Anda di halaman 1dari 8

REALISME

HUKUM

MUNIRA REZKINA
Realisme Hukum?

– Dalam pandangan penganut realism, hukum adalah hasil dari kekuatan-kekuatan sosial dan alat
control sosial.
– Akar dari realisme hukum adalah empirisme, khususnya pengalaman-pengalaman yang dapat
diperoleh dari pengadilan.
– Realisme berpendapat bahwa tidak ada hukum yang mengatur suatu perkara sampai ada
putusan hakim terhadap perkara itu. Apa yang dianggap sebagai hukum dalam buku baru
merupakan taksiran tentang bagaimana hakim akan memutuskan.
– Sumber hukum utamanya ialah putusan hakim. Hakim lebih sebagai penemu hukum daripada
pembuat hukum yang mengandalkan undang-undang.
– Hukum harus diterima sebagai sesuatu yang terus-menerus berubah dan tidak statis
menyesuaikan pada masyarakat dimana hukum itu berada.
Tokoh

Dipelopori oleh Karl Llewellyn, Oliver Wendell


Holmes, Jerome Frank, Johan Chipman dan William
James
Johan Chipman Gray

– Menempatkan hakim sebagai pusat perhatiannya (All the law is judge-made


law)
– Menurutnya, selain logika sebagai faktor penting dalam pembentukan
perundang-undangan, unsur kepribadian, prasangka dan faktor lain yang tidak
logis memiliki pengaruh yang besar dalam pembentukan hukum.
– Contohnya ialah sejarah hukum di Inggris dan Amerika yang menunjukkan
bagaimana faktor-faktor politik, ekonomi dan sifat pribadi dari hakim tertentu
telah menyelesaikan soal-soal yang penting selama ratusan tahun.
Oliver Wendell Holmes

– Penekanan Holmes pada peranan faktor non-hukum terhadap hukum. Misalnya dalam
ungkapan:
The life of law has not been logic, it has been experience.
– Ucapan Holmes yang juga terkenal ialah “perkiraan-perkiraan tentang apa yang akan
diputuskan pengadilan itulah yang saya maksud sebagai hukum. Jadi, bagi Holmes hukum
adalah kelakuan actual para hakim (patterns of behavior) yang dipengaruhi oleh:
a. Kaidah hukum yang dikonkretkan oleh hakim dengan metode interpretasi dan konstruksi.
b. Moral hidup pribadi hakim.
c. Kepentingan sosial.
Jerome Frank

– Istilah “realism” dalam realism hukum bukan hanya lawan dari


romantisisme, fantasisme, mempercantik diri dan angan-angan
kosong.
– Frank menekankan pada skeptisisme fakta, dimana ia berpendapat
bahwa meskipun aturan hukum juga tidak pasti (uncertain), tetapi
unsur kepastiannya masih ada walaupun sedikit, tetapi fakta
hukum sangat tidak pasti.
Prinsip Dasar

1. Aliran ini menggunakan pendekatan fungsional (functional approach) dimana


hukum dipandang sebagai institusi sosial yang utama dan juga merupakan suatu
aktivitas yang terorganisasi. Dalam hal ini hukum tidak hanya mempelajari apa dan
bagaimana bentuknya suatu kaidah, doktrin dan institusi hukum tetapi menekankan
pada bagaimana mereka bekerja dengan menggunakan contoh konkret dari hukum.
Llewellyn mencontohkan hukum tidak hanya mengamati dan mengatur masyarakat
secara keseluruhan tetapi juga kelompok kecil dalam masyarakat seperti
perkumpulan dan klub masyarakat.
2. Aliran realism juga menggunakan pendekatan instrumental (instrumental
approach). Dalam hal ini hukum bukan tercipta tetapi diciptakan dan selalu berubah-
ubah sepanjang zaman
3. Aliran realism hukum skeptic terhadap aturan hukum (rule skepticism), karena
dapat ditafsirkan dan diterapkan secara berbeda oleh para hakim dan penguasa.
4. Aliran realism hukum skeptic terhadap fakta (fact skepticism). Menurut aliran
ini fakta yang ditetapkan di pengadilan tidak pernah dapat dpertimbangkan secara
objektif.

Anda mungkin juga menyukai