Anda di halaman 1dari 17

BAB IV

SISTEM HUKUM DAN PERADILAN DI INDONESIA

KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR


3.15 Menganalis sistem hukum dan 4.15 Menyaji hasil analisis tentang sistem
peradilan di Indonesia sesuai dengan hukum dan peradilan di Indonesia
Undang-Undang Dasar Negara sesuai dengan Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Republik Indonesia Tahun
1945

TUJUAN
Setelah membaca dan menggali informasi didik dapat :
 Menganalisis sistem hukum dan peradilan di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang
Dsar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
 Menyaji hasil analisis tentang sistem dan dinamika demokrsi Pancasila sesuai dengan
Undang-Undang Dsar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
 Menganalisis cara penyelesaian masalah perlindungan dan penegakan hukum di
Indonesia
 Menyajikan hasil analisis cara penyelesaian masalah perlindungan dan penegakan hukum
di Indonesia

A. Sistem Hukum di Indonesia


Berdasarkan Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 menyatakn bahwa Negara Indonsia adalah
negara hukum. Hukum adalah suatu sistem yang dibuat manusia untuk membatasi
tingkah laku manusia agar tingkah laku manusia dapat terkontrol , hukum mempunyai
tugas untuk menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat.

• Pengertian sistem
Prof.subekti, S.H. berpendapat bahwa“ suatu system adalah suatu susunan atau
tatanan yang teratur, suatu keseluruhan yang terdiri atas bagian-bagian yang
berkaitan satu sama lain, tersusun menurut suatu rencana atau pola, hasil dari suatu
penulisan untuk mencapai suatu tujuan “.
• Pengertian hukum Menurut para ahli ;
• Prof. Mr. E.M. Meyers, hukum adalah semua aturan yang mengandung pertimbangan
kesusilaan, ditujukan kepada tingkah laku manusia dalam masyarakat, dan menjadi
pedoman bagi penguasa negara dalam melaksanakan tugasnya.
• Leon Duguit, hukum adalah aturan tingkah laku anggota masyarakat, aturan yang daya
penggunaannya pada saat tertentu diindahkan oleh suatu masyarakat sebagai
jaminan dari kepentingan bersama & yang pelanggaran terhadapnya akan
menimbulkan reaksi bersama terhadap pelakunya.
• Drs. E. Utrecht, S.H., hukum adalah himpunan peraturan (perintah dan larangan) yang
mengurus tata tertib suatu masyarakat dan karenya harus ditaati oleh masyarakat
itu.
Dapat dikatakan bahwa suatu sistem tidak terlepas dari asas-asas yang mendukungnya.
Untuk itu hukum adalah suatu sistem artinya suatu susunan atau tatanan teratur dari
aturan-aturan hidup, keseluruhannya terdiri bagian-bagian yang berkaitan satu sama
lain, Dan dapat disimpulkan bahwa sistem hukum adalah kesatuan utuh dari tatanan-
tatanan yang terdiri dari bagian-bagian atau unsur-unsur yang satu sama lain saling
berhubungan dan berkaitan secara erat.untuk mencapai suatu tujuan kesatuan tersebut
perlu kerja sma antara bagian-bagian atau unsur-unsur tersebut menurut rencana dan
pola tertentu.

1. Penggolongan Hukum

Pembagian Hukum itu sendiri di golongkan dalam beberapa jenis :


a. Berdasarkan Wujudnya
1. Hukum tertulis, yaitu hukum yang dapat kita temui dalam bentuk tulisan dan
dicantumkan dalam berbagai peraturan negara, Sifatnya kaku, tegas Lebih
menjamin kepastian hukum Sangsi pasti karena jelas tertulis.
Contoh: UUD, UU, Perda
2. Hukum tidak tertulis, yaitu hukum yang masih hidup dan tumbuh dalam
keyakinan masyarakat tertentu (hukum adat). Alam praktik ketatanegaraan
hukum tidak tertulis disebut konvensi
Contoh: pidato kenegaraan presiden setiap tanggal 16 Agustus
b. Berdasarkan Ruang atau Wilayah Berlakunya
1. Hukum lokal, yaitu hukum yang hanya berlaku di daerah tertentu saja
(hukum adat Manggarai-Flores, hukum adat Ende Lio-Flores, Batak, Jawa
Minangkabau, dan sebagainya
2. Hukum nasional, yaitu hukum yang berlaku di negara tertentu (hukum
Indonesia, Malaysia, Mesir dan sebagainya).
3. Hukum internasional, yaiu hukum yang mengatur hubungan antara dua
negara atau lebih (hukum perang, hukum perdata internasional, dan
sebagainya).
c. Berdasarkan Waktu yang Diaturnya
1. Hukum yang berlaku saat ini (ius constitutum); disebut juga hukum positif
2. Hukum yang berlaku pada waktu yang akan datang (ius constituendum). Dan
3. Hukum asasi (hukum alam)
d. Menurut isinya maka hukum dapat digolongkan dalam 2 hal:
1 Hukum Publik
Yaitu aturan yang mengatur hubungan antara Negara dengan warga Negara
dan
hubungan antar warga Negara yang menyangkut kepentingan umum.
Hukum public mencakup :
a. Hukum Tata Negara
Mengatur tentang Negara dan perlengkapannya (struktur
ketatanegaraan)
b. Hukum Tata Usaha Negara
Mengatur cara kerja dari alat-alat Negara dalam menjalankan tugasnya
c. Hukum Pidana
Aturan hukum yang mengatur perbuatan apa yang boleh dan tidak boleh
besartasangsi/hukuman bagi pelanggar. Buku yang mengatur hukum
pidana disebut KUHP (kitab undang-undang hukum pidana). Isinya berupa
aturan dan sangsi bagi pelanggarnya. Oleh sebab itu disebut juga hukum
material

d. Hukum Acara
Aturan yang berisi tatacara penyelesaian pelanggaran hukum pidana di
pengadilan ataupun tata cara penangkapan. Bukunya disebut dengan
KUHAP (kitab undang-undang hukum acara pidana).Hukum ini menjadi
pedoman bagi polisi, jaksa dan hakim dalam menjalankan tugasnya.
Disebut juga dengan hukum formal.

2. Hukum Privat
Adalah keseluruhan hukum yang mengatur hubungan antar warga Negara
yang menyangkut kepentingan pribadi atau perseorangan. Jadi kepentingan
yang diatur adalah masalah pribadi, Meliputi :
a. Hukum Perdata, Mengatur hubungan perseorangan yang bersifat
pribadi, mis : perceraian
b. Hukum dagang, Mengatur hubungan yang terkait dengan perdagangan
c. Hukum adat, Mengatur hubungan hukum yang menyangkut persoalan
adat istiadat
3. Tujuan Hukum
Tujuan hukum mempunyai sifat universal seperti ketertiban, ketenteraman,
kedamaian, kesejahteraan dan kebahagiaan dalam tata kehidupan bermasyarakat.
Dengan adanya hukum maka tiap perkara dapat di selesaikan melaui proses
pengadilan dengan prantara hakim berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku,
selain itu hukum bertujuan untuk menjaga dan mencegah agar setiap orang tidak
dapat menjadi hakim atas dirinya sendiri.
Sedangkan teori utilities, hukum bertujuan untuk memberikan faedah bagi
sebanyak-banyaknya orang dalam masyarakt. Pada hikikatnya, tujuan hukum adalah
manfaat dalam memberikan kebahagiaan atau kenikmatan besar bagi jumlah yang
terbesar.
Berikut adalah Tujuan Hukum :
a. Mendatangkan kemakmuran masyarakat mempunyai tujuan
b. Mengatur pergaulan hidup manusia secara damai
c. Memberikan petunjuk bagi orang-orang dalam pergaulan masyarakat
d. Menjamin kebahagiaan sebanyak-banyaknya pada semua orang
e. Sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir dan batin
f. Sebagai sarana penggerak pembangunan
g. Sebagai fungsi kritis.
4. Fungsi Hukum
Adapun fungsi dari hukum adalah, sebagai berikut :
a. Sebagai Perlindungan, Hukum melindungi masyarakat dari ancaman bahaya
b. Fungsi Keadilan, Hukum sebagai penjaga, pelindung dan memberikan keadilan
bagi manusia
c. Dalam Pembangunan, Hukum dipergunakan sebagai acuan tujuan negara.

Fungsi dari hukum secara umum adalah :


a. Hukum berfungsi untuk melindungi kepentingan manusia
b. Hukum berfungsi sebagai alat untuk ketertiban dan keteraturan masyarakat
c. Hukum berfungsi sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial (lahir batin)
d. Hukum berfungsi sebagai alat perubahan social (penggerak pembangunan)
e. Sebagai alat kritik (fungsi kritis)
f. Hukum berfungsi untuk menyelesaikan pertikaian.
5. Sumber Hukum Indonesia
1. Sumber-sumber hukum di Indonesia
Menurut Undang-undang No. 10/2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan, berikut adalah tata urutan sumber-sumber hukum di
Republik Indonesia:
a. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 beserta
Amandemennya
b. Undang-undang / Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang
c. Peraturan Pemerintah
d. Penetapan Presiden
e. Peraturan Daerah, yang dapat dibagi menjadi: Peraturan Daerah Provinsi
(Tingkat I), Peraturan Daerah Kabupaten/Kota (Tingkat II), Peraturan Daerah
Desa.
Beberapa pakar secara umum membedakan sumber-sumber hukum yang termasuk
kedalam beberapa kriteria yaitu :
• Sumber hukum materiil Menurut Sudikno Mertokusumo
Sumber Hukum Materiil adalah tempat dari mana materiil itu diambil.
Sumber hukum materiil ini merupakan faktor yang membantu pembentukan
hukum, misalnya hubungan social, hubungan kekuatan politik, situasi social
ekonomis, tradisi (pandangan keagamaan, kesusilaan), hasil penelitian ilmiah
(kriminologi, lalulintas), perkembangan internasional, keadaan geografis, dll.
• Sumber hukum formal
Sumber hukum formal adalah sumber hukum secara langsung dapat dibentuk
hukum yang akan mengikat masyarakatnya.
Yang termasuk Sumber-sumber Hukum Formal adalah :
a. Undang-undang
Undang-undang dapat dibedakan atas :
1. Undang-undang dalam arti formal, yaitu keputusan penguasa yang
dilihat dari bentuk dan cara terjadinya sehingga disebut undang-
undang.
2. Undang-undang dalam arti materiil, yaitu keputusan atau ketetapan
penguasa, yang dilihat dari isinya dinamai undang-undang dan mengikat
setiap orang secara umum.
b. Kebiasaan
Dasarnya : Pasal 27 Undang-undang No. 14 tahun 1970 tentang Pokok-pokok
Kekuasaan Kehakiman di Indonesia mengatur bahwa: “hakim sebagai
penegak hukum dan keadilan wajib menggali, mengikuti dan memahami
nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat”
c. Traktat atau Perjanjian Internasional
Perjanjian Internasional atau traktat juga merupakan salah satu sumber
hukum dalam arti formal. Dikatakan demikian oleh karena treaty itu harus
memenuhi persyaratan formal tertentu agar dapat diterima sebagai treaty
atau perjanjian internasional.
d. Yurisprudensi
Pengertian yurisprudensi di Negara-negara yang hukumnya Common Law
(Inggris atau Amerika) sedikit lebih luas, di mana yurisprudensi berarti ilmu
hukum. Sedangkan pengertian yurisprudensi di Negara-negara Eropa
Kontinental (termasuk Indonesia) hanya berarti putusan pengadilan. Adapun
yurisprudensi yang kita maksudkan dengan putusan pengadilan, di Negara
Anglo Saxon dinamakan preseden.
Yurisprudensi dalam arti sebagai putusan pengadilan dibedakan lagi dalam
dua macam :
1. Yurisprudensi (biasa) yaitu seluruh putusan pengadilan yang telah
memiliki kekuatan pasti, yang terdiri dari :
a. Putusan perdamaian;
b. Putusan pengadilan negeri yang tidak di banding;
c. Putusan pengatilan tinggi yang tidak di kasasi;
d. Seluruh putusan Mahkamah Agung.
2. Yurisprudensi tetap (vaste jurisprudentie)
yaitu putusan hakim yang selalu diikuti oleh hakim lain dalam perkara
sejenis.
e. Doktrin: Doktrin adalah pendapat pakar senior yang biasanya merupakan
sumber hukum, terutama pandangan hakim selalu berpedoman pada pakar
tersebut.
Doktrin bukan hanya berlaku dalam pergaulan hukum nasional, melainkan
juga dalam pergaulan hukum internasional, bahkan doktrin merupakan
sumber hukum yang paling penting.
6. Tata Hukum Indonesia
Tata hukum suatu negara (ius constitutum = hukum positif) adalah tata hukum yang
diterapkan atau disahkan oleh negara itu. Dalam kaitannya di Indonesia, yang ditata
itu adalah hukum positif yang berlaku di Indonesia.
Hukum yang sedang berlaku artinya apabila ketentuan-ketentuan hukum itu
dilanggar maka bagi si pelanggar akan dikenakan sanksi yang datangnya dari badan
atau lembaga berwenang.
Dengan demikian dapat disimpulkan tata hukum Indonesia adalah hukum
(peraturan-peraturan hukum) yang sekarang berlaku di Indonesia (Prof. Soediman
Kartihadiprojo, SH). Dengan kata lain Tata Hukum Indonesia itu menata, menyusun,
mengatur tertib kehidupan masyarakat Indonesia.
Tata hukum Indonesia ditetapkan oleh masyarakat hukum Indonesia, yaitu Negara
Indonesia. Oleh sebab itu tata hukum Indonesia baru ada setelah lahirnya Negara
Indonesia yaitu tanggal 17 Agustus 1945.
Pada saat berdirinya Negara Indonesia dibentuk tata hukum Indonesia,hal tersebut
dinyatakan dalam :
Proklamasi Kemerdekaan :
1. "Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia".
2. Pembukaan UUD 1945 : "Kemudian daripada itu……..disusunlah kemerdekaan
kebangsaan Indonesia itu dalam suatu susunan Undang-Undang Dasar Negara
Indonesia …".
Kedua pernyataan tersebut mengandung arti bahwa:
1. Menjadikan Indonesia suatu negara yang merdeka
2. Penetapan tata hukum Indonesia secara tertulis yaitu dalam suatu Undang-
Undang Dasar Negara.

B. Sistem peradilan diIndonesia

Sistem peradilan nasional adalah keseluruhan perkara pengadilan dalam suatu negara
yang satu sama lain berbeda, tetapi saling berkaitan atau berhubungan sehingga
terbentuk suatu mekanisme dan dapat diterapkan secara konsisten. Dalam sistem
peradilan nasional (di Indonesia) banyak unsur yang terlibat di dalamnya. Beberapa
pihak di antaranya penyidik, penuntut umum, hakim, penasihat hukum, dan pencari
keadilan. Negara Indonesia sebagai negara hukum mempunyai tugas menjalankan suatu
sistem peradilan yang jujur, adil, dan bersih dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. Adapun
asas yang harus digunakan dalam sistem peradilan di negara Indonesia adalah
sederhana, cepat, dan biaya murah. Tujuan penyelenggaraan peradilan nasional adalah
menegakkan hukum dan keadilan.
Perihal penyelenggaraan peradilan nasional (di Indonesia) antara lain diatur dalam Pasal
24 ayat 1 UUD NRI Tahun 1945, kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang
merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakan hukum dan keadilan,
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman yang telah direvisi
menjadi Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.
Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan
Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945 demi terselenggaranya negara hokum berdasarkan
Pancasila. Selanjutnya, dijelaskan bahwa penyelenggaraan kekuasaan kehakiman
dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di
bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan
peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah
Konstitusi.

1. Susunan Sistem Peradilan di Indonesia.


Susunan peradilan di Indonesia bisa dilihat dari bagan berikut:
2. Tugas, wewenang dan fungsi Mahkamah Agung(MA).
Mahkamah Agung (MA) adalah lembaga tinggi yang memegang kekuasaan
kehakiman di dalam negara Republik Indonesia. Dalam trias politika, MA mewakili
kekuasan yudikatif. Sesuai dengan UUD 1945 (perubahan ketiga), kekuasaan
kehakiman di Indonesia dilakukan oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi.
Mahkamah Agung membawahi badan peradilan dalam lingkungan peradilan umum,
lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata
usaha negara. Menurut Undang-Undang Dasar 1945, kewajiban dan Wewenang MA
adalah:mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-undangan di
bawah undang-undang, mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-
undang, mengajukan tiga orang anggota Hakim Konstitusi, memberikan
pertimbangan dalam hal Presiden member grasi dan rehabilitasi.
Fungsi MA mencakup:
(1) Peradilan.
Mahkamah Agung merupakan pengadilan kasasi yang bertugas membina
keseragaman dalam penerapan hukum melalui putusan kasasi dan peninjauan
kembali menjaga agar semua hukum dan undang-undang diseluruh wilayah negara
RI diterapkan secara adil, tepat dan benar. Mahkamah Agung berwenang
memeriksa dan memutuskan pada tingkat pertama dan terakhir
a) permohonan peninjauan kembali putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap (Pasal 28, 29,30,33 dan Pasal 34 Undang-undang Mahkamah
Agung No. 14 Tahun 1985)
b) semua sengketa tentang kewenangan mengadili.
c) Semua sengketa yang timbul karena perampasan kapal asing dan muatannya
oleh kapal perang Republik Indonesia berdasarkan peraturan yang berlaku (Pasal 33
dan Pasal 78 Undang-undang Mahkamah Agung No 14 Tahun 1985)
Erat kaitannya dengan fungsi peradilan ialah hak uji materiil, yaitu wewenang
menguji/menilai secara materiil peraturan perundangan dibawah Undang-undang
tentang hal apakah suatu peraturan ditinjau dari isinya (materinya) bertentangan
dengan peraturan dari tingkat yang lebih tinggi (Pasal 31 Undang-undang
Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 1985).
(2) Pengawasan.
Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi terhadap jalannya peradilan di
semua lingkungan peradilan dengan tujuan agar peradilan yang dilakukan
pengadilan-pengadilan diselenggarakan dengan seksama dan wajar dengan
berpedoman pada azas peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan, tanpa
mengurangi kebebasan Hakim dalam memeriksa dan memutuskan perkara (Pasal 4
dan Pasal 10 Undang-undang Ketentuan Pokok Kekuasaan Nomor 14 Tahun 1970).
(3) Fungsi mengatur.
Mahkamah Agung dapat mengatur lebih lanjut hal-hal yang diperlukan bagi
kelancaran penyelenggaraan peradilan apabila terdapat hal-hal yang belum cukup
diatur dalam Undang-undang tentang Mahkamah Agung sebagai pelengkap untuk
mengisi kekurangan atau kekosongan hukum yang diperlukan bagi kelancaran
penyelenggaraan peradilan (Pasal 27 Undang-undang No.14 Tahun 1970, Pasal 79
Undang-undang No.14 Tahun 1985). Mahkamah Agung dapat membuat peraturan
acara sendiri bilamana dianggap perlu untuk mencukupi hukum acara yang sudah
diatur Undang-undang.
(4) Fungsi Nasehat.
Mahkamah Agung memberikan nasihat-nasihat atau pertimbangan-pertimbangan
dalam bidang hukum kepada Lembaga Tinggi Negara lain (Pasal 37 Undang-undang
Mahkamah Agung No.14 Tahun 1985). Mahkamah Agung memberikan nasihat
kepada Presiden selaku Kepala Negara dalam rangka pemberian atau penolakan
grasi (Pasal 35 Undang-undang Mahkamah Agung No.14 Tahun 1985). Selanjutnya
Perubahan Pertama Undang-undang Dasar Negara RI Tahun 1945 Pasal 14 Ayat (1),
Mahkamah Agung diberikan kewenangan untuk memberikan pertimbangan kepada
Presiden selaku Kepala Negara selain grasi juga rehabilitasi. Mahkamah Agung
berwenang meminta keterangan dari dan memberi petunjuk kepada pengadilan
disemua lingkunga peradilan dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 25
Undang-undang No.14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan
Kehakiman. (Pasal 38 Undang-undang No.14 Tahun 1985 tentang Mahkamah
Agung).
(5) Fungsi Administratif.
Badan-badan Peradilan (Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer dan
Peradilan Tata Usaha Negara) sebagaimana dimaksud Pasal 10 Ayat (1) Undang-
undang No.14 Tahun 1970 secara organisatoris, administrative dan finansial sampai
saat ini masih berada dibawah Departemen yang bersangkutan, walaupun menurut
Pasal 11 (1) Undang-undang Nomor 35 Tahun 1999 sudah dialihkan dibawah
kekuasaan Mahkamah Agung. Mahkamah Agung berwenang mengatur tugas serta
tanggung jawab, susunan organisasi dan tata kerja Kepaniteraan Pengadilan
(Undang-undang No. 35 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-undang No.14
Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman).
(6) Fungsi lain-lain.
Selain tugas pokok untuk menerima, memeriksa dan mengadili serta menyelesaikan
setiap perkara yang diajukan kepadanya, berdasar Pasal 2 ayat (2) Undang-undang
Nomor 14 Tahun 1970 serta Pasal 38 Undang-undang Nomor 14 Tahun 1985,
Mahkamah Agung dapat diserahi tugas dan kewenangan lain berdasarkan Undang-
undang.

3. Tugas, Wewenang, Dan Fungsi Mahkamah Konstitusi.


Menurut Undang-Undang Dasar 1945, kewajiban dan wewenang Mahkamah
Konstitusi adalah:
a. Berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya
bersifat final untuk menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar,
memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya
diberikan oleh UUD 1945, memutus pembubaran partai politik, dan memutus
perselisihan tentang hasil Pemilihan Umum.
b. Wajib memberi putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai
dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut UUD 1945.
Ketua Mahkamah Konstitusi dipilih dari dan oleh Hakim Konstitusi untuk masa
jabatan tiga tahun. Mahkamah Konstitusi mempunyai sembilan Hakim
Konstitusi yang ditetapkan oleh Presiden. Hakim Konstitusi diajukan masing-
masing tiga orang oleh Mahkamah Agung, tiga orang oleh Dewan Perwakilan
Rakyat, dan tiga orang oleh Presiden. Masa jabatan Hakim Konstitusi adalah
lima tahun, dan dapat dipilih kembali untuk satu kali masa jabatan berikutnya.
4. Tugas, Wewenang, Dan Fungsi Peradilan Umum.
a. Pengadilan Tinggi merupakan sebuah lembaga peradilan di lingkungan Peradilan
Umum yang berkedudukan di ibukota provinsi sebagai Pengadilan Tingkat
Banding terhadap perkara-perkara yang diputus oleh Pengadilan Negeri.
Pengadilan Tinggi selaku salah satu kekuasaan kehakiman di lingkungan
peradilan umum mempunyai tugas dan kewenangan mengadili perkara pidana
dan perkara perdata di Tingkat Banding, serta di Tingkat Pertama dan terakhir
sengketa kewenangan mengadili antar Pengadilan Negeri di daerah hukumnya
b. Pengadilan Negeri merupakan sebuah lembaga peradilan di lingkungan
Peradilan Umum yang berkedudukan di ibu kota kabupaten atau kota. Sebagai
Pengadilan Tingkat Pertama, Pengadilan Negeri berfungsi untuk memeriksa,
memutus, dan menyelesaikan perkara pidana dan perdata bagi rakyat pencari
keadilan pada umumnya.
Daerah hukum Pengadilan Negeri meliputi wilayah Kota atau Kabupaten.
c. Pengadilan Khusus
1) Pengadilan khusus dalam lingkungan peradilan umum yaitu:
2) Pengadilan anak ( UU no.3 tahun 1997)
3) Pengadilan niaga ( UU no. 37 tahun 2004)
4) Pengadilan HAM ( UU no. 26 tahun 2000)
5) Pengadilan tindak pidana korupsi ( UU no. 30 tahun 2002)
6) Pengadilan hubungan industrial ( UU no. 2 tahun 2004)
7) Pengadilan pajak ( UU no.14 tahun 2002)
5. Tugas, Wewenang, Dan Fungsi Peradilan Agama.
a.) Pengadilan Tinggi Agama merupakan sebuah lembaga peradilan di lingkungan
Peradilan Agama yang berkedudukan di ibukota Provinsi. Sebagai Pengadilan
Tingkat Banding, Pengadilan Tinggi Agama memiliki tugas dan wewenang untuk
mengadili perkara yang menjadi kewenangan Pengadilan Agama dalam tingkat
banding. Selain itu, Pengadilan Tinggi Agama juga bertugas dan berwenang
untuk mengadili di tingkat pertama dan terakhir sengketa kewenangan serta
mengadili antar Pengadilan Agama di daerah hukumnya.
b.) Pengadilan Agama merupakan sebuah lembaga peradilan di lingkungan
Peradilan Agama yang berkedudukan di ibukota kabupaten atau kota. Sebagai
Pengadilan Tingkat Pertama, Pengadilan Agama memiliki tugas dan wewenang
untuk memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara-perkara antara orang-
orang yang beragama Islam.
6. Tugas, Wewenang, Dan Fungsi Peradilan Militer.
a. Pengadilan Militer Tinggi merupakan badan pelaksana kekuasaan peradilan di
bawah Mahkamah Agung di lingkungan militer yang bertugas untuk memeriksa
dan memutus pada tingkat pertama perkara pidana yang terdakwanya adalah
prajurit yang berpangkat Mayor ke atas. Selain itu, Pengadilan Militer Tinggi juga
memeriksa dan memutus pada tingkat banding perkara pidana yang telah
diputus oleh Pengadilan Militer dalam daerah hukumnya yang dimintakan
banding. Pengadilan Militer Tinggi juga dapat memutuskan pada tingkat
pertama dan terakhir sengketa kewenangan mengadili antara Pengadilan Militer
dalam daerah hukumnya.
b. Pengadilan Militer merupakan badan pelaksana kekuasaan peradilan di bawah
Mahkamah Agung di lingkungan militer yang bertugas untuk memeriksa dan
memutus pada tingkat pertama perkara pidana yang terdakwanya adalah
prajurit yang berpangkat Kapten ke bawah . Nama, tempat kedudukan, dan
daerah hukum Pengadilan Militer ditetapkan melalui Keputusan Panglima.
Apabila perlu, Pengadilan Militer dapat bersidang di luar tempat kedudukannya
bahkan di luar daerah hukumnya atas izin Kepala Pengadilan Militer Utama

7. Tugas, Wewenang, Dan Fungsi Peradilan Tata Usaha Negara


a. Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara merupakan sebuah lembaga peradilan di
lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara yang berkedudukan di ibu kota
Provinsi. Sebagai Pengadilan Tingkat Banding, Pengadilan Tinggi Tata Usaha
Negara memiliki tugas dan wewenang untuk memeriksa dan memutus sengketa
Tata Usaha Negara di tingkat banding, memeriksa dan memutus di tingkat
pertama dan terakhir sengketa kewenangan mengadili antara Pengadilan Tata
Usaha Negara di dalam daerah hukumnya.
b. Pengadilan Tata Usaha Negara merupakan sebuah lembaga peradilan di
lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara yang berkedudukan di ibukota
kabupaten atau kota. Sebagai Pengadilan Tingkat Pertama, Pengadilan Tata
Usaha Negara berfungsi untuk memeriksa, memutus, dan menyelesaikan
sengketa Tata Usaha Negara. Pengadilan Tata Usaha Negara dibentuk melalui
Keputusan Presiden dengan daerah hukum meliputi wilayah Kota atau
Kabupaten. Susunan Pengadilan Tata Usaha Negara terdiri dari Pimpinan (Ketua
PTUN dan Wakil Ketua PTUN), Hakim Anggota, Panitera, dan Sekretaris

C. Perlindungan dan penegakan hukum


Perlindungan dan penegakan hukum mempunyai arti penting dalam rangka
mewujudkan hukum yang adil sesuai dengan konstitusi.
Unsur-unsur perlindungan hukum sebagai berikut:
a. Adanya perlindungan dari pemerintah kepada warganya.
b. Jaminan kepastian hukum.
c. Berkaitan dengan hak-hak warganegara.
d. Adanya sanksi hukuman bagi pihak yang melanggarnya.
Pada hakikatnya setiap orang berhak mendapatkan perlindungan dari hokum, antara
lain perlindungan hukum terhadap konsumen. diatur dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 8 Tahun 1999; perlindungan hukum yang diberikan kepada Hak atas
Kekayaan Intelektual (HaKI) diatur Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun
2002 tentang Hak Cipta, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2001
tentang Merek, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2001 tentang
Paten, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan
Varietas Tanaman, dan lain sebagainya.

Tujuan dari perlindungan dan penegakan hukum di Indonesia adalah terwujudnya


keadilan untuk semua lapisan masyarakat.
Penegakan hukum semata-mata tidaklah berarti pelaksanaan perundang-undangan,
ataupun pelaksanaan keputusan-keputusan hakim, tetapi masalah pokok penegakan
hukum terletak pada faktor-faktor yang mempengaruhinya. Menurut Soerjono
Soekanto, faktor-faktor penegakan hukum meliputi :
a. Faktor hukumnya sendiri, misalnya undang-undang dan sebagainya
Semakin baik suatu peraturan hukum (UU) akan semakin memungkinkan penegakan
hukum.
b. Faktor penegak hukum, yakni pihak yang membentuk maupun menerapkan hukum.
Penegak hukum terdiri dari:
1. Pihak-pihak yang menerapkan hukum, misalnya: kepolisian, kejaksaan,
kehakiman, kepengacaraan, dan masyarakat.
2. Pihak-pihak yang membuat hukum, yaitu badan legislative dan pemerintah.
c. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum
Tanpa adanya sarana atau fasilitas tertentu, maka tidak mungkin penegakan
hukumakan berlangsung dengan lancar. Sarana fasilitas tersebut mencakup tenaga
manusia yang berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang
memadai, keuangan yang cukup dan seterusnya.
d. Faktor kebudayaan, yakni hasil karya, cipta dan karsa yang didasarkan pada karsa
manusia di dalam pergaulan hidup
Penegakan hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk mencapai
kedamaian di dalam masyarakat.
Kesadaran hukum dalam masyarakat meliputi antara lain :
1. Adanya pengetahuan tentang hukum
2. Adanya penghayatan fungsi hukum
3. Adanya ketaatan terhadap hukum
e. Faktor masyarakat, kelompok masyarakat berada dan lingkungan berlakunya hukum.
Dengan demikian suatu kebudayaan di dalamnya mencakup nilai-nilai yang
melandasi hukum yang berlaku, nilai-nilai mana merupakan konsepsi-konsepsi
abstrak mengenai apa yang dianggap baik (sehingga dituruti) dan apa yang dianggap
buruk (sehingga dihindari). Nilai-nilai tersebut, yang berperan dalam hukum meliputi
antara lain:
a. Nilai ketertiban dan nilai ketenteraman
b. Nilai jasmania/kebendaan dan nilai rohania/keakhlakan
c. Nilai kelanggengan dan nilai kebaruan.
Kelima faktor tersebut diatas sangat berkaitan dengan eratnya, oleh karena merupakan
esensi dari penegakan hukum, serta juga merupakan tolok ukur efektivitas penegakan
hukum.

D. Sikap yang sesuai dengan Hukum

• Sikap yang sesuai dengan Hukum


Kepatuhan hokum mengandung arti bahwa seseorang memiliki kesadaran :
a. Memahami peraturan perundang-undangan yang berlaku
b. Mempertahankan tertib hokum yang ada
c. Menegakan kepastian hokum
Sikap yang sesuai dengan ketentuhan hokum adalah sikap mentaati semua hokum
yang berlaku, dapat ditunjukan dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat serta
Negara.

• Sikap yang bertentangan denga hukum beserta sanksinya


Perilaku yang bertentangan dengan hokum timbul karena kurangnya kesadaran
hokum, ketidak patuhan terhadap hokum, yang dapat timbul karena dua hal yaitu
pelanggaran hukum dianggap biasa dan hokum yang berlaku sudah tidak sesuai.
Pemberian sanksi terhadap pelanggaran hokum ini diatur dalam setiap peraturan
perundang-undangan yang berlaku sesuai dengan perbuatan yang dilakukan.

LATIHAN SOAL
A. Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
1. Himpunan peraturan (perintah dan larangan) yang mengurus tata tertib suatu
masyarakat dan karenya harus ditaati oleh masyarakat itu, merupakan pengertian
hukum menurut….
A. E. Utrecht
B. S. M. Amin
C. J.C. T. Simorangkir
D. Woerjono Sastropranoto
E. Mochtar Kusumaatmadja
2. Berdasarkan wujudnya hukum dibedakan menjadi….
A. Material dan formal
B. Tertulis dan tidak tertulis
C. Obyektif dan subyektif
D. Positif dan negative
E. Public dan privat
3. Berdasarkan berlakunya hukum dibedakan menjadi….
A. Golongan, semua golongan dan antar golongan
B. Positif, negative dan universal, asasi
C. Nasional, internasional, dan asing
D. Memaksa, mengatur, dan melengkapi
E. UU, adat dan kebisaaan, yurisprodensi
4. Perintah atau larangan harus dipatuhi oleh setiap orang, merupakan….
A. Ciri hukum
B. Kaedah hukum
C. Tujuan hukum
D. Manfaat hukum
E. Karakteristik norma

5. Tindakan mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak
pidana adalah….
A. Penyidik
B. Penyidikan
C. Penuntutan
D. Penyelidikan
E. pemeriksaan
6. Berikut ini yang bukan merupakan tugas Komisi Yudisial adalah….
A. Mengadili pidana tingkat banding
B. Memeriksa dugaan pelanggaran perilaku hakim
C. Menerima laporan masyarakat tentang perilaku hakim
D. Meminta laporan secara berkala kepada badan peradilan berkaitan dengan
perilaku hakim
E. Memanggil dan meminta keterangan dari hakim yang diduga melanggar kode
etik perilaku hakim

7. Salah satu sikap yang sesuai dengan ketentuan hukum di lingkungan sekolah
adalah….
A. Mengerjakan tugas sekolah kapanpun sesuai dengan mood
B. Memanfaatkan laboratorium computer untuk kepentingan pribadi
C. Memakai seragam sekolah sesuai dengan jadwal
D. Merusak meja dan bangku sekolah
E. Menyimpan sampah dilaci meja
8. Pengadilan yang menyelesaikan sengketa antara warga negara dan pejabat tata
usaha negara adalah….
A. Peradilan agama
B. Peradilan militer
C. Peradilan negeri
D. Peradilan khusus
E. Peradilan tata usaha negara
9. Pihak yang mempunyai wewenang memberikan usulan atas pengankatan hakim
agung serta menjaga dan menegakan kehormatan, keluhuran martabat, dan perilaku
hakim adalah….
A. DPR
B. Presiden
C. Komisi Yudisial
D. Mahkamah Agung
E. Mahkamah Konstitusi
10. Lembaga peradilan tertinggi di Indonesia adalah
A. Mahkamah Konsitusi
B. Pengadilan negeri
C. Pengadilan tinggi
D. Pengadilan khusus
E. Mahkamah Agung
11. Salah satu wewenang Mahkamah Agung adalah….
A. Menguji UU dibawah UUD 1945
B. Mengadili ditingkat kasasi
C. Memutus sengketa kewenangan negara
D. Memutus pembubaran partai politik
E. Memutus perselisihan hasil pemilu
12. Tugas Mahkamah Konstitusi antara lain….
A. Menerima laporan masyarakat
B. Meminta laporan secara berkala kepada badan peradilan tentang perilaku
hakim
C. Menguji UU terhadap UUD
D. Memeriksa dugaan pelanggaran perilaku hakim
E. Meminta keterangan dari hakim yang didoga melanggar kode etik hakim
13. Hukum yang berlaku di negara lain disebut….
A. Nasional
B. Internasional
C. Asing
D. Antar golongan
E. Regional

14. Hukum yang mengatur susunan dan kekuasaan pejabat pemerintahan disebut….
A. Public
B. Privat
C. Pidana
D. Tata negara
E. Adminitrasi negara
15. Hal-hal yang diatur dalam hokum perdata antara lain, kecuali….
A. Hukum orang
B. Hukum keluarga
C. Hukum harta kekayaan
D. Hukum waris
E. Hukum pidana

B. Jawablah dengan singkat dan jelas!


1. Apakah yang dimaksud dengan hukum public!
2. Berdasrkan waktu berlakunya hukum dibedakan menjadi 3 sebutkan!
3. Kesadaran hukum masyarakt meliputi apa saja!
4. Sebutkan fungsi hukum!
5. Apa yang dimaksud sikap yang sesuai dengan ketentuhan hukum!

Anda mungkin juga menyukai