Anda di halaman 1dari 13

BAB III

KONSEP PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA

I. Pengertian Hukum
A. Pengertian Hukum Menurut Para Ahli
Menurut Prof. Mr. Dr. L.J. van Apeldoorn hukum adalah suatu gejala
dalam pergaulan hidup yang begolak terus-menerus dalam keadaan bentur dan
membentur tanpa henti-hentinya dengan gejala-gejala lainnya.
Menurut Kisch. Mr. Dr. dalam karangannya”Rectswetenschap”
mengatakan bahwa oleh karena hukum itu tidak dapat dilihat/ditangkap oleh
panca indra, maka sulit untuk membuat suatu definisi tentang “hukum” yang
memuaskan umum.
Prof. Sudirman dalam “pengantar Tata Hukum di Indonesia” Hukum
adalah pikiran/anggapan orang tentang adildan tidak adil mengenai hubungan
antar manusia.
Grotius dalam “De lure Belli ac ac facis tahun 1625” Hukum adalah
perturan tentang perbuatan moral yang menjamin keadilan.
Prof. Soedirman Kartohadiprodjo, S.H dalam bukunya “Pengantar
Hukum Indonesia” mengatakan bahwa Hukum adalah pikiran atau anggapan
orang adil atau tidak adil mengenai hubungan antara manusia.
Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, S.H LLM dalam bukunya “Hukum
Masyarakat dan Pembinaan Hukum Nasional” Hukum adalah keseluruhan
kidah-kaidah serta asas-asas yang mengatur pergaulan hidup manusia dalam
masyarakat yang bertujuan memelihara ketertiban yang meliputi lembaga-
lembaga dan proses-proses guna meweujudkan berlakunya kaidah itu sebagai
kenyataan dalam masyarakat.
J.C.T Simorangkir, S.H dan Woeryono Sastropranoto,S.H. dalam
bukunya “Pembelajaran Hukum Indonesia” Hukum adalah peraturan-peraturan
yang bersifat memaksa, yang menentukan tingkah laku manusia dalam
lingkungan masyarakat, yang dibuat oleh Badan-badan resmi yang berwajib,
pelanggaran mana terhadp peraturan-peraturan tadi berakibatkan diambilnya
tindakan yaitu dengan hukuman tertentu.
Jadi hukum adalah himpunan peraturan-peraturan hidup yang bersifat
memaksa, berisikan suatu perintah, larangan atau izin untuk berbuat atau tidak
berbuat sesuatu serta dengan maksud untuk mengatur tata tertib dalam
kehidupan masyarakat.
Dapat diambil kesimpulan bahwa hukum itu memiliki beberapa unsur,
yaitu sebagai berikut:
1. Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat.
2. Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib.
3. Peraturan itu bersifat memaksa.
4. Snksi terhadap pelanggaran peraturan tersebut adalah tegas.
B. Konsep Negara Hukum Menurut Para Ahli
Negara yang berdasarkan atas hukum pada hakikatnya adalah suatu negara
hukum. Negara hukum adalah negara yang berlandaskan hukum dan keadilan
bagi warganya. Jadi segala kewenangan dan tindakan alat-alat perlengkapan
negara dan penguasa, semata-mata berdasarkan hukum atau dengan kata lain
diatur oleh hukum. Hal yang demikian akan mencerminkan keadilan bagi
pergaulan hidup warganya.
Pengertian negara hukum secara umum di mana kekuasaannya dibatasi
oleh hukum dalam arti bahwa segala sikap, tingkah laku dan perbuatan baik
dilakukan oleh para warga negara harus berdasarkan atas hukum. Jika ditinjau
dari sejarah perkembangannya, konsep negara hukum menurut Immanuel Kant
yaitu yang dikenal sebagai negara hukum liberal atau negara hukum dalam arti
kata sempit yang diistilahkan dengan “nachtwaerstaat”.
Nachtwaerstaat yaitu negara berfungsi seperti penjaga malam yang
menjamin atau menjaga keamanan dalam sempit. Negara hukum dalam arti
sempit maksudnya bahwa pemerintah hanya bertugas membuat dan
mempertahankan hukum yang bersifat dan menjaga keamanan dan keselamatan
para warganya.
disebut pula negara hukum liberal karena berdasarkan paham liberal yang
menitikberatkan pada individu atau perseorangan. Dari fungsi negara yang
hanya sebagai penjaga malam sudah berubah dan berkembang dan menjadi lebih
luas dan aktif ikut campur dalam bidang ekonomi, sosial dan budaya. Konsepsi
begara hukum yang demikian ini dikenal dengan istilah “Negara Kesejahteraan”
atau Welvaarstaat yang dikemukakan oleh F.J. Stahl. Dalam tugas Welvaarstaat
tugas pemerintah adalah sangat luas, yaitu mengutamakan kepentingan seluruh
raknyatnya.
C. Ciri-ciri dan Macam-macam Pembagian Hukum
Untuk dapat mengenal hukum, kita harus mengenal ciri-ciri hukum yaitu
sebagai berikut:
1. Adanya perintah atau larangan.
2. Perintah atau larangan itu harus ditaati oleh setiap orang.
Hukum yang dapat dibagi dalam beberapa golongan hukum menurut asas
pembagian, yaitu sebagai berikut:
1. Menurut sumbernya
a. Hukum Undang-undang, yaitu hukum yang tercantum dalam
perarturan perundang-undangan.
b. Hukum Kebiasaan (adat), yaitu hukum yang terletak di dalam
peraturan-peraturan kebiasaan (adat).
c. Hukum Trakat, yaitu hukum yang ditetapkan oleh negara-negara di
dalam suatu perjanjian antar negara.
d. Hukum Yurisprudensi, yaitu hukum yang terbentuk karena keputusan
hakim.
2. Menurut bentuknya
a. Hukum tertulis, yaitu hukum yang dicantumkan dalam berbagai
peraturan perundang-undangan.
b. Hukum tak tertulis, yaitu hukum yang masih hidup dalam keyakinan
masyarakat, tetapi tidak tertulis (disebut hukum kebiasaan).
3. Menurut tempat berlakunya
a. Hukum nasional, yaitu hukum yang berlaku dalam suatu negara.
b. Hukum Internasional, yaitu hukum yang mengatur hukum dalam
dunia Internasional.
c. Hukum asing, yaitu hukum yang berlaku dalam negara lain.
d. Hukum gereja, yaitu kumpulan norma-norma yang ditetapkan oleh
Gereja untuk para anggota-anggotanya.
4. Menurut waktu-berlakunya
a. Ius Constitutum (hukum positif), yaitu hukum yang berlaku pada
waktu yang akan datang.
b. Ius Constituendum, yaitu hukum yang diharapkan berlaku pada waktu
yang akan datang.
c. Hukum Asasi (Hukum Alam), yaitu hukum yang berlaku di mana-
mana dalam segala waktu dan untuk segala bangsa di dunia.
5. Menurut cara mempertahankannya dan fungsinya
a. Hukum materiil = materieel recht = substantive law, yaitu aturan
hukum yang mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang
jadi yang menentukan hak-hak dan kewajiban, memerintahkan dan
melarang berbagai perbuatan kepada orang-orang dalam masyarakat.
Contoh: Hukum Perdata, Hukum Pidana, Hukum Tata Usaha.
b. Hukum formil = formeel recht = hukum proses = adjective law, yaitu
aturan hukum yang mengatur cara bagaimana mempertahankan dan
melaksanakan aturan hukum materiil (Hukum Acara Pidana/perdata).
6. Menurut sifatnya atau daya kerjanya atau sanksinya
a. Hukum yang memaksa (dwigend recht), yaitu aturan hukum yang
dalam keadaan konkret tidak dapat dikesampingkan oleh perjanjian
yang diadakan para pihak.
b. Hukum mengatur = hukum pelengkap = hukum penambah ialah
hukum yang dalam keadaan konkret dapat dikesampingkan oleh
perjanjian yang dibuat oleh kedua belah pihak yang menyelesaikan
soal mereka dengan membuat sendiri suatu peraturan maka peraturan
hukum yang tercantum dalam pasal yang bersangkutan, tidak perlu
dijalankan.
7. Menurut isinya maka aturan hukum dapat dibagi menjadi
a. Hukum publik (public law), yaitu aturan hukum yang mengatur
kepentingan umum atau aturan hukum yang mengatur hubungan
hukum antara:
1) Negara dengan orang, misalnya Hukum Pidna.
2) Negara dengan alat-alat perlengkapannya, yaitu hukum yang
mengatur hubungan antar Pemerintah Pusat dengan provinsi-
provinsi, Kabupaten,Kecamatan berbagai daerah di Indonesia.
3) Negara yang satu dengan negara yang lain, yang diatur dalam
hukum antar negara-negara (Hukum Internasional).
b. Hukum privat (private law) atau hukum sipil, yaitu aturan hukum
yang mengatur kepentingan perseorangan atau dapat dikatakan
sebagai aturan hukum yang mengatur hubungan hukum antara orang
yang satu dengan orang lainnya.
D. Hukum Normatif – Hukum Ideal – Hukum Wajar
Berkenaan dengan pengertian hukum ini, perlu diperhatikan rumusan-
rumusan yang dikemukakan oleh Zinsheimer dalam bukunya”Recht-sociologie”
dengan mengadakan perbedaan-perbedaan sebagi berikut:
1. Hukum normatif
Hukum yang nampak dalam peraturan perundangan serta juga hukum yang
tidak tertulis dalam peraturan perundangan, tetapi diindahkan/ditaati oleh
masyarakat karena keyakinan bahwa peraturan hidup itu sudah sewajarnya
wajib ditaati.
2. Hukum ideal
Hukum yang dicita-citakan. Hukum ini pada hakikatnya berakar pada
perasaan murni manusia dari segala bangsa. Hukum ini ialah hukum yang
dapat memenuhi perasaan keadilan semua bangsa di seluruh dunia. Hukum
ini bersifat objektif.
3. Hukum wajar
Hukum seperti yang terjadi dan nampak sehari-hari. Tidak jarang hukum
yang nampak sehari-hari menyimpang dari hukum normatif (yang
tercantum alam peraturan perundangan) karena tidak diambil tindakan oleh
alat-alat kekuasaan Pemerintah maka pelanggaran tersebut oleh
masyarakat yang bersangkutan lambat laun dianggap biasa (misalnya
kendaraan malam tanpa lampu).
Keterkaitan dengan negara hukum dengan konsep negara hukum itu
sendiri. Pengertian negara hukum yang merupakan penggabungan dari dua kata
“Negara” dan “Hukum” yang istilah asingnya “Rechtsstaat” (Belanda) menurut
Moh. Yamin, SH sejarah istilah negara “kata kembar negara-hukum yang kini
menjadi istilah tetap hukum sudah dipakai secara resmi dalam Konstitusi
Indonesia meliputi dua patah kata yang berlainan asal-usulnya.
Berdasarkan pendapat Mr. Moh. Yamin bahwa istilah negara hukum
berasal dari masing-masing kata “negara” dan “hukum” yang digabungkan
menjadi satu istilah dengan pengertian yang mengandung makna tersendiri dan
baku. Pemakaian negara hukum dengan resmi sudah ada sejak Indonesia
merdeka yang dicantumkan dalam konstitusi atau hukum dasarnya. Begitu juga
di negara-negara lain sudah lama mengenal istilah negara hukum.
Prof. Dr. Sudargo Gautama, SH. Mengemukakan 3 ciri-ciri atau unsur-
unsur dari negara hukum, yaitu:
1. Terdapat pembatasan kekuatan negara terhadap perorangan, maksudnya
negara tidak dapat bertindak sewenang-wenang, tindakan negara dibatasi
oleh hukum, individual mempunyai hak terhadap penguasa.
2. Asas legalitas yaitu setiap tindakan negara harus berdasarkan hukum yang
telah diadakan terlebih dahulu yang harus ditaati juga oleh pemerintah atau
aparaturnya.
3. Pemisahan kekuasaan yaitu agar hak-hak asasi itu betulbetul terlindungi
adalah dengan pemisahan kekuasaan, yaitu badan yang membuat peraturan
perundang-undangan melaksanakan dan mengadili harus terpisah satu
sama lain tidak berada dalam satu tangan.
Sementara Friedman, melihat Negara Hukum dalam 2 arti, yaitu:
1. Dalam arti formal, di mana kekuasaan umum yang terorganisir (organize
public power) maksudnya setiap organisasi hukum atau organisasi negara
mempunyai hukum.
2. Dalam arti material (iseological sense) yaitu hukum atau undang-undang
yang bisa di ukur atau dinilai apakah baik atau tidak baik, adil atau tidak
adil.
II. Penegakan Hukum di Indonesia
Berkenaan dengan kaidah-kaidah atau norma, kita mengenal berbagai kaidah
atau norma yang meliputi:
A. Norma Agama
Norma agama bertujuan untuk mencapai suatu kehidupan yang beriman.
Perintah dan larangan ajaran agama akanmenebalkan iman setiap penganutnya.
Sumber atau asal kaidah ini adalah ajarn-ajaran agama atau kepercayaan yang
oleh pengikutnya dianggap sebagai perintah Tuhan. Dikarenakan sumber kaidah
ini adalah ajaran agama yang berasal dari Tuhan maka manakala penganut
agama yang tidak mematuhi perintah dan larangan dari Tuhan atau kaidah-
kaidah yang ditentukan oleh agamanya akan merasakan sanksinya bahwa
keingkaran atau dosa yang bersangkutan akan memperoleh hukuman dari Tuhan,
maka yang bersangkutan akan senantiasa berusaha berbuat baik dalam menjalin
hubungan dengan sesamanya sesuai dengan perintah Tuhan (Sudikno
Mertokusumo, 1986).
B. Norma Kesusilaan
Norma kesusilaan bertujuan agar manusia hidup berakhlak atau mempunyai hati
nurani bersih. Norma kesusilaan adalah sekumpulan peraturan hidup yang
dianggap sebagai suara hati nurani setiap manusia. Norma ini berhubungan
dengan manusia sebagai individu karena menyangkut kehidupan pribadi
manusia. Sumber dari norma kesusilaan adalah hati sanubari manusia itu sendiri,
jadi bersifat otonom dan tidak ditujukan kepada hal-hal yang bersifat lahir, tetapi
ditujukan kepada sifat batin manusia. Sanksi norma kesusilaan lebih
menekankan pada penyelesaian dalam diri atau batin seseorang yang
melakuakan pelanggaran.
C. Norma Kesopanan
Norma kesopanan bertujuan agar pergaulan hidup berlangsung dengan
menyenangkan. Peraruran-peraturan itu ditaati sebagai pedoman yang mengatur
tingkah laku manusia terhadap manusia yang ada disekitarnya.
D. Norma Adat
Norma adat merupakan sekumpulan peraturan hidup yang tumbuh dan
berkembang pada suatu masyarakat dan ditaati serta dilaksanakan oleh
masyarakat yang bersangkutan karena dirasakan sebagai suatu kewajiban.
Pelaksanaan sanksi dari norma adat datangnya dari masyarakat.
E. Norma Hukum
Norma hukum bertujuan untuk mencapai kedamaian dalam perdamaian hidup.
Salah satu ciri terpenting dari kaidah hukum terletak pada kekuatan sanksinya.
Berlakunya kaidah hukum ditopang oleh kekuatan sanksinya yang dapat
dipaksakan melalui organ penegak hukum. (Soerjono Soekanto, 1980).
Sumber hukum dapat kita golongkan ke dalam klasifikasi berikut:
1. Hukum undang-undang.
2. Hukum persetujuan.
3. Hukum trakat (perjanjian antar negara).
4. Hukum kebiasan dan hukum adat.
5. Hukum yurisprudensi.
Ditinjau dari sudut kepentingan yang diaturnya, hukum dapat digolongkan
ke dalam hukum privat dan hukum publik.
Hukum Privat adalah hukum yang mengatur kepentingan-kepentingan orang
perseorangan dan juga kepentingan-kepentingan negara dalam keduduknnya
bukan sebagai penguasa. Hukum Publik adalah hukum yang mengatur
kepentingan-kepentingan negara sebagai penguasa. Mengikuti susunan
tradisional, terdapat penggolongan hukum sebagai berikut:
1. Hukum Privat (a) Hukum Perdata (b) Hukum Dagang (c) Hukum Privat
Internasional.
2. Hukum Publik (a) Hukum Tata Negara (b) Hukum Tata Usaha Negara (c)
Hukum Antarnegara (d) Hukum Pidana (e) Hukum Acara Pidana (f) Hukum
Acara Perdata (g) Hukum (Acara) Pengadilan Tata Usaha Negara.
Hukum selalu mengandung 2 segi, yaitu keharusan atau larangan dan
sanksi. Atas dasar tinjauan apakah dalam suatu capang hukum diutamakan
tentang keharusan/larangan ataukah tentang sanksinya maka tita dapat
membedakan Hukum kaidah (normenrecht), dan Hukum sanksi (sanctienrecht).
Kaidah hukum adalah ketentuan hukum, baik publik maupun privat, di mana
dinyatakan ada perintah atau larangan. Sedangkan hukum sanksi adalah
ketentuan hukum yang menetapkan hukuman yang akan (dapat) dikenakan
kepada seseorang yang melanggar kaidah undang-undang atau kaidah hukum
lainnya.
Dalam setiap peraturan hukum selalu terkandung norma dan sanksi. Sanksi
merupakan konsekuensi dari perbuatan yang dianggap merugikan masyarakat.
Sanksi diberikan oleh tata hukum dengan maksud untuk menimbulkan perbuatan
tertentu yang dianggap dikehendaki oleh pembuat undang-undang. Sanksi
merupakan tindakan memaksa untuk menjamin perbuatan manusia yang
dikehendaki oleh peraturan hukum.
Untuk menjalankan hukum sebagaimana mestinya maka dibentuk lembaga
penegakan hukum, yaitu sebagai berikut:
A. Kepolisian
Kepolisian negara ialah alat penegak hukum yang terutama bertugas
memelihara keamanan di dalam negeri. Dalam kaitannya dengan hukum,
khususnya hukum secara Pidana, Kepolisian negara bertindak sebagai penyelidik
dan penyidik. Menurut Pasal 4 UU No. 8/1981 tentang UU Hukum Acara Pidana
(KUHP), penyidik adalah setiap pejabat polisi negara RI, Penyelidik mempunyai
wewenang:
1. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak
Pidana.
2. Mencari keterangan dan barang bukti.
3. Menyuruh berhenti seseorang yang dicurigai dan menanyakan serta
memeriksa tanda pengenal diri.
4. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.
Atas perintah penyidik, penyelidik dapat melakukan tindakan berupa:
1. Penangkapan, larangan meninggalkan tempat, penggeledahan dan
penyitaan.
2. Pemeriksaan dan penyitaan surat.
3. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang.
4. Membawa dan menanghadapkan seseorang pada penyidik.
Penyelidik berwenang membuat dan menyampaikan laporan hasil
pelaksanaan tindakan tersebut di atas kepada penyidik. Selain penyelidik, polisi
bertindak pula sebagai penyidik. Pasal 6 UU No. 8/1981 yang bertindak sebagai
penyidik yaitu, pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, dan pejabat pegawai
negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh UU.
Pejabat polisi yang bertindak sebagai penyidik ternyata harus
memenuhi persyaratan kepangkatan tertentu, yaitu sekurang-kurangnya
berpangkat Pembantu Letnan Dua. Sedangkan bagi pejabat pegawai negeri sipil
sekurang-kurangnya berpangkat Pengatur Muda Tingkat 1 (Golongan II b) atau
yang disamakan dengan itu.
B. Kejaksaan
Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang untuk bertindak sebagai
penuntut umum serta melaksanakan keputusan pengadilan yang memperoleh
kekuatan hukum tetap. Kejaksaan adalah lembaga pemerintahan yang
melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan. Sedangkan yang
dimaksud penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk melimpahkan perka
ke Pengadilan Negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur
dalam Hukum Acara Pidana dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus
oleh hakim disidang pengadilan.
Dalam hal pelaksanaan atau penegakan hukum, Kejaksaan berkedudukan
sebagai lembaga pemerintahan yang melaksanakan kekuasaan negara di bidang
penuntutan.berdasarkan Pasal 3 UU No. 5 Tahun 1991 tentang “Kejaksaan
Republik Indonesia” pelaksanaan kekuasaan negara di bidang penuntutan
diselenggarakan oleh, Kejaksaan Negeri, Kejaksaan Tinggi, dan Kejaksaan
Agung.
C. Kehakiman
Kehakiman merupakan suatu lembaga yang diberi kekuasaan untuk
mengadili. Sedangkan Hakim adalah pejabat peradilan negara yang diberi
wewenang oleh undang-undang untuk mengadili. Pasal1 UU Nomor 8/1981
mengadili adalah serangkaian tindakan hakim untuk menerima, memeriksa, dan
memutus perkara pidana berdasarkan asas bebas, jujur, dan tidak memihak di
sidang pengadilan dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-
undang tersebut.
Dalam upaya menegakkan hukum dan keadilan serta kebenaran, hakim
diberi kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan. Artinya,
hakim tidak boleh dipengaruhi oleh kekuasaan-kekuasaan lain dalam
memutuskan perkara. Apabila hakim mendapat pengaruh dari pihak lain dalam
memutuskan perkara maka cenderung keputusan hakim itu tidak adil, yang pada
akhirnya akan meresahkan masyarakat dan wibawa hukum dan hakim akan
pudar.
Penyelesaian perbuatan-perbuatan yang melawan hukum, dapat dilakuakn
dalam berbagai badan peradilan sesuai dengan masalah dan pelakunya.pasal10
ayat (1) UU No. 14/1970 tentang Pokok-pokok Kekuasaan Kehakiman
ditegaskan kekuasaan kehakiman dilaksanakan oleh badan pengadilan dalam 4
lingkungan, yaitu:
1. Peradilam Agama
Peradilan agama diatur dalam UUNo. 7/1989. Berdasarkan undang-undang
tersebut, Peradilan Agama bertugas memeriksa perkara-perkara ditingkat
pertama antara orang-orang yang beragama Islam.
2. Peradilan Militer
Wewenang peradilan militer menurut UU No.16/1950 adalah bertugas
memeriksa dan memutuskan perkara Pidana terhadap kejahatan atau
pelanggaran.
3. Peradilan Tata Usaha Negara
Pasal 1 ayat (1) UU No. 5/1986 disebutkan bahwa Tata Usaha Negara
adalah administrasi negara yang melaksanakan fungsi untuk
menyelenggarakan urusan pemerintahan baik di pusat maupun di daerah.
4. Peradilan Umum
Peradilan umum adalah salah satu pelaksanaan kekuasaan kehakiman bagi
rakyat pencari keadilan pada umumnya. Tugas peradilan umum adalah
mengadili perkara sipil mengenai penyimpangan dari aturan hukum perdata
material dan hukum pidana material.
Untuk menyelesaikan perkara-perkara yang termasuk wewenang peradilan
umum, digunakan beberapa tingkat atau badan pengadilan yaitu sebagai
berikut:
a. Pengadilan Negeri
Pengadilan negeri atau pengadilan tingkat pertama yang wewenangnya
meliputi satu daerah Kabupaten/kota. Dikatakan pengadilan tingkat
pertama karena pengadilan negeri merupakan badan pengadilan yang
pertama dalam menyelesaikan perkara hukum. Pada dasarnya setiap
perkara hukum diselesaikan terlebih dahulu oleh pengadilan negeri
sebelum menempuh pengadilan tingkat Banding. Fungsi pengadilan
negeri adalah memeriksa dan memutuskan serta menyelesaikan perkara
dalam tingkat pertama dari segala perkara perdata dan perkara pidana
sipil untuk semua golongan penduduk.
b. Pengadilan Tinggi
Pengadilan tinggi adalah pengadilan banding yang mengadili lagi pada
tingkat kedua (tingkat banding) suatu perkara perdata atau perkara
pidana, yang telah diadili/diputuskan oleh pengadilan negeri. Dalam
pengadilan tinggi hanya memeriksa atas dasar pemeriksaan berkas
perkara saja, kecuali apabila pengadilan tinggi merasa perlu untuk
langsung mendengarkan para pihak yang berperkara.
c. Pengadilan Tingkat Kasasi
Pengadilan tingkat kasasi dikenalpula dengan sebutan pengadilan MA
(Mahkamah Agung). MA merupakan Badan Pengadilan yang tertinggi,
dengan berkedudukan di Ibu kota negara RI. Daerah hukumnya
meliputi seluruh Indonesia.
Mengenai MA diatur dalam UU No.14/1985 (L.N 73/1985). Kaitannya
dengan masalah pengadilan, dalam UU tersebut dijelaskan bahwa MA
bertugas dan berwenang memeriksa dan memutuskan, (1) permohonan
kasasi, (2) sengketa tentang kewenangan mengadili, permohonan
peninjauan kembali putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap.
d. Penasihat Hukum
Penasihat hukum merupakan istilah yang ditujukan kepada pihak atau
orang yang memberikan bantuan hukum. Penasihat hukum menurut
KUHP adalah seorang yang memenuhi syarat yang ditentukan oleh atau
berdasar UU untuk memberi bantuan hukum. Dalam melaksanakan
bantuan hukum, ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh
semua pihak yaitu (1) penegak hukum yang memeriksa tersangkal
terdakwa wajib memberi kesempatan kepada terdakwa untuk
memperoleh bantuan hukum, (2) bantuan hukum tersebut merupakan
usaha untuk membela diri, (3) tersangkal terdakwa berhak dan bebas
untuk memilih sendiri penasihat hukumnya.

Anda mungkin juga menyukai