Diajukan sebagai syarat untuk memenuhi tugas sebagai pengganti ujian Mata
Kuliah Pengantar Ilmu Hukum, yang diampu oleh:
DISUSUN OLEH
NIM : H1A120192
KELAS :D
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur tercurahkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan karunia-Nya lah saya sebagai penyusun dapat menyelesaikan
makalah tentang “Teori Hukum dan Implementasi Pembentukan Hukum di
Indonesia” ini dengan baik meskipun masih terdapat banyak kekurangan di
dalamnya. Saya juga berterima kasih kepada Bapak Guswan Hakim selaku Dosen
Pengampu Mata Kuliah Pengantar Ilmu Hukum yang telah membimbing
memberikan ilmu serta pemahamannya kepada kami dan juga telah memberikan
tugas berupa makalah ini kepada kami sebagai pengganti Ujian Final Mata Kuliah
Pengantar Ilmu Hukum
Saya pribadi sangat berharap semogah makalah ini dapat berguna dalam
rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Teori Hukum dan
Implementasi Pembentukan Hukum di Indonesia. Saya menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, saya sebagai penyusun berharap adanya kritik yang
membangun dan saran yang positif demi perbaikan makalah ini di kesempatan
berikutnya, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa kritik dan saran
yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat berguna bagi saya pribadi dan orang-
orang yang membancanya. Sebelumnya saya sebagai penyusun memohon maaf
yang sebesar-besarnya apabila terdapat penulisan yang salah dan pengunaan kata-
kata yang kurang berkenan dihati, karena saya sebagai manusia biasa tidak luput
dari yang namanya kesalahan.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................18
1.4 Manfaat........................................................................................18
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................19
3.1 Kesimpulan..................................................................................49
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................50
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
dipahami fungsi dan peranan teori dalam penelitian ilmiah,
mengarahkan, merangkum pengetahuan dalam sistem tertentu, serta
meramalkan fakta.
2
Beberapa pakar hukum mengungkapkan bahwa pada saat ini posisi
hukum di Indonesia mengalami kemunduran. Hukum yang diharapkan
dapat menjadi pendukung bagi perubahan masyarakat yang lebih baik,
ternyata hanyalah berupa aturan-aturan kosong yang tak mampu menjawab
persoalan dalam masyarakat. Hukum terkadang hanyalah menjadi
legitimasi penguasa dalam menancapkan ketidakadilannya pada
masyarakat. Singkatnya, ada rentang jarak yangcukup jauh antara hukum
dalam cita-cita ideal konsep hukum dalam manifestasi undang-undang
dengan realitas pelaksanaan hukum. Unsur-unsur filosofis juga bisa
mengandung subyektifitas, apalagi berhadapan dengan suatu fenomena
yang cukup kompleks, seperti hukum. Oleh karena itulah muncul beberapa
aliran atau madzhab dalam ilmu hukum sesuai sudut pandang yang dipakai
oleh orang-orang yang bergabung dalam aliran-aliran tersebut. Dengan
demikian, teori-teori dalam ilmu hukum yang sudah dikembangkan oleh
masing-masing penganutnya akan memberikan kontribusi ke dalam
pemikiran tentang cara memaknai hukum itu sendiri. Lahirnya teori hukum
ini sebenarnya diawali oleh berkembangnya pemikiran hukum Legisme
yang berbentuk in optima 3 forma. Perkembangan Teori hukum ini
berkembang semenjak abad pertengahan dan berpengaruh terhadap semua
lapisan Negara-negara yang ada di dunia, tidak terkecuali di Indonesia.2
Positivisme Hukum ini untuk pertama kalinya dikukuhkan dalam bentuk
rumusan yang sistematikal dan konseptual oleh John Austin dalam The
Province of jurisprudence (1832) melalui pernyataan atau klaim positif
mengenai hukum bahwa :3“hukum dalam tema yang paling generik dan
menyeluruh diartikan sebagai aturan yang diterbitkan untuk memberi
pedoman perilaku kepada seseorang manusia selaku makhluk intelegen dari
seorang manusia lainnya (makhluk intelegen lain) yang di tangannya ada
kekuasaan (otoritas) terhadap makhluk intelegen pertama itu” Istilah
positivisme pertama kali dipergunakan oleh Saint Simon (1760-1825) dari
3
Prancis sebagai metode sekaligus merupakan perkembangan dalam aras
permikiran filsafat.4 Sebagaimana dikutip Michael Curtis, Saint Simon
menyatakan: Positivisme lahir dalam sebuah perubahan besar yang tidak
dapat dikendalikan, terutama di Prancis yang saat itu tengah menghadapi
revolusi Borjuis yang menentang kekuasaan feodal, dominasi raja dan
gereja yang dibangun pada masa sebelumnya mulai banyak dipersoalkan
dan diruntuhkan dengan munculnya berbagai pemikiran yang membuktikan
kekeliruan otoritas penafsiran gereja tentang alam semesta, hal ini lebih
merupakan resistensi akibat keretakan hubungan gereja dengan umatnya,
menyusul pembunuhan Galileo Galilei karena menentang heliosentrisme
yang dianggap mewakili kebenaran sceintivitas gereja. Pada masa
renaisance yang ditandai dengan penafsiran kembali filsafat lama yang
bertumpu pada kajian-kajian spekulatif mengenai persoalan teologis,
metafisika dan alam raya serta manusia, dan aufklarung yang dicirikan
dengan antroposentrisme yang sistem pengetahuan baru yang bersifat
ilmiah menggantikan kepercayaan dogmatis, liturgis, konfesional, mistis
dan teosentrik, mulai ditinggalkan dan dipandang sudah kehabisan nafasnya
untuk memandu manusia ke arah kemajuan munculah Ilmu-ilmu Alam yang
lebih dapat memberikan jaminan kepastian dan dapat diprediksikan.
5 Pada tahun 1798 hingga 1857 teori ini juga dikembangkan oleh August
Comte yakni seorang sarjana Perancis yang hidup pada jaman itu.6 August
Comte, menyatakan bahwa positivisme merupakan sebuah sikap ilmiah,
yang menolak spekulasi-spekulasi a priori dan berusaha membangun
dirinya pada data pengalaman. Untuk itu filsafatmenurut mazhab ini adalah
suatu sistem filsafat yang mengakui hanya fakta-fakta positif dan
fenomena-fenomena yang dapat diobservasi. Comte berusaha
mengembangkan fisika sosial yang akan melahirkan hukum sosial dan
reorganisasi sosial, sesuai dengan sistem nilai Comte. Setelah mengetahui
4
tujuan utama ilmu sosiologi, secara umum Auguste Comte mengajukan
beberapa asumsi sebagai berikut:7
1) Alam Semesta diatur oleh hukum-hukum alam yang tak terlihat
(invisible natural), sejalan dengan teori evolusi dan perkembangan
alam pikiran atau nilai-nilai sosial yang dominan.
2) Proses evolusi berlangsung dalam tiga tahap: teologis, metafisis dan
positivistik.
3) Seluruh ilmu pengetahuan sebagai ilmu sosial dalam pengertian yang
luas.
4) Sistem sosial terbagi atas dua bagian, yaitu statika sosial, yang
menyangkut sifat-sifat manusia, masyarakat dan hukum-hukum
keberadaan manusia sebagai makhluk sosial dan dinamika sosial
atau hukum-hukum perubahan sosial.
5
hidup dan berkembang dalam masyarakat. Sedangkan dari unsur etis
konsepsi hukum Hans Kelsen tidak memberi tempat bagi berlakunya
hukumalam. Etika memberikan suatu penilaian tentang baik buruknya suatu
perbuatan.
Hukum merupakan alat rekayasa sosial. Hal ini berarti hukum bisa
berfungsi untuk mengendalikan masyarakat dan bisa juga menjadi sarana
untuk melakukan perubahan-perubahan dalam masyarakat.1Hukum bersifat
terbuka berarti hukum harus selalu peka dan berinteraksi dengan
lingkungan sosial sehingga terjadi pertukaran informasi antara hukum
dengan lingkungan sosial tersebut.Dengan demikian, disamping hukum
merupakan suatu institusi normatif yang memberikan pengaruhnya terhadap
lingkungannya, ia juga menerima pengaruh serta dampak dari
lingkungannya tersebut. Untuk menjalankan fungsi hukum sebagai alat
rekayasa sosial tersebut maka hukum harus bersifat terbuka terhadap
dinamika sosial yang terjadi dalam masyarakat.2Keterbukaan hukum
terhadap lingkungan sosial tersebut bertujuan agar hukum selalu efektif dan
efisien dalam menyikapi setiap perubahan sosial yang terjadi dalam
masyarakat mengingat sifat masyarakat yang senantiasa dinamis akibat
adanya interaksi sosial dalam rangka memenuhi kebutuhan masing-masing
individu. Dengan keterbukaan tadi, diharapkan hukum dapat mengimbangi
perubahan sosial tersebut.
6
terjadi pelanggaran dalam masyarakat. Dalam hal ini munculah peran
penegak hukum untuk menstabilkan keadaan sosial yang menyimpang.
Dalam menegakkan hukum ada tiga unsur yang harus diperhatikan yaitu
:1.Kepastian hukum ( Rechtssicherheit )2.Kemanfaatan ( Zweckmassigkeit
)3.Keadilan ( Gerechtigkeit ). Tiga unsur tersebut diatas menjadi pedoman
penegak hukum dalam menjalankan dan menegakkan hukum demi keadilan
seluruh rakyat Indonesia.
7
hukum atau keadilankah yang lebih diutamakan.Yang menjadi acuan dalam
hal ini adalah moral.8Apabila kepastian hukum yang dikedepankan,
penegak hukum harus pandai-pandai memberikan interpretasi terhadap
undang-undang yang ada.9Tanpa memberikan interpretasi yang tepat, akan
berlaku lex dura sed tamen scripta yang terjemahannya adalah”undang-
undang memang keras,tetapi mau tidak mau memang demikian buktinnya.
Imam subchi,berpendapat Negara hukum Indonesia merupakan studitentang
konsepsi Negara hukum Indonesia yang membedakan dengankonsepsi
Negara hukum lain. Meski mendapat pengaruh dari
berbagaipemikiran,tetapi konsepsi Negara hukum Indonesia berdeda
dengan konsepsirule oflawdanrechsstaat.Hal tersebut dapat ditelisik dari
dasar falsafah,sifat kedaulatan,kekuasaan organ Negara,dan hak asasi
manusia.3Dalam penjabaran lain untuk memahami konsep-konsep tersebut
tidakterlepas dengan pemahaman tentang Negara hukum, Tahir Azhari
berpendapatistilah Negara hukum adalah suatugenus begripyang terdiri atas
lima konsep:1. Konsep Negara hukum menurut Al-Qur’an dan sunah yang
diistilahkannyadengan nomokrasi Islam. 2. Konsep Negara hukumEropa
Kontinental yangdisebutrechtsaat.3. Konsep rule of law. 4. KonsepSosialist
legality.5.Konsep Negara hukum Pancasila.4Ada keterkaitan dengan
pemahaman Jimly Assiddiqie terhadap prinsipNegara hukum, menurutnya
dibagi menjadi 12 macam,antara lain:1)Supremasi Hukum (supremacy of
law); 2)Persamaan dalam hukum(equality before the law);3) Azas Legalitas
(due process of law); 4)Pembatasan Kekuasaan; 5) Organ-organ eksekutif
independen; 6)Peradilan bebas dan tidak memihak; 7) Peradilan tata usaha
Negara; 8)Peradilan tata Negara (constitusional cort); 9) Perlindungan hak
asasimanusia; 10) Bersifat demokratis (democratische rechsstaat);
11)3.Jurnal Hukum dan Peradilanvolume 1 nomor 3 November 2012,
Mahkamah Agung RI BadanPenelitian dan Pengembangan Hukum dan
8
Peradilan. h. 339.4. Jazim Hamidi dkk, 2012,Teori Hukum Tata Negara A
Turning Point of The State, SalembaHumanika, ,h.145.
3Berfungsi sebagai sarana mewujudkan tujuan berNegara
(welfarerechtsstaat); 12) Tranparansi dan Kontrol Sosial.5Setelah Negara
terbentuk sistem hukum yang diterapkan dalam rangkamengatur masyarakat
juga tidak terlepas dari sejarah sebelumnya dari manaembrio Negara
ituberasal. Sebenarnya sangat banyak sistem hukum yangberlaku di dunia,
R.Abddoel Djamali6menjabarkanada 5 sistem hukum,antara lain: 1. Sistem
Hukum Eropa continental / civil law/ hukum romawi. 2.Sistem Hukum
anglo sexon/ common law, 3. Sistem Hukum Adat.4. SistemHukum
Islam.Sistem hukum Eropa Kontinental yang selama ini dianut dalam
sistemhukum nasional Indonesia, telah menjadi pemahaman umum bahwa
melaluiazas konkordansi oleh penjajah Belanda. Penerapan hukum yang
dibawapenjajah tersebut adalah hukum Romawi yang mengedepankan
hukum positifsebagai sumber hukum resmi.7Sebelum lahirnya positivisme
telahberkembang suatu pemikiran dalam ilmu hukum yang dikenal sebagai
ajaranlegisme. Aliranlegismemengidentikkan hukum dengan undang-
undang atautidak ada hukum diluar undang-undang. Undang-undang
merupakansatu-5.Jurnal Hukum dan Peradilan,Op-Cit.h. 344.6. R.Abdoel
Djamali,Pengantar hukum Indonesiaedisi revisi. Raja Grafido
Persada.Jakarta.h. 687. Hukum positif yang sering diistilahkan denganIus
costitutumadalah: hukum yang berlaku saatini untuk daerah tertentu, atau
secara luas diartikan sebagai "kumpulan asas dan kaidah hukumtertulis dan
tidak tertulis yang pada saat ini sedang berlaku dan mengikat secara umum
atau khususdan ditegakkan oleh atau melalui pemerintah atau pengadilan
dalam Negara Indonesia.(vide :Http://www.emakalah.com/2013/04/hukum-
positif-indonesia.html#ixzz34Up94YCLdi aksestanggal 13 juni 2014 jam
13.20.
9
4satunya sumber hukum8.Ciri sederhana dalam hukum positifitu adalah
suatuaturan tertulis yang dibuat oleh lembaga resmi (DPR bersama
Pemerintah bilaitu berupa Undang-Undang). Lebih tegas ciri positifisme
adalah hukum hanyalahir dari “ sumber yang jelas dan pasti” yaitu
kedaulatan.9Lebih lanjut sebagai perluasan pemahaman atas telaah tentang
legismetidak ada salahnyajikapenulis juga menyambung dengan
pemahaman teorihukum murni agar sinkron dengan pemahamanLegisme,
Hans Kelsenmenjelaskan bahwa murninya teori ini dalam rangka
menjelaskan hukum danberupaya membersihkan obyek penjelasanya dari
segala hal yang tidakbersangkut paut dengan hukum.10Kemudian muncul
pemikiran bagaimanamempelajari ilmu hukum agar teorihukum murni
dapat di capai dengan baik,Sudikno Mertokusumu memberikan gambaran
bahwa mempelajari ilmuhukum adalah teorinya hukum positif atau teorinya
praktik hukum.Pertanyaan-pertanyaan Ilmu Hukum hanya dapat dijawab
oleh hukum positif.Karena obyeknya hukum positif adalah praktik
hukum.11Sistem hukum adalah suatu kumpulan unsur-unsur yang ada
dalaminteraksi satu sama lain yang merupakan satu kesatuan yang
terorganisasi dan8. Widodo Dwi Putro,mengkritisi positivism hukumdalam
buku metode penelitianhukum, editorSulistyowati Irianto & Shidarta,
yayasan Pustaka Obor Indonesia, h.9.9. Ratno Lukito.2008,Hukum Sakral
dan Hukum Sekuler Studi tentang konflik dan resolusi dalamsistem hukum
Indonesia,Jakarta,Pustaka Avabet. h.182.10. Hans Kelsen,2014,Teori
Hukum Murni Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif,terjemahan
RaisulMuttaqien,Nusamedia,Cetakan XVI,,h.111. Sudikno
Mertokusumo,2011,Teori Hukum edisi Revisi,Cahaya Atma Pustaka, h.3
5kerja sama kearah tujuan kesatuan.12Keseluruhan tata hukum nasional
dapatdisebut sistem hukum nasional. Kemudian masih dikenal sistem
hukumperdata,sistem hukum pidana,sistem hukum administrasi13. Dalam
uraianlain sistem hukum nasional adalah suatu keseluruhan dari unsur-
10
unsur hukumnasional yang saling melekat dalam rangka mencapai suatu
masyarakat yangberkeadilan.Implementasi di ranah peradilan hakim masih
banyak yang mencariposisi aman dengan selalu berlindung pada ketentuan
hukum positif dibanding dengan mencari solusi bijak yang memberi
maslahah kepada pencarikeadilan, akhir dari penangan kasus dapat ditebak
yaitu pencari keadilan yangtidak sejalan dengan ketentuan hukum positif
ditinggalkan sedangkan yangsesuai dengan ketentuan hukum positif selalu
mendapatkan perlindungan dandimenangkan. Seharusnya tahapan
penggunaandasar hukum oleh hakimadalah bersumber dari hukum positif,
apa bila tidak diperoleh hakim wajibmenafsirkan pasal-pasal yang ada
dalam ketentuan hukum positif, apa bilatidak dimungkinkan hakim wajib
memenukan hukum guna mengisikekosongan hukum.Menghayati semangat
dari alenea ke empat pembukaan Undang-undang1945 sebagai mana
disebutkan di atas, Hakim sebagai pembuat hukum
11
hakim adalah melakukan pembebasanterhadap pikiran-pikiran tradisional-
konvensional,manakala itu menghambatarus pemikiran yang lebih benar.
Konsephukum progresif ada disiniadalahsebagai suatu pemikiran hukum
yang selalu berusaha untuk menjadi (lebih) benar. Inilahmetoda hukum
progresif yaitu membuat hukum selaluterbuka,dinamis dan
mengalir.15Akan tetapi jangan sampai berlebihansikap hakim untuk
menciptakan nilai progresif,sehingga melanggar etika dannorma. Yang
paling utama agar hakim tidak memutuskan penilaian yangmenyimpang
dari penilaian yang terdapat kesepakatan dalam masyarakat.16Ada
keharusan menciptakan keserasian dan keseimbangan dalammenerapkan
hukum, SurjonoSukanto memberikan penjelasan secara tegastentang secara
konseptual inti dan arti penegakan hukum terletak padakegiatan
menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan di dalamkaidah-kaidah
yang mantap dan mengejawantahkan sikap tindak sebagairangkaian
penjabaran nilai tahap akhir,untuk menciptakan,memelihara
danmempertahankan kedamaian,pergaulan hidup.
12
menyusunhukumyang baru dia akan dipersalahkan karena
merebutkekuasaan, karena hanya badan pembuat undang-undangsaja yang
memilikikewenangan, pada halperadabanterusberkembang danundang-
undangtidakpernah final.Menurut Sacipto Raharjo, hukum tertulis tidak
dapatmenyelesaikan seluruh persoalan yang ada dalam masyarakat.21Abdul
Latif Guru besar Ilmu Hukum Universitas Muslim Indonesia(UMI)
Makasar berpendapat;Pembentukan hukum yang dinamis,baik dalam arti
horizontal maupunvertical tidak mungkin tanpa konstansi dan dinamik
relatif dari asas-asashukum materiil. Adalah asasa-asas hukum materiil
yang bersifatkonstitutif dan regulative yang mendorong terus
prosespembentukan hukum,sedangkan sebaliknya asas-asas ini akan
mengembangkan artiyuridis dari padanya itu dalam pembentukan hukum
yang dinamis.Selalulah didalam hal itu harus ada suatu harmonisasi antara
konstansirelatif dan dinamik relatif dari pemebentukan-pembentukan
hukum.22Itulah tugas utama Hakim dalam mewujudkan harmonisasi antara
hukumpositif sebagaipremis mayordan kasus yang dihadapi adalahpremis
minorjangan sampai hakim terpasung oleh kepastian yang hanya
mengutamakanhukum secara teks tual dan mengabaikan hukum secara
kontekstual demikeadilan.Pada hal kita yakin bahwa sebagus dan sedetail
apapun undang-undang tersebut disusun dengan berbagai argumentasi,
pembahasan, alasandan melalui perdebatan panjang ,tidak akan mampu
menampung semuamasalah yang timbul di masyarakat. Hal itu dapat
disadari karena tidak adaUndang-undang yang sempurna dan mampu
berlaku konstan dalam waktutertentu.23Ajaran positivisme yang
mengedepankan hukum secara normatif,sebenarnya sering mendapat
kritikantara lainmenyebutkan bahwa hukumpositif selalu berhadapan
dengan kehidupan sosial yang selalu berkembang.Seharusnya hukum itu
mampu mengikuti situasi dan kondisi yangdibutuhkanoleh masyarakat agar
tercipta keadilan
13
Inti penegakan hukum adalah penegakan keadilan, keadilan
bukanlahsekedar gugusan fakta obyektif melainkan sangat ditentukan oleh
rasa, yaiturasa kebenaran dan rasa kemanusiaan.
Menyangkutmasalahrasaadalahurusan hati atauqalbu, sementaraqalbuitu
sering berbolak-balik ketika adatarikan kepentingan.29Penelaahan lebih
lanjut untuk mengantarkan pola pikirhakim menjadi progresif demi
tercapainya keadilan substantive bagi pencarikeadilan (justiciable), perlu
diperhatikan sistem hukum yang berlaku.
14
menegakkan hukumdan keadilan berdasarkan Pancasila dengan jalan
menafsirkan danmencari dasar-dasar serta azas yang jadi landasannya,
melalui perkara-perkara yang dihadapkan kepadanya sehingga putusannya
mencerminkanperasaan keadilan bangsa dan rakyat Indonesia”.32. Dalam
kaitanya jude made law, Bagir mananu menyatakan prinsip jude made law
adalah dalamrangka upaya Hakim menciptakan pembaharuan hukum
melalui putusannya.Konsep ini sejalandengan pendapat rosecoe pound
bahwa makna hukum adalah sebagai sarana pembaharumasyarakat / hukum
sebagai“as a tool of sosial engineering”,ungkapan rosecoepound ini
diIndonesia di perkenalkan pertama kali oleh Muchtar kusumaatmaja ( FH
Unpad)denganmentranformasi konsep pound itu kedalam salah satu dasar
kebijakan pembaharuan danpembangunan hukum nasional ,yang waktu itu
belaiu juga sebagai Mentri kehakiman,konsepgagasan itu terus bergulir
yang di dukung oleh Sunaryati Hartono (Unpad), Saciptoraharjo(Undip),
Sutandyo(Unair),dan Purnadi purbacaraka serta Suryono
sukanto(UI).Tranformasi konsep roscoe pound ternyata serupa tapi tak
sama dengan konsep hukum sebagaisarana pembaharu masyarakat kita
itu,karena konsep roscoe puund sebagai pembaharu adalahHakim dengan
sumber utamanya kaidah hukum anglo sexon/common law
sistem,sedangkanpembaharu masyarakat kita adalah pembaharuan sosial
yang didasari pada peraturan perundang-undangan.Untuk mewujudkan itu
semua perkataan hukum bukan semata-mata dalam arti kaidahmelainkan
pemberdayaan sistem hukum dari berbagai sub sistem hukum
yangmeliputi;Pendidikan hukum,profesi hukum,penegak hukum,proses
hukum dan lainsebagainya.
.
Logika di atas tidak berlebihan apabila kita memahami bahwa
yangdiputuskan hakim berdampak langsung, karena ;Siapapun tidak ada
15
hak dan berkuasa untuk merubah putusan hakim.Yang dapat merubah
putusan hakim hanya terbatas pemberian grasi olehPresiden dalam perkara
pidana, dan melaluiPeninjauan kembali dalamperkara Perdata itupun
melalui mekanisme yang sangat berat.Setiap putusan yang telah
berkekuatan hukum tetap wajib dan mestidilakasanakan baik secara suka
rela atau dengan paksa apapun isiputusanya.33Apa yang hendak
diwujudkandalam menjalankan fungsi kebebasankewenangan mengadili
adalah keadilan bangsa dan rakyat Indonesia. Perlu digaris bawahi bahwa
kebebasan menafsirkan untuk menciptakan rasa keadilandimaksud hakim
tidak boleh bebas tanpa batas dan tidak terkendali, tetapihakim harus selalu
dalam bingkairule of law. Patokan untuk menafsirkanhukumadalahdalam
pasal 6 UU. No. 4 tahun 2004 tentang kekuasaanKehakiman ;yaitudapat
disimpulkan bahwaPengadilan mengadili perkaramenurut hukum, bukan
menurut undang-undang.Mengapahakim diberikan hak untuk
menafsirkan?Karena tidak ada UUyang mampu menjangkau semua
permasalahan manusia sedangkanpermasalahan yang di hadapi manusia
selalu berkembang,
16
resepsi konsep hukum asing yang dipergunakandalam praktik hukum (
misal: bidang perjanjian,perbankan dll).8.Pengaruh berbagai teori baru
dibidang hukum ( sociologicaljurisprudence,feminist legal theory
dll).9.Ketentuan atau bahasa atau kata atau kata-kata dalam undang-undang
tidak jelas,bermakna ganda, tidak konsisten.Setelah menguraikan panjang
lebar bagaimana hukum itu dapat kitapahami sebagai
norma/aturan/pedoman, termasuk hukum yang dibuat olehHakim. Kita akan
lebih mudah memahami dengan apa itu hukum? karenaSoeryono sukanto
telah mengidentifikasikan hukum itu sampai sepuluhmakna35;1.Hukum
adalah sebagai Ilmu pengetahuan,yakni pengetahuan yangtersusun secara
sistematis atas dasar kekuatan pemikiran.2.Hukum sebagai disiplin,yakni
suatu sistem ajaran tentang kenyataanatas gejala-gejala yang
dihadapi.3.Hukum sebagai kaidah,yakni pedomanatau patokan perilaku
yangpantas dan diharapkan.4.Hukum sebagai tata hukum,yakni struktur dan
proses perangkatkaidah-kaidah hukum yang berlaku pada suatu waktu dan
tempattertentu,serta berbentuk tertulis.5.Hukum sebagai petugas,yakni
pribadi-pribadi yangmerupakankalangan yang berhubungan erat dengan
penegakan hukum(ditekankan dalam konteklaw inforcement
officer).6.Hukum sebagai keputusan penguasa,yakni hasil proses
diskresi.35.Wawan tunggul alam, 2004,memahamiprofesi hukum, milanea
populer, cet.pertama,h.10-11.
17
warga Negara tanpa terkecuali harus taat pada UUagar tercipta
ketertiban,tetapi masyarakat tidak semuadapat menjalankanasas tersebut.
Tingkat pendidikan , pergaulan sosial budaya dan fanatismeyang berbeda-
beda menjadikan perkembangan suatu peradaban termasuksadar dan tertib
hukum menjadi penentu maju atau tidaknya wargamasyarakat itu sendiri
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Diharapkan mampu menambah wawasan bagi penulis maupun
pembaca mengenai teori, aliran, serta implementasi pembentukan hukum di
Indonesia.
18
BAB II
PEMBAHASAN
a. Teori-teori Yunani
hukum dan filsafat, karena pada zaman ini memiliki kebebasan untuk
menyelidiki sesuatu secara kritis (an inquiring attitude), dengan sikap inilah
alam itu merupakan suatu hukum yang selalu berlaku dan tidak
19
2. Hukum positif yang dibuat manusia. Pembentukan hukum ini selalu
b. Hukum Alam
bersifat universal dan abadi, serta antara hukum dan moral tidak dapat
dipisahkan.
banyak teori di dalamnya yang dikemukakan oleh para ahli hukum sehingga
mutlak
20
2. Surojo Wignjodipuro menjelaskan, bahwa hukum alam adalah
alam.[2]
Mahzab atau aliran sejarah tumbuh sebagai suatu reaksi terhadap dua
von Savigny mengatakan “bahwa hukum itu tak perlu diadakan kodifikasi,
karena apa yang menjadi isi dari hukum itu ditentukan oleh pergaulan hidup
dasarnya adalah proses yang tidak disadari dan organis, oleh karena
21
itu perundang-undangan adalah kurang penting dibandingkan adat
dan kebiasaan.
d. Teori Teokrasi
ke-5 sampai abad ke-15. Teori ini mengajarkan bahwa hukum berasal dari
Tuhan Yang Maha Esa, oleh sebab itu manusia diharuskan tunduk kepada
22
Teori teokrasi mengajarkan pemimpin negara ditunjuk oleh Tuhan.
Raja dan pemimpin negara hanya bertanggung jawab terhadap Tuhan dan
Raja dan Paus mempunyai kekuasaan yang sama, hanya saja bidangnya
Menurut teori ini, kekuasaan yang paling tinggi terdapat dari rakyat
23
negara yang terlebih dahulu dibentuk dan diberi tugas membentuk hukum
hukum tersebut, maka teori ini dapat juga dikatakan sebagai teori perjanjian
masyarakat.
Penganot teori ini adalah Jean Jacques Rousseau yang dalam karangan
Teori ini dipelopori oleh Hans Kelsen dalam karyanya berjudul Reine
negara (wille des Staates). Menurut Hans Kelsen, orang taat kepada hukum
24
karena merasa wajib mentaatinya sebagai perintah negara bukan karena
negara menghendakinya.
25
realitas alami seperti manusia dalam hubungannya dengan hukum. Jika ada
suatu realitas sosial yang berhubungan dengan fenomena yang disebut
Negara dan oleh sebab itu suatu konsep sosiologis yang dibedakan dari
konsep hukum mengenai Negara maka prioritas jatuh pada konsep hukum
bukan kepada konsep sosiologis (Hans Kelsen,2010: 263).
Pengertian Negara sebagai subjek hukum internasional adalah
organisasi kekuasaan yang berdaulat, menguasai wilayah tertentu,
penduduk tertentu dan kehidupan didasarkan pada sistem hukum tertentu
(Sugeng Istanto 1994: 20-21). Dalam pengertian mengenai Negara tersebut
walaupun memiliki banyak pendapat dan perbedaan dalam memberikan
pengertian tentang Negara tetapi baik menurut para ahli dan konvensi
Montevideo tetap memiliki persamaan bahwa suatu Negara akan berdaulat
jika memiliki.
kriteria-kriteria yang di terima oleh masyarakat internasional. Suatu
Negara dapat saja lahir dan hidup tetapi itu belum berarti bahwa Negara
tersebut mempunyai kedaulatan, kedaulatan ialah kekusaan tertinggi yang
dimiliki oleh suatu Negara untuk secara bebas melakukan berbagai kegiatan
sesuai kepentingannya asal saja kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan
hukum internasional.
Menurut teori ini negaralah sumber dan pemegang kedaulatan dalam
negara. Kekuasaan negara tidak terbatas terhadap ‘life, liberty, dan
property’ warganya. Teori ini sesungguhnya merupakan bentuk baru dari
teori kedaulatan raja yang bersifat absolut, yang merupakan manipulasi
politik dari teori teokrasi.
Sesuai konsep hukum internasional kedaulatan memiliki tiga aspek utama
yaitu:
1. Aspek ekstern kedaulatan adalah hak bagi setiap Negara untuk secara
bebas menentukan hubungannya dengan berbagai Negara atau
26
kelompok-kelompok lain tampa tekanan atau pengawasan dari Negara
lain.
2. Aspek intern kedaulatan ialah hak atau wewenang eksklusif suatu
Negara untuk menentukan bentuk lembaga-lembaganya, cara kerja
lembaga-lembaganya tersebut dan hak untuk membuat undang-undang
yang diinginkannya serta tindakan-tindakan untuk mematuhi.
3. Aspek territorial kedaulatan berarti kekuasaan penuh dan eksklusif
yang dimiliki olehNegara atas individu-individu dan benda-benda yang
terdapat di wilayah tersebut (Boer Mauna,2005:24).
Hak-Hak Dasar dan Kewajiban-Kewajiban Negara
Upaya masyarakat Internasional untuk mempersoalkan hak-hak dan
kewajiban kewajiban Negara-negara telah dimulai sejak abad ke-17 dengan
landasan teori kontrak sosial. Pada tahun 1916 American Institute of
International law (AIIL) mengadakan seminar dan menghasilkan
Declaration of the Right and Duties of Nations yang diusul dengan sebuah
kajian yang berjudul Fundamental Right and Duties of American Republics
dan sampai dirampungkannya konvensi Montevideo tahun 1933. Hasil
konvensi Montevideo ini kemudian menjadi rancangan deklarasi tentang
hak dan kewajiban.
Negara-negara yang disusun oleh Komisi Hukum Internasional PBB
pada tahun 1949, Namun komisi tersebut tidak pernah berhasil
menghasilkan usulan yang memuaskan. Negara-negara. Deklarasi prinsip-
prinsip mengenai hak dan kewajiban Negara yang terkandung dalam
rancangan tersebut adalah sebagai berikut:(Huala Adolf,1996: 37-38)
Hak-hak Negara:
1. Hak atas kemerdekaan
2. Hak untuk melaksanakan juridis terhadap wilayah, orang dan benda
yang berada di dalam wilayahnya
27
3. Hak untuk mendapatkan kedudukan hukum yang sama dengan
Negara-negara lain
4. Hak untuk menjalankan pertahanan diri sendiri atau kolektif
Kewajiban-kewajiban Negara:
1. Kewajiban Negara tidak melakukan intervensi terhadap masalah-
masalah yang terjadi di Negara lain
2. Kewajiban untuk tidak menggerakkan pergolakan sipil di Negara lain
3. Kewajiban untuk tidak menggerakkan semua orang yang berada di
wilayahnya dengan memperhatikan hak-hak asasi manusia
4. Kewajiban untuk menjaga wilayahnya agar tidak membahayakan
perdamaian dan keamanan internasional
5. Kewajiban untuk mengadakan hubungan dengan Negara-negara lain
sesuai dengan hukum internasional.
Menurut G.H. Hackworth, Negara-negara pada umumnya
diklasifikasikan di dalam Negara merdeka (independent states) dan Negara
yang dinaungi (dependent states) Istilah Negara merdeka menunjuk pada
status bahwa Negara tersebut sepenuhnya menguasai hubungan luar
negerinya tampa didikte oleh Negara lain, walaupun Negara-negara, pada
umumnya berbeda dalam luas wilayah, penduduk, kekayaan, kekuatan, dan
kebudayaannya di dalam hukum internasional di kenal ajaran persamaan
kedudukan Negara-negara(doctrine of the equality of state) dalam doktrim
ini dituntut bahwa kedudukan Negara-negara adalah sama di mata hukum
walaupun terdapat perbedaan- perbedaan di antara mereka dalam
berbagai hal.
28
g. Teori Kedaulatan Hukum
Staatslehre.
Aliran positivism muncul pada abad ke-19 dengan pemikiran para ahli
yang kritis terhadap idealism yang terdapat dalam pemikiran hukum alam,
dengan melihat kepada ralitas sosial yang terus berkembang pada masa itu.
yang tertinggi, dan sumbernya adalah hukum positif yang terpisah dari
29
Jurisprudence. Austin berpendapat bahwa hukum merupakan perintah dari
menganggap hukum sebagai suatu sistem yang logis, tetap, dan bersifat
kesebandingan), dan hukum tidak didasarkan pada nilai-nilai yang baik atau
politis dan sejarah. Teori hukum murni yang menolak unsur-unsur non
yuridis dan tidak memberikan ruang untuk hukum kebiasaan yang hidup
30
normative, artinya hukum berada dalam dunia sollen (yang seharusnya
bersumber pada satu induk. Lebih detailnya dalah semua peraturan hukum
diturunkan dari norma dasar (grundnorm). Norma dasar bersifat abstrak dan
mengacu pada norma dasar bersifat konkrit dan mengikat subyek tertentu.
secara fakta hukum diterima, tumbuh, dan berlaku dalam masyarakat. Teori
ini dipelopori oleh Roscou Pound (Juris dari Amerika Serikat), Eugen
1920).
Max Weber seorang pakar hukum dan dianggap sebagai tokoh dalam
31
1. Hukum irrasionil dan materiil, yaitu diamana pembentukan
manapun
kegunaannya.
k. Aliran Antropologi
32
Menurut aliran antropologi, hukum adalah norma yang tidak tertulis
memenuhi tujuan yang lebih terarah dalam kerangka apa yang disebut
dengan hukum.
l. Aliran Realis
radikal mengenai proses peradilan. Dan menurut aliran realis, hukum apa
yang dibuat oleh hakim dan hakim lebih layak disebut membuat hukum
dipelopori oleh Hagerstron (1868-1939) dan dari Denmark adalah Alf Ross.
33
Esinsi dari ajaran realisme hukum dari Holmes dapat dijelaskan sebagai
berikut.
fakta
pengalaman (the life of the law has been not logic, but
experience).
yang lebih
34
agama baru yang timbul pada saat itu yaitu agama keristen. Yang kemudian
diorganisasikan dalam satu organisasi keagamaan. Yaitu gereja yang
dikepalai seorang paus. Tooh-tokoh penganut teokrasi adalah : Augustinus
(354-430), Thomas Aquinas (1215-1274),F.Hegel (1770-1831), F.J.Stahl
(1802-1861) dan Marsillius.
Sedangkan menurut Ahmad Azhar Basyir, predikat teoraksi tidak
dapat diterima, sebab islam tidak mengenal adanya kekuasaan negara yang
menerima limpahan dari tuhan. Menurutnya kekuasaan negara berasal dari
umat dan penguasaannya bertanggung jawab pad aumat.
Menurut ajaran islam. Kedaulatan hanya milik Allah semata, dan
hany Dia-lah pemberi hukum dalam negara islam. Organisasi-organisasi
politik itu disebut khilafah. Manusia merupakan khalifah tuhan di muka
bumi dan memiliki tugas untuk melaksanakan dan menegakkan perintah
dari pemegang kedaulatan.
Teori kedaulataan tuhan merupakan teori yang mengajarkan bahwa
negara dan pemerintah mendapat kekuasaan tertinggi dari tuhan sebagai
asal segala sesuatu (causa prima ).menurut teori kedaulatan tuhan,
kekuasaan yang berasl dari tuhan itu diberikan kepada tokoh-tokoh negara
terpilih yang secara kodrati diterapkan-Nya menjadi pemimpin negara dan
berperan selaku wakil tuhan di dunia.
Teori ini umumnya di anut oleh raja-raja yang mengaku sebagai
keturunan dewa misalnya para raja mesir kuno, kaisar Jepang, Kaisar
China, Raja Belanda, Raja Ethiopia,. Demikian pula dianut oleh raja jawa
zaman hindu yang menganggap diri mereka sebagai penjelma dewa wisnu.
Ken Arok bahkan menganggap dirinya sebagai titisan Brahmana, Wisnu,
Syiwa.
Karena berasal dari tuhan maka kedaulatan negara besifat mutlak
dan suci. Seluruh rakyat harus setia dan patuh kepada raja yang
melaksanakan kekuasaan atas nama dan untuk kemulaan tuhan. Menurut
35
Hegel raja adalah manifestasi keberadaan tuhan.maka, raja atau pemerintah
selalu benar, tidak mungkin salah.
1. Aliran Legisme
36
Undang-undang dan hilangnya rasa keadilan . Dengan kata lain aliran ini
mengartikan bahwa “ Hukum untuk manusia , bukan manusia untuk hukum
“.
37
sebagai pencipta hukum, maka Fachrul memutus bahwa itu termasuk
tindakan pidana pencurian walaupun lewat dunia internet sehingga
keputusan Fachrul ini disebut Aliran bebas dan menjadi Sumber
Yurisprudensi .
Freirechtsbewegung memiliki kelebihan dan kekurangannya
.Kelebihannya adalah hukumnya selalu mengikuti perkembangan zaman
sehingga dirasakan lah keadilan sedangkan kekurangannya adalah tidak ada
sebuah kepastian hukum karena tidak ada kodifikasi secara lengkap dan
sangat memerlukan hakim yang memiliki rasa keadilan yang tulus tidak
mau terbujuk oleh KKN ( Korupsi , Kolusi dan Nepotisme ) .
38
terdapat makna hukum yang konkret diperlukan dalam hidup bermasyarakat
yang tidak ditemui dalam kaedah yang terdapat dalam undang-undang.
Dengan demikian memahami hukum dalam perundang-undangan saja,
tanpa mempelajari yurisprudensi tidaklah lengkap, Namun demikian, hakim
tidaklah mutlak terikat dengan yurisprudensi seperti di negara Anglo Saxon,
yakni bahwa hakim secara mutlak mengikuti yurisprudensi.
39
gebondenheid). Tindakan hakim tersebut berdasarkan pada pasal 20,22 AB
dan Pasal 16 ayat (1) dan pasal 28 ayat (1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun
2004 tentang kekuasaan kehakiman.
Pasal 20 AB mengatakan bahwa: “Hakim harus mengadili berdasakan
undang-undang”.
Pasal 22 AB mengatakan bahwa: “Hakim yang menolak untuk mengadili
dengan alasan undang-undangnya bungkam, tidak jelas atau tidak lengkap,
dapat dituntut karena menolak untuk mengadili”.
Pasal 16 ayat (1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 berbunyi:
“Pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa, mengadili dan
memutus suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada
atau kurang jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya”.
Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 berbunyi: “Hukum
wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai – nilai hukum dan rasa
keadilam yang hidup dalam masyarakat” .
40
perundang-undangan, teori hukum bermanfaat untuk memberi penjelasan
tentang bagaimana proses pembentukan hukum yang baik itu.Dalam proses
pembentukan peraturan perundang-undangan, Teori Hukum memegang
peranan sebagai Ajaran Metode. Hal yang menjadi perhatian ajaran metode
dalam pembentukan hukum adalah tentang Teknik Perundang-
undangan.12Dalam kerangka Teknik Perundang-Undangan ini, maka
beberapa masalah di bidang teori hukum yang relevan dapat dipelajari di
antaranya:
41
2. Keberlakuan Yuridikal: Kaidah tersebut dibentuk sesuai dengan
aturan dan prosedur yang berlaku, oleh pihak yang berwenang,
substansinya tidak bertentangan dengan kaidah hukum lainnya;
3. Keberlakuan Moral: Substansi kaidah tersebut secara etik atas dasar
pertimbangan akal dapat diterima (dibenarkan), dengan demikian
kaidah tersebut memenuhi rasa atau tuntutan keadilan
42
2. Pasal 20 Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945: (1)Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan
membentuk undang-undang;(2)Setiap rancangan undang-undang
dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden untuk
mendapat persetujuan bersama;(3)Jika rancangan undang-undang itu
tidak mendapat persetujuan bersama, rancangan undang-undang itu
tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan Dewan Perwakilan
Rakyat masa itu;(4)Presiden mengesahkan rancangan undang-
undang yang telah disetujui bersama untuk menjadi undang-
undang;(5)Dalam hal rancangan undang-undangyang telah disetujui
bersama tersebut tidak disahkan oleh Presiden dalam waktu 30 hari
semenjak rancangan undang-undang tersebut disetujui, rancangan
undang-undang tersebut sah menjadi undang-undang dan wajib
diundangkan.
3. Pasal 21 Undang-undang DasarNegara Republik Indonesia Tahun
1945: Anggota Dewan Perwakilan Rakyat berhak mengajukan usul
rancangan undang-undang.
4. Pasal 22 Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945: (1)Dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, Presiden
berhak menetapkan peraturan pemerintah sebagai pengganti undang-
undang(2)Peraturan pemerintah itu harus mendapat persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat dalam persidangan yang berikut.(3)Jika
tidak mendapat persetujuan, maka peraturan pemerintah itu harus
dicabut.
43
undang terdapat pengaturan mengenai asas pembentukan perundang-
undangan, materi muatan, sampai dengan teknis formulasi bahasa di dalam
menyusun suatu peraturan perundang-undangan. Hal ini menunjukkan
bahwa momen normatif dan teknikal mendapatkan pengaturan yang rinci,
walaupun dalam prakteknya terkadang ada saja peraturan perundang-
undangan yang ternyata bertentangan dengan ketentuan peraturan yang
secara hierarkis lebih tinggi, sehingga mekanisme Judicial Review
kemudian menjadi cara untuk menegaskanbagaimana nasib dari peraturan
yang bertentangan itu, apakah peraturan tersebut akan dinyatakan
inkonstitusional, dinyatakan bertentangan pada pasal-pasal tertentu saja
sehingga pasal yang bersangkutan menjadi tidak berkekuatan hukum, atau
dinyatakan tetap berlaku. Momen lain yang memperoleh
1. Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi Volume 9
Nomor 2April201879perhatian adalah momen politik, yang
kemudian mengakibatkan adanya kepentingan politik pihak tertentu
yang terlalu mendominasi. Proses pembentukan peraturan
perundang-undangan pada dasarnya bukan merupakan proses
yangsteril dari kepentingan politik karena ia merupakan proses
politik. Yang menjadi masalah adalah manakala terdapat peraturan
perundang-undangan yang lebih banyak diwarnai oleh kepentingan-
kepentingan politik pemegang kekuasaan dominan. Kurang
diperhatikannya momen idiil dalam proses pembentukan aturan
perundang-undangan mengakibatkan hukum yang terbentuk hanya
memenuhi sebagian syarat dari seluruh syarat keberlakuan hukum.
Hukum harus memenuhi syarat keberlakuan faktual, keberlakuan
yuridikal serta keberlakuan moral. Dalam kenyataannya, hukum
yang terbentuk di Indonesia seringkali mengabaikan keberlakuan
moral, sehingga secara faktual juga kaidah tersebut menjadi tidak
efektif. Di sini dapat kita lihat bagaimana teori hukum memegang
44
peranan yang penting dalam proses pembentukan aturan. Teori
hukum juga mempelajari faktor-faktor yang mendukung proses
penegakan hukum. Faktor-faktor yang dimaksud di antaranya
berhubungan dengan:
Cara mengkomunikasikan pesan yang termuat dalam undang-undang
itu;
Isi undang-undang merupakan sesuatu yang memang dapat
dilaksanakan, dan dirasakan adil, layak dan masuk akal oleh
penerima pesan; Ada sesuatu yang dapat menumbuhkan disposisi
(sikap / kecenderungan dan dorongan) pada para warga dan pejabat
masyarakat untuk mematuhi kaidah hukum yang bersangkutan.
45
perbuatan memiliki konten pornografi. Pasal 475 mengkriminalisasi model
yang dianggap menjadikan dirinya objek pornografi dengan tolok ukur yang
tidak jelas, model
46
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
ataupun negara, teori hukum sendiri telah banyak dipengaruhi oleh unsur-
melalui proses yang panjang dan melibatkan kehidupan manusia itu sendiri,
sebagian besar dijadikan alat justifikasi dan berperan besar dalam social
dihindari karena manusia pada hakikatnya akan terus mencari hukum yang
tidak dapat dikatakan menjadi lebih baik atau tidak, karena terjadinya
47
bisa memenuhi kebutuhan manusia tersebut, maka teori hukum tersebut
sesuatu yang berbeda dari bentuk dan isi konstitusi karena kedudukan itulah
bermasyarakat dengan manusia yang lain. Ajaran ini adalah salah satu
3.2 Saran
48
itu sendiri, semua bergantung pada cita - cita dan tujuan manusia yang
hanya melibatkan pakar hukum untuk menggali lebih dalam mengenai teori
ilmu pengetahuan agar jurang antara idealisme hukum itu tercipta dan
49
DAFTAR PUSTAKA
Grafindo
Rasjidi, Lili. 2007. Dasar-Dasar Filsafat dan Teori Hukum. Bandung: Citra
Aditya Bakti
Kansil, C.S.T. 1976. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia.
Jakarta:Balai Pustaka
50