Anda di halaman 1dari 26

A.

Pengembangan Indikator
Kompetensi Dasar (KD) yang dipilih adalah:
1.3 Mensyukuri nilai-nilai dalam sistem hukum dan peradilan di Indonesia sesuai dengan
Undang-Undang Dasar negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai bentuk pengabdian
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2.3 Menunjukkan sikap disiplin terhadap aturan sebagai cerminan sistem hukum dan peradilan
di Indonesia
3.3 Mendeskripsikan sistem hukum dan peradilan di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
4. 3 Menyaji hasil penalaran tentang sistem hukum dan peradilan di Indonesia sesuai dengan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Indikator yang dikembangkan adalah indikator untuk KD 3.3 saja yang merupakan
Kompetensi Inti Pengetahuan (KI 3) dengan penjabaran KI, KD dan indikator sebagai berikut.

Tabel 1. KI, KD dan Indikator yang dikembangkan


Kompetensi Inti Pengetahuan Kompetensi Dasar Indikator
(KI 3)

3.Memahami, menerapkan, 3.3Mendeskripsikan 3.3.1Medeskripsikan pengertian


mennganalisis pengetahuan sistem hukum sistem hukum
faktual, konseptual, prosedural dan peradilan di 3.3.2Mengidentifikasikan unsur-unsur
dan metakognitif berdasarkan rasa Indonesia sesuai hukum
ingin tahunya tentang ilmu dengan Undang- 3.3.3Mengidentifikasikan
pengetahuan, teknologi, seni, Undang Dasar penggolongan hukum
budaya da humaniora dengan Negara Republik 3.3.4 Menjelaskan tata hukum di
wawasan kemanusiaan, Indonesia Tahun Indonesia
kebangsaan, kenegaraan, dan 1945 3.3.5 menjelaskan lembaga peradilan
peradaban terkait penyebab di Indonesia
fenomena dan kejadian, serta 3.3.6 Menjelaskan alat kelengkapan
menerapkan pengetahuan peradilan di Indonesia
prosedural pada bidang kajian 3.3.7Menjelaskan tingkatan dan
yang spesifik sesuai dengan bakat fungsi lembaga peradilan di
dan minatnya untuk memecahkan Indonesia
masalah 3.3.8Menjelaskan peran lembaga
peradilan di Indonesia
B. Materi pembelajaran
Materipembelajaran yang dikembangkan berdasarkan indikator dari KD 3.3 yaitu:
1. pengertian sistem hukum
2. Unsur-unsur hukum
3. Penggolongan hukum
4. Tata hukum di Indonesia
5. Lembaga peradilan di Indonesia
6. Alat kelengkapan peradilan di Indonesia
7. Tingkatan dan fungsi lembaga peradilan di Indonesia
8. Peran lembaga peradilan di Indonesia
Materi-materi ini dijabarkan secara rinci sebagai berikut.

1. Pengertian Sistem Hukum


Pengertian hukum menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2004), sistem adalah
perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas.
Hukum merupakan peraturan didalam negara yang bersifat mengikat dan memaksa setiap
warga negara untuk menaatinya.
a. Hugo de Groot mengistilahkan hukum untuk peraturan tentang perbuatan moral yang
menjamin keadilan
b. Van Vollenhoven menyebutkan bahwa hukuam adalah suatu gejala dalam pergaulan
hidup yang bergolak terus-menerus dalam keadaan bentur
c. Aristoteles menjelaskan hukum sebagai rangkaian peraturan yang mengikat baik rakyat
maupun penguasa
d. Leon Duguit mengartkan hukum sebagai sebuah aturan tingkah laku para anggota
masyarakat
e. Samidjo menyamakan hukum dengan peraturan memaksa
f. S.M. Amin menyebutkan hukum adalah kumpulan peraturan yang terdiri dari norma dan
sanksi
g. J.C.T. Simorangkir & Woerjono Sastropranoto mengartikan hukum sebagai peraturan
memaksa yang menentukan tingkah laku manusia dibuat oleh badan resmi
Jadi, sistem hukum adalah keseluruhan aturan tentang apa yang seharusnya
dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan oleh manusia yang mengikat dan
terpadu dari satuan kegiatan satu sama lain untuk mencapai tujuan hukum di Indonesia.

2. Unsur-unsur hukum
Unsur-unsur hukum ada empat, yaitu:
a. Peraturan tentang tingkah laku manusia dalam pergaulan hidup
b. Peraturan dibentuk oleh badan resmi
c. Peraturan bersifat memaksa
d. Sanksi tegas dan nyata
3. Penggolongan hukum
a. Penggolongan hukum menurut sumbernya
1) Hukum UU yaitu Hukum yang tercantum dalam peraturan perundang-undangan,
contohnya KUHP.
2) Hukum adat & kebiasaan yaitu hukum yang diambil dari peraturan adat &
kebiasaan, contohnya hukum adat minangkabau.
3) Hukum Yurisprudensi yaitu hukum yang terbentuk dari putusan pengadilan
4) Hukum traktat yaitu hukum yang ditetapkan oleh negara peserta perjanjian
internasional, contohnya hukum batas negara.
5) Hukum doktrin yaitu hukum yang berasal dari pendapat para ahli hukum.
b. Penggolongan hukum menurut hukum bentuknya
1) Hukum tertulis yaitu hukum yang dapat ditemui dalam bentuk tertulis, contohnya
KUHP, KUHD.
2) Hukum tidak tertulis yaitu hukum yang masih dalam keyakinan & kenyataan di
dalam masyarakat, contohnya Hukum adat.
c. Penggolongan hukum menurut isinya
1) Hukum publik yaitu hukum yang mengatur hubungan antara warga negara dan
menyangkut kepentingan umum/public, contohnya hukum pidana.
2) Hukum privat yaitu hukum yang mengatur hubungan antar individu dan bersifat
pribadi, contohnya hukum perdata.
d. Penggolongan hukum menurut tempat berlakunya
1) Hukum nasional yaitu hukum yang berlaku dalam suatu negara. Contohnya hukum
Indonesia.
2) Hukum internasional yaitu hukum yang mengatur hubungan antara 2 negara/lebih,
yaitu hukum perang.
3) Hukum asing yaitu hukum yang berlaku dalam negara lain, contohnya hukum
Australia.
4) Hukum gereja yaitu kaidah yang ditetapkan gereja untuk para anggotanya,
contohnya hukum gereja vatikan Roma.
e. Penggolongan hukum menurut masa berlakunya
1) Hukum positif (Ius Constitutum) yaitu hkum yang berlaku saat ini, contohnya
hukum pidana.
2) Hukum yang akan datang (Ius Constituendum) yaitu hukum yang dicita-citakan,
direncanakan akan berlaku pada masa yang akan datang, contohnya RUU.
3) Hukum universal yaitu hukum yang berlaku tanpa mengenal batas ruang dan waktu.
Berlaku sepanjang masa, di manapun, dan terhadap siapapun, contohnya Piagam
PBB tentang DUHAM
f. Penggolongan hukum menurut cara mempertahankannya
1) Hukum material yaitu hukum yang mengatur tentang isi hubungan antarsesama
anggota masyarakat, antaranggota masyarakat dengan penguasa negara, antar
masyarakat dengan penguasa negara, contohnya KUHP.
2) Hukum formal yaitu hukum yang mengatur bagaimana cara penguasa
mempertahankan dan menegakan serta melaksanakan kaidah-kaidah hukum
material dan bagaimana cara menuntutnya apabila hak seseorang telah dilanggar
oleh orang lain, contohnya hukum acara peradilan tata usaha negara
g. Penggolongan hukum menurut sifatnya
1) Kaidah hukum yang memaksa yaitu hukum dalam keadaan apapun mutlak ditaati,
contohnya ketentuan pasal 340 KUH Pidana.
2) Kaidah hukum yang mengatur/melengkapi, yaitu kaidah hukum yang dapat
dikesampingkan para pihak dengan jalan membuat ketentuan khusus dalam suatu
perjanjian yang mereka adakan, contohnya ketentuan pasal 1152 KUH Perdata.

4. Tata Hukum di Indonesia


a. Hukum tata negara (HTN) yaitu ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang organisasi
untuk mencapai tujuannya dalam kemasyarakatan
b. Hukum administrasi negara yaitu ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang
pengelolaan administrasi yang bertujuan untuk mengetahui cara tingkah lau negara dan
alat-alat perlengkapan negara
c. Hukum perdata yaitu mengatur kepentingan perseorangan
d. Hukum pidana yaitu mengatur kepentingan umum
e. Hukum acara atau hukum formal yaitu mengatur cara menjalankan peraturan hukum
material. Terbagi atas :
1) Hukum acara pidana yaitu sebagai pelaksanaan hukum pidana material
2) Hukum acara perdata yaitu menjalankan peraturan hukum perdata material

5. Lembaga peradilan di Indonesia


Pasal 24 UUD 1945 menentukan bahwa kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah
Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan
umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata
usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi. Ketentuan ini menjadi ketentuan dasar
bagi pengaturan lembaga peradilan di Indonesia.

a. Peradilan Umum
Peradilan umum adalah salahsatu pelaksanaan kekuasaan kehakiman bagi rakyat
pencari keadilan. Jika rakyat pada umumnya melakukan suatu pelanggaran atau
kejahatan, menurut peraturan dapat dihukum atau dikenakan sanksi dan akan diadili
dalam lingkungan peradilanumum.
Peradilan umum saat ini diatur berdasarkan UU No.49Tahun 2009. Kekuasaan
kehakiman di lingkungan peradilan umum dilaksanakan oleh pengadilan negeri,
pengadilan tinggi dan Mahkamah Agung sebagai pengadilan negara tertinggi.
1) Pengadilan Negeri
Pengadilan Negeri adalah suatu pengadilan umum yang sehari- hari memeriksa
dan memutuskan perkara dalam tingkat pertama dari segala perkara perdata dan
pidana sipil untuk semua golongan penduduk (warga negara dan orang asing). Dalam
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum,yang dimaksud Peradilan Umum
adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan
padaumumnya.
Pengadilan Negeri berkedudukan di ibu kota kabupaten/kota, dan daerah
hukumnya meliputi kabupaten/kota. Perkara-perkara yang ada diselesaikan oleh
hakim dan dibantu oleh panitera. Pada tiap-tiap Pengadilan Negeri ditempatkan pula
Kejaksaan Negeri sebagai alat pemerintah yang bertindak sebagai penuntut umum
dalam suatu perkara pidana terhadap si pelanggar hukum. Tetapi dalam perkara
perdata, Kejaksaan Negeri tidak ikut campur (tangan). Susunan pengadilan negeri
terdiri dari:
a) pimpinan (ketua dan wakil ketuapengadilan),
b) hakim anggota,
c) panitera,
d) sekretaris,dan
e) juru sita.
Dalam pengadilan negeri, perkara-perkara diadili oteh seorang hakim yang
terdiri dari majelis hakim (satu hakim ketua dan 2 hakim anggota) yang dibantu oleh
seorang panitera. Akan tetapi, dalam masalah perkara-perkara ringan yang ancaman
hukumannya kurang
darisatutahun(Summier)diadiliolehhakimtunggal.Misalnya,perkara pelanggaranlalu
lintas.

2) PengadilanTinggi
Pengadilan Tinggi adalah pengadilan banding, yaitu pengadilan yang memeriksa
kembali perkarayang telah diputuskan oleh pengadilan negeri.Tempat kedudukan
pengadilan tinggi diibukota provinsi. Tiap- tiap pengadilan tinggi dikepalai oleh
seorang kepala. disebut ketua pengadilan tinggi. Pengadilan tinggi merupakan
pengadilan tingkat banding.
Pemeriksaan perkara dalam pengadilan tinggi biasanya hanya memeriksa atas
dasar pemeriksaan berkas perkara, walaupun tidak menutup kemungkinan menggelar
persidangan seperti biasa.Tenggang waktu yang biasa dilakukan untuk mengajukan
banding adalah empat betas nari setelah vonis pengadilan negeri. Tugas dan
wewenang pengadilan tinggi yaitu sebagai berikut.
a) Memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara pidana serta perdata di
tingkatbanding.
b) Mengadili di tingkat pertama dan terakhir serta memiliki kewenangan
mengadili antarperadilan negeri di daerahhukumnya.
c) Memimpin pengadilan-pengadilan negeri di dalam daerah hukumnya.
d) Melakukan pengawasan terhadap jalannya peradilan di dalam daerah hukumnya
dan menjaga supaya peradilan itu diselenggarakan dengan cara seksama danwajar.
e) Mengawasi perbuatan hakim pengadilan negeri di dalam daerah hukumnya.
f) Memberi peringatan, teguran, dan petunjuk yang dipandang perlu kepada
pengadilan dalam daerahhukumnya.
g) Memerintahkan agar mengirim berkas-berkas perkara dan surat- surat untuk
memberi penilaian tentang kecakapan dan kerajinan parahakim.
h) Wilayah hukum peradilan tinggi meliputi satu wilayah provinsi.
i) Susunan pengadilan : tinggi adalah sebagai berikut.
i. Pimpinan (ketua pengadilan dan wakilketua).
ii. Hakim anggota.
iii. Panitera.
iv. Sekretaris.

3) Mahkamah Agung
Mahkamah Agung merupakan badan pengadilan tertinggi di
Indonesia,yangberkedudukandiIbuKota(Indonesia,Jakarta)ataudi tempat yang
ditetapkan oleh presiden. Daerah hukum MA meliputi seluruh wilayah Indonesia. MA
mempunyai kewajiban utama yaitu melakukan pengawasan tertinggi atas segala
tindakan-tindakan pengadilan lain di seluruh Indonesia dan menjamin agar hukum
dilaksanakan dengansepatutnya.
Kedudukan MA berdasarkan pada pasal 24 dan 24A Amandemen DUD
1945, tentang kekuasaan kehakiman, yang dituangkan dalam UU Nomor 1Tahun
2004 Peraturan tentang Mahkamah Agung yang diatur lebih lanjut dalam UU Nomor
14 Tahun 1985 dan telah diubah, menjadi UU Nomor 5 Tahun 2004 mempunyai
kekuasaan dan kewenangan sebagai berikut.
a) Memeriksa dan memutuskan permohonan kasasi dan sengketa
tentangkewenangan.
b) Mengadili permohonan peninjauan kembali (PK) putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
c) Memberi pertimbangan dalam bidang hukum,baikdiminta ataupun tidak kepada
lembaga tingginegara.
d) Memberikan nasihat hukum kepada presiden selaku kepala negara untuk
pemberian dan penolakangrasi.
e) Menguji secara material hanya terhadap peraturan perundang- undangan di
bawah undang-undang.
f) Melaksanakan tugas dan kewenangan lain berdasarkan undang- undang.
Susunan MA terdiri atas pimpinan (seorang ketua dan dua wakil ketua dan
beberapa, orang ketua muda), hakim anggota, panitera, dan seorang sekretaris. Pimpinan
dan hakim MA adalah hakim agung.Jumlah hakim agung paling banyak 60 orang. Ketua
dan wakil ketua MA dipilih dari dan oleh hakim agung dan diangkat olehpresiden.Hakim
agung diangkat oleh presiden dari nama calon yang diajukan oleh Dewan-Perwakilan
Rakyat,yaitu dari nama calon yang diusulkan oleh Komisi Yudisial.
Pimpinan Mahkamah Agung terdiri dari seorang Wakil Ketua Muda. Tiap-tiap
bidang dipimpin oleh seorang Ketua, dan beberapa orang Ketua Muda.Tiap-tiap
bidang dipimpin oleh seorang Ketua Muda yang dibantu oleh beberapa Hakim
Anggota Mahkamah Agung, yaitu Hakim Agung. Tugas atau Fungsi Mahkamah
Agung adalah, sebagai berikut :
a) Melakukan pengawasan tertinggi terhadap penveicnggdraan peradilan di semua
lingkungan peradilan dalam menjalankan kekuasaankehakiman.
b) Mengawasi tingkah laku dan perbuatan para Hakim di semua lingkungan
peradilan dalam menjalankantugasnya.
c) Mengawasi dengan cermat semua perbuatan para hakim di semua
lingkunganperadilan.
d) Untuk kepentingan negara dan keadilan Mahkamah Agung memberi peringatan,
teguran dan petunjuk yang dipandang perlu baik dengan surat tersendiri,maupun
dengan surat edaran.
Tugas dan kewenangan lain (di luar lingkungan peradilan) dari Mahkamah Agung,
adalah sebagai berikut :
a) Menyatakan tidak sah semua peraturan perundang - undang dari tingkat yang
lebih rendah daripada undang-undang atas alasan bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi
b) Memutuskan dalam tingkat pertama dan terakhir, semua sengketa yang timbul
karena perampasan kapal asing dan muatannya oleh kapal perang Republik
Indonesia berdasarkan peraturan yang berlaku,
c) Memberikan nasihat hukum kepada Presiden selaku Kepala Negara dalam
rangka pemberian atau penolakangrasi.
d) Bersama Pemerintah, melakukan pengawasan atas Penasehat Hukum dan
Notaris.
e) Memberikan pertimbangan-pertimbangan dalam bidang hukum baik diminta
maupun tidak kepada Lembaga Tinggi Negara yang lain.

b. Peradilan Khusus
Disebut Peradilan Khusus karena mengadili perkara-perkara tertentu atau mengenai
golongan Rakyat tertentu.Adapun macam-macam peradilan khusus, yaitu peradilan agama,
peradilan tata usaha negara, peradilan HAM, peradilan tindak pindana korupsi dan
peradilan militer.

1) Peradilan Agama
Peradilan agama adalah peradilan agama Islam. Tugas dan wewenangnya
adalah memeriksa dan memutus sengketa antara orang- orang yang beragama Islam
mengenai bidang hukum perdata tertentu yang diputus berdasar syariat Islam. Adalah
pengadilan yang memeriksa dan memutuskan perkara-perkara yang timbul antara
orang-orang Islam,yang berkaitan dengan nikah, rujuk, talak(perceraian), nafkah, waris
dan lain-lain. Dalam hal yang dianggap perlu. Keputusan Pegadilan Agama dapat
dinyatakan berlaku oleh Pengadilan Negeri.
Peradilan agama diatur berdasarkan UU Nomor 3 Tahun 2006 tentang
peradilan agama dinyatakan bahwa lingkungan pengadilan agama terdiri atas sebagai
berikut.
a) Pengadilan agama sebagai badan peradilan tingkat pertama yang tempat
kedudukannya sama dengan pengadilan negeri.
b) Pengadilan tinggi agama sebagai badan peradilan tingkatbanding.
Tempat kedudukan sama dengan daerah pengadilan tinggi.
Lingkungan peradilan agama dimulai dari daerah kabupaten / kota, provinsi,
sampai di Ibu kota Negara. Peradilan syariah Islam di Provinsi Nangroe Aceh
Darussalam merupakan pengadilan khusus dalam lingkungan peradilan agama
sepanjang kewenangannya menyangkut kewenangan peradilan agama, tetapi
merupakan pengadilan khusus dalam lingkungan peradilan umum sepanjang
kewenangannya menyangkut kewenangan peradilan umum.

2) Peradilan Tata Usaha Negara


KehadiranPengadilanTataUsahaNegaradiIndonesia tergolong masih sangat baru.
Hal itu bisa kita lihat dari keberadaannya berdasarkan UU No. 51 Tahun 2009 dengan
Jo UU No. 9 tahun2004.
Pengadilan tata usaha negara adalah badan yang berwenang memeriksa dan
memutus semua sengketa tata usaha negara dalam tingkat pertama. Sengketa dalam
tata usaha negara adalah sengketa yang timbul dalam bidang tata usaha negara sebagai
akibat dikeluarkannya keputusan tata usaha negara. Keputusan tata usaha negara
adalah suatu ketetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan tata usaha negara yang
berisi tindakan hukum badan tata usaha negara berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku yang menerbitkan akibat hukum bagi seseorang atau badan
hukum. Berikut ini merupakan masalah-masalah yang rnenjadi jangkauan peradilan
tata usaha negara.
a) Bidang sosial, yaitu gugatan atau permohonan terhadsp keputusan administrasi
tentang penolakan permohonan suatu izin. Bidang ekonomi, yaitu gugatan atau
permohonan yang berkaitan dengan perpajakan, merk, agraria, dansebagainya.
b) Bidang function pubiique, yaitu gugatan atau permohonan yang berhubungan
dengan status atau kedudukan seseorang. Misalnya, bidang kepegawaian,
pemecatan, pemberhentian hubungan kerja, dansebagainya.
c) Bidang HAM, yaitu gugatan atau permohonan yang berkaitan dengan pencabutan
hak milik seseorang, penangkapan, dan penahanan yang tidak sesuai dengan
prosedur hukum(sebagaimana diatur dalam KUHAP) mengenaipra-peradilan.
Berdasarkan pasal 6 UU Nomor 9 Tahun 2004, pengadilan tata usaha negara
dilaksanakan oleh badan pengadilan berikut.
a) Pengadilantatausahanegaraberkedudukandiibukotakabupaten/ kota dan daerah
hukum yang meliputikabupaten/kota.
b) Pengadilan tata usaha negara berkedudukan di ibukota provinsi dan daerah
hukumnya yang meliputiprovinsi.
c) Pengadilan tata usaha negara berpuncak pada MahkamahAgung.
Hakim pengadilan tata usaha negara diangkat dandiberhentikan oleh Presiden
atas usul Ketua MA. Ketua dan wakil ketua pengadilan diangkat dan diberhentikan oleh
ketuaMA.
3) Peradilan Hak Asasi Manusia (HAM)
Peradilan HAM dibentuk berdasarkan pada UU Nomor 26Tahun2000 tentang
peradilan HAM untuk mengadili perkara pelanggaran HAM berat yang meliputi kejahatan
genosida dan kejahatan terhadapkemanusiaan. Pengadilan HAM mempunyai perbedaan
dengan pengadilan lain. Perbedaan tersebut danya pelanggaran HAM berat, yaitu
KOMNAS (Komisi nasional) HAM. Lingkungan pengadilan HAM mempunyai daerah
hukum yaitu diatur berasarkan pasal 45 ayat (2) UU Nomor 26 Tahun 2000, yaitu
daerah hukum Pengadilan HAM berada pada pengadilan negeri di daerah berikut.
a) Jakarta yang meliputi wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Provinsi Jawa Barat,
Banten, SumatraSelatan, Lampung, Bengkulu, Kalimantan Barat, dan
KalimantanTengah.
b) Surabaya, yang meliputi Provinsi Jawa Tengah, Jawa Tengah, Daerah Istimewa
Yogyakarta, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Barat, dan
Nusa TenggaraTimur.
c) Makassar yang meliputi Provinsi Sulawesi Selatan danTimur,Nusa Tenggara Barat,
dan Nusa Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Maluku Utara dan Irian
Jaya.
d) Medan yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Daerah Istimewa Aceh, Riau,
Jambi, dan SumatraBarat.
Umumnya jumlah hakim dalam sidang pengadilan biasanya berjumlah tiga
orang, sedangkan dalam pemeriksaan perkara pelanggaran HAM di Pengadilam
HAM berjumlah lima orang, terdiri dari dua orang hakim pada Pengadilan HAM yang
bersangkutan dan tiga orang hakim ad hoc, baik pada pengadilan negeri, pengadilan
banding maupun di MA. Hakim ad hoc diangkat dan diberhentikan oleh presiden selaku
kepala negara atas usul ketua MA, sedangkan hakim ad hoe MA diangkat oleh presiden
selaku kepala negara atas usul DPR. Perkara pelanggaran HAM berat diperiksa dan
diputuskan oleh pengadilan HM. dalam waktu paling lama 180 hari terhitung sejak
perkara dilimpahkan ke pengadilan HAM.

4) Peradilan Tipikor (Tindak PidanaKorupsi)


Pengadilan tindak pidana korupsi dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden
No. 59 Tahun 2004, tentang pembentukan pengadilan tindak pidana korupsi pada
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, serta Keppres No. lll/M/2004, tentang Pengangkatan
hakim ad hoc pengadilan tindak pidana korupsi,yang terdiri dari Sembilan hakim.
Pembentukan pengadilan tindak pidana korupsi merupakan amanat pasal 53
UU Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Tersangka korupsi yang disidik KPK akan diadili oleh pengadilan korupsi dan tetap
berbasis di pengadilan negeri.

5) Peradilan Militer
Peradilan militer adalah peradilan yang mengadili anggota- anggota atau TNI
yang meliputi angkatan darat, angkatan laut dan angkatan udara. Sejak POLRI terpisah
dari TNI, maka anggota POLRI yang melakukan pelanggaran hukum tidak lagi diadili
oleh pengadilan militer, tetapi oleh Pengadilan Umum (Negeri). Pengadilan Militer
mengadili mereka yang khusus, yaitu sebagi berikut.
a) AnggotaTNI
b) Seseorang yang menurut Undang-undang dapat dipersamakan dengan anggotaTNI.
c) Anggota jawatan atau golongan yang dapat dipersamakan dengan TNI
menurutundang-undang.
d) Tidaktermasuka)sampaic),tetapimenurutkeputusanManhankam yang ditetapkan
dengan persetujuan menteri hukum dan HAM harus diadili oleh pengadilanmiliter.
Adapun jenis Peradilan Militer adalah :
a) PeradilanTentara
Tempat pengadilan tentara serta daerah hukumnya masing- masing ditetapkan oleh
menteri kehakiman (menteri hukum dan HAM) serta menteri pertahanan dan
keamanan. Selain tiap-tiap pengadilan tentara ada kejaksaan tentara yang daerah
hukumnya sama, tiap-tiap pengadilan tentara mempunyai beberapa hakim perwira
yang serendah-rendahnya berpangkat kapten yang diangkat dan diberhentikan oleh
presiden. Pengadilantentaramengadiliperkara-perkarakejahatandan pelanggar
tingkat pertama yang dilakukan oleh anggota TNI yang berpangkat kapten
kebawah.
b) Peradilan TentaraTinggi
Tempat dan kedudukan pengaditan tentara tinggi ditetapkam oleh menteri
kehakiman (menteri hukum dan HAM) serta menteri pertahanan dan
keamanan. Daerah hukumnya ditetapkan oleh menteri-menteri
tersebut.Selain tiap-tiap pengadilan tentara tinggi, menteri
kehakiman(menterihukumdanHAM)jugamenunjukseorang atau lebih ketua
pengganti pada pengadilan tentara tinggi dan seorang atau lebih jaksa pengganti
pada kejaksaan tentaratinggi. Tiap-tiap pengadilan tentara tinggi mempunyai
hakim perwira yang serenah-rendahnya berpangkat letnan kolonel (letkol)
serta diangkat dan diberhentikan oleh presiden. Hakim dan perwira tersebut
harus berpangkat lebih tinggi daripada pangkat militer terdakwa yang
perkaranya harus diadili. Pengadilan tentara tinggi memutuskan perkara-
perkara kejahatan dan pelanggaran, terdakwa yang dilakukan seorang
perwira yang berpangkat mayor.
c) Mahkamah Tentara Agung
Mahkamah Tentara Agung berkedudukan ditempat Mahkamah Agung
Indonesia dan daerah hukumnya meliputi seluruh negara Republik Indonesia.
Selain Mahkamah Tentara Agung, terdapat juga kejaksaan. Tentara Agung
yang daerah hukumnyasama. Selain itu, Mahkamah Tentara Agung
mempunyai tugas dan kewenangan sebagai berikut.
i. Melakukan pengawasan atas pengadilan-pengadilan tentara dan
pengadilan tentaratinggi.
ii. memeriksa dan memutuskan dalam peradilan tingkat kedua mengenai
segala hal yang telah diputuskan oleh pengadilan tentaratinggi.
iii. Memeriksa dan memutuskan dalam peradilan pertama dan terakhir
semua perselisihan tentang kekuasaan mengadili.

6. Alat kelengkapan peradilan di Indonesia


Alat kelengkapan peradilan di Indonesia terdiri dari:
a. Hakim yang bertugas menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dengan
jalan menafsirkan hukum
b. Jaksa yaitu lembaga pemerintahan yang melaksanakan kekuasaan negara di bidang
penuntutan serta kewenangan lain berdasarkan undang-undang
c. Polisi yaitu lembaga negara yang berperan sebagai pemelihara kamtibnas, penegak
hukum, pelindung serta pengayom dan pelayan masyarakat

7. Tingkatan dan fungsi lembaga peradilan


Lembaga peradilan berperan untuk menerapkan dan menegakkan hukum dan
keadilan berdasarkan Pancasila. Pengadilan sebagai lembaga penegak hiikum bertugas untuk
memeriksa, mengadili, dan memutus setiap perkara yang diajukan kepadanya agar
mendapatkan keadilan. Hakim pengadilan tidak boleh menolak perkara yang masuk dengan
alasan tidak mampu atau tidak ada hukum yang dapat dipakai untuk menyelesaikannya.
Hakim harus menerima setiap perkara yang masuk untuk disidangkan. Jenis perkara yang
masuk disesuaikan dengan tugas dan kewenangan dari tiap lembaga peradilan yang
ada.Jadi,peranan lembaga peradilan adalah melaksanakan kekuasaan kehakiman di
Indonesia untuk menegakkan hukum dankeadilan.
a. Pengadilan Tingkat Pertama (PengadilanNegeri)
Fungsi pengadilan tingkat pertama adalah memeriksa tentang sah atautidaknya suatu
penangkapan atau atau penahanan yang diajukan oleh tersangka,keluarga atau kuasanya
kepada Ketua Pengadilan dengan menyebutkan alasan- alasannya. Tugas dan wewenang
pengadilan negeri adalah memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara pidana dan
perdata di tingkat pertama.Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang
Peradilan Umum, Pengadilan Tingkat Pertama atau Pengadilan Negeri dibentuk oleh
Menteri Kehakiman dengan persetujuan Mahkamah Agung yang mempunvai
kekuasaanhukum pengadilan meliputi satu kabupaten/kota. Dengan adanya perubahan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2004, maka pembentukan Pengadilan Umum beserta
fungsi dan kewenangannya ada pada Mahkamah Agung. Hal lain yang menjadi tugas
dan kewenangannya, antara lain:
1) Menyatakan sah atau tidaknva penangkapan, penahanan, penghentian penyelidikan,
atau penghentiantuntutan.
2) Tentang ganti kerugiandan/atau rehabilitasi bagi seseorang yang perkaranya
dihentikan pada tingkat penvidikan ataupenuntutan.
3) Memberikan keterangan, pertimbangan,dan nasihat tentang hukum kepada instansi
Pemerintah di daerahnya, apabiladiminta.
4) Mengadakan pengawasan atas pelaksanaan tugas dan tingkah laku hakim, Panitera,
Sekretaris, dan Juru Sita di daerah hukumnya.
5) Melakukan pengawasan terhadap jalannya peradilan dan menjaga agar peradilan
diselenggarakan dengan seksama dansewajarnya.
6) Memberikanpetunjuk,teguran, danperingatanyangdipandangperiudengan tidak
mengurangi kebebasan Hakim dalam memeriksa dan memutus perkara.
7) Melakukan pengawasan atas pekerjaan notaris di daerah hukumnya, dan melaporkan
hasil pengawasannya kepada Ketua Pengadilan Tinggi, Ketua Mahkamah Agung,
dan Menteri yang tugas dan tanggung jawabnya meliputi jabatan notaris. Ketua
Pengadilan Negeri dapat menetapkan perkara yang harus diadili berdasarkan nomor
urut, kecuali terhadap tindak pidana yang pemeriksaannya harus didahulukan,yaitu:
a) Korupsi,
b) Terorisme
c) Narkotika/psikotropika,
d) Pencucian uang,atau
e) Perkara tindak pidana lainnya yang ditentukan oleh undang-undang dan perkara
yang terdakwanya berada di dalam Rumah Tahanan Negara.
b. Pengadilan TingkatKedua
Pengadilan Tingkat Kedua disebut juga Pengadilan Tinggi yang dibentuk dengan
undang-undang. Daerah hukum Pengadilan Tinggi berkedudukan di ibukota provinsi,
dan daerah hukumnya meliputi wilayah provinsi. Pengadilan Tinggi, disebut juga
sebagai Pengadilan Tingkat Banding. Fungsi Pengadilan Tingkat Kedua adalah:
1) Menjadi pemimpin bagi pengadilan-pengadilan Negeri di dalam daerah hukumnya.
2) Mengawasi dan meneliti perbuatan para hakim pengadilan negeri didaerah
hukumnya.
3) Untuk kepentingan negara dan keadilan, Pengadilan Tinggi dapat memberi
peringatan , teguran, dan petunjuk yang dipandangperlu kepada Pengadilan Negeri
dalam daerah hukumnya,
4) Melakukan pengawasan terhadap jalannya peradilan di dalam daerah hukumnya dan
menjaga supaya peradilan itu diselesaikan dengan seksama dan sewajarnya.
Wewenang Pengadilan Tingkat Kedua adalah:
1) Berwenang untuk memerintahkan pengiriman'berkas-berkas perkara dan surat-surat
untuk diteliti dan memberi penilaian tentang kecakapan dan kerajinan parahakim.
2) Mengadili perkara yang diputus oleh pengadilan negeri dalam daerah hukumnya
yang dimintakanbanding.
c. Pengadilan TingkatKasasi
Kasasi berarti pembatalan putusan atau penetaanpengadilan dari semua lingkungan
peradilan dengan alasan:
1) Lupa memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan perundang- undangan
yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya putusan yang bersangkutan.
2) Tidakberwenangataumelampauibataswewenang;
3) Salah menerapkan atau melanggar hukum yangberlaku;
4) Pengadilan tingkat kasasi, yaitu Mahkamah Agung bertugas untuk memeriksa dan
memutuskan permohonan kasasi sengketa tentang kewenangan mengadili;
a) permohonan peninjauan kembali putusan pengadilan yang memperoleh kekuatan
hukum yang pasti
b) Dalam hal kasasi, yang menjadi wewenang Mahkamah Agung adalah
membatalkan putusan atau penetapan pengadilan-pengadilan dari semua
Lingkungan Peradilan karena:
c) Tidak berwenang atau melampaui batas wewenang,
d) Salah menerapkan atau karena melanggar hukum yangberlaku,
e) Lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan perundang-
undangan yang niengancani kelalaian itu dengan batalnya putusan yang
bersangkutan.

8. Peran lembaga peradilan di Indonesia


Peran lembaga peradilan di Indonesia menurut Atik, dkk (2010: 51) adalah
sebagai berikut:
a. Agar dapat menerapkan menegakkan hukum dan keadilan, pengadilan memiliki
ketentuan sebagai berikut.
b. Pengadilan membantu pencari keadilan dan berusaha mengatasi segala hambatan dan
intangan untuk dapat tercapainya peradilan yang sederhana, cepat, dan biayaringan.
c. Pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak membeda-bedakanorang.
d. Pengadilanmemeriksa mengadilidanmemutusperkarapidanadenganhadirnya terdakwa,
kecuali undang-undang menentukanlain.
e. Pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa, mengadili, dan memutus suatu
perkara yang diajukandengandalih bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas, melainkan
wajib untuk memeriksa danmengadilinya.
f. Peradilan difakukan "demi keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang MahaEsa.
g. Putusan pengadilan dilaksanakan dengan memerhatikan nilai kemanusiaan dan keadilan.
h. Peradilan dilakukan dengan sederhana cepat dan biaya ringan.
i. Semuaputusan pengadilan hanya sah dan mempunyai kekuatan hukum apabila
diucapkan dalam sidang terbuka untukumum.
j. Hakim harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela, jujur, adil.
profesional, dan berpengalaman di bidang hukum
k. Semua pengadilan memeriksa, mengadili, dan memutus dengan sekurang- kurangnya
tiga orang hakim, kecuali undang-undang menentukan lain.
l. Hakim wajib menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan
yang hidup dalam masyarakat. Dalam mempertimbangkan berat ringannya pidana,
hakim wajib memerhatikan pula sifat yang baik dan jahat dariterdakwa.
m. Setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut, dan/ataudihadapkan di depan
pengadilan wajib dianggap tidak bersalah sebelum ada putusan pengadilan yang
menyatakan kesalahannya dan telah memperoleh kekuatan hukumtetap.
n. Terhadap putusan pengadilan tingkat pertama dapat dimintakan banding kepada
pengadilan tinggi olehpihak-pihak yang bersangkutan, kecuali undang-undang
menentukanlain.
o. Setiap orang yang ditangkap, ditahan, dituntut atau diadili tanpa alasan berdasarkan
undang - undang atau karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang
diterapkannya, berhak menuntut ganti kerugian danrehabilitasi.
p. Setiap orang yang tersangkut perkara berhak memperoleh bantuan hukum
q. Tidak seorang pun dapat diharapkan didepan pengadilan selain daripada yang ditentukan
oleh undang-undang.
r. Terhadap putusan pengadilan dalam tingkat banding dapat kasasi dimintai kasasi kepada
Mahkamah guna oleh pihak-pihak yang bersangkutan, kecuali undang- undang
menentukan lain.
s. Sidang pemeriksaan pengadilan adalah terbuka untuk umum, kecuali undang- undang
menuntut ganti kerugiandan rehabilitasi
t. Tidak seorang pun dapat dikenakan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan
penyitaan, selain atas perintah tenulis oleh kekuasaan yang sah dalam hal dan mennurut
cara yang diatur dalam undang-undang.
u. Terhadap putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, pihak-
pihak yang bersangkutan dapat mengajukan peninjauan kembali kepada Mahkamah
Agung, apabila terdapat hal atau keadaan tertentu yang ditentukan dalam undang-
undang.

C. Landasan Teori Pemilihan Model Pembelajaran


Materi pada KD ini bisa diterapkan untuk 3 kali pertemuan dengan pertemuan
pertama membahas Indikator 3.3.1, 3.3.2, dan 3.3.1 yang menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together. Tipe ini dipilih karena materi pada KD 3.3 memiliki
kata kerja operasional C1 yang berarti masih dalam tingkat kognitif rendah. Sedangkan KD ini
ada pada kelas XI SMA yang mana siswa sudah dituntut untuk mampu berpikir tinggi. Untuk
materi pada kompetensi C1 biasanya guru menggunakan metode ceramah. Untuk menunjang
terbentuknya sikap religius, sikap sosial disiplin, pengetahuan dan keterampilan menyajikan
hasil penalaran sebagaimana tuntutan dari KD 1.3, KD 3.2, KD 3.3 dan KD 4.3, maka metode
ceramah bisa diganti dengan metode lain yang lebih meningkatkan keaktifan siswa salah
satunya model kooperatif tipe Numbered Heads Together. Selain sikap disiplin, keterampilan
menyajikan hasil penalaran, model pembelajaran ini memiliki banyak kompetensi yang bisa
dikembangkan sebagaimana yang ditampilkan secara rinci dalam Tabel 2. Langkah-Langkah
Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Head Together untuk Indikator 3.3.1, 3.3.2, dan
3.3.1.
Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi
siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi (Rusman, 2011: 203). Majid
(2013:174) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang
mengutamakan kerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif
(cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja
dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri atas 4-6 orang
dalam kelompok yang heterogen. Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk
meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan
dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kepada siswa untuk berinteraksi
dan belajar bersama-sama siswa yang beda latar belakangnya. Jadi dalam pembelajaran
kooperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru. Dengan bekerja
secara kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan
keterampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi
kehidupan diluar sekolah (Trianto, 2010: 58). Model pembelajaran ini berdasar dari teori
belajar konstruktivisme dan teori belajar sosial.
1. Teori Belajar Konstruktivisme
Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori konstruktivisme. Pada dasarnya
pendekatan teori konstruktivisme dalam belajar adalah suatu pendekatan di mana siswa
harus secara individual menemukan dan menstransformasikan informasi yang kompleks,
memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan merevisinya bila perlu (Rusman, 2012:
201). Jadi pada dasarnya teori belajar konstruktivisme sebagai sebuah pendekatan kepada
siswa secara individual agar siswa tersebut dapat menemukan dan menstranformasikan
informasi yang komplekskemudian siswa memeriksa informasi tersebut sesuai dengan
aturan yang ada agar dapat direvisi kembali jika memang diperlukan.
2. Teori belajar sosial
Teori belajar sosial dicetuskan oleh Vygotsky yang menyatakan bahwa siswa membentuk
pengetahuan sebagai hasil dari pikiran maupun kegiatan siswa sendiri melalui bahasa.
Perkembanganan tergantung baik pada faktor biologis menentukan fungsi-fungsi elemen
memori, atensi, persepsi, stimulus-respons, dan faktor sosial sangat penting artinya bagi
perkembangan fungsi mental lebih tinggi untuk pengembangan konsep, penalaran logis dan
pengambilan keputusan. Proses pembelajaran akan terjadi jika anak bekerja atau menangani
tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan
mereka disebabkan dengan zone of proximal development, yakni daerah tingkat
perkembangan sedikit di atas daerah pekembangan seseorang saat ini. Satu lagi ide penting
dari Vygistky adalah scaffolding yakni pemberian bantuan kepada anak-anak selama tahap-
tahap awal perkembangannya dan mengurangi bantuan dan memberikan kesempatan kepada
anak untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar (Nur dan Wikandari, 2000 :
6). Hal ini berarti bahwa siswa diajar sedikit demi sedikit komponen suatu tugas yang
kompleks yang pada suatu hari diharapkan akan terwujud menjadi suatu kemampuan untuk
menyelesaikan tugas yang lebih kompleks.
Salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif adalah Model pembelajaran
Numbered Heads Together (NHT) dikembangkan oleh Spencer kagan. Pengertian Numbered
Heads Together (NHT) atau kepala bernomor menurut Lie (2002:59) adalah suatu tipe dari
pengajaran kooperatif pendekatan struktural yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain
itu Numbered Heads Together juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama
mereka. Model ini dapat digunakan untuk semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan
peserta didik.
Satu aspek penting dalam pengajaran kooperatif adalah bahwa di samping
pengajaran kooperatif membantu mengembangkan tingkah laku kooperatif dan hubungan yang
lebih baik diantara siswa, pengajaran kooperatif secara bersamaan membantu siswa dalam
pengajaran akademis mereka. Menurut Nur (2005: 28) model pembelajaran kooperatif tipe NHT
pada dasarnya merupakan sebuah variasi diskusi kelompok dengan ciri khasnya adalah guru
hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya tanpa memberitahu terlebih dahulu
siapa yang akan mewakili kelompoknya tersebut. Sehingga cara ini menjamin keterlibatan total
semua siswa. Cara ini upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual
dalam diskusi kelompok. Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT)
menekankan siswa untuk saling bekerja sama dalam kelompok sehingga masing-masing
anggota kelompok paham dengan hasil kerja kelompoknya dan bertanggung jawab terhadap
hasil kerja tersebut, sehingga dengan sendirinya siswa merasa dirinya harus terlibat aktif dalam
proses pembelajaran. Dengan demikian siswa akan merasa termotivasi untuk belajar sehingga
aktivitas belajar dapat meningkat yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa
(Rahmi, 2008: 85).
Langkah-langkah Numbered Head Togeteher teridiri dari enam langkah, yaitu:
1. Persiapan
Tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario
Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT.
2. Pembentukan kelompok
Pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru
membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa.
Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang
berbeda. Penomoran adalah hal yang utama di dalam NHT, dalam tahap ini guru membagi
siswa menjadi beberapa kelompok atautim yang beranggotakan tiga sampai lima orang dan
memberi siswa nomor sehingga setiap siswadalam tim mempunyai nomor berbeda-beda,
sesuai dengan jumlah siswa di dalam kelompok. Kelompok yang dibentuk merupakan
percampuran yang ditinjau dari latar belakan gsosial, ras, suku, jenis kelamin dan
kemampuanbelajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-
test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.
3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa
dalam menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru.
4. Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan pertanyaan kepada setiap siswa sebagai bahan
yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk
menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan
yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru.Pertanyaan dapat
bervariasi, dari yang bersifatspesifik sampai yang bersifat umum.
5. Memanggil nomor anggotaatau pemberian jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswadari tiap kelompok dengan
nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.
6. Memberi kesimpulan
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan
dengan materi yang disajikan (Ibrahim, 2000: 29).
Jadi dapat dikatakan bahwa model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
atau disebut dengan kepala bernomor sebagai salah tipe kooperatif melalui pendekatan
struktural yang pada dasarnya memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan
ide untuk mempertimbangkan jawaban yang paling tepat dalam menyelesaikan soal. Guru hanya
menunjuk salah satu siswa yang akan mewakili kelompoknya tanpa memberitahu terlebih
dahulu kepada kelompok tersebut yang akan diwakilinya sehingga cara ini tepat untuk
meningkatkan keterlibatan siswa dalam kelompok, untuk itu siswa juga dituntut untuk terlibat
aktif dalam kelompoknya. Dengan demikian, tipe ini akan meningkatkan tanggung jawab siswa
dan siswa akan termotivasi untuk belajar lebih giat dan rajin karena siswa dituntut dalam
menyelesaikan tugasnya masing-masing dalam kelompok, dan saling berkerja sama karena
siswa didorong untuk saling membantu teman yang lainnya yang belum mengerti sehingga
terjalin hubungan yang baik dalam kelompok. Dalam hal ini, pembelajaran NHT ini juga
membantu dalam mengembangkan tingkah laku siswa secara kooperatif tanpa membeda-
bedakan satu sama lainnya.

D. Aspek yang dikembangkan


1. Menjadi alternatif dari penyampaian materi dari tuntutan KD dengan kata kerja operasional
tingkat kognitif rendah yang biasanya menggunakan pendekatan teacher center seperti
metode caramah menjadi student center yang melibatkan keaktifan dan kekritisan siswa.
2. Mengembangkan sikap religius, sikap sosial disiplin, pengetahuan dan keterampilan
menyajikan hasil penalaran sebagaimana tuntutan dari KD 1.3, 2.3, 3.3, dan 4.3.
3. Mengembangkan sikap dan keterampilan tanggung jawab, menghormati orang lain, berpikir
kritis, kemampuan menerima kritik, kemampuan berkomunikasi, kemampuan menerima
perbedaan, kemampuan menerima pendapat orang lain, aktif, dan kemapuan menerima
keputusan bersama yang secara rinci dapat dilihat dalam Tabel 2. Langkah-Langkah Model
Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Head Together untuk Indikator 3.3.1, 3.3.2, dan
3.3.1
E. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Head Together untuk
Indikator 3.3.1, 3.3.2, dan 3.3.1
Pertemuan pertama membahas Indikator 3.3.1, 3.3.2, dan 3.3.1 yang bisa dilakukan
untuk satu kali pertemuan dengan 2 jam pelajaran pada kelas XI SMA dengan karakteristik
siswa sedang hingga tinggi menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together sebagai berikut.

Tabel 2. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Head Together


untuk Indikator 3.3.1, 3.3.2, dan 3.3.1
No Uraian Kegiatan Guru Uraian Kegiatan Siswa Apek yang
dikembangkan
1 Persiapan
a. Guru mempersiapkan suasana a. Siswa mempersiapkan suasana Sikap sosial (KI 2)
belajar yang menyenangkan belajar yang menyenangkan tanggungjawab

b. Guru memimpin doa


c. Guru mengabsen kehadiran b. Siswa berdoa Spiritual (K1 1)
peserta c. Siswa menyebutkan kehadiran
d. Guru memberikan motivasi
kepada siswa tentang tanggung
d. Siswa mendengarkan motivasi Sikap sosial (K1 2)
jawab
guru tanggung jawab
e. Guru mengingatkan kembali
kompetensi yang sudah
e. Siswa mengingat kembali Pengetahuan (KI 3)
dipelajari dan dikembangan
kompetensi sebelumnya
sebelumya yaitu dinamika
demokrasi Pancasila dengan
mengajukan beberapa
pertanyaan
f. Guru menyampaikan
kompetensi yang akan dicapai
dan manfaatnya dalam
f.Siswa mendengarkan penjelasan
kehidupan sehari-hari
guru
g. Guru menyampaikan garis
besar cakupan materi dan
Sikap sosial (KI 2)
g. Siswa mendengarkan
kegiatan yang dilakukan
menghormati orang
h. Guru menyampaikan lingkup penjelasan guru
lain
dan teknik penilaian yang akan
h. Siswa mendengarkan
No Uraian Kegiatan Guru Uraian Kegiatan Siswa Apek yang
dikembangkan
digunakan penjelasan guru
i.
2 Pembentukan kelompok
a. Guru membagi kelas menjadi Siswa membagi kelas menjadi Keterampilan (K1 4)
beberapa kelompok yang tiap beberapa kelompok yang tiap bekerja sama, Sikap
kelompok terdiri dari 5 siswa kelompok terdiri dari 5 siswa sosial (KI 2) disiplin
dengan cara berhitung. Setiap dengan cara berhitung.
siswa dalam tiap kelompok
memiliki nomor 1, 2, 3, 4, atau 5.
3. Tiap kelompok harus memiliki buku
paket atau buku panduan
a. Guru menyuruh siswa a. Siswa mempersiapkan Sikap sosial (KI 2)
mempersiapkan Sumber bacaan buku paket dan bahnan Disiplin dan
baik buku paket maupun buku bacaan pendukung lainnya tanggung jawab
sumber pendukung lainnya yang yang telah dipersiapkan
telah dipersiapkan sebelumnya. sebelumnya
b. Guru meminta siswa mencari b. Siswa mencari pertanyaan
Keterampilan (KI 4)
informasi dari pertanyaan yang terkait:
berpikir kritis
1) Pengertian sistem
diberikan di dalam bahan bacaan
hukum
terkait:
2) Unsur-unsur hukum
1) Pengertian sistem hukum
3) Penggolongan hukum
2) Unsur-unsur hukum
3) Penggolongan hukum berdasarkan sumbernya
berdasarkan sumbernya dan dan tempat berlakunya
4) Penggolongan hukum
tempat berlakunya
4) Penggolongan hukum berdasarkan isinya dan
berdasarkan isinya dan bentuknya dan sifatnya.
5) Penggolongan hukum
bentuknya dan sifatnya.
5) Penggolongan hukum berdasarkan masa
berdasarkan masa berlakunya berlakunya dan cara
dan cara mempertahankannya, mempertahankannya
No Uraian Kegiatan Guru Uraian Kegiatan Siswa Apek yang
dikembangkan
4. Diskusi masalah
a. Siswa mengidentifikasi
a. Peserta didik membuat Keterampilan (K1 4)
pertanyaan
identifikasi dari 5 pertanyaan bekerja sama
tentang sistem hukum dan
b. Siswa membuat hipotesis.
peradilan di Indonesia
b. Peserta didik merumuskan
Keterampilan (KI 4)
hipotesis, yakni pernyataan
berpikir kritis
(statement) sebagai jawaban
c. Mengumpulkan Informasi
sementara atas pertanyaann yang
diajukan guru
c. Guru mengamati dan menilai
Keterampilan (KI 4)
aktivitas siswa dalam mencari d. Siswa berdiskusi dengan
kritis, mencari tahu,
jawaban atas pertanyaan guru teman sekelompoknya
dan menemukan,
Pengetahuan (KI 3) .

d. Guru mengawasi dan menilai


Keterampilan (KI 4),
aktivitas diskusi siswa dengan
bekerja sama, aktif,
teman satu kelompoknya
berani
mengemukakan
pendapat,
menemukan,
kemampuan
e. peserta didik menarik
berkomunikasi
kesimpulan bersama teman
dalam kelompok
satu kelompok sebagai
Pengetahuan (K1 3)
jawaban dari pertanyaan-
Sikap sosial (K1 2)
pertanyaan yang diberikan
e. Guru mengawasi dan menilai
menghargai
guru.
aktivitas siswa dalam membuat
perbedaan pendapat,
kesimpulan bersama teman satu
menerima pendapat
kelompoknya.
orang lain

Keterampilan (K1 4)
bekerja sama,
No Uraian Kegiatan Guru Uraian Kegiatan Siswa Apek yang
dikembangkan
membuat
kesimpulan
Pengetahuan (K1 3)
Sikap sosial (K1 2)
menerima keputusan
bersama

5. Memanggil nomor anggota atau


pemberian jawaban
a. Guru memanggil 2 nomor secara
a. 2 Siswa yang terpilih dari Sikap sosial (KI 2)
acak dari setiap kelompok yang ada
tiap kelompok maju untuk disiplin dan
untuk mempresentasikan hasil
mempresentasikan jawaban tanggung jawab
diskusi
hasil diskusi Pengetahuan (KI 3)
Menyaji hasil
penalaran tentang
sistem hukum dan
peradilan di
Indonesia sesuai
dengan Undang-
b. Guru mempersilahkan siswa lain undang dasar negara
untuk menanggapi atau Republik Indonesia
menambahkan jawaban tahun 1945

b. Siswa selain kelompok yang Keterampilan (KI 4)


maju, menanggapi atau kritis,
c. Hasil diskusi dikumpulkan untuk menambahkan jawaban atas Sikap Sosial (KI 2)
mendapat penilaian kelompok yang maju berani menerima
kritikan
c. Siswa mengumpulkan hasil
diskusi Sikap sosial (KI 2)
tanggung jawab
No Uraian Kegiatan Guru Uraian Kegiatan Siswa Apek yang
dikembangkan
6. Memberi kesimpulan
a. Guru mengapresiasi dan a. Siswa menerima apresiaasi Sikap sosial(KI 2)
mengevalusi hasil kerja siswa dan evaluasi dari guru berani menerima
kritik
b. Guru dan siswa membuat
kesimpulan terkait: b. Guru dan siswa membuat Pengetahuan (KI 3)
1) Pengertian sistem hukum
kesimpulan materi yang telah Sikap sosial (KI 2)
2) Unsur-unsur hukum
3) Penggolongan hukum dibahas bersama kritis
berdasarkan sumbernya dan
tempat berlakunya
4) Penggolongan hukum
berdasarkan isinya dan
bentuknya dan sifatnya.
5) Penggolongan hukum
berdasarkan masa berlakunya
dan cara mempertahankannya,
c. Guru memberikan penguatan sikap
disiplin dan mengajak siswa
mensyukuri nilai-nilai dalam
system hukum dan peradilan di c. Siswa menerima penguatan Sikap sosial (KI 2)
Indoensia sesuai dengan Undnag- sikap disiplin dan mengajak disiplin
Undnag dasar Negara Republik siswa mensyukuri nilai-nilai Sikap spiritual (KI 1
Indonesia Tahun 1945 sebagai dalam system hukum dan
bentuk pengabdian kepada Tuhan peradilan di Indoensia sesuai
yang Maha Esa dengan Undnag-Undnag dasar
Negara Republik Indonesia
d. Peserta didik ditugaskan untuk
Tahun 1945 sebagai bentuk
mengerjakan tugas individu yaitu
pengabdian kepada Tuhan
mengerjakan post test
e. Guru menyampaikan informasi yang Maha Esa
kegiatan pertemuan berikutnya d. Siswa mengerjakan post test Pengetahuan (KI 3)
mandiri individu Sikap sosial (KI 2)
tanggung jawab
e. Siswa mendengarkan
f. Guru menyampaikan rasa
penjelasan guru
terimakasih atas partisipasi siswa,
No Uraian Kegiatan Guru Uraian Kegiatan Siswa Apek yang
dikembangkan
dan menutup kegiatan Sikap sosial (KI 2)
pembelalajaran dengan mengajak menghargai orang
siswa mengucap syukur kepada lain
Tuhan yang Maha Esa atas
kelancaran kegiatan pembelajaran f. Siswa menerima ucapan Sikap spiritual (KI 1
yang telah berlangsung. terimakasih guru dan
mengucap syukur kepada
Tuhan yang Maha Esa

DAFTAR PUSTAKA
Atik, Hartati.,Sarwono. (2011). Pendidikan Kewarganegaraan Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta :
Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan Nasional
Budiningsih, Asri. (2005). Belajar dan pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Ibrahim, Muslimin, dkk. (2000). Pembelajaran kooperatif. Surabaya: UNESA Press.

Lie, Anita. (2002). Cooperative learning (memperaktikan cooperative learning di ruang-ruang


kelas). Jakarta: PT Gramedia.

Nur, Muhammad,. (2005). Pembelajaran kooperatif. departemen pendidikan nasional. Direktorat


Pendidikan Dasar dan Menengah Lembaga Penjamin Mutu Jawa Timur.

Rahmi. (2008). Model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together sebagai upaya untuk
meningkatkan pemahaman siswa dalam matematika. Jurnal Pendidikan. Vol. 89 No. 2
Hal. 85-89.

Rusman. (2011). Model-model pembelajaran. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

______ (2012). Model-model pada pembelajaran mengembangkan profesionalisme guru. Jakarta:


Rajawali Press.

Trianto. (2010). Mendesain model pembelajaran inovativ-progresif. Jakarta: Kencana

______ (2014). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan Kontekstual. Jakarta:
Prenamedia Group.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Mahkamah Agung

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2004 tentang Perubahan atas undang-Undang Nomor 2 Tahun
1986 tentang Peradilan Umum

Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Peradilan Tinggi Tata Unsaha Negara

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2006 tentang Peradilan Hak Asasi Manusia

Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman

Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2009 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 2
Tahun 1986 tentang Peradilan Umum

Anda mungkin juga menyukai