Anda di halaman 1dari 11

klasifikasi Hukum

Macam-macam Klasifikasi Hukum


&
Manfaat Klasifikasi Hukum

Fitriani, S.Sy., M.H.


Macam-macam Klasifikasi Hukum

A. Menurut sumbernya, hukum dapat dibagi dalam:


1. Hukum UU: yaitu hukum yg tercantum dlm peraturan perundangan.
2. Hukum kebiasaan (adat): yaitu hukum yg terletak di dalam peraturan-peraturan
kebiasaan (adat).
3. Hukum traktat: yaitu hukum ditetapkan oleh negara-negara di dalam suatu perjanjian
antara negara (traktat).
4. Hukum yurisprudensi: yaitu hukum yg terbentuk krn keputusan hakim.

B. Menurut bentuknya, hukum dapat dibagi dalam:


1. Hukum Tertulis (Statute Law= Written Law) yaitu hukum yg dicantumkan dalam
pelbagai peraturan perundangan.
a. Hukum tertulis yang dikodifikasikan
ü Kodifikasi adalah oembukuan jenis-jenis hukum tertentu dalam kitab undang-
undang secara sistematis dan lengkap. Jadi unsur-unsur kodifikasi ialah jenis-jenis
hukum tertentu (mis: Hukum Perdata), sistermatis, dan lengkap.
ü Kodifikasi= pembukuan hukum dalam suatu UU dalam materi yg sama.
• Hukum Sipil yg telah dikodifikasikan dalam KUHS pada tahun 1848
• Hukum Dagang yg telah dikodifikasikan dalam KUHD pada tahun 1848
• Hukum Acara Pidana yg telah dikodifikasikan dalam KUHAP pada tahun 1981
• Corpus Iuris Civilis (mengenai Hukum Persata) yg diusahakan oleh Kaisar
Justinius dari Kerajaan Romawi Timur dalam tahun 527-565 (di Eropa)
• Code Civil (mengenai Hukum Perdata) yg diusahakan oleh Kaisar Napoleon di
Perancis dalam tahun 1604 (di Eropa)

2. Hukum tertulis tak dikodifikasikan


ü Contoh:
• Peraturan tentang Hak Merek Perdagangan
• Peraturan tentang hak Cipta
• Peraturan tentang Kepailitan

b. Hukum Tak Tertulis (Unstatutery Law= Unwritten Law), yaitu hukum yg masih hidup
dalam keyakinan masyarakat, tetapi tdk tertulis namun berlakunya ditaati seperti suatu
peraturan perundangan (disebut juga hukum kebiasaan/ hukum adat).
C. Menurut tempat berlakunya, hukum dapat dibagi dalam:
a. Hukum Nasional, yaitu hukum yg berlaku dalam suatu negara.
b. Hukum Internasional, yaitu hukum yg mengatur hubungan hukum dalam dunia
internasional.
ü Di dalam hukum internasional dikenal dengan ratifikasi hukum, yaitu hukum yg sudah
diundangkan. Misalkan di AS mencetuskan ttg HAM, lalu negara lain menyetujui ttg
adanya peraturan HAM dan menjadikannya ke suatu peraturan yg terdapat dalam UU
pemerintah di suatu nega tersebut. suatu hukum disebut hukum internasional jika suatu
hukum tertentu sudah diratifikasi oleh minimal 73 negara.
Contoh hukum internasional yg telah diratifikasi di Indonesia adalah:
• Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM)
• Konvensi Hukum Laut Internasional/ United Nations Convention on the Law of the
Sea (UNCLOS)
• Konvensi Perlindungan Hak-Hak Perempuan/ International Convention on
Elimination of All Forms of Discrimination Against Woman (ICEDAW/CEDAW)
c. Hukum Asing, yaitu hukum yg berlaku dalam negara lain.
d. Hukum Gereja, yaitu kumpulan norma-norma yg ditetapkan oleh Gereja untuk para
anggota-anggotanya.
D. Menurut waktu berlakunya, hukum dapat dibagi dalam:
a. Ius Constitutum (Hukum Positif), yaitu hukum yg berlaku sekarang bagi suatu
masyarakat tertentu dalam suatu daerah tertentu.
b. Ius Constituendum, yaitu hukkum yg diharapkan berlaku pada waktu yg akan datang/
hukum yg dicita-citakan.
c. Hukum Asasi (Hukum Alam):
ü Yaitu hukum yg berlaku dimana-mana dalam segala waktu dan utk segala bangsa di
dunia. Hukum ini tdk mengenal batas waktu melainkan berlaku utk selama-lamanya
(abadi) terhadap siapapun juga di seluruh tempat.
ü Yaitu hukum yg tdk mengenal batas waktu, tdk dibentuk oleh manusia, tapi Tuhan lah
yang membentul/mengatur.
ü Contoh: hidup dan mati seseorang.

E. Menurut cara mempertahankannya, hukum dapat dibagi dalam:


a. Hukum Material:
ü Yaitu hukum yg memuat peraturan-peraturan yg mengatur kepentingan-kepentingan
dan hubungan-hubungan yg berwujud perintah-perintah dan larangan-larangan.
ü Yaitu isi dari suatu peraturan
ü Contoh: hukum Pidana, Hukum Perdata, Hukum Dagang, dll.
b. Hukum Formal (Hukum Proses atau Hukum Acara):
ü Yaitu hukum yg memuat peraturan-peraturan yg mengatur bagaimana cara-cara
melaksanakan dan mempertahankan hukum material, atau peraturan-peraturan yg
mengatur bgmn cara-caranya mengajukan sesuatu perkara ke muka pengadilan dan
bagaimana cara-caranya hakim memberi putusan.

ü Contoh:
• Hukum Acara Pidana, yaitu peraturan-peraturan hukum yg mengatur bagaimana
cara memelihara dan mempertahankan hukum pidana material, atau peraturan-
peraturan yg mengatur bagaimana cara-caranya mengajukan sesuatu perkara pidana
ke muka pengadilan pidana, dan bagaimana caranya hakim pidana memberikan
putusan.

• Hukum Acara Perdata, yaitu peraturan-peraturan hukum yg mengatur bagaimana


cara memelihara dan mempertahankan hukum perdata material, atau peraturan-
peraturan yg mengatur bagaimana cara-caranya mengajukan sesuatu perkara perdata
ke muka pengadilan perdata, dan bagaimana caranya hakim perdata memberikan
putusan.
F. Menurut sifatnya, hukum dapat dibagi dalam:
a. Hukum yang memaksa:
ü Yaitu hukum yg dalam keadaan bagaimanapun juga harus dan mempunyai paksaan
mutlak.
ü Hukum yg bersifat memaksa disebut juga hukum yg bersifat imperatif, yang ciri-
cirinya ialah: - Mengikat dan harus dilaksanakan
- Tidak memberikan wewenang lain selain apa yg telah diatur dalam
UU
- Berisi perintah dan larangan
ü 3 Pedoman utk mengetahui kaidah hukum itu bersifat imperatif, yaitu:
• Jika berkaitan dengan ketertiban umum atau kesusilaan. Hal ini dasarnya
dicantumkan dalam Pasal 23 Algemene Bepalingen van wetgeving voor Indonesie
disingkat AB (Peraturan Umum mengenai Perundang-Undangan untuk Indonesia-
diumumkan secara resmi pd tanggal 30 1847), bunyinya:
“UU yang ada sangkut-pautnya dengan ketertiban umum atau tata-susila yg baik, tdk
dapat dihilangkan kekuatan hukumnya dgn tindakan atau persetujuan.”
• Ketentuan hukum itu sendiri yang menentukan imperatif
• Dengan jalan penafsiran hukum

ü Contoh kaidah hukum yg bersifat memaksa: Pasal 4 UU No. 1 Tahun 1974, berbunyi:
“ Dalam hal seorang suami akan beristeri lebih dari seorang, sebagaimana tersebut
dalam Pasal 3 (2) UU ini, maka ia wajib mengajukan permohonan kepada
pengadilan di daerah tempat tinggalnya.”
b. Hukum yang mengatur:
ü Yaitu hukum yang dapat dikesampingkan apabila pihak-pihak yang bersangkutan
telah membuat peraturan sendiri dalam suatu perjanjian.
ü Hukum yang mengatur juga disebut hukum yang bersifat fakultatif, dengan ciri-ciri
ialah: - Bersifat tidak mengikat
- Boleh digunakan dan boleh tidak digunakan
ü Contoh: Pasal 29 ayat (1) UU No. 1 Tahun 1974, yang berbunyi:
“Pada waktu atau sebelum perkawinan dilangsungkan, kedua pihak atas persetujuan bersama
dapat mengadakan perjanjian tertulis yg disahkan oleh pegawai pencatat perkawinan,…”
G. Menurut wujudnya, hukum dapat dibagi dalam:
a. Hukum Obyektif, yaitu hukum dalam suatu negara yg berlaku umum dan tidak mengenai
orang atau golongan tertentu. Hukum ini hanya menyebut peraturan hukum saja yg
mengatur hubungan hukum antara dua orang atau lebih.
b. Hukum Subyektif, yaitu hukum yang timbul dari hukum obyektif dan berlaku terhadap
seseorang tertentu atau lebih.

ü Contoh: Pengertian jual beli dalam Pasal 1457 KUH Perdata:


“Jual beli adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yg satu mengikatkan dirinya utk
menyerahkan suatu barang, dan pihak yang lain unuk membayar harga yang
dijanjikan”

A mengadakan perjanjian jual beli tanah dengan B. A sebagai penjual dan B sebagai
pembeli. Jika sudah tercapai kesepakatan di antara A dan b, maka timbullah hak bagi A
untuk menerima sejumlah uang harga tanah yg telah disepakati, dan berkewajiban
menyerahkan tanah itu kpd A. sebaliknya B mempunyai hak utk menerima dan memiliki
tanah tersebut setelah kewajibannya membeyar lunas harga tanah itu dilaksanakan.

Hukum yg mengatur perjanjian A dan B adalah hukum objektif. Sedangkan hak dan
kewajiban yg timbul adalah hukum subyektif.
H. Menurut isinya, hukum dapat dibagi dalam:
a. Hukum Privat (Hukum Sipil), yaitu hukum yang mengatur hububgan-hubungan antara
orang yg satu dengan orang yang lain, dengan menitik beratkan kpd kepentingan
perseorangan.
b. Hukum Publik (Hukum Negara), yaitu hukum yang mengatur hubungan antara negara
dengan alat-alat perlengkapan atau hubungan antara negara dengan perseorangan
(warganegara)
Manfaat Klasifikasi Hukum
• Hukum banyak segi dan luas, karena mengatur semua aspek kehidupan manusia dalam
hidup bermasyarakat. OKI ciri sistem hukum adalah adanya klasifikasi hukum.
• Manfaat klasifikasi hukum ialah:
1. Sangat membantu dan mempermudah dlm mempelajari hukum
2. Dalam pelaksanaan atau penegakan hukum menjadi lebih mudah dan lebih terarah.
3. Agar dapat diperoleh suatu pengertian yang lebih baik (terkandung nilai-nilai teoritis)
4. Agar lebih mudah dapat menemukan dan menerapkan hukum (terkandung nilai-nilai
praktis)
5. Penting bagi para peneliti utk selalu mempelajari/meneliti hukum sbg institusi sosial yg
dinamis
6. Penting bagi pembuat per-UU-an, para penegak hukum (hakim, jaksa, polisi, advokat), dan
warga negara yg mempunyai kewajiban melaksanakan hukum.

Anda mungkin juga menyukai