah tujuan hukum. Tujuan utamanya adalah untuk mengatur tingkah laku manusia dalam menjaga ketertiban, keadilan, serta mengantisipasi kekacauan di lingkungan. Namun , walaupun tujuannya sama . Tetapi cara untuk menjalankan hukumannya berbeda-beda disebabkan tergantung dengan keadaan
Pengertian Sistem Hukum
Istilah “Sistem” berasal dari bahasa Yunani “systema” yang dapat diartikan sebagai keseluruhan yang terdiri dari macam-macam fragmen. Secara generik, sistem didefinisikan berupa sekumpulan elemen-elemen yang saling berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu di dalam lingkungan yang kompleks. Pada definisi tersebut, Syarifin dalam (Solikin, 2014: 89) menandaskan bahwa ada lima unsur utama dalam sistem itu, di antaranya yakni: 1. Elemen-elemen atau bagian-bagian. 2. Adanya interaksi atau relasi antara elemen-elemen. 3. Adanya sesuatu yang mengikat elemen-elemen tersebut menjadi suatu kesatuan. 4. Terdapat tujuan bersama sebagai hasil akhir. 5. Berada dalam suatu lingkungan yang kompleks. Klasifikasi Hukum Hukum yang pengertian galibnya adalah klaster peraturan yang berisi perintah-perintah atawa larangan-larangan nan menjadi pedoman tingkah laku manusia dalam hidup bermasyarakat dan kepatuhannya dapat dipaksakan oleh penguasa, sebenarnya jamak sekali seluk beluk maupun lika-likunya. Dalam ihwal ini sampai-sampai diibaratkan Achmad Sanusi (dalam Adnyani, 2015: 38) bahwa hukum itu sebagaimana halnya dengan kendaraan bermotor yang sebenarnya banyak ragamnya, yaitu beraneka ragam bentuk, merek, ukuran, jua tenaga kudanya. Telah diketengahkan pula bahwasanya pembagian sistem hukum menjadi suatu fragmen-fragmen merupakan anasir dari sistem hukum itu sendiri. Untuk dapat mengadakan pembagian atau klasifikasi tentu juga harus ada kriterianya (Mertokusumo, 2020: 176). Kriteria ini merupakan prinsip (principle/beginsel) sebagai dasar klasifikasi. Dalam pelbagai kepustakaan dijumpai jenis-jenis pengklasifikasian sebagai berikut: 1. Berdasarkan sumber formalnya, (Adnyani, 2015: 38-39), hukum dapat diklasifikasikan menjadi: a. Hukum Undang-Undang, adalah hukum yang tercantum dalam peraturan perundang-undangan; b. Hukum Kebiasaan dan Hukum Adat adalah hukum yang berbentuk peraturan kebiasaan dan adat; c. Hukum Yurisprudensi merupakan hukum yang terbentuk dari putusan hakim. Putusan hakim tersebut kemudian diakui dan dijadikan dasar putusan oleh hakim lain dalam perkara yang sama. Ada dua macam yurisprudensi. Pertama, yurisprudensi tetap, yaitu keputusan-keputusan hakim yang berulang kali dipergunakan pada kasus yang sama. Kedua, yurisprudensi tidak tetap, yaitu yurisprudensi yang belum masuk dalam yurisprudensi tetap. d. Hukum Traktat adalah hukum yang ditetapkan oleh negara-negara peserta perjanjian internasional. Adapun macam-macam traktat antara lain: Traktat bilateral, perjanjian yang diadakan hanya oleh dua negara. Traktat multilateral, perjanjian internasional yang diikuti oleh beberapa negara. Traktat kolektif atau traktat terbuka, yaitu traktat multilateral yang memberikan kesempatan bagi negara lain yang belum bersepakat untuk kemudian ikut menyepakati perjanjian tersebut e. Hukum Perjanjian adalah hukum yang dibuat oleh para pihak nan mengadakan perjanjian. f. Hukum Ilmu (hukum doktrin), yaitu hukum yang bersumber dari pendapat para sarjana terkemuka atau hukum yang berasal dari doktrin.
2. Berdasarkan fungsinya, (Jaya, 2019: 129-130), hukum dapat
digolongkan sebagai berikut: a. Hukum Materiil adalah jenis hukum yang mengatur hubungan antara anggota masyarakat yang berlaku secara umum mengenai hal-hal yang dilarang serta hal-hal yang dibolehkan untuk dilakukan. a. Contohnya adalah hukum pidana, hukum perdata, hukum dagang dan sebagainya. b. Hukum Formal adalah jenis hukum yang mengatur tentang bagaimana cara mempertahankan dan melaksanakan hukum material. a. Contohnya adalah Hukum Acara Pidana, Hukum Acara Perdata, dan sebagainya.
3. Berdasarkan isi atau kepentingan yang diatur (Machmudin, 2013: 60),
hukum dapat diklasifikasikan menjadi: a. Hukum publik atau disebut juga hukum negara, yakni jenis hukum yang mengatur hubungan antara negara dengan individu atau warga negaranya. Hukum publik umumnya menyangkut tentang kepentingan umum atau publik dalam ruang lingkup masyarakat. Amsal: Hukum Pidana, Hukum Tata Negara, Hukum Adminstrasi Negara, jua Hukum Internasional. b. Hukum Privat atau disebut juga Hukum Sipil, yaitu jenis hukum yang berguna untuk mengatur hubungan antara individu satu dengan individu lainnya, termasuk negara sebagai pribadi. Jenis hukum privat memfokuskan pada kepentingan perseorangan. Amsalnya: Hukum Perdata, Hukum Ekonomi Bisnis.
4. Berdasarkan tempat atau wilayah berlakunya, (Asyhadie, Rachman, &
Mualifah. 2015: 12), hukum dapat digolongkan sebagai berikut: a. Hukum Nasional ialah jenis hukum yang berlaku di dalam wilayah negara tertentu. Hukum nasional harus dilaksanakan oleh warga negara tersebut. b. Hukum Internasional adalah jenis hukum yang berguna untuk mengatur hubungan hukum antar negara di dalam hubungan internasional. Hukum internasional ini berlaku secara universal, yang berarti dapat berlaku secara keseluruhan terhadap negara-negara yang mengikatkan diri dalam perjanjian internasional tertentu. c. Hukum Asing, yakni hukum yang berlakunya di dalam wilayah negara lain. d. Hukum Gereja merupakan sekumpulan norma yang ditetapkan oleh gereja dan berlaku untuk para anggotanya.
5. Berdasarkan bentuknya, (Solikin, 2014:106), hukum dapat
diklasifikasikan menjadi: a. Hukum tertulis adalah hukum yang telah dicantumkan dalam berbagai peraturan perundang-undangan secara tertulis. Contoh hukum tertulis adalah UUD 1945, keputusan presiden, KUHP, dan lain-lain. Hukum ini dapat pula merupakan hukum tertulis yang dikodifikasikan dan hukum tertulis yang tidak dikodifikasikan. b. Hukum tidak tertulis adalah hukum yang masih hidup dalam keyakinan masyarakat, walakin tak tertulis namun berlakunya ditaati seperti peraturan perundang-undangan. Ihwal ini jua disebut hukum kebiasaan. Contoh hukum tidak tertulis adalah hukum adat.
6. Berdasarkan sifat atau daya kerjanya, (Ruhiatudin, 2013: 66), hukum
dapat digolongkan dengan pembagian sebagai berikut: a. Hukum yang memaksa/imperatif (dwingen recht) adalah jenis hukum yang dalam keadaan bagaimanapun juga harus dan mempunyai paksaan yang mutlak. Dengan kata lain, Sesuatu yang kudu dilaksanakan (condition sine qua non) oleh para pihak. Termasuk ke dalam gugus hukum yang memaksa lazimnya adalah hukum yang mengatur tata tertib umum seperti hukum pidana dan hukum pajak. b. Hukum yang mengatur/fakultatif (aanvullend recht) adalah jenis hukum yang dapat dikesampingkan kala pihak-pihak yang bersangkutan telah membuat peraturan tersendiri dalam suatu perjanjian (overeenkomst). Secara generik, peraturan-peraturan yang terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) merupakan hukum yang mengatur.
7. Berdasarkan luas berlakunya, (Adnyani, 2015: 39, hukum bisa
diklasifikasikan menjadi: a. Hukum Umum (ius generale) ialah hukum yang berlaku bagi saban orang dalam masyarakat nir membedakan jenis kelamin, warga negara atawa jabatan sesorang. Sebagai amsal: aturan mengenai sewa menyewa, hukum pidana umum. b. Hukum Khusus (ius speciale) yaitu hukum yang berlakunya hanya bagi golongan orang tertentu saja. Sebagai amsal:aturan sewa-menyewa rumah, hukum pidana militer, aturan hukum perdata orang timur asing. 8. Berdasarkan masa atau waktu berlakunya, (Kansil, 1989: 73-74), hukum bisa digolongkan sebagai berikut: a. Hukum positif atau yang kerap disebut sebagaiius constitutumadalah jenis hukum yang berlaku sekarang dan hanya bagi suatu masyarakat tertentu saja di dalam daerah tertentu. Contohnya Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945, Undang-Undang RI Nomor 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. b. Hukum yang Dicita-citakan atau/Hukum negatif atau acap disebut sebagaiius constituendumadalah jenis hukum yang diharapkan dapat berlaku pada waktu yang akan datang. Misalnya: rancangan undang-undnag (RUU). c. Hukum universal, hukum asasi atau yang jua disebut sebagai hukum alam (ius naturale) adalah jenis hukum yang berlaku kapan saja dan dimana saja dari dulu sampai sekarang. Hukum ini berlaku untuk selama-lamanya terhadap siapapun juga di seluruh tempat. Lazimnya, ketiga hukum di atas disebut hukum duniawi.
9. Berdasarkan Wujudnya (Kansil, 1989: 75), hukum dapat digolongkan
menjadi: a. Hukum Objektif, yakni Hukum yang mengatur tentang hubungan antar dua orang atau lebih, yang berlaku umum. Dalam artian, hukum di dalam suatu negara ini berlaku secara umum dan tidak mengenai terhadap orang atau golongan tertentu saja. b. Hukum Subjektif, yaitu Hukum yang muncul dari hukum objektif dan berlaku terhadap seorang atau lebih. Hukum subjektif ini juga sering disebut sebagai hak. DAFTAR PUSTAKA
Adnyani, N. K. S. (2015). Pengantar Ilmu Hukum Dalam Telaah Teori dan
Praktik. Yogyakarta, Graha Ilmu.
Asikin, Z. (2012). Pengantar Tata Hukum Indonesia. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Asyhadie, Z., & Rachman, A. Mualifah.(2015). Pengantar Hukum
Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers.
Jaya, B. P. (2019). Dasar-Dasar Pengantar Ilmu Hukum. Yogyakarta:
Legality.
Kansil, C. S. (1979). Pengantar ilmu hukum dan tata hukum Indonesia. (No Title).
Mertokusumo, S. (1919). Mengenal hukum: Suatu pengantar. -.
Rahman Syamsuddin, S. H. (2019). Pengantar Hukum Indonesia. Prenada
Media.
Solikin, N. (2014). Pengantar Ilmu Hukum & Tata Hukum Indonesia.