Anda di halaman 1dari 5

TUGAS 2

PENGANTAR ILMU HUKUM

Nama : Bahyudi Arhab.


Jurusan : S1 Ilmu Pemerintahan.

1. Jelaskan penggolongan hukum !


2. Jelaskan mazhab-mazhab hukum dan mazhab manakah yang menurut saudara relevan dengan
hukum positif Indonesia !

Jawaban :
1. Macam macam Penggolongan hukum :
1. Penggolongan hukum berdasarkan bentuknya.
Ada 2 jenis-jenis hukum berdasarkan bentuknya, yakni hukum tertulis dan hukum tidak
tertulis. Berikut adalah penjelasan penggolongan hukum menurut bentuknya :
a. Hukum tertulis
Hukum tertulis adalah hukum tertulis adalah hukum yang telah dicantumkan dalam
berbagai peraturan perundang-undangan secara tertulis. Contoh hukum tertulis adalah
UUD 1945, keputusan presiden, KUHP, dan lain-lain.
Ada 2 jenis hukum tertulis yakni hukum tertulis yang dikodifikasikan serta hukum
tertulis yang tidak dikodifikasikan, sebagai berikut :
1. Hukum tertulis yang dikodifikasikan, yaitu hukum yang disusun lengkap,
sistematis, teratur serta dibukukukan, sehingga tidak lagi diperlukan peraturan
pelaksanaan.
2. Hukum tertulis yang tidak dikodifikasikan, yakni hukum yang walaupun
tertulis, akan tapi tidak disusun dengan sistematis, tidak lengkap, dan masih
terpisah-pisah. Karena itu hukum ini sering masih memerlukan peraturan
pelaksanaan di dalam penerapannya.
b. Hukum tidak tertulis.
Hukum tidak tertulis adalah hukum yang berlaku serta diyakini oleh masyarakat dan
dipatuhi, akan tetapi tidak dibentuk menurut prosedur yang formal, melainkan lahir
dan tumbuh di kalangan masyarakat tersebut. Contoh hukum tidak tertulis adalah
hukum adat, hukum agama, dan lain-lain.
2. Penggolongan hukum berdasarkan sumbernya.
Ada 5 jenis-jenis hukum berdasarkan sumbernya, yakni hukum undang-undang, hukum
kebiasaan, hukum traktat, hukum yurisprudensi, dan hukum ilmu. Berikut adalah
penjelasan penggolongan hukum menurut sumbernya :
a. Hukum undang undang.
Hukum undang-undang atau disebut sebagai wettenrech, adalah jenis hukum yang
terletak dan tercantum di dalam peraturan perundang-undangan.
b. Hukum kebiasaan.
Hukum kebiasaan atau disebut juga sebagai gewoonte-en adatrech, adalah jenis hukum
yang berlaku di dalam peraturan-peraturan atau kebiasaan adat.
c. Hukum traktat.
Hukum traktat atau disebut juga sebagai tractaten recht, adalah jenis hukum yang
ditetapkan oleh negara-negara melalui suatu perjanjian antar negara atau traktat.
d. Hukum yurisprudensi.
Hukum yurisprudensi atau disebut juga sebagai yurisprudentie recht, adalah jenis
hukum yang muncul karena adanya keputusan hakim, yang menjadi rujukan hakim
selanjutnya dalam memberi putusan dalam pengadilan.
e. Hukum ilmu.
Hukum ilmu atau disebut juga sebagai wetenscaps recht, adalah jenis hukum yang
pada dasarnya berupa ilmu hukum yang terdapat dalam pandangan para ahli hukum
yang terkenal dan sangat berpengaruh.
3. Penggolongan hukum berdasarkan sifatnya.
a. Hukum yang memaksa.
Yang dimaksud hukum yang memaksa adalah jenis hukum yang dalam keadaan
bagaimana pun, harus dan mempunyai paksaan yang mutlak. Contohnya adalah
hukuman bagi perkara pidana, maka sanksinya secara paksa wajib untuk dilaksanakan
b. Hukum yang mengatur.
Yang dimaksud hukum yang mengatur adalah jenis hukum yang dapat
dikesampingkan saat pihak-pihak yang bersangkutan telah membuat peraturan
tersendiri dalam suatu perjanjian. Contohnya adalah hukum mengenai warisan yang
dapat diselesaikan dengan kesepakatan antar pihak-pihak yang terkait.
4. Penggolongan hukum berdasarkan tempat berlakunya.
Ada 3 jenis-jenis hukum berdasarkan tempat berlakunya, yakni hukum nasional, hukum
internasional, dan hukum asing. Berikut adalah penjelasan penggolongan hukum menurut
wilayah berlakunya :
a. Hukum Nasional.
Hukum nasional adalah jenis hukum yang berlaku di dalam wilayah negara tertentu.
Hukum nasional harus dilaksanakan oleh warga negara tersebut.
b. Hukum internasional.
Hukum internasional adalah jenis hukum yang berguna untuk mengatur hubungan
hukum antar negara di dalam hubungan internasional. Hukum internasional ini berlaku
secara universal, yang berarti dapat berlaku secara keseluruhan terhadap negara-negara
yang mengikatkan diri dalam perjanjian internasional tertentu.
c. Hukum asing.
Hukum asing adalah jenis hukum yang berlakunya di dalam wilayah negara lain dan
tidak berlaku pada negara yang bersangkutan.
5. Penggolongan Hukum berdasarkan waktu berlakunya.
Ada 3 jenis-jenis hukum berdasarkan waktu berlakunya, yakni hukum positif, hukum
negatif, dan hukum alam. Berikut adalah penjelasan penggolongan hukum menurut waktu
berlakunya :
a. Ius Constitutum (Hukum Positif).
Hukum positif atau yang disebut sebagai ius constitutum, adalah jenis hukum yang
berlaku sekarang dan hanya bagi suatu masyarakat tertentu saja di dalam daerah
tertentu. Contohnya adalah UUD 1945 yang berlaku saat ini untuk warga Indonesia.
b. Ius Constituendum (Hukum Negatif).
Hukum negatif atau yang disebut sebagai ius constituendum, adalah jenis hukum yang
diharapkan dapat berlaku pada waktu yang akan datang. Contohnya adalah rancangan
undang-undang (RUU) yang masih direncanakan akan diterapkan.
c. Ius Naturale (Hukum Alam).
Hukum alam atau yang disebut sebagai ius naturale atau antar waktu, adalah jenis
hukum yang berlaku kapan saja dan dimana saja dari dulu sampai sekarang. Hukum
ini tak mengenal batas waktu melainkan berlaku untuk selama-lamanya terhadap
siapapun juga di seluruh tempat. Contohnya adalah hukum keadilan, yang salah harus
dihukum.
6. Penggolongan hukum berdasarkan wujudnya.
Ada 2 jenis-jenis hukum berdasarkan wujudnya, yakni hukum objektif dan hukum
subjektif. Berikut adalah penjelasan penggolongan hukum menurut wujudnya :
a. Hukum objektif.
Hukum objektif adalah jenis hukum yang mengatur tentang hubungan antar dua orang
atau lebih yang berlaku secara umum. Dalam artian, hukum di dalam suatu negara ini
berlaku secara umum dan tidak mengenai terhadap orang atau golongan tertentu saja.
b. Hukum subjektif.
Hukum subjektif adalah jenis hukum yang muncul dari hukum objektif dan berlaku
terhadap seorang atau lebih. Hukum jenis ini juga sering disebut sebagai hak.
7. Penggolongan hukum berdasarkan isinya.
Ada 2 jenis-jenis hukum berdasarkan isinya, yakni hukum publik dan hukum privat.
Berikut adalah penjelasan penggolongan hukum menurut isinya :
a. Hukum publik ( Hukum Negara )
Hukum publik atau disebut juga hukum negara, adalah jenis hukum yang mengatur
hubungan antara negara dengan individu atau warga negaranya. Hukum publik
umumnya menyangkut tentang kepentingan umum atau publik dalam ruang lingkup
masyarakat. Hukum publik dibedakan menjadi beberapa macam antara lain adalah :
 Hukum Pidana, yaitu jenis hukum publik yang mengatur terkait pelanggaran dan
kejahatan, serta memuat larangan dan sanksi.
 Hukum Tata Negara, yaitu jenis hukum publik yang mengatur terkait hubungan
antara negara dengan bagian-bagiannya.
 Hukum Tata Usaha Negara, yaitu jenis hukum publik yang mengatur tentang
tugas dan kewajiban para pejabat negara secara administratif.
 Hukum Internasional, yaitu jenis hukum publik yang mengatur terkait hubungan
antar negara, seperti hukum perjanjian internasional, hukum perang internasional,
dan sejenisnya.
b. Hukum privat (Hukum sipil)
Hukum privat atau yang disebut juga hukum sipil, adalah jenis hukum yang berguna
untuk mengatur hubungan antara individu satu dengan individu lainnya, termasuk
negara sebagai pribadi. Jenis hukum privat memfokuskan pada kepentingan
perseorangan. Hukum privat dibedakan menjadi beberapa macam antara lain adalah :
 Hukum Perdata, adalah jenis hukum privat yang mengatur hubungan antar
individu secara umum, misalnya yaitu hukum keluarga, hukum perjanjian, hukum
kekayaan, hukum waris, hukum perkawinan, dan sebagainya.
 Hukum Perniagaan, adalah jenis hukum privat yang mengatur hubungan antar
individu di dalam kegiatan perdagangan, misalnya yaitu hukum jual beli, hutang
utang piutang, hukum mendirikan perusahaan dagang, dan sebagainya.
8. Penggolongan hukum berdasarkan cara mempertahankanya.
Ada 2 jenis-jenis hukum berdasarkan cara mempertahankannya, yakni hukum material
dan hukum formal. Berikut adalah penjelasan penggolongan hukum menurut cara
mempertahankannya :
a. Hukum Material.
Hukum material adalah jenis hukum yang mengatur hubungan antara anggota
masyarakat yang berlaku secara umum mengenai hal-hal yang dilarang serta hal-hal
yang dibolehkan untuk dilakukan. Contohnya adalah hukum pidana, hukum perdata,
hukum dagang dan sebagainya.
b. Hukum Formal.
Hukum formal adalah jenis hukum yang mengatur tentang bagaimana cara
mempertahankan dan melaksanakan hukum material. Contohnya adalah Hukum Acara
Pidana (KUHAP), Hukum Acara Perdata, dan sebagainya.

2. Mazhab-mazhab hukum di indonesia


1. Aliran Hukum Alam.
 Aliran ini berpendapat bahwa hukum berlaku universal (umum). Menurut Friedman,
aliran ini timbul karena kegagalan manusia dalam mencari keadilan yang absolut,
sehingga hukum alam dipandang sebagai hukum yang berlaku secara universal dan abadi.
 Gagasan mengenai hukum alam didasarkan pada asumsi bahwa melalui penalaran,
hakikat mahkluk hidup akan dapat diketahui dan pengetahuan tersebut menjadi dasar bagi
tertib sosial serta tertib hukum eksistensi manusia.
 Aliran Hukum Alam berdasarkan sumbernya dapat dibagi menjadi 2 (dua):
1. Irasional, hukum yang berlaku universal dan abadi itu bersumber dari Tuhan secara
langsung. Pendukung aliran ini antara lain: Thomas Aquinas (Aquino), John Salisbury,
Daante, Piere Dubois, Marsilius Padua, dan John Wyclife.
2. Rasional, sumber hukum yang universal dan abadi adalah rasio manusia. Tokoh-
tokohnya, antara lain: Hugo de Groot (Grotius), Christian Thomasius, Immanuel Kant,
dan Samuel Pufendorf
Tokoh Hukum Alam di antaranya Thomas Aquinas (1225-1274 M). Pokok pikirannya:
 Terdapat kebenaran akal disamping kebenaran wahyu dan terdapat pengetahuan yang
tidak diketahui akal, untuk itulah diperlukan Iman.
 Terdapat dua pengetahuan :
 Pengetahuan Alamiah
 Pengetahuan Iman
 Pembedaan ini digunakan untuk menjelaskan antara Filsafat dan teologi.
 Hukum alam bagian dari hukum Tuhan yang diungkapkan dalam pikiran alam untuk
membedakan yang baik dan yang buruk.
Menurut Aquinas ada empat macam hukum:
1. Lex Aeterna: Hukum rasio Tuhan yang tidak dapat ditangkap oleh pancaindera manusia.
2. Lex Divina: Hukum rasio Tuhan yang dapat ditangkap oleh pancaindera manusia.
3. Lex Naturalis: Hukum alam, yaitu penjelmaan lex Eaterna ke dalam rasio manusia.
4. Lex Positivis: Penerapan lex naturalis dalam kehidupan manusia di Dunia.
Hugo de Groot alias Grotius (1583-1645), Bapak Hukum Internasional karena dialah yang
mempopulerkan konsep hukum dalam hubungan antar negara, seperti hukum perang dan
hukum damai, hukum laut. Pokok pikirannya:
 Sumber Hukum adalah Rasio Manusia.
 Hukum alam adalah hukum yang muncul sesuai kodrat manusia.
 Hukum alam tidak mungkin dapat dirubah, bahkan oleh Tuhan Sekalipun.
 Hukum alam ini diperoleh oleh manusia melalui akalnya, tetapi Tuhanlah yang
memberikan kekuatan mengikat.

2. Aliran Hukum Positivisme dan Utilitarinisme.


 Lili Rasjidi, dalam bukunya, mengemukakan bahwa ajaran yang tidak mengakui adanya
hukum di luar hukum positif disebut positivisme hukum. Penganutnya adalah positivis
hukum. Inti ajaran itu adalah setiap hukum adalah positif, dibuat oleh manusia sebagai
pemegang kekuasaan tertinggi di dalam masyarakat. Selanjutnya, aliran positivis
menyatakan bahwa kaidah hukum itu hanya bersumber dari kekuasaan negara yang
tertinggi, dan sumber itu hanyalah hukum positif yang terpisah dari kaidah sosial, bebas
dari pengaruh politik, ekonomi, sosial dan budaya.
 Para penganut positivisme hukum moderat semuanya mengakui suatu undang-undang
moral yang lebih tinggi yang ditetapkan Tuhan. Aliran ini dipelopori oleh John Austin,
disebut sebagai bapak ilmu hukum Inggris, dan Hans Kelsen.
 John Austin sebagai salah seorang penganut positivisme menilai bahwa sumber hukum
yang lain adalah sumber hukum yang lebih rendah. Bahkan, sumber yang lain itu bukan
sumber hukum. Hukum identik dengan kekuasaan negara dan hukum hanya hukum
tertulis atau hukum positif saja, dapat menimbulkan kesimpangsiuran dalam memandang
keberadaan living law dalam masyarakat yang ternyata sangat diakui. John Austin tidak
memperhatikan hukum tidak tertulis dalam masyarakat, tetapi memperhatikan sekali
hukum tertulis sebagai hukum yang berasal dari kekuasaan, dalam kenyataannya justru
selalu tertinggal dari perkembangan masyarakat, akibat sifatnya yang kaku. Hukum
positif selalu tertatih-tatih mengejar suatu peristiwa dalam masyarakat yang seharusnya
diatur.
 Hans Kelsen terkenal dengan teorinya, yaitu Hukum Murni. Hans Kelsen mengatakan
bahwa hukum adalah ilmu normatif yang murni dan tidak boleh dicemari oleh ilmu-ilmu
politik, sosiologi, sejarah dan etika. Selain itu, aliran ini juga dipelopori oleh Jeremy
Bentham, yang dianggap oleh sebagian pakar lebih pantas disebut bapak ilmu hukum
Inggris.
 Jeremy Bentham dengan gigih memperjuangkan agar hukum dikodifikasikan, tetapi
untuk merombak hukum Inggris yang umumnya tidak tertulis, dianggapnya sesuatu yang
dapat menimbulkan kekacauan. Berkat pandangan Bentham tersebut, pakar
menggolongkan Bentham ke dalam aliran Utilitarinisme bersama John Stuart Mill dan
Rudolf von Jhering. Prinsip-prinsip umum dan kemasyarakatan melalui pendekatan
utilitarian lebih banyak diterapkan Bentham ke dalam bidang hukum. Pemikiran dari
Bentham, lebih banyak dituangkan pada bidang kejahatan dan pemidanaan dengan
asumsi, bahwa manusia akan banyak berbuat demikian untuk memperoleh kemanfaatan
yang sebesar-besarnya, serta menekan penderitaan serendah-rendahnya. Standar penilaian
etis yang digunakan oleh Bentham adalah tindakan yang menghasilkan kebahagiaan.
Bentham berpandangan bahwa pemidanaan harus bersifat spesifik untuk tiap kejahatan
dan kerasnya pidana, tidak boleh melebihi jumlah yang dibutuhkan untuk mencegah
terjadinya penyerangan-penyerangan tertentu. Artinya, pemidanaan hanya boleh
diberikan apabila memberikan harapan untuk mencegah kejahatan yang lebih besar.
3. Aliran Hukum Historis/Sejarah
 Mazhab sejarah merupakan reaksi terhadap
1. Rasionalisme abat ke-18 – Universalisme.
2. Revolusi Perancis – misi kosmopolitan.
3. Larangan hakim menafsirkan hukum karena UU dianggap sempurna.
 Timbul sejalan dengan gerakan Nasionalisme di Eropa. Jika ahli hukum sebelumnya
memfokuskan pada individu, Mazhab sejarah pada jiwa bangsa (volksgeist).
 Friederich Karl von Savigny (1770-1861), Pokok Pikirannya:
1. Menganalogikan timbulnya hukum dengan bahasa
2. Menolak cara berfikir penganut Aliran Hukum Alam
3. Hukum timbul dari jiwa bangsa (volksgeist)
4. Hukum tidak dibuat tetapi tumbuh dan berkembang bersama masyarakat.
 Puchta (1798-1846), Pokok Pikirannya:
1. Hukum dapat berupa Adat istiadat, UU, Ilmu Hukum dari ahli hokum.
2. Bangsa dalam arti etnis dan nasional.
3. Keyakinan hukum yang hidup dalam jiwa bangsa harus disahkan melalui kehendak
umum masyarakat oleh negara.
4. Aliran Hukum Sosiologi.
 Istilah lain : Metode fungsional dan Functional Anthropological.
 Lahir dari dialektika antara Positivisme Hukum dan Mazhab Sejarah.
 Hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup dalam
masyarakat.
 Memisahkan The Positive Law dan The Living Law.
 Fokus pada problem kesenjangan antara Law in Book dan Law in Action.
 Tokoh Sociological Jurisprudence adalah Eugen Ehrlich (1862-1922), sebagai pelopor
aliran Sosiological jurisprudence khususnya di Eropa. Pokok Pikirannya:
1. Melihat ada perbedaan antara The Positive Law dan The Living Law.
2. The Positive Law akan efektif jika selaras dengan The Living Law.
3. Sumber dan bentuk hukum yang sempurna adalah kebiasaan.
4. Ketertiban dalam masyarakat didasarkan pada pengakuan terhadap hukum, bukan
oleh negara.
 Roscoe Pound (1870-1964), Pokok Pikirannya:
1. Law as a tool of social engineering
2. Beberapa kepentingan yang harus dilindungi hukum : Public interest, Social interest,
dan Private interest

Mazhab hukum yang relevan dengan hukum positif di indonesia adalah Aliran Hukum alam
karena karena sesuai dengan karakteristik bangsa indonesia sebagai bangsa yang beragama
karena hukum ini bersumber langsung dari wahyu Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai