Pendahuluan
1.1 Latar belakang
Indonesia merupakan negara multikultural, yang dimana masyarakatnya
terdiri dari beragam suku dan budaya yang berbeda. Perlu adanya sebuah wadah
atau organisasi untuk menampung dan menyatukan perbedaan-perbedaan tersebut.
Kehadiran partai politik dijadikan wadah untuk menampung asprasi masyarakat.
Partai politik merupakan sarana bagi warga negara untuk turut serta atau
berpartisipasi dalam proses pengelolaan negara, dan saat ini partai politik sudah
sangat akrab dengan lingkungan kita.1Adanya partai politik diharapkan terjadi
komunikasi politik antara masyarakat dan pemerintah.
Perkembangan partai politik di Indonesia mengalami beberapa kali perubahan.
Partai politik lahir zaman kolonial sebagai manifiesta bangkitnya kesadaran
nasional.2 Indonesia menganut sistem multi partai, dimana terdapat lebih dari dua
partai politik, adanya partai Masyumi, PNI, dan PKI merupakan beberapa partai
bersar pada era orde lama.
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2010),
397
Ibid, 423
Ibid, 428
politiknya
melalui
pemberian
suara,
dimana
suara
tersebut
bab
ini
membahas
mengenai
bagaimana
BAB II
KERANGKA PEMIKIRAN
SP. Varma, Teori Politik Modern, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), 210
Hafied Cangara, Komunikasi Politik, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), 233
dibuat oleh Presiden dan Wakil Presiden setelah kemerdekaan.Pada tahun 1945
sebagai respon atas keluarnya maklumat Wakli Presiden RI No. X atas usul Badan
Pekerja KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) 3 November 1945 yang isinya
mengukuhkan kedudukan KNIP dan memberikan kesempatan seluas-luasnya
kepada rakyat Indoensia untuk membentuk partai politik. 8 Dengan adanya
maklumat tersebut membuat banyaknya partai politik baru yang bermunculan,
hingga Januari 1946 sudah ada sepuluh partai politik di Indonesia. Dalam masa
revolusi fisik (1945-1949) wakil-wakil yang duduk dalam KNIP, dan orang-orang
yang duduk dalam kabinet kebanyakan wakil partai, pada masa ini kabinet
menghadapi berbagai tantangan baik dari luar maupun dari dalam, adanya
pemberontakan-pemberontakan yang tejadi dan juga adanya ketidaksepakatan
partai-partai dalam strategi perjuangan menghadapi pihak sekutu.9 Pada zaman
Republik Indonesia Serikat (RIS) pada tahun 1949-1950 partai-partai politik
mendukung untuk Indonesia kembali bersatu.Pada tahun 1949 kemerdekaan
Indonesia diakui oleh dunia internasional. Adanya UUDS pada tahun 1950, pola
kabinet koalisi berjalan terus, dan koalisi melibatkan kedua partai yaitu Masyumi
dan PNI.10 Namun stabilitas negara yang didambakan tidak tercapai melalui
kabinet koalisi tersebut.
KNIP pada tahun 1953 mengeluarkan Undang-Undang No.7 tahun 1953 tentang
Partai Politik dan Persyaratan untuk mengikuti pemilihan umum. Maka pada 29
September 1955 dilaksanakan pemilihan umum anggota DPR, dan diikutioleh 28
partai dan perorangan, sementara untuk pemilihan umum anggota konstituante
dilaksanakan 15 Desember 1955 diikuti 34 partai politik dan perorangan. 11 Namun
terjadinya kekacauan dalam tubuh konstituante memaksa Presiden Soekarno
memaklumatkan Dekrit 5 Juli 1959, yang berisikan kembali ke Undang-Undang
Dasar RI 1945, membubarkan DPR dan Konstituante, membentuk DPRS dan
8
Ibid, 234
10 Ibid, 432
11 Hafied, 236-237, op.cit
12 Ibid, 239
13 Hafied, 242, Op.cit
BAB III
ISI
3.1 Masa Orde Baru
Masa orde baru berjalan dimulai pada tahun 1966 dimana Presiden Soekarno
digantikan oleh Presiden Soeharto, hingga tahun 1998 yaitu saat Presiden
Soeharto mengundurkan diri sebagai Presiden. Pada maa Orde baru terjadi enam
kali pemilihan umum. Adanya keikutsertaan ABRI dalam pemilihan umum
dengan bergabung dalam Golongan Karya. Pada masa pemerintahan orde
baru,salah satu tindakan MPRS saat itu yang berhubungan dengan partai politik
adalah pembubaran Partai Komunis Indonesia (PKI) melalui TAP MPRS No.
XXV/1966 disamping ketetapan pencabutan penetapan Presiden Soekarno sebagai
presiden seumur hidup. Sementara itu, terjadi perdebatan melalui berbagai
seminar dan media massa, antara lain mengenai perlunya mendirikan demokrasi
dan membentuk suatu sistem politik yang demokratis dengan merombak struktur
politik yang ada.14 Partai politik menjadi sasaran utama dari kecaman masyarakat
dianggap telah bertindak memecah belah karena terlalu mementingkan ideologi
serta kepentingan masing-masing.15
A. Pemilu pada tahun 1971
Pada masa ini terdapat instansi yang menarik perhatian yakni Seskoad,
Bandung yang menjadi sebagai pusat pemikir (think tank) yang pada tahun 1966
mereka mengadakan seminar angkatan darat II yang membahas tentang dua
sistem pemilihan, yaitu sistem perwakilan berimbang dan sistem distrik. Sebagai
hasil perdebatan baik di dalam maupun di luar seminar akhirnya sistem distrik
dituang dalam RUU pemilu yang diajukan ke parlemen awal tahun 1967 bersama
dengan RUU lainnya.16 Akan tetapi ternyata RUU ini sangat dikecam oleh partaipartai politik, tidak hanya karena dianggap dapat merugikan mereka, akan tetapi
juga karena mencakup beberapa ide baru, seperti duduknya wakil ABRI sebagai
anggota parlemen.17 Akhirnya pada tanggal 27 Juli 1967 pemerintah dan partai
mecapai kosensus dimana pemerintah akhirnya mengalah dengan menyetujui
sistem pemilihan umum proporsional tetapi dengan beberapa modifikasi.
Berdasarkan kosensus itu pada tanggal 8 Desember 1967 RUU diterima baik oleh
parlemen dan pemilihan umu Orde Baru yang diikuti oleh sepuluh partai politik.
Pemilu pada masa orde baru dilaksanakan pada tahun 1971, berarti ini
merupakan pemilu pertama pada masa orde baru. Total ada 10 partai politik yang
bertarung kali ini dan hanya delapan parpol yang meraih kursi. Muncul dua partai
baru, yaitu Golongan Karya (Golkar) dan Partai Muslimin Indonesia (Parmusi).
Beberapa parpol pada Pemilu 1955 tak lagi ikut serta karena dibubarkan, seperti
Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi), Partai Sosialis Indonesia (PSI),
dan
Partai
Komunis
Indonesia
(PKI).18Jika
pemilu
merupakan
sebuah
ataupun calon legislatif dengan memperoleh suara terbanyak saat itu. Namun, jika
tertulis bahwa adanya keberpihakan pemerintah terhadap satu sudut saja hal ini
bisa menyebabkan ketidak puasan rakyat pada masa itu. Meskipun golkar
merupakan partai baru dalam pemilu pertama di orde baru ini namun partai
tersebut bisa membuat kemenangan dengan cara keberpihakannya pemerintah
tersebut. Partai yang pada masa orde lama ini belum tercantum sebagai kandidat
parpol terpilih namun setelah muncul pertama kalinya di awal pemilu pada masa
Orde Baru ini dapat membuat kemenangan. Sekretariat Bersama Golkar dijadikan
kendaraan politik Soeharto, dengan berbagai cara Soeharto melemahkan kekuatan
parpol besar lain sambil membesarkan Golkar, misalnya soal nama tidak
digunakan istilah partai, tetapi golongan, padahal dalam praktiknya Golkar
jelas-jelas partai politik.20 Jika dijelaskan pada kalimat sebelumnya bahwa Golkar
telah menjadi kendaraan politik Soeharto dan saat itu Soeharto telah menjabat
menjadi presiden yang bisa berkuasa penuh maka banyak kemungkinan bahwa
terjadinya kemenangan atas golkar meskipun merupakan partai baru.
Tabel 1
Perolehan Suara Pemilihan Umum 1971
20http://nasional.kompas.com/read/2014/01/11/1932246/Pemilu.1971.Demokr
asi.Semu, diakses pada 26 November 2014 pukul 19.00
No.
Partai
Suara
Kursi
1.
Golkar
34.348.673
62,82
236
2.
NU
10.213.650
18,68
58
3.
Parmusi
2.930.746
5,36
24
4.
PNI
3.793.266
6,93
20
5.
PSII
1.308.237
2,39
10
6.
Parkindo
733.359
1,34
7.
Katolik
603.740
1,10
8.
Perti
381.309
0,69
9.
IPKI
338.403
0,61
10.
Murba
48.126
0,08
54.669.509
100,00
360
Jumlah
Sumber: http://www.kpu.go.id/index.php/pages/detail/2014/9/PEMILU-1971/MzQz
Sementara itu golongan militer bertambah kuat yang menimbulkan sebuah rezim
yang otoriter. Usaha penyederhanaan partai dilanjutkan dengan cara yang sedikit
banyak radikal.21 Di depan kesepuluh partai tersebut Presiden Soeharto
21 Miriam, 446, Op.cit.
10
11
pemenang pemilu pada porsi suara yang diperolehnya. Masyarakat hanya memilih
parpolnya saja sedangkan kandidat yang terpilih dalam parpol tersebut akan
dipilih oleh pemerintah secara selektif.
Tabel 2
Perolehan Suara Pemilihan Umum 1977
62,80
- 0,69
2. PPP
18.743.491 29,29 99
27,12
+ 2,17
3. PDI
5.504.757
10,08
- 1,48
Jumlah
8,60
29
100,00
Pada pemilu kedua didalam orde baru ini dapat dilihat bahwa hasil menunjukkan
kemenangan kembali oleh Golkar, yang kemdian diposisi kedua oleh PPP lalu
PDI. Golkar mengalami keningkatan jumlah pemilih dibandingkan dengan pemilu
pertama masa orde baru yakni dengan selisih pada pemilu 1971 mendapatkan
34.348.673 lalu di pemilu tahun ini mencapai kenaikan hingga mendapatkan
perolehan suara sebanyak 39.750.096.
C. Pemilu pada tahun 1982
24 http://kepustakaanpresiden.pnri.go.id/election/directory/election/?
box=detail&id=22&from_box=list&hlm=1&search_ruas=&search_keyword=&activation_stat
us=, diakses pada 26 November 2014 pukul 20.01
12
Pada tahun ini merupakan pemilu ketiga kalinya masa orde baru setelah tahun
5 Juli 1971 dan 2 Mei 1977. Pemilu tahun ini diselenggarakan pada 4 Mei 1982. 25
Peserta
pemilu
sama
dengan
pemilu
di
periode
sebelumnya
yakni
1.
242
62,11
+ 2,23
2.
PPP
20.871.880 27,78
94
29,29
- 1,51
3.
PDI
5.919.702
24
8,60
- 0,72
Jumlah
7,88
100,00
Sumber: http://www.kpu.go.id/index.php/pages/detail/2014/10/PEMILU-1977-1997/MzQz
Dapat kita lihat dari tabel tersebut bahwa kemenangan kembali dimiliki
oleh golkar. Pemilu ketiga golkar telah meraih kemenangan tiga kali berturut-turut
pada masa ini.
Namun, pada pemilu periode ini terdapat kerusuhan, dimana pihak Golkar
dan PPP saling berlawanan. Kerusuhan bermula pada 18 Maret 1982, pada saat itu
massa golkar sedang menguningkan Lapangan Banteng yang sedang menunggu
juru bicaranya Ali Murtopo lalu situasi berubah ketika massa beratribut PPP
melintasi Lapangan Banteng, yang kemudian mereka saling cela satu sama lain
25 http://kepustakaanpresiden.pnri.go.id/election/directory/election/?
box=detail&id=1&from_box=list&hlm=1&search_ruas=&search_keyword=&activation_statu
s=, diakses pada 26 November 2014 pukul 20.35
13
dan melempar batu.26 Kerusuhan ini menyebabkan kerugian banyak pihak seperti
korban atas kekerasan yang dilakukan kedua massa tersebut, hal tersebut
merupakan sebagian pelanggaran kampanye dalam pemilu. Pada kerusuhan
tersebut terdapat rekayasa dimana ditunjukkan agar rakyat bersimpati terhadap
salah satu massa, hingga terlaksanya pemilu pada 4 Mei 1982 yang menghasilkan
Golkar lah yang memenangkannya kembali.
D. Pemilu pada tahun 1987
Pemungutan suara Pemilu 1987 diselenggarakan tanggal 23 April 1987
secara serentak di seluruh tanah air.27 Pemilu kali ini masih sama seperti pemilu
sebelumnya yang beranggotakan 3 partai politik.
Tabel 4
Perolehan Suara Pemilihan Umum 1987
No
Partai
Suara
% Suara
Kursi
73,16
299
2.
13.701.428
15,97
61
9.384.708
10,87
40
85.869.816
100,00
400
Partai Persatuan
Pembangunan (PPP)
Partai Demokrasi
Indonesia
JUMLAH
26 http://politik.news.viva.co.id/news/read/4926-perang_batu_di_lapangan_banten_1_2, diakses
pada 26 November 2014 pukul 21.01
27 http://kepustakaanpresiden.pnri.go.id/election/directory/election/?
box=detail&id=24&from_box=list&hlm=1&search_ruas=&search_keyword=&activation_stat
us=, diakses pada 26 November 2014 pukul 21.08
14
Sumber: http://pemilu.tempo.co/read/news/2014/01/15/272545199/Pemilu-1987
Tabel 5
Perolehan Suara Pemilihan Umum 1992
No. Partai
Suara
Kursi % (1987)
Keterangan
1.
Golkar 66.599.331
68,10
282
73,16
- 5,06
2.
PPP
16.624.647
17,01
62
15,97
+ 1,04
3.
PDI
14.565.556
14,89
56
10,87
+ 4.02
97.789.534
100,00 400
Jumlah
100,00
28 http://kepustakaanpresiden.pnri.go.id/election/directory/election/?
box=detail&id=25&from_box=list&hlm=1&search_ruas=&search_keyword=&activation_stat
us= , diakses pada 26 Nivember 2014 pukul 21.46
15
Sumber: http://www.kpu.go.id/index.php/pages/detail/2014/10/PEMILU-1977-1997/MzQz
Masih dalam hasil yang sama yakni diungguli oleh Golkar dengan perolehan
suara tertingginya sebesar 66.599.331.Pada masa Orde Baru juga terdapat
kekisruhan partai politik, yakni pecahnya PDI menjadi 2 kubu pada 27 Juli 1996
yang biasa disebut dengan Sabtu Kelabu yang merupakan puncak konflik PDI.
Konflik ini diakibatkan pada awalnya pada Kongres Luar Biasa PDI di Surabaya
1993, Megawati secara aklamasi terpilih sebagai ketua umum PDI. Namun,
pemerintah tidak puas dengan terpilihnya Mega sebagai ketua umum PDI yang
kemudian Soerjadi ditetapkan sebagai ketua umum PDI. Kemudian pada 27 Juli
1996 kelompok pendukung Soerjadi melakukan perebutan kantor DPP PDI dari
pendukung Megawati. Peristiwa Sabtu Kelabu ini menyebabkan 5 orang
meninggal, 149 luka-luka, dan 15 orang hilang yang sebelumnya dilaporkan 74
orang hilang. Karena hal ini kubu PDI terpecah menjadi 2, dan pendukung
Megawati membuat partai baru yaitu PDI Perjuangan, sedangkan kubu oposisi
sebagian besar massanya berpindah ke PPP.
F. Pemilu pada tahun 1997
Pemilihan umum pada tahun ini dilaksanakan pada tanggal 29 Mei 1997, masih
beranggotakan tetap pada 3 partai politik.29 Akankah pemilu terakhir pada masa
Orde Baru ini Golkar memenangkan kembali dalam pemungutan hasil suara? Jika
benar Golkar meraih hasil surat suara terbanyak maka sepanjang Orde Baru ini
Golkar selalu mengungguli parpol lainnya yang sebenarnya Golkar itu sendiri
tidak mengakui sebagai suatu partai politik namun mereka adalah sebuah
golongan karya yang disingkat menjadi Golkar.Untuk melihat kebenaran apakah
Golkar masih mengungguli hasil perolehan suara terbanyak hingga periode akhir
pemilu masa Orde Baru ini maka bisa dilihat pada tabel dibawah ini.
29 http://kepustakaanpresiden.pnri.go.id/election/directory/election/?
box=detail&id=26&from_box=list&hlm=1&search_ruas=&search_keyword=&activation_stat
us=, diakses pada 27 November 2014
16
Tabel 6
Perolehan Suara Pemilihan Umum 1997
No
Nama Partai
Jumlah
Urut
1.
Jumlah Kursi
Suara
Partai Persatuan Pembangunan
2534002
89
8
2.
8418790
325
7
3.
Sumber:
3463225
11
http://kepustakaanpresiden.pnri.go.id/election/directory/election/?
box=detail&id=26&from_box=list&hlm=1&search_ruas=&search_keyword=&activation_status=
17
demokratis karena pada masa Orde Baru rezim yang dijalankan oleh mantan
Presiden Soeharto merupakan rezim otoriter. Dalam konteks kepartaian ada
tuntutan agar masyarakat mendapat kesempatan untuk mendirikan partai dan atas
dasar inilah pemerintahan Soeharto yang digantikan oleh wakilnya yakni B.J.
Habibie dan parlemen mengeluarkan UU No. 2/1999 tentang partai politik.
Perubahan yang didambakan ialah mendirikan suatu sistem di mana partai-partai
politik tidak mendominasi kehidupan politik secara berlebihan, akan tetapi yang
juga tidak memberi peluang kepada eksekutif untuk menjadi terlalu kuat
(executive heavy).31Akibat dari pengeluaran UU tentang partai politik ini adalah
berdasarkan angka resmi dari Komisi Pemilihan Umum, partai politik yang
mendaftarkan diri ke Departemen Kehakiman berjumlah 141, namun setelah
diseleksi tidak semuanya dapat mengikuti pemilihan umum 1999, dan hanya
tersisa 48 partai saja yang memenuhi syarat yang dapat mengikuti pemilihan
umum.
Pemilu dilaksanakan pada tanggal 7 Juni 1999 diikuti oleh 48 partai politik
didalamnya.32 Jika terhitung dari pemilu terakhir ditahun 1997 harusnya pemilu
diadakan 5 tahun sekali terhitung dari tahun 1997 yang seharusnya pemilu
diadakan tahun 2002 bukan tahun 1999. Pemilu ini dipercepat dikarenakan
pengunduran diri oleh presiden Soeharto juga merupakan hasil tekanan rakyat
pada pemerintahan Habibie karena ia dipandang tidak memiliki legitimasi untuk
memegang tampuk kekuasaan.33 Maka pemilu dipercepat menjadi 1999.Jika
dilihat dari jumlah peserta partai politik pada pemilu ini maka terlihat sangat lebih
banyak dibanding pemilu pada masa orde baru dimana partai politik yang ikut
serta didalam pemilu telah dikeucutkan menjadi 3 oleh Soeharto dengan alasan
agar saling bekerja sama. Pluralisme partai politik yang ada bisa menggambarkan
31 Miriam, 449, Op.cit.
32 http://kepustakaanpresiden.pnri.go.id/election/directory/election/?
box=detail&id=27&from_box=list&hlm=1&search_ruas=&search_keyword=&activation_stat
us=, diakses pada 27 November 2014
33 Ibid.http://kepustakaanpresiden.pnri.go.id/election/directory/election/?
box=detail&id=27&from_box=list&hlm=1&search_ruas=&search_keyword=&activation_stat
us=, diakses pada 27 November 2014
18
bahwa adanya demokrasi kembali pada pemilu ini dimana semua partai politik
berhak ikut serta untuk mencalonkan dalam pemilu.
Tabel 7
Perolehan Suara Pemilihan Umum 1999
No Nama Partai
Suara
DPR
SA
35.689.07
153
154
120
120
1.
PDIP
3
2.
Golkar
23.741.74
9
3.
PPP
11.329.905 58
59
4.
PKB
13.336.98
51
51
2
5.
PAN
7.528.956
34
35
6.
PBB
2.049.708
13
13
7.
Partai Keadilan
1.436.565
8.
PKP
1.065.686
9.
PNU
679.179
10
PDKB
550.846
11. PBI
364.291
12
PDI
345.720
PP
655.052
.
13
.
19
14
PDR
427.854
PSII
375.920
16
PNI
Front 365.176
Marhaenis
17
PNI
Massa 345.629
Marhaen
18
IPKI
328.654
PKU
300.064
Masyumi
456.718
PKD
216.675
PNI Supeni
377.137
23
Krisna
369.719
24
Partai KAMI
289.489
PUI
269.309
PAY
213.979
Partai Republik
328.564
.
15
.
.
19
.
20
.
21
.
22
.
.
25
.
26
.
27
.
20
28
Partai MKGR
204.204
PIB
192.712
Partai SUNI
180.167
PCD
168.087
PSII 1905
152.820
Masyumi Baru
152.589
PNBI
149.136
PUDI
140.980
PBN
140.980
PKM
104.385
PND
96.984
PADI
85.838
PRD
78.730
PPI
63.934
.
29
.
30
.
31
.
32
.
33
.
34
.
35
.
36
.
37
.
38
.
39
.
40
.
41
21
.
42
PID
62.901
Murba
62.006
SPSI
61.105
PUMI
49.839
46
PSP
49.807
47
PARI
54.790
PILAR
40.517
105.786.6
462
462
.
43
.
44
.
45
.
.
48
.
Jumlah
61
Sumber: http://www.kpu.go.id/index.php/pages/detail/2008/11/Pemilu-1999
PDI-P yang memperoleh suara dan kursi paling banyak (data dari KPU:
35.689.073 suara dan 153 kursi) ternyata tidak dapat menjadikan Megawati
Soekarnoputri sebagai Presiden RI yang ke-4. Dengan adanya koalisi partai-partai
Islam dan beberapa partai baru menjadi kubu tersendiri di DPR, yang dikenal
dengan Poros Tengah, posisi PDI-P kalah kuat. Sebagai akibatnya yang dipilih
MPR menjadi Presiden adalah pendiri PKB yaitu K.H. Abdurrahman Wahid atau
yang biasa dipanggil Gus Dur.
Setelah periode ini menjelang pemilihan umum 2004, partai-partai yang
perolehan suaranya pada pemilu 1999 tidak memadai tidak dapat lagi mengikuti
pemilihan umum dan harus berbenah lagi untuk dapat ikut, ada yang bergabung
dengan partai-partai besar, ada yang berubah menjadi partai baru, dan lain-lain.
22
Bahkan, pada awal tahun 2003 jumlah partai politik yang mendaftarkan diri
melonjak cukup tinggi dari 1999 yakni mencapai 237 partai yang terdaftar di
Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia, hal ini ditenggarai diakibatkan
oleh mudahnya pendirian partai dan banyaknya massa yang ingin berebut untuk
menjalankan perpolitikan.
Dalam usaha mengurangi jumlah partai, ada persyaratan yang dinamakan
Electoral Threshold. Electoral Threshold ini adalah keadaan yang harus dipenuhi
oleh partai politik atau gabungan partai politik yang boleh mengajukan calon
Presiden dan Wakil Presiden.34Electoral Threshold untuk pemilihan legislatif 3%
dari jumlah krusi di DPR dan untuk pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 3%
dari jumlah kursi di DPR atau 5% dari perolehan suara sah suara nasional.35
Tabel 8
Hasil Rekapitulasi Perolehan Suara Nasional Pemilu 2004
Dan Jumlah Perolehan Kursi Parpol di DPR RI
Ranking
Suara
Partai Politik
Perolehan Suara
Jumlah
Persen
Jml.
Kursi
1
2
21,58
18,53
DPR RI
128
109
3
4
Perjuangan
Partai Kebangkitan Bangsa
11.989.564
Partai
Persatuan 9.248.764
10,57
8,15
52
58
5
6
7
8
9
10
11
Pembangunan
Partai Demokrat
Partai Keadilan Sejahtera
Partai Amanat Nasional
Partai Bulan Bintang
Partai Bintang Reformasi
Partai Damai Sejahtera
Partai Karya Peduli Bangsa
7,45
7,34
6,44
2,62
2,44
2,13
2,11
57
45
52
11
13
12
2
8.455.225
8.325.020
7.303.324
2.970.487
2.764.998
2.414.254
2.399.290
23
12
1,26
13
Indonesia
Partai Persatuan Demokrasi 1.313.654
1,16
14
Kebangsaan
Partai Nasional
Banteng 1.230.455
1,08
15
16
Kemerdekaan
Partai Patriot Pancasila
1.073.139
Partai Nasional Indonesia 923,159
0,95
0,81
0
1
17
Marhaenisme
Partai Persatuan Nahdlatul 895.610
0,79
18
19
Ummah Indonesia
Partai Pelopor
878.932
Partai Penegak Demokrasi 855.811
0,77
0,75
2
1
20
21
22
Indonesia
Partai Merdeka
842.541
Partai Sarikat Indonesia
679.296
Partai Perhimpunan Indonesia 672.952
0,74
0,60
0,59
0
0
0
0,58
0,56
100
0
0
550
23
24
Total
Baru
Partai Persatuan Daerah
Partai Buruh Sosial Demokrat
657.916
636.056
113.462.41
4
Pada masa pemilihan umum 2004 ada dua tahap seleksi yang harus dilalui
oleh partai-partai politik tersebut untuk dapat menjadi peserta pemilu. Pertama,
seleksi yang dilakukan oleh Departemen Kehakiman dan HAM. Kedua, seleksi
yang dilakukan oleh KPU. Berdasarkan kedua seleksi tersebut dari 237 partai
yang terdaftar berkurang menjadi 24 partai yang berhak mengikuti pemilu 2004,
setengah daripada pemilu 1999.
Tidak bertahan lama, akhirnya terjadi revisi UU Pemilu kembali dengan
munculnya UU No. 10/2008 dimana terjadi perubahan dihapuskannya Electoral
Threshold dan berganti menjadi Parlementary Threshold. Ketetapan ini mengatur
bahwa partai politik yang dapat menduduki kursi di DPR RI adalah yang memiliki
24
2,5% suara secara nasional, sedangkan untuk calon Presiden dan Wakil Presiden
didukung partai atau gabungan partai minimal 20% kursi di DPR atau 25% suara
secara nasional. Oleh karena ini lah banyak kembali partai yang masuk mendaftar
ke Departemen Kehakiman dan HAM yang kemudian menjadi peserta Pemilu
yakni 44 Partai, 38 partai nasional, sedangkan 6 yang lain partai lokal khusus
daerah Nangroe Aceh Darussalam (NAD).
Pada tanggal 9 april 2009 dilaksanakan pemilihan umum. Pada pemilu
tahun ini peserta pemilu tergantung pada jenis pemilihnya. Untuk pemilu DPR/D
pesertanya adalah partai politik sedangkan pemilu untuk memilih anggota DPD
adalah perseorangan.36 Jika pemilu presiden seperti kita ketahui yang pasangan
calon presiden dan wakilnya yang didukung oleh partai politik.
Tabel 9
Perolehan Suara Pemilihan Umum 2009.
36 http://kepustakaanpresiden.pnri.go.id/election/directory/election/?
box=detail&id=29&from_box=list&hlm=1&search_ruas=&search_keyword=&activation_stat
us= diakses pada 27 November 2014
25
No
Nama Partai
Jumlah Suara
Jumlah Kursi
1.
3922870
17
2.
1461182
3.
745625
4.
1260794
5.
4646406
26
6.
761086
7.
934892
8.
8206955
57
9.
6254580
46
10.
197371
11.
Partai Kedaulatan
437121
12.
550581
13.
5146122
28
14.
414043
15.
316752
16.
896660
17.
351440
18.
414750
19.
137727
20.
671244
21.
630780
22.
Partai Pelopor
341914
23.
15037757
107
24.
5533214
37
25.
1541592
26.
468696
27.
1864752
28.
14600091
95
29.
1264333
30.
547351
31.
Partai Demokrat
21703137
150
32.
252293
Urut
26
33.
320665
34.
1327593
35.
36.
37.
38.
39.
Partai Aceh
40.
41.
Partai Merdeka
111623
42.
146779
43.
140551
44.
Partai Buruh
266203
sumber:
http://kepustakaanpresiden.pnri.go.id/election/directory/election/?
box=detail&id=29&from_box=list&hlm=1&search_ruas=&search_keyword=&activation_status=
Menurut data diatas yang memenangkan oemilu pada 2009 ini adalah Partai
Demokrat, bukan lagi golkar.
Pada pemilu tahun 2014 yang telah berlalu, ada 15 partai yang berhasil
lolos seleksi KPU dan menjadi peserta pemilu 2014, 12 diantaranya adalah partai
nasional dan ditambah 3 partai lokal dari NAD. Pemilu 2014 ini sempat di ikuti
oleh berbagai permasalahan politik dalam negeri mulai dari isu korupsi yang
semakin berkembang, sampai UU pilpres itu sendiri digugat di Mahkamah
Konstitusi.37 Selain itu gugatan juga terkait ketentuan ambang batas dalam UU
Pilpres yang menyatakan bahwa parpol yang berhak mengusung capres adalah
parpol yang mendapatkan 25% suara nasional dan 20% kursi di DPR.38
Tabel 10
Perolehan Suara Pemilihan Umum 2014
Nomo
Nama Partai
Jumlah Suara
Persentase Suara
27
r Urut
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Sumber:
Partai Nasdem
PKB
PKS
PDI-P
Partai Golkar
Gerindra
Demokrat
PAN
PPP
HANURA
Partai Damai Aceh
Partai Nasional Aceh
Partai Aceh
PBB
PKPI
8.142.812
11.298.957
8.480.204
23.681.471
18.432.312
14.760.371
12.728.913
9.481.621
8.157.488
6.579.498
1.825.750
1.143.094
(%)
6,72
9,04
6,79
18,95
14,75
11,81
10,19
7,59
6,53
5,26
1,46
0,91
http://nasional.kompas.com/read/2014/05/09/2357075/Disahkan.KPU.Ini.Perolehan.Suara.Pemilu.
Legislatif.2014
3.3 Perbandingan Pelaksanaan Pemilu Pada Masa Orde Baru dan Reformasi
Pemilihan umum pada masa orde baru di tahun 1971, 1977, 1982, 1987,
1992, 1997 bisa dibilang pembaharuan dari masa jabatan Soekarno. Dimana
kebijakan mengenai kepartaian seperti kebijakan yang diambil oleh Presiden
Soeharto pada masa itu yakni penyederhanaan partai politik dan penggunaan
pancasila untuk menciptakan pemerintahan yang stabil dan terkontrol guna
memajukan ekonomi bangsa. Namun, langkah yang diambil oleh pemerintahan
Orde Baru justru menumbuhkan keotoriteran yang secara tidak langsung itu
berbelok dari demokrasi Indonesia.
Dilihat pada tahapan pemilu dalam orde baru, masa pemerintahan tersebut
melaksanakan pemilu rutin secara bertahap setiap 5 tahun sekali kecuali pada
tahun 1977. Dengan rutinnya pelaksanaan pemilu menggambarkan sikap
pemerintahan yang mencapai prestasi luar biasa hingga bisa melaksanakan pemilu
berkala. Akan tetapi dibalik keberhasilannya dalam melaksanakan pemilu berkala
secara 5 tahun sekali ada kelemahan didalamnya yakni kekuatan politik berada
ditangan penguasa. Semua politik Orde Baru diciptakan dan kemudian
dilaksanakan oleh pimpinan militer dan Golkar, selama puluhan tahun Orde Baru
28
29
BAB IV
KESIMPULAN
Perubahan masa dari masa orde baru menuju masa reformasi tentunya
mengalami perubahan, baik dalam sistem pemerintahan maupun sikap masyarakat
terhadap sistem pemerintahan itu sendiri. Seperti yang telah dijelaskan bahwa
adanya perubahan sistem pemerintahan pada masa reformasi dimana pada masa
pemerintahan Presiden Soeharto yang terlalu bersikap otoriter serta mengeluarkan
kebijakan fusi atau pengelompokkan partai menjadi lebih sedikit. Hal ini
dikarenakan partai politik dianggap terlalu mementingkan ideologi partainya
sendiri saja dan bukan menjalankan fungsinya, tapi hal ini kemudian dianggap
karena adanya rezim yang otoriter dibawah kepemimpinan Presiden Soeharto.
Keotoriteran Presiden Soeharto terhadap salah satu parpol yakni Golkar dapat
dilihat bahwa sepanjang pemilihan umum masa orde baru tersebut kemenangan
selalu ditangan golkar. Kursi kepemerintahan juga mayoritas diisi oleh orang yang
berbasis Golkar. Karena perannya sebagai Presiden yang memangku jabatan
tertinggi di satu negara Soeharto memperbolehkan ABRI untuk masuk ke ranah
politik yang kemudian hal ini tidak disetujui oleh partai-partai politik yang ada.
Lalu hingga waktu pengunduran Soeharto tahun 1998 dan masuknya masa
reformasi dengan pemegang jabatan Presiden ialah B.J Habibie. Partai politik
dalam reformasi kembali banyak dan tidak dikelompokkan menjadi 3 parpol saja
seperti orde baru, namun lebih banyak yang ikut serta untuk dicalonkan kedalam
pemilihan umum. Hal tersebut menunjukkan bahwa adanya demokrasi di
Indonesia dengan multi partai. Semua partai bisa ikut serta dalam pemilihan
umum.
Naik-turunnya jumlah partai politik yang mengikuti pemilu juga
diakibatkan oleh kemudahan membentuk suatu partai serta adanya keinginan
masyarakat untuk memegang jabatan politik, namun hal ini juga dapat berdampak
buruk karena pada faktanya tidak semua partai bertujuan untuk memperjuangkan
masyrakat melainkan memegang kekuasaan politik, serta hal ini juga bukan
merupakan hal yang efektif karena banyaknya partai yang ada kemudian
30
mempersulit dan memcah suara rakyat karena apabila partai-partai kecil berdifusi
masuk ke partai besar maka partai politik tersebut semakin kuat dan suara
masyarakat para pemilih ketika pemilihan umum berlangsung akan tertuju pada
partai yang sudah terbukti dan suara tersebut tidak menyebar ke seluruh partai
sehingga lebih mudah dalam menentukan kemenangan dalam pemilu berdasarkan
sistem Parlementary Threshold.
Pemilihan umum juga merupakan acara rakyat besar-besaran di mana
demokrasi dapat terlihat jelas melalui acara ini karena pemilu merupakan hal
penting untuk menentukan orang-orang yang berkompetensi untuk menjalankan
bangsa Indonesia baik keluar negeri maupun memperjuangkan rakyat Indonesia
itu sendiri. Karena kerinduan rakyat Indonesia akan adanya pemimpin yang baik
dan berwibawa untuk menjalankan bangsa ini maka tidak dapat diragukan lagi
bahwa antusiasme warga Indonesia sangat besar hingga mencapai peningkatan
suara pemilih setiap pemilu diadakan. Hal ini juga merupakan suatu bukti bahwa
rakyat Indonesia peduli terhadap keberlangsungan negara ini sendiri dan sadar
demokrasi dimana demokrasi tersebut bertujuan dari rakyat, oleh rakyat, dan
untuk rakyat.
31
Daftar Pustaka
Buku
Budiardjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2010.
Cangara, Hafied, Komunikasi Politik, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2009.
Varma, S.P., Teori Politik Modern, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2001.
Website
Bonnie Triana. 2008. Politik Batu di Lapangan Banteng.
(http://politik.news.viva.co.id/news/read/4926perang_batu_di_lapangan_banten_1_2, Diakses Pada 26 November 2014).
Ilham Khoiri. 2014. Pemilu 1971, Demokrasi Semu.
(http://nasional.kompas.com/read/2014/01/11/1932246/Pemilu.1971.Demo
krasi.Semu, Diakses Pada 26 November 2014).
Indah Maisuri.Pemilihan Umum
(https://www.academia.edu/4728332/Pemilihan_Umum, Diakses Pada 26
November 2014).
Komisi Pemilihan Umum Indonesia. (https://kpu.go.id, Diakses pada 26
November 2014).
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Kepustakaan Presiden.
(http://kepustakaanpresiden.pnri.go.id/election/directory/election/?
box=detail&id=29&from_box=list&hlm=1&search_ruas=&search_keywo
rd=&activation_status, Diakses Pada 27 November 2014).
Partai Golkar. Sejarah Partai Golongan Karya.
32
(http://partaigolkar.or.id/golkar/sejarah-partai-golongan-karya, Diakses
Pada 27 November 2014).
Rangga. 2014. Sejarah Pemilu, Pemilu Era Reformasi (1998-Sekarang).
(http://www.antaranews.com/pemilu/berita/421351/sejarah-pemilupemilu-era-reformasi-1998-sekarang, Diakses Pada 28 November 2014).
Wahyu Setiawa. 2014. Pemilu 1987.
(http://pemilu.tempo.co/read/news/2014/01/15/272545199/Pemilu-1987,
Diakses Pada 27 November 2014).
33