Anda di halaman 1dari 30

BENPER Dyah Ayu Saraswati (FH UI 2018)

HUKUM KEBENDAAN PERDATA


first half

konsep-konsep dasar benda dan hukum benda

pengertian benda

Pasal 499 KUH Perdata

“Menurut paham undang-undang yang dinamakan kebendaan ialah tiap-tiap barang dan
tiap-tiap hak, yang dapat dikuasai oleh hak milik.”

Pasal 1 ayat (4) UU No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia (“UU Fidusia”)

“Benda adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki dan dialihkan, baik yang berwujud
maupun yang tidak berwujud, yang terdaftar maupun yang tidak terdaftar, yang bergerak
maupun tidak bergerak yang tidak dapat dibebani hak tanggungan atau hipotik.”

Ahli Pendapat mengenai Benda

H. F. A. Vollmar Benda dalam arti dapat diraba atau berwujud adalah yang di
dalamnya termasuk segala sesuatu yang mempunyai harga,
yang dapat ditundukkan di bawah penguasaan manusia,
dan yang merupakan suatu keseluruhan.
Paul Scholten Benda adalah setiap bagian dari alam yang berwujud yang
semata-mata dapat dikuasai oleh manusia, berharga
untuknya, dan yang oleh hukum dipandang sebagai satu
kesatuan.
Prof. H. R. Sardjono Benda adalah sesuatu yang dapat dinilai dengan uang
setidak-tidaknya mempunyai nilai afektif, berdiri sendiri, dan
merupakan satu keseluruhan, bukan merupakan bagian-
bagian yang terlepas satu sama lainnya.

Jadi, benda adalah segala sesuatu yang dapat di-HAKI atau dijadikan objek hak milik.
Cakupannya sangat luas, karena di samping istilah benda (zaak), di dalamnya ada istilah
barang (goed) dan hak (recht). Istilah benda masih bersifat abstrak karena meliputi benda
berwujud dan tidak berwujud.

In contrary, barang mempunyai pengertian yang lebih sempit karena bersifat konkret dan
berwujud, dapat dilihat dan diraba, misalnya buku, pensil, meja, kursi, dll.

Hak merujuk pada pengertian benda yang tidak berwujud (immateriel) misalnya piutang
atau penagihan seperti piutang atas nama (vordering op naam), piutang atas bawa/
kepada pembawa (vordering aan toonder), dan piutang atas tunjuk (vordering aan order)
atau berupa hak milik intelektual seperti hak pengarang/hak cipta (auteursrecht), hak
1
BENPER Dyah Ayu Saraswati (FH UI 2018)

paten (octrooirecht), dan


hak merk (merkenrecht).

pengertian “hukum benda”

Hukum benda adalah hukum tentang benda yaitu kumpulan segala macam aturan hukum
tentang benda. Aturan ini terdapat dalam Buku II KUH Perdata dari Pasal 499 hingga
Pasal 1232. Sistem hukum benda merupakan sistem tertutup, jadi seseorang tidak dapat
mengadakan hak-hak kebendaan yang baru selain yang telah diatur dalam Buku II KUH
Perdata.

Menurut doktrin, kemungkinan memperjanjikan memperjanjikan hak-hak kebendaan


selain yang telah diatur dalam Pasal 528 KUH Perdata tidak dimungkinkan. Alasan-
alasannya ialah sebagai berikut:

a. Hukum kebendaan tidak mengenal asas “kebebasan berkontrak” seperti yang dikenal
Buku III KUH Perdata.

b. Hukum kebendaan pada umumnya bersifat memaksa (dwingendrecht).

c. Hukum kebendaan bersifat mutlak; memberi kewenangan kepada orang yang


memilikinya untuk mempertahankannya terhadap gugatan orang lain.

d. Hak kebendaan dapat dihadapkan pada hak perorangan, yaitu hak yang hanya
berlaku dan hanya dapat dipertahankan terhadap pihak lawannya dalam perjanjian.

Berdasarkan Pasal 528 KUH Perdata, seseorang dpat mempunyai baik suatu kedudukan
berkuasa mau itu hak milik, hak waris, hak pakai hasil, hak pengabdian tanah, hak gadai,
dan hipotik.

2
BENPER Dyah Ayu Saraswati (FH UI 2018)

ASAS-ASAS UMUM HUKUM BENDA

1. Merupakan hukum memaksa. 



Aturan-aturan yang berlaku wajib dipatuhi atau tidak boleh disimpangi oleh para
pihak.

2. Dapat dipindah-tangankan, kecuali hak pakai dan hak mendiami (hukum perdata
Barat). 

- Dengan adanya UU No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta
Benda-Benda yang Berkaitan dengan Tanah (“UUHT”), pada dasarnya hak pakai bisa
dipindah-tangankan, tetapi 

hanya terbatas pada tanah negara.

3. Individualitas. 

Objek hak kebendaan selalu benda yang ditentukan secara individu dan merupakan
satu kesatuan.

4. Asas totalitas. 

Hak milik hanya dapat diletakkan atas keseluruhan objek, artinya tidak dapat
diletakkan atas bagian-bagian dari benda yang bersangkutan (Pasal 500, 571, 588,
601 KUH Perdata). 

Termasuk di dalam asas totalitas: asas perlekatan (accessie) karena terjadi dalam hal
benda pokok (hoofdzaak), berkaitan erat dengan benda-benda pelengkap yakni benda
tambahan (bijzaak) dan benda pembantu (hulpzaak).

5. Tak dapat dipisahkan (Onsplitsbaarheid). 



Pemegang hak tidak dapat memindahtangankan sebagian dari wewenang yang ada
padanya atas suatu hak kebendaan.

6. Asas prioritas.

Semua hak kebendaan yang melekat pada hak eigendom harus diatur urutannya
karena walupun semua hak kebendaan memberi wewenang yang sejenis dengan
wewenang yang dimiliki hak eigendom, luasnya berbeda.

7. Asas percampuran (Vermenging).



Percampuran terjadi bila dua atau lebih hak melebur jadi satu, contohnya hak
kebendaan terbatas seperti hak gadai, hak sewa, hak tanggungan, dan lain-lain dapat
terjadi atas benda milik orang lain. 

Jika hak yang membebani dan yang dibebani terkumpul atau melebur dalam satu
tangan, maka hak yang membebani itu menjadi lenyap.

8. Pengaturan dan perlakuan yang berbeda terhadap benda bergerak dan benda tidak
bergerak.

Cara atau kriteria pembedaannya ditentukan oleh undang-undang (Pasal 506, 507,
508 + 509, 510, 511 KUH Perdata). Manfaat pembedaannya dapat ditinjau dari sudut
penyerahan, penguasaan, kadaluarsa, dan pembebanan.

9. Asas publisitas (Openbaarheid).



Asas publisitas berkaitan dengan pengumuman status kepemilikan suatu benda tidak
bergerak kepada masyarakat. Hak milik, penyerahan dan pembebanan hak atas tanah
wajib didaftarkan pada Kantor Pendaftaran Tanah dan ditulis dalam Buku tanah agar

3
BENPER Dyah Ayu Saraswati (FH UI 2018)

diketahui oleh umum. Benda bergerak tidak perlu didaftarkan, cukup penguasan dan
menyerahan nyata.

10. Perjanjian Kebendaan (Zakelijke Overeenomst).



Perjanjian yang mengakibatkan berpindahnya hak kebendaan. Setelah perjanjian
kebendaan selesai dilakukan maka tujuan pokoknya sudah tercapai, yaitu terciptanya
hak kebendaan misalnya gadai, hak tanggungan, dan lain-lain.

pembagian benda

Benda dalam arti sempit adalah segala sesuatu yang berwujud nyata, dapat dilihat, dan
dipegang. Sedangkan benda dalam arti luas adalah benda dalam arti sempit ditambah
dengan harta kekayaan yang dapat terdiri dari bagian berwujud misalnya hasil karena
perbuatan alam dan hasil dari pekerjaan/perbuatan manusia serta bagian harta kekayaan
yang tidak berwujud yaitu yang timbul sebagai akibat hubungan hukum tertentu.

KUH Perdata membedakan benda dalam beberapa jenis:

Jenis Deskripsi

Benda-Benda Bertubuh/ Pasal 503 KUH Perdata:

Berwujud (lichamelijke zaken) Ada barang yang bertubuh, dan ada barang yang tak
bertubuh.

vs.
Pembedaan ini penting jiak dikaitkan dengan cara
penyerahan benda yang bersangutan sebagai akibat adanya
Benda tak Berwujud
suatu hubungan hukum antara dua pihak atua lebih misalny
(onlichamelijke zaken) karena jual beli, pewarisan, pemberian, dan lain-lain.
Benda-benda yang jika Pasal 505 KUH Perdata:

dipakai dapat habis Ada barang bergerak yang dapat dihabiskan, dan ada yang
(Verbruikbaar) tidak dapat dihabiskan; yang dapat dihabiskan adalah
barang-barang yang habis karena dipakai.

vs.
Benda-benda yang jika dipakai dapat habis misalnya nasi,
roti, teh, kopi, atau benda-benda ayng dapat dimanfaatkan
Benda-benda yang dipakai untuk suatu keperluan seperti lilin, minyak uang.

tidak dapat habis


(Onverbruikbaar) Benda yang jika dipakai tidak dapat habis misalnya piring,
sendok, garpu, motor, mobil, dll.
Benda yang sudah ada Benda-benda yang masih akan ada dibedakan dalam
(tegenwoordige zaken) pengertian absolut dan relatif.

vs. Benda yang akan ada dalam pengertian absolut artinya


benda tersebut pada suatu saat sama sekali belum ada,
misalnya panen padi yang akan datang.

Benda yang masih akan ada


(toekomstige zaken) Benda yang akan ada dalam pengertian relatif yaitu benda-
benda yang pada suatu saat sudah ada, tetapi bagi orang-
orang tertentu belum ada, contoh perabot rumah tangga
yang sudah dibeli tetapi belum diserahkan.

4
BENPER Dyah Ayu Saraswati (FH UI 2018)

Jenis Deskripsi

Benda di dalam perdagangan Benda dalam perdagangan adalah benda-benda yang dalam
(zaken in de handel) lapangan harta kekayaan dapat dijadikan objek suatu
perjanjian, artinya dapat diperjualbelikan dengan bebas.

vs.
Benda di luar perdagangan adalah benda-benda yang dalam
lapangan harta kekayaan tidak dapat dijadikan objek suatu
Benda di luar perdagangan
perjanjian, artinya tidak bebas diperjualbelikan. Yang tidak
(zaken buiten de handel) bebas diperjualbelikan dapat ditinjau dari beberapa sudut
pandang:

a. Pemakaiannya

Contoh: Larangan menjualbelikan lapangan sepak bola,
jalan umum, atau tanah wakaf.

b. Perikemanusiaan

Contoh: Larangan memperjualbelikan bayi atau anak
balita.

c. Ketentuan undang-undang

Contoh: Larangan memperjualbelikan narkotika dan
obat-obat terlarang, VCD/kaset bajakan, dll., termasuk
hal bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban
umum seperti memperjualbelikan kalender pornografi.
Benda-benda yang dapat Benda yang dapat dibagi adalah benda yang apabila
dibagi wujudnya dibagi tidak mengakibatkan hilangnya sifat dan
(deelbare zaken) hakekat benda tersebut, contohnya beras, kopi, atau gula
pasir.

vs.
Benda yang tidak dapat dibagi adalah benda yang jika
wujudnya dibagi mengakibatkan hilangnya sifat dan hakekat
Benda-benda yang tidak dapat benda tersebut, contohnya kuda, sapi, ayam, dll.
dibagi
(ondeelbare zaken)
Benda yang dapat diganti Contoh:

(wisseling zaken) 1. Uang

Benda dapat diganti: Terpakai, atau hilang, masih dapat


vs. diganti.

Benda tidak dapat diganti: Uang kuno yang hilang, kecil


kemungkinan untuk diganti.

Benda yang tidak dapat


2. Kambing

diganti Benda tidak dapat diganti: Kalau hilang, atau disembeli,


(onwisseling zaken) tidak dapat diganti dengan kambing yang jenis dan
bentuknya persis sama.
Benda terdaftar BW lama Belanda dan KUH Perdata Indonesia tidak
(geregistreerde zaken) mengenal pembedaan ini, tapi BW baru Belanda iya.

vs. Benda terdaftar adalah benda yang pemindahan dan


pembebanannya harus didaftarkan dalam buku atau register
Benda tidak terdaftar umum; importance terletak pada pembuktian kepemilikan.

(ongeregristreerde zaken)
Benda tidak terdaftar disebut juga benda tidak atas nama,
pada umumnya merupakan benda bergerak yang tidak sulit
membuktikan kepemilikannya.

5
BENPER Dyah Ayu Saraswati (FH UI 2018)

Jenis Deskripsi

Benda bergerak a. Cara Membedakan

(roerend zaken) Kebendaan tidak bergerak dibagi menjadi tiga golongan:

1) Benda tidak bergerak karena sifatnya (Ps. 506 KUH


vs. Perdata)

Contoh: tanah dan segala sesuatu yang melekat atau
Benda tidak bergerak didirikan di atasnya.

2) Benda tidak bergerak karena peruntukannya atau


(onroerend zaken)
tujuan pemakaiannya (Ps. 507 KUH Perdata)

Contoh: pabrik dan barang-barang yang
dihasilkannya, mesin-mesin di dalamnya, dsb.

3) Benda tidak bergerak karena ketentuan undang-


undang

Contoh: hak pakai hasil, hak pakai kebendaan tidak
bergerak, hak pengabdian tanah, hak numpang
karang, hak usaha, dll. (Ps. 508). Also, kapal yang >=
20m3 dapat dibukukan sebagai benda tidak bergerak
(Ps 314 KUH Dagang).

Kebendaan bergerak dibagi menjadi dua golongan:

1) Benda bergerak karena sifatnya (Ps. 509-510 KUH


Perdata)

Benda-benda yang dapat berpindah atau dapat
dipindahkan, contoh: ayam, kambing, buku, pensil,
meja, kursi, dll.

2) Benda bergerak karena ketentuan undang-undang


(Ps. 511 KUH Perdata)

Contoh: hak pakai hasil dan hak pakai atas benda-
benda bergerak, hak atas bunga-bunga yang
diperjanjikan, penagihan-penagihan atau piutang-
piutang, saham-saham atau andil-andil dalam
persekutuan dagang, dll.

b. Manfaat Pembedaan

1) Kedudukan berkuasa (bezit)



Bezit atas benda bergerak berlaku sebagai titel yang
sempurna. Menurut Pasal 1977 ayat (1) KUH
Perdata, barang siapa yang menguasai benda
bergerak dianggap sebagai pemilik. However,
mereka yang menguasai benda bergerak, belum
tentu pemilik benda bergerak tersebut.

2) Penyerahan (levering)

Pasal 612 KUH Perdata: levering benda bergerak
dapat dilakukan dengan penyerahan nyata (yg
sekaligus jadi penyerahan yuridis). 

Pasal 616 KUH Perdata: levering benda tidak
bergerak dilakukan melalui pengumuman akta yang
bersangkutan seperti dengan cara yang diatur dalam
Pasal 620 KUH Perdata.

3) Pembebanan (bezwaring)

Pembebanan terhadap benda bergerak berdasarkan
Pasal 1150 KUH Perdata harus dilakukan dengan
gadai, sedangkan pembebanan terhadap benda tidak
bergerak menurut Pasal 1162 KUH Perdata harus
dilakukan dengan hipotik. 

—> Tanah (+ the gang) kena Hak tanggungan, hipotik
yang ada di KUH Perdata hanya dibebankan thd
pesawat dan helikopter (Ps. 12 UU No. 15 Tahun
1992 ttg Penerbangan) serta kapal (Ps 314 KUHD &
Ps 49 UU No. 21 Tahun 1992 ttg Pelayaran)
6
BENPER Dyah Ayu Saraswati (FH UI 2018)

Jenis Deskripsi

Benda bergerak 4) Daluwarsa (verjaring)



(roerend zaken) Terhadap benda bergerak, tidak dikenal daluwarsa
sebab bezit atas benda bergerak adalah sama
vs. dengan eigendom.

Terhadap benda tidak bergerak dikenal daluwarsa,
Benda tidak bergerak karena menurut Pasal 610 KUH Perdata, hak milik
(onroerend zaken) atas sesuatu kebendaan diperoleh karena daluwarsa.
Daluwarsa yang dimaksud ada pada Pasal 1963 KUH
Perdata:

a) Seseorang selama 20 tahun menguasai benda


tidak bergerak, suatu bunga, atau suatu piutang
lain yang tidak harus dibayar atas tunjuk dengan
itikad baik dan dengan alasan hak yang sah
dapat menjadi pemilik hak yang bersangkutan.

b) Seseorang menguasainya selama 30 tahun asal


dengan itikad baik tidak perlu menunjukkan alas
haknya dapat menjadi pemilik benda tersebut.

Kedua ketentuan itu tidak berlaku lagi (Ps. 24 & 32


PP No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah)

hak kebendaan

hak perdata

Hukum perdata yang berlaku saat ini merupakan suatu sistem hukum yang bersifat
subjektif yang di dalamnya mengandung hukum harta kekayaan.

Dalam hukum harta kekayaan para pihak sendiri yang menentukan sifat dan isi hubungan
hukum antara mereka; lazim disebut hak perdata. Hak perdata tersebut dapat dibagi
dalam hak absolut (ius in re) dan hak relatif (ius ad rem).

HAK ABSOLUT PERDATA

a. Hak absolut atas suatu benda, disebut juga hak kebendaan (zakelijke recht), diatur
dalam Buku II KUH Perdata.

b. Hak absolut yang juga berkaitan dengan pribadi seseorang, disebut juga hak
kepribadian (persoonlijkeheids recht), misal hak hidup, hak merdeka, hak atas
kehormatan, dll.

c. Hak absolut yang berkaiwan dengan orang dan keluarga, disebut juga hak
kekeluargaan (familieheids recht).

d. Hak absolut atas benda tidak berwujud (immaterieel recht), misalnya hak erk, hak
paten, dan hak pengarang.

Hak relatif juga merupakan bagian dari hak perdata dan digolongkan sebagai hak
perorangan (persoonlijke recht) dan berkaitan erat dengan hukum perikatan Buku III KUH
Perdata.

7
BENPER Dyah Ayu Saraswati (FH UI 2018)

ciri-ciri hak kebendaan

a. Bersifat absolut, yaitu dapat dipertahankan terhadap tuntutan setiap orang.

b. Droit de suite atau zaaksgevolg, artinya suatu hak yang terus mengikuti pemilik benda,
atau hak yang mengikuti bendanya di tangan siapa pun (het recht volgt de eigendom
van de zaak).

c. Droit de preference (prioritas), artinya hak yang didahulukan atau diutamakan. (Pasal
1132 dan 1133 KUH Perdata)

d. Hak menuntut kebendaan (revindicatie), yaitu hak menuntut/menggugat pengembalian


haknya dalam keadaan semula. Hak menuntut ini timbul sebagai akibat asas droit de
suite hak kebendaan. (Pasal 574 KUH Perdata)

e. Hak sepenuhnya untuk memindahkan.

perbedaan dengan hak perorangan

a. Hak kebendaan bersifat absolut atau dapat dieprtahankan terhadap tuntutan setiap
orang, sedangkan hak perorangan bersifat relatif dan hanya dapat dipertahankan
terhadap orang tertentu, yakni pihak lawannya dalam perjanjian (wederpartij).

b. Dalam hak kebendaan, hubungan hukum antara seseorang dengan suatu benda
bersifat langsung, sedangkan hak perorangan menimbulkan hubungan hukum pihak-
pihak yang berikat dengan suatu benda/hak.

c. Hak kebendaan bersifat diutamakan atau didahulukan, sedangkan hak perorangan


mengenal asas kesamaan atau keseimbangan hak.

d. Dalam terjadi tuntutan atau gugatan:



Pada hak kebendaan, disebut gugat kebendaan dan dapat dilakukan terhadpa siapa
saja yang mengganggu haknya.

Pada hak perorangan, disebut gugat perorangan dan hanya dapat dilakukan terhadap
pihak lawannya dalam perjanjian

8
BENPER Dyah Ayu Saraswati (FH UI 2018)

e. Pada hak kebendaan, pemindahan dapat dilakukan sepenuhnya. Pada hak


perorangan, kemungkinan pemindahan adalah terbatas.

f. Hak kebendaan mengenal berlakunya asas perlindungan (Pasal 1977 ayat (1) KUH
Perdata), sedangkan hak perorangan tidak mengenal asas perlindungan.

g. Kepailitan juga berbeda, tapi ga dijelasin di buku.

batas-batas hak kebendaan

1. Keadaan yang berkaitan dengan ciri droit de suite.



Droit de suite tidak berlaku lagi pada bezit karena adanya Pasal 1977 ayat (1) KUH
Perdata, di mana bezit atas benda bergerak berlaku sebagai title yang sempurna. Jika
atas benda bergerak tersebut ternayta ada pemilik sejatinya, maka penguasaan oleh
orang lain itu akan merugikan dirinya karena ia harus terlebih dahulu menuntut haknya
kepada orang yang menguasainya.

2. Tentang utang piutang yang diistimewakan (bevoorrechte schulden).



Sifat utang piutang: hak kebendaan, diatur dalam Buku II KUH Perdata.

Materi utang piutang: diatur dalam Buku III KUH Perdata yang notabene bersifat hak
perorangan.

3. Hak perorangan yang mempunyai ciri hak kebendaan.



Ada pada Pasal 1365 KUH Perdata yang melindungi seseorang dari gangguan pihak
ketiga, jadi sifatnya mengikat dan mutlak.

4. Sewa menyewa yang mempunyai ciri hak perorangan diatur dalam Buku III KUH
Perdata. 

Pasal 1576 ayat (1) KUH Perdata menyatakan dengan dijualnya barang yang disewa,
suatu persewaan yang dibuat sebelumnya tidak dapat diputuskan, kecuali telah
diperjanjikan.

5. Hal yang berkaitan dengan ciri droit de preference atau prioritas. 



Hak perorangan juga memiliki sifat priroitas, misalnya dalam hal jual beli atau sewa
menyewa.

pembedaan hak kebendaan

Pembedaan Hak-Hak Kebendaan

Hak kebendaan yang memberi Kenikmatan yang diberikan hak kebendaan dapat terjadi
kenikmatan atas benda milik sendiri maupun atas benda milik orang lain.
(zakelijk genotsrecht) Hak yang termasuk dalam zakelijk genotsrecht ialah hak
menguasai (bezit) dan hak milik (eigendom), sedangkan hak
atas benda milik orang lain misalnya erfpacht, opstal,
vruchtgebruik, dan servituut atau erfdienstbaarheid.
Hak kebendaan yang memberi Jaminan yang diberikan hak kebendaan dasarnya terjadi
jaminan atas benda milik orang lain, antara lain gadai, hipotek (dalam
(zakelijk zekerheids recht) KUH Perdata), crediet verband dan fidusia (di luar KUH
Perdata).

9
BENPER Dyah Ayu Saraswati (FH UI 2018)

Selain kedua di atas, ada pula hak-hak yang bukan merupakan hak kebendaan tetapi
mempunyai sifat kebendaan dan memberiakn jaminan yaitu hak istimewa (privilege) dan
hak menahan (retentie).

Zakelijk Genotsrecht Atas Benda Milik Orang Lain

Erfpacht (hak usaha) Hak kebendaan yang memberi kepada pemegangnya, hak
[Pasal 720 KUH Perdata] untuk menikmati secara penuh benda milik orang lain
dengan kewajiban membayar kepada pemiliknya sejumlah
uang sewa (canon).

Hak erfpacht dapat diwariskan, dialihkan, dan dijadikan


jaminan utang.
Opstal (hak numpang karang) Hak kebendaan yang memberi kepada pemegangnya hak
[Pasal 711 KUH Perdata] untuk memiliki bangunan atau tanaman di atas tanah milik
orang lain. Berjangka waktu 30 tahun dan dapat dijadikan
jaminan utang.
Vruchtgebruik Hak kebendaan yang memberi kepada pemegangnya hak
(hak pakai/menikmati hasil) untuk menarik hasil dari benda milik orang lain seolah-olah
[Pasal 756 KUH Perdata] benda tersebut miliknya sendiri.

Jangka waktunya biasanya diperjanjikan, dapat dipindahkan,


dan digunakan sebagai pelunasan utang.
Servituut / Erfdienstbaarheid Beban yang diletakkan atas suatu pekarangan guna
(pengabdian pekarangan) keperluan atau kepentingan pekarangan yang berbatasan.
[Pasal 674 KUH Perdata]
Oogstverband Hak kebendaan yang memberi kepada pemegangnya hak
[Koninklijk Besluit S.1886 No. untuk menikmati panen yang akan diperolehnya dari suatu
57, 24 Januari 1886] perkebunan seperti teh, kopi, dan sebagainya yang dapat
dibebankan dalam perjanjian pinjam meminjam sejumlah
uang sebagai jaminan pelunasan utang.

Dengan berlakunya UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
(“UUPA”), ada pula hak-hak atas tanah yang diatur didalamnya:

1. Hak Milik (Pasal 20 UUPA)

2. Hak Guna Usaha (Pasal 28 UUPA)

3. Hak Guna Bangunan (Pasal 35 UUPA)

4. Hak Pakai (Pasal 41 UUPA)

5. Hak Sewa (Pasal 44 UUPA)

10
BENPER Dyah Ayu Saraswati (FH UI 2018)

bezit

pengertian

Pengertian Bezit

Pasal 585 Burgerlijk Wetboek Bezit adalah keadaan memegang atau menikmati sesuatu
Belanda benda yang dikuasai seseorang baik atas upaya sendiri,
maupun dengan perantaraan orang lain, seolah-olah benda
itu adalah miliknya sendiri.
Pasal 529 KUH Perdata Bezit adalah kedudukan seseorang yang menguasai suatu
kebendaan, baik dengan diri sendiri, maupun dengan
perantaraan orang lain, dan yang mempertahankan atau
menikmatinya selaku orang yang memiliki kebendaan itu.
Subekti Bezit (=kedudukan berkuasa) adalah suatu keadaan lahir, di
mana seseorang menguasai suatu benda seolah-olah itu
kepunyaannya sendiri, keadaan mana oleh hukum
diperlindungi, dengan tidak mempersoalkan hak milik atas
benda sebenarnya ada pada siapa.
Sri Soedewi Bezit adalah keadaan memegang atau menikmati sesuatu
benda di mana seseorang menguasainy abaik sendiri
ataupun dengan perantaraan orang lain seolah-olah itu
adalah kepunyaan sendiri.

Dapat disimpulkan bahwa bezit mendekati atau hampir sama dengan hak milik/eigendom.
Bedanya, eigendom menunjukkan suatu hubungan hukum dengan pemiliknya, sedangkan
bezit menunjukkan adanya hubungan nyata antara pemegang dan bendanya. Pada bezit,
seseorang yang menguasai suatu benda belum tentu pemilik sejati benda tersebut.

ITIKAD BAIK vs ITIKAD JAHAT dalam Bezit


Pengertian Bezit

Pasal 531 KUH Perdata Bezit disebut te goeder trouw (itikad baik) jika pemegangnya
dengan jujur mengira ia pemilik sejati benda yang
dikuasainya tanpa mengetahui cacat cela ayng terkandung
di dalamnya.
Pasal 532 KUH Perdata Bezit disebut te kwader trouw (itikad buruk) jika
pemegangnya mengetahui bahwa ia bukan pemilik sejati
benda yang dikuasainya.

Pasal 533 KUH Perdata menganggap itikad baik akan selalu ada, selama tidak ada
tuduhan yang terbukti bahwa ia mempunyai itikad buruk.

Pasal 534 KUH Perdata menyatakan setiap bezitter yang tidak terbukti penguasaannya
dilakukan untuk orang lain, maka dianggap dikuasai untuk diri sendiri.

Pasal 535 KUH Perdata menyatakan setiap bezitter yang menguasai benda untuk orang
lain, selama tidak terbukti sebaliknya, harus dianggap meneruskan kedudukan itu.

11
BENPER Dyah Ayu Saraswati (FH UI 2018)

Jadi, siapapun yang menguasai benda berdasarkan bezit, akan selalu dianggap bezitter
to goeder trouw.

syarat-syarat bezit

a. Corpus

Antara seseorang dengan suatu benda harus ada hubungan dalam bentuk kekuasaan
nyata.

b. Animus

Hubungan antara orang dengan benda itu memang dikehendaki; kehendak itu harus
dari orang yang berhak (beschikkingsbevoegd), bukan kemauan dari orang-orang di
bawah pengampuan.

macam-macam bezit

Macam-Macam Bezit

Burgerlijk Bezit Generally known as bezit, orangnya disebut bezitter.

Jika bezitter mempunyai kehendak untuk memiliki suatu


benda bagi dirinya sendiri, misalnya melalui jual-beli.
Natuurlijke Bezit Also known as detentie atau houderschap, orangnya
disebut detentor atau houder.

Jika orang yang menguasai suatu benda tidak mempunyai


kehendak untuk memiliki benda tersebut bagi dirinya sendiri,
misal dalam sewa-menyewa atau pinjam-meminjam.
Bezit atas hak eigendom dapat terjadi atas hak-hak kebendaan lainnya. Sesoerang yang
mempunyai hak eigendom memiliki dua unsur sekaligus, yaitu sebagai eigenaar artinya
secara yuridis memiliki suatu benda dan sebagai bezitter yaitu menguasai benda
tersebut.

BEZIT ATAS HAK EIGENDOM

Macam-Macam Bezit

Eigendomsbezit Penguasaan yuridis berimpitan dengan penguasaan nyata,


karena bezitter adalah eigenaar suatu benda.
Burgerlijk Bezit Seseorang menguasai suatu benda secara nyata dan
bersikap seperti seorang pemilik serta berkeinginan untuk
menjadi pemilik, tapi sebenarnya bukan pemilik sejati.

12
BENPER Dyah Ayu Saraswati (FH UI 2018)

Macam-Macam Bezit

Natuurlijke Bezit Seseorang secara murni menguasai benda tanpa kehendak


untuk memilikinya.

Dalam natuurlijke bezit, seorang bezitter dapat berubah


menjadi houder/detentor dan sebaliknya; tindakan ini
disebut sebagai interventie bezit atau pertukaran bezit.

Syarat terjadi interventie bezit:

1. Harus ada perubahan kehendak dari bezitter.

2. Harus diperjanjikan antara pihak yang berkepentingan;


ada kesepakatan antara kedua belah pihak. 

(Pasal 536 KUH Perdata)

cara memperoleh bezit

Pasal 538 KUH Perdata:

“Bezit atas suatu kebendaan diperoleh dengan cara menarik kebendaan itu dalam
kekuasaannya, dengan maksud mempertahankannya untuk diri sendiri.”

Kesimpulan:

1. Ada tindakan aktif: “menarik” suatu kebendaan.



Sort of inaccurate, since kalau dapet waris kan gak secara aktif ngambil…

2. Ada niat menguasai benda tersebut untuk diri sendiri. 



Only applicable to eigendomsbezit dan burgerlijk bezit, karena corpus-animus-nya
terpenuhi di dua itu. Natuurlijke bezit cuma terpenuhi corpus.

Cara memperoleh bezit benda bergerak dan benda tidak bergerak beda. Tapi generally
speaking, sesuai yang diatur dalam Pasal 504 KUH Perdata, ada dua cara:

Cara Memperoleh Bezit

Occupatio Tindakan menduduki atau menguasai suatu benda, baik


bergerak maupun tidak bergerak yang tidak ada pemiliknya.
Cara memperolehnya secara originair/asli tanpa bantuan
orang lain.

Contoh:

- Mancing ikan

- Metik buah

- Harvest madu

Benda-benda bergerak tanpa pemilik = res nullius.

Selama benda-benda itu masih melekat di tempat aslinya:


benda tidak bergerak. Setelah diambil/dipetik: benda
bergerak.

Bezit atas benda tidak bergerak yang diperoleh melalui


occupatio dapat disimpulkan dari:

13
BENPER Dyah Ayu Saraswati (FH UI 2018)

Cara Memperoleh Bezit

Occupatio Pasal 545 ayat (1) KUH Perdata:

Seseorang yang menguasai benda tidak bergerak akan


menjadi bezitter setelah satu tahun menikmatinya tanpa
gangguan apapun. (=annaal bezit)

Pasal 1963 KUH Perdata:

a. Siapa yang dengan itikad baik dan alasan yang sah


memperoleh hak milik atas suatu benda tidak bergerak
setelah menguasai selama 20 tahun berturut-turut.

b. Siapa yang dengan itikad baik menguasai selama 30


tahun memperoleh hak milik tanpa perlu menunjukkan
alas haknya.

(Dua di atas tidak berlaku lagi kalau atas tanah, udah ada
UUPA)
Traditio (Levering) Pengoperan/Penyerahan. Sifatnya derivatief, seseorang
memperoleh suatu benda melalui penyerahan dari orang lain
yang telah lebih dulu menduduki atau menguasai benda
tersebut.

Pasal 541 KUH Perdata:

Bezitter yang meninggal dunia, atas segala apa yang


sewaktu hidupnya ia kuasai akan pindah saat itu juga
kepada ahli warisnya meliputi segala sifat dan cacat celanya.

Pasal 1977 ayat (2) KUH Perdata:

Barang siapa yang kehilangan atau kecurian suatu barang,


dalam jangka waktu tiga tahun sejak hilangnya atau
dicurinya barang tersebut, berhak menuntut kembali
barangnya di tangan siapa pun barang tersebut berada.

—> Penemu suatu benda bergerak akan berpredikat


bezitter, terbatas hanya sampai pada saat dituntut dan
dikuasai kembali oleh pemilik sejati.

Menurut Ny. Frieda Hasbullah, seseorang dapat disebut bezitter atas benda tidak
bergerak sejak pertama kali ia menguasai benda tersebut, yang membedakan hanyalah
statusnya sebagai eigenaar, bezitter, atau houder.

1. Corpus + Animus + Dapat membuktikan kepemilikan yuridis = Eigenaar.

2. Corpus + Animus + Tidak dapat membuktikan kepemilikan yuridis = Bezitter.

3. Corpus - Animus = Houder.

hak-hak yang timbul karena bezit

Fungsi Bezit

Fungsi Polisionil - Bezit mendapat perlindungan hukum berdasarkan


kenyataan yang bersangkutan memang mendudukinya
tanpa mempersoalkan hak milik atas benda ada pada
siapa.

- Siapa yang mendudukinya, sekalipun pencuri, dia


dilindungi sampai terbukti di pengadilan dia tidak berhak.

- Fungsi ini ada pada tiap bezitter.


14
BENPER Dyah Ayu Saraswati (FH UI 2018)

Fungsi Bezit

Fungsi Zakenrechtelijk - Setelah sekain lama menduduki tanpa ada protes dari
pemilik, maka keadaan menguasai tersebut berubah
menjadi hak milik melalui verjaring.

- Fungsi ini tidak ada pada tiap bezit, karena syarat


mendapatkan hak milik melalui verjaring hanya pada
burgerlijk bezit saja.

Hak-Hak atas Kebendaan Bezitter

Bezitter Beritikad Baik 1. Bezitter untuk sementara waktu harus dianggap sebagai
[Pasal 548 KUH Perdata] pemilik benda sampai ada haknya dituntut kembali di
muka hakim.

2. Bezitter dapat memeproleh hak milik atas suatu benda


karena daluwarsa.

3. Bezitter berhak menikmati hasil kebendaan sampai saat


terjadinya penuntutan kembali di muka hakim.

4. Bezitter harus dieprtahankan atau dipulihkan


kedudukannya jika saat ia mendudukinya mendapatkan
gangguan atau kehilangan kedudukannya.
Bezitter Beritikad Buruk 1. Bezitter untuk sementara harus dianggap pemilik benda
[Pasal 549 KUH Perdata] sampai ia dituntut kembali di muka hakim.

2. Bezitter berhak menikmati hasil kebendaan yang


bersangkutan dengan kewajiban akan
mengembalikannya kepada yang berhak.

3. Bezitter harus dipertahankan atau dipulihkan


kedudukannya jika saat ia mendudukinya, mendapatkan
gangguan atau kehilangan kedudukannya.

Pasal 550 KUH Perdata: bezitter yang mendapat gangguan dapat mengajukan tuntutan/
gugatan di muka hakim, wajib diajukan dalam jangka waktu satu tahun lamanya terhitung
sejak ia mendapat gangguan, disebut gugat bezit.

Gugat bezit yang dapat dilakukan:

1. Jika ia mendapat gangguan, bezitter berhak menuntut kepada hakim agar ia


dipertahankan dalam kedudukannya semula. [Pasal 550 KUH Perdata]

2. Meminta kepada hakim agar gangguan terhadapnya dihentikan.

3. Meminta kepada hakim untuk mendapatkan penggantian biaya, rugi, dan bunga.
[Pasal 559 KUH Perdata]

As usual, kalo tanah udah ga berlaku gugat bezit.

bezit atas benda bergerak

Pasal 1977 ayat (1) KUH Perdata:

“Terhadap benda bergerak yang tidak berupa bunga, maupun piutang yang tidak harus
dibayar kepada si pembawa, maka barang siapa yang menguasainya dianggap sebagi
pemiliknya.”

15
BENPER Dyah Ayu Saraswati (FH UI 2018)

Dari rumusan Pasal 1977 ayat (1) KUH Perdate tersebut, dapat disimpulkan bahwa bezit
atas benda bergerak berlaku sebagai alas hak (titel) yang sempurna. Dengan demikian,
bezitter yang menguasai suatu benda bergerak dianggap eigenaar benda tersebut.

Pasal 1977 ayat (1) KUH Perdata memiliki ketentuan daluwarsa yang membebaskan dari
suatu perutangan (extinctieve verjaring) tanpa ada tenggang waktu, karena siapa saja
yang menguasai suatu benda bergerak maka seketika itu juga bebas dari tuntutan
pemilik.

Perbedaan Penafsiran Pasal 1977 ayat (1) KUH Perdata

Eigendoms Theorie Pengemuka: Meijers, penganut: Diephuis.

Penafsirannya gramatikal, jadi bezit atas benda bergerak


berlaku sebagai titel yang sempurna. Berarti, eigendoms
theorie tidak mematuhi dua syarat yang diatur dalam Pasal
584 KUH Perdata, di mana harus ada titel yang sah dan
dilakukan oleh orang yang mempunyai kewenangan/berhak
berbuat bebas.

Menurut teori ini, yang penting bezit haruslah bezit yang


jujur, and that’s it.
Legitimatie Theorie Pengemuka: Paul Scholten, penganut: banyak.

Bezit atas benda bergerak tidak sama dengan eigendom,


tetapi siapa saja yang secara jujur menguasainya, dilindungi.

Seorang bezitter harus memiliki titel yang sah, tetapi tidak


perlu membuktikan apakah benda tersebut berasal dari
orang yang mempunyai kewenangan untuk menguasai
benda itu atau tidak.

Ketentuan pasal ini tidak berlaku bagi benda-benda yang


hilang/berasal dari pencurian. Orang yang merasa
kehilangan atau kecurian barang bergerak dapat meminta
kembali (revindicatie) dari orang yang menguasainya.

Paul Scholten memberikan pelembutan hukum


(rechsverfijning), artinya perlindungan yang diberikan oleh
pasal ini hanya berlaku terhadap perbuatan-perbuatan
dalam lalu lintas perdagangan (handelsdaden).

Ketentuan Pasal 1977 KUH Perdata sebenarnya hanya memberikan perlindungan


terhadap pihak ketiga yang jujur dengan mengorbankan pemilik sejati. Perlindungan yang
diberikan tidak berlaku atas benda-benda atas nama atau yang terdaftar.

16
BENPER Dyah Ayu Saraswati (FH UI 2018)

hak milik

eigendom
Eigendom diartikan sebagai milik pribadi, sedangkan eigendomsrecht berarti hak milik
pribadi. Dalam sistem KUH Perdata, hak eigeondom adalah hak atas sesuatu benda yang
pada hakekatnya selalu bersifat sempurna walaupun dalam kenyataannya tidak demikian.
Hal ini berhubungan dengan dimungkinkannya hak-hak lain melekat pada benda yang
berstatus eigendom, seperti hak erfpacht, hak opstal, hak servituut, hak sewa, dll.

Pasal 570 KUH Perdata:

“Hak untuk menikmati manfaat suatu kebendaan dengan leluasa, dan dengan kedaulatan
sepenuhnya berbuat bebas terhadap kebendaan itu, asal tidak bertentangan dengan
undang-undang atau peraturan umum yang dietapkan oleh penguasa yang berwenang
dan tidak mengganggu hak-hak orang lain; kesemuanya itu dengan tak mengurangi
kemungkinan pencabutan hak tersebut demi kepentingan umum berdasarkan atas
ketentuan undang-undang dan dengan pembayaran sejumlah ganti rugi.”

Jadi, dapat disimpulkan:

1. Penguasaan dan penggunaan suatu benda dengan sebebas-bebasnya.


- Dapat melakukan perbuatan hukum (i.e. pengalihan, pembebanan, sewa, dst.)

- Dapat melakukan perbuatan materil (i.e. memakai, memelihara, merusak)

Hak eigendom adalah hak yang absolut dalam arti tak dapat diganggu gugat dan
paling sempurna (asas accessie). Namun, ada batasan dalam hal pertanahan dan
yang melekat di atasnya. Makanya menurut Sri Soedewi, hak eigendom memiliki sifat
elastis atau mulur mengkret.

2. Pembatasan oleh undang-undang dan peraturan umum.


1) Dibatasi oleh Hukum Administrasi Negara melalui campur tangan penguasa.

2) Adanya hukum tetangga, antara lain:

- Kewajiban bagi pemilik tanah yang letaknya rendah untuk menerima aliran air
dari tanah yang lebih tinggi dengan ketentuan tidak boleh dibendung.

- Kewajiban bagi pemilik pekarangan yang ada di tengah untuk membuka jalan
keluar menuju jalan umum bagi keperluan tetangganya.

Dalam penggunaan eigendom tidak boleh ada penyalahgunaan hak (misbruik von
recht) hingga menimbulkan kerugian baik moril maupun materil kepada orang lain.
Perbuatan yang dikategorikan sebagai misbruik van recht menurut Sri Soedewi,
berdasarkan pendapat:

a. Jurisprudensi dan pendapat yang lazim (heersendeleer):



- Penggunaan eigendom tidak masuk akal

- Perbuatan menggunakan eigendom itu dilakukan untuk merugikan orang lain

b. Pitlo

- Manfaat yang diperoleh orang yang melakukan perbuatan menggunakan hak
17
BENPER Dyah Ayu Saraswati (FH UI 2018)

milik tidak seimbang dari pada kerugian yang diderita orang lain, itu termasuk
misbruik van recht.

3. Tidak menimbulkan gangguan (hinder) terhadap hak orang lain.


Unsur-unsurnya:

1) Ada perbuat melawan hukum (onrechtmatige daad) [Pasal 1365 KUH Perdata].

2) Perbuatan tersebut menghilangkan atau mengurangi kenikmatan yang


seyogyanya dimiliki seseorang.

Pedoman untuk menggugat atas hinder yang diatur dalam Pasal 1365 KUH Perdata
menurut ahli hukum:

1) Gangguan itu harus dilakukan terhadpa penggunaan hak milik secara normal, dan
harus ditinjau dari ukuran yang objektif.

2) Gangguan itu harus berkaitan dengan hak milik yang dipakai sendiri, karena sering
kali terjadi seorang justru memperoleh kenikmatan di atas hak milik orang lain.

3) Gangguan juga harus mengenai pemakaian yang sesungguhnya dari hak milik
seseorang.

4. Kemungkinan pencabutan hak dengan pembayaran sejumlah ganti rugi.


Hak eigendom dapat dicabut setelah terlebih dahulu mendaftarkan keputusan
tersebut dalam Daftar Umum. Tidak tertutup kemungkinan penguasa atau jajaran
yang lebih rendah dapat melakukan pencabutan hak asalkan ada pendelegasian dari
penguasa yang berwenang. Cara memperoleh hak eigendom melalui pencabutan hak
(onteigening) ini tidak dicantumkan dalam Pasal 584 KUH Perdata.

CIRI-CIRI HAK EIGENDOM


1. Absolut, artinya terkuat dan terpenuh dan dapat dipertahankan terhadap setiap orang.

2. Merupakan hak yang paling luas, artinya pemilik dapat berbuat apa saja atas
bendanya.

3. Merupakan hak induk terhadap hak-hak kebendaan lain.

4. Memiliki sifat yang tetap artinya tidak akan lenyap walaupun hak-hak lain
menimpanya, sedangkan hak kebendaan lain dapat lenyap jika menghadapi hak
eigendom.

5. Mengandung benih dari semua hak kebendaan lain.

BERLAKUNYA UUPA

Dengan adanya UUPA, pasal-pasal dalam KUH Perdata tidak berlaku lagi sepanjang
mengani bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.

Secara umum, pasal-pasal yang dicabut dari Buku II KUH Perdata ialah sebagai berikut:

1. Bab I: Pasal 520 s.d. 525.

2. Bab II: Pasal 545, 552, 553, 562, 565.

3. Bab III: Pasal 571, 586 s.d. 605, 616 s.d. 624.

4. Buku IV: Pasal 625 s.d. 672.

18
BENPER Dyah Ayu Saraswati (FH UI 2018)

5. Bab V: Pasal 673 (indirectly)

6. Bab VI: Pasal 674 s.d. 710.

7. Bab VII: Pasal 711 s.d. 719.

8. Bab VIII: Pasal 720 s.d. 736.

9. Bab IX: Pasal 737 s.d. 755.

10. Bab X: Pasal 760 ayat (1), 762, 766 s.d. 772 ayat (3), 733 s.d. 777, 793 ayat (2), 794
ayat (1) s.d. 797, 799, 802, 811 ayat (2) dan (3), serta Pasal 812.

11. Bab XI: Pasal 821, 825 s.d. 829.

UUPA terdiri dari lima bagian:

1. Pertama: Terdiri dari 4 bab, Pasal 1 s.d. 58.

2. Kedua: Ketentuan-ketentuan konversi, Pasal I s.d. Pasal IX.

3. Ketiga, Keempat, Kelima: Perubahan susunan pemerintahan desa, hapusnya hak-hak


dan wewenang atas bumi dan air dari swapraja dan yang beralih kepada negara.

Dalam UUPA ada perbedaan prinsipil khususnya menyangkut hak eigendom. Hak milik
dalam penggunaannya menurut UUPA adalah sebagai berikut:

1. Penggunaan hak milik tidak boleh disalahgunakan apalagi dirusak.

2. Hak milik atas tanah mempunyai fungsi sosial dan digunakan untuk kepentingan
masyarakat (Pasal 6 dan 20 UUPA).

3. Menganut asas pemisahan horizontal yaitu pemisahan antara tanah dengan bangunan
atau tanaman yang terletak di atasnya.

Essentially, yang ditonjolkan UUPA adalah asas kemasyarakatan dan fungsi sosial.

Hak milik menurut UUPA dibatasi aturan sebagai berikut:

1. Hak atas tanah tidak boleh smeata-mata dipergunakan untuk kepentingan pribadi,
tetapi harus juga sesuai dengan kepentingan umum.

2. Tidak boleh menimbulkan kerugian bagi orang lain.

3. Harus dipelihara baik-baik.

4. Pemerintah mengawasi penyerahan hak atas tanah.

5. Pemerintah mengawasi hak monopoli atas tanah.

Batasan-batasan tsb. menunjukkan bahwa hak milik bukan merupakan lambang


kekuasaan atau hak asasi yang tidak terbatas, tetapi dibatasi oleh kepentingan umum.

Cara memperoleh hak milik menurut UUPA:

1. Terjadinya hak milik menurut hukum adat diatur dengan Peraturan Pemeirntah.

2. Hak milik terjadi karena:

a) Penetapan Pemerintah menurut cara dan syarat-syarat yang ditetapkan dengan


Peraturan Pemerintah

b) Ketentuan Undang-Undang.

19
BENPER Dyah Ayu Saraswati (FH UI 2018)

CARA MEMPEROLEH EIGENDOM MENURUT KUH PERDATA


Pasal 584 KUH Perdata:

“Hak milik atas sesuatu kebendaan tak dapat diperoleh dengan caera lain, melainkan
dengan pemilikan, karena perlekatan, karena daluwarsa, karena pewarisan, baik menurut
undang-undang, maupun menurut surat wasiat, dan karena penunjukan atau penyerahan
berdasar atas suatu peristiwa perdata untuk memindahkan hak milik, dilakukan oleh
seseorang yang berhak berbuat bebas terhadap kebendaan itu.”

Cara Memperoleh Eigendom

Pendakuan/Pemilikan Disebut juga pengambilan. Intinya, penguasaan atas suatu


(Toe-Eigening) benda yang tidak ada pemiliknya dengan maksud untuk
tetap menguasainya dan memilikinya. Cuma bisa di barang
res-nullius. [Pasal 585 KUH Perdata]
Perlekatan Dalam hal tercampur benda pokok dengan benda
(Natrekking) tambahan, maka si pemilik benda pokok juga menjadi
pemilik benda tambahan tersebut. [Pasal 597-589 KUH
Perdata]

Bisa terjadi karena alam ataupun manusia. [Pasal 600 KUH


Perdata]
Lewat Waktu/Daluwarsa Daluwarsa adalah suatu alat untuk memperoleh sesuatu atau
(Verjaring) untuk dibebaskan dari suatu perikatan dengan lewatnya
suatu waktu tertentu dan atas syarat-syarat yang ditentukan
oleh undang-undang. [Pasal 1946 KUH Perdata]

Pasal 610 jo. Buku IV KUH Perdata mengenal dua verjaring:

a. Acquisitieve verjaring

Daluwarsa sebagai alat untuk memperoleh hak-hak
kebendaan, misalnya hak milik.

b. Extinctieve verjaring

Daluwarsa sebagai alat untuk dibebaskan dari suatu
perhutangan.

Hak milik atas suatu kebendaan diperoleh karena daluwarsa


setelah memenuhi persyaratan dan ketentuan undang-
undang yang berlaku.

Pasal 1955 KUH Perdata menyatakan bahwa untuk


memperoleh hak milik atas sesuatu diperlukan bahwa
seseorang menguasainya terus menerus, tak terputus, tidak
terganggu di muka umum, dan secara tegas sebagai pemilik.

Pasal 1963 KUH Perdata — yang panjang dan udah dicancel


sama Pasal 24 PP 24/1997 di atas sana, pas bahas benda
tidak bergerak.

PP 24/1997 juga mengatur bisa dapet hak milik atas tanah


berdasar verjaring setelah 20 tahun menguasai.
Pewarisan Mewaris dapat terjadi berdasarkan ketentaun undang-
(Erfopvolging) undang ataupun testamen (wasiat).

Menurut Pasal 830 KUH Perdata kewarisan terjadi setelah


kematian.
Penyerahan (Levering) There’s a whole section below for this.

20
BENPER Dyah Ayu Saraswati (FH UI 2018)

levering
Levering disebut juga sebagai opdracht, overdracht, atau traditio.

Levering diatur dalam Pasal 612 s.d. 616 KUH Perdata.

Secara yuridis, levering adalah pemindahan hak eigendom atas suatu benda yang berasal
dari seseorang yang berhak memindahkannya kepada oran glain, yangmengakibatkan
orang lain tersebut menjadi pemilik benda yang bersangkutan.

SISTEM LEVERING

Sistem Levering

Sistem Kausal Dianut Diephuis dan Paul Scholten.

[Pasal 584 KUH Perdata]


Sifatnya obligatoir (perjanjian dasar), artinya perjanjian yang
diadakan antara para pihak baru menimbulkan suatu
perikatan yang mengikat para pihak. Dalam sistem kausal,
sah tidaknya pengalihan hak eigendom tergantung pada sah
tidaknya perjanjian obligatoir, jika alas hak (titel) sah, maka
penyerahannya juga sah tetapi jika titel tidak sah, maka
penyerahan juga tidak sah.

Belanda dan Indonesia menggunakan sistem kausal.


Sistem Abstrak Dianut Meijers dan Opzoomer.

Perjanjian bersifat zakelijk, atau sudah tercipta hak


kebendaan. Dengan selesainya perjanjian, tujuan pokok
sudah tercapai yaitu adanya hak kebendaan tanpa harus
ada penyerahan terlebih dahulu. Jadi, sah tidaknya
pengalihan hak eigendom, tidak tergantung pada sah
tidaknya perjanjian obligatoir. Penyerahan dapat sah
walaupun titelnya tidak sah atau tidak ada titel sama sekali.

Dipraktekkan oleh Jerman.


Ada sistem campuran keduanya, diimplementasiin di Perancis.

Sistem campuran Perancis: hak eigendom sudah beralih sejak lahirnya perjanjian atau
tercapainya kata sepakat mengenai barang dan harganya walaupun barang belum
diserahkan dan harga belum dibayar. Hal ini sesuai dengan Pasal 1458 KUH Perdata yang
menaytakan hak kebendaan telah berpindah meskipun bendanya sendiri belum
diserahkan ataupun belum dibayar.

Pasal 1459 kontradiktif dengan Pasal 1458, karena menyatakan hak milik atas barang
yang dijual tidak berpindah selama penyerahannya belum dilakukan.

Pasal 1460 KUH Perdata menyatakan apabila kebendaan yang dijual sudah ditentukan,
maka barang itu tanggungan pembeli meskipun belum diserahkan dan penjual berhak
menuntut harganya.

21
BENPER Dyah Ayu Saraswati (FH UI 2018)

Pasal 1459 telah sesuai dengan sistem kausal yang kita anut, sedangkan Pasal 1458 dan
1460 ialah residu pengaruh sistem campuran Perancis. Oleh karena itu, Mahkamah
Agung Republik Indonesia melalui Surat Edaran No. 3 tahun 1963 menganjurkan kepada
para hakim untuk tidak algi menggunakan beberapa pasal tertentu dari KUH Perdata
termasuk Pasal 1460 tersebut karena dianggap tidak memenuhi keadilan.

FASE-FASE LEVERING DAN PENGALIHANNYA


Fase-Fase Levering

Fase Obligatoir Tahap perjanjian yang menimbulkan suatu perikatan


(Verbintenis). Akibat yang ditimbulkan:

a. Para pihak baru mengikatkan diri akan mengalihkan hak


eigendom, misalnya melalui perjanjian jual-beli, tukar-
menukar, dll.

b. Hanya melahirkan hak dan kewajiban di antara para


pihak, yaitu penjual berkewajiban menyerahkan
barangnya dan berhak memperoleh pembayaran,
sebaliknya pembeli berkewajiban membayar harganya
dan berhak memperoleh barangnya.
Fase Zakelijk Terjadi perjanjian yang bersifat zakelijk (kebendaan) melalui
cara-cara:

a. Para pihak mengadakan perjanjian yang berisikan


pengalihan hak eigendom.

b. Para pihak melakukan perbuatan yuridis dalam bentuk


transfer of ownership artinya hak eigendom beralih dari
penjual kepada pembeli setelah ada penyerahan.

SYARAT-SYARAT LEVERING

1. Harus ada perjanjian kebendaan yang menyebabkan pindahnya hak-hak kebendaan.

2. Harus ada alas hak (titel) yaitu hubungan hukum yang dapat menyebabkan pengalihan
benda, i.e. jual-beli atau tukar-menukar. [Pasal 584 KUH Perdata]

3. Harus ada kewenangan menguasai benda yang merupakan asas nemoplus, yaitu
seseorang tidak dapat mengalihkan suatu hak melebihi apa yang menjadi haknya.
[Pasal 584 KUH Perdata] [contradictive with Pasal 1977 ayat (1)]

4. Penyerahan nyata (feitelijke levering/deliverance) dan penyerahan yuridis (juridische


levering/tradition). 

Penyerahan nyata = tangan ke tangan.

Penyerahan yuridis = benda bergerak sama kaya penyerahan nayta, benda tidak
bergerak dilakukan melalui pendaftaran ke register.

CARA LEVERING

1. Penyerahan Benda Bergerak Berwujud


Lazimnya dilakukan dari tangan ke tangan, as in penyerahan kekuasaan dan
penyerahan fisik suatu benda [Pasal 612 KUH Perdata].

Namun dimungkinkan untuk dilakukan sebagai berikut:

a. Benda-benda bergerak yang penyerahannya cukup menyerahkan kunci gudang


atau gedung tempat benda-benda itu disimpan. [Pasal 612 ayat (1)]

22
BENPER Dyah Ayu Saraswati (FH UI 2018)

b. Penyerahan tidak perlu dilakukan karena bendanya telah dikuasai oleh orang yang
berhak menerimanya. [Pasal 612 ayat (2)] Ada tiga bentuk:

• Levering met de korte hand/Traditio Brevi Manu/literally, “penyerahan lengan


pendek” 

Penerima hak telah menguasai benda atas nama pemilik, jadi levering dapat
dilakukan tanpa penyerahan fisik.

• Levering met de lange hand/Traditio Longa Manu/literally, “penyerahan lengan


panjang”

Benda yang akan dialihkan haknya berada di tangan pihak ketiga; penyerahan
benda terjadi secara fisik antara pihak ketiga kepada penerima.

• Constitutum possessorium 

Penguasaan benda masih berada di tangan penjual/pemilik hak awal karena
hubungan hukum tertentu setelah levering terjadi.

2. Penyerahan Benda Tidak Bergerak


Sebenarnya diatur dalam Pasal 616-620 KUH Perdata, tapi berdasarkan Pasal 24 OV,
tidak diberlakukan di Indonesia. Instead yang berlaku ialah berdasarkan ordonansi
balik nama (overschrijvings ordonantie) S.1834 No. 27 yang menyatakan bahwa
penyerahan terhadap benda-benda tidak bergerak harus dilakukan dengan balik
nama, yaitu melalui pendaftaran di tempat dan dihadapan hakim Raad van Justitie
(RvJ).

Lalu diubah melalui S. 1947 No. 53 jadi di depan Kepala Seksi Pendaftaran Tanah
(Kadaster). Dengan berlakunya UUPA dan PP No. 10 Tahun 1961, pendaftaran hak
atas tanah dan peralihannya di seluruh RI dilakukan oleh Kadaster, sedangkan
pembuatan akte tanah dilakukan oleh PPAT [Pasal 19 PP 10/1961].

Berdasarkan Pasal 5 PP 24/1997 pendaftaran tanah diselenggarakan oleh Badan


Pertanahan Nasional. Terus, tugas pelaksanaan pendaftaran tanah sesuai dalam Pasal
6 ayat (1) PP yang sama dilakukan oleh Kepala Kantor Pertanahan kecuali diatur lain
oleh peraturan perundang-undangan.

Berkaitan dengan penyerahan benda tidak bergerak itu sendiri sebenarnya terjadi
pemisahan antara penyerahan nyata dan penyerahan yuridis. Tanah yang ada dalam
kekuasaan pembeli counts as penyerahan nyata, tapi penyerahan yuridis baru terjadi
jika akta penyerahannya (acte van transport) telah didaftar dalam Register Tanah atau
telah dilakukan balik nama oleh pejabat yang berwenang, daam hal ini Kepala Kantor
Pendaftaran Tanah. Dalam acte van transport dinyatakan bahwa pihak pertama telah
menyerahkan hak atas bendanya kepada pihak kedua, dan pihak kedua menyatakan
telah menerima penyerahan hak tersebut.

23
BENPER Dyah Ayu Saraswati (FH UI 2018)

3. Penyerahan Benda Bergerak Tidak Berwujud


a. Penyerahan Surat Piutang Atas Nama (Vordering op naam)

Vordering op naam = surat yang hanya memungkinkan pembayaran uang kepada


orang yang namanya disebut dalam surat tersebut. [Pasal 1153 KUH Perdata]

Pasal 613 ayat (1) KUH Perdata: penyerahan piutang-piutang atas nama dari
kebendaan tak bertubuh dilakukan dengan jalan membuat sebuah akte otentik
atau di bawah tangan, dengan mana ha-hak atas kebendaan itu dilimpahkan
kepada orang lain.

Secara praktik, penyerahan dilakukan dengan bukti penyerahan hak (cessie).


Cessie diatur dalam Buku II KUH Perdata karena merupakan suatu perjanjian
kebendaan (zakelijke overeenkmst). Pemberi/kreditur lama sebagai penyerah
cessie disebut cedent, sedangkan penerima/kreditur baru disebut cessionaris.

Sesuai ketentuan Pasal 613 ayat (1), cessie piutang atas nama dilakukan dengan
akte otentik atau di bawah tangan (onderhands). Setelah dibuat akte, cessie harus
diberitahu kepada pihak berutang/debitur atau cessus. Penyerahan baru
mempunyai akibat hukum atau mengikat debitur setelah ada pemberitahuan atau
meskipun tanpa pemberitahuan, tetapi debitur mengetahui dan menyetujui secara
tertulis, ia tetap terikat dengan cessie. Cessie tidak tergantung dari keabsahan
rechtstitel-nya, asalkan debitur bertindak dengan itikad baik.

b. Penyerahan Surat Piutang Atas Bawa/Kepada Pembawa (Vordering aan toonder)

Vordering aan toonder = surat yang memungkinkan pembayaran kepada siapa


saja yang memegang atau membawa surat itu. Cara penyerahannya seperti
menyerahkan benda bergerak yang berwujud, yaitu melalui penyerahan nyata atau
penyerahan surat piutang yang bersangkutan [Pasal 613 ayat (3) KUH Perdata];
misal penyeraahan uang kertas, cek [Pasal 182 KUH Dagang], karcis kereta, dll.

c. Penyerahan Surat Piutang Atas Tunjuk (Vordering aan order)

Vordering aan order = surat yang menerangkan tentang pembayaran uang kepada
orang yang telah ditunjuk untuk menerima pembayaran tersebut.

Penyerahannya dengan cara penyerahan surat piutang yang bersangkutan disertai


endossement (catatan punggung) berupa tulisan di balik surat piutang yang
menyatakan kepada siapa surat piutang itu dialihkan [Pasal 613 ayat (3) KUH
Perdata]; misal wesel [Pasal 110 KUH Dagang], cek [Pasal 191 KUH Dagang].

24
BENPER Dyah Ayu Saraswati (FH UI 2018)

4. Penyerahan Hak-Hak
a. Hak Merek (UU No. 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis)

Pasal 1 angka 1: Merek adalah tanda yang dapat ditampilkan secara grafis untuk
membedakan barang dan/atau jasa yang diproduksi oleh orang atau badan
hukum dalam kegiatan perdagangan barang dan/atau jasa.

Pasal 20: Merek tidak dapat didaftar jika:

a. bertentangan dengan ideologi negara, peraturan perundang-undangan,


moralitas, agama, kesusilaan, atau ketertiban umum;

b. sama dengan, berkaitan dengan, atau hanya menyebut barang dan/atau jasa
yang dimohonkan pendaftarannya;

c. memuat unsur yang dapat menyesatkan masyarakat tentang asal, kualitas,


jenis, ukuran, macam tujuan penggunaan barang dan/atau jasa yang
dimohonkan pendaftarannya atau merupakan nama varietastanaman yang
dilindungi untuk barang dan/atau jasa yang sejenis;

d. memuat keterangan yang tidak sesuai dengan kualitas, manfaat, atau khasiat
dari barang dan/atau jasa yang diproduksi;

e. tidak memiliki daya pembeda; dan/atau

f. merupakan nama umum dan/atau lambang milik umum.

Pasal 41 ayat (1): Hak atas Merek terdaftar dapat beralih atau dialihkan karena:

a. pewarisan;

b. wasiat;

c. wakaf;

d. hibah;

e. perjanjian; atau

f. sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan.

Pasal 41 ayat (3): Pengalihan Hak atas Merek terdaftar dimohonkan


pencatatannya kepada Menteri.

Pasal 41 ayat (4): Pengalihan Hak atas Merek disertai dengan dokumen
pendukung.

Pasal 41 ayat (5): Pengalihan Hak atas Merek terdaftar yang telah dicatat
diumumkan dalam Berita Resmi Merek.

b. Hak Paten (UU No. 13 Tahun 2016 tentang Paten)

Pasal 1 angka 1: Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada
inventor atas hasil invensinya di bidang teknologi untuk jangka waktu tertetnu
melaksanakan sendiri invensi tersebuta tau memberikan persetujuan keapada
pihak lain untuk melaksanakannya.

25
BENPER Dyah Ayu Saraswati (FH UI 2018)

Pasal 74 ayat (1): Hak atas Paten dapat beralih atau dialihkan baik seluruhnya
maupun sebagian karena:

a. pewarisan;

b. hibah;

c. wasiat;

d. wakaf;

e. perjanjian tertulis; atau

f. sebab lain yang dibenarkan berdasarkan ketentuan epraturan perundang-


undangan.

Pasal 74 ayat (2): Pengalihan hak atas Paten harus disertai dokumen asli Paten
berikut hak lain yang berkaitan dengan Paten.

Pasal 74 ayat (3): Segala bentuk pengalihan hak atas Paten harus dicatat dan
diumumkan dengan dikenai biaya.

c. Hak Cipta (UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta)

Pasal 1 angka 1: Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara
otomatis beradasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam
bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 4: Hak Cipta merupakan hak eksklusif yang terdiri atas hak moral dan hak
ekonomi.

Pasal 5 ayat (2): Hak moral tidak dapat dialihkan selama Pencipta masih hidup,
tetapi melaksanaan hal tersebut dapat dialihkan melalui wasiat atau sebab lain
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan setelah Pencipta
meninggal dunia.

Pasal 5 ayat (3): Dalam hal terjadi pengalihan pelaksanaan hak moral
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), penerima dapat melepaskan atau menolak
pealksanaan haknya dengan syarat pelepasan atau penolakan pelaksanaan hak
tersebut dinyatakan secara tertulis.

Pasal 16 ayat (2): Hak Cipta dapat beralih atau dialihkan, baik seluruh maupun
sebagian karena:

a. pewarisan;

b. hibah;

c. wakaf;

d. wasiat;

e. perjanjian tertulis; atau

f. sebab lain yang dibenarkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

26
BENPER Dyah Ayu Saraswati (FH UI 2018)

mede eigendom

Pasal 537 KUH Perdata menyatakan bahwa membagi sesuatu kebendaan yang menjadi
milik lebih dari satu orang harus dilakukan menurut aturan-aturan yang ditentukan
tentang pemisahan dan pembagian harta peninggalan.

Dengan demikian, hak milik bersama atau mede-eigendom terjadi jika dua oranga tau
lebih merupakan pemilik dari suatu benda yang sama, dan setiap pemilik peserta memiliki
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari benda itu.

Mengenai benda yang belum terbagi, Pasal 1066 KUH Perdata:

“Tiada seorang pun yang mempunyai bagian dalam harta peninggalan diwajibkan
menerima berlangsungnya harta peninggalan itu dalam keadaan tidak terbagi.”

MACAM-MACAM MEDE-EIGENDOM

Macam-Macam Mede-Eigendom

Hak Milik Bersama yang Jika hubungan antara para pemilik hanyalah semata-mata
Bebas hubungan sesama pemilik/eigenaar semata atas sebuah
(Vrije Mede-Eigendom) benda, misalnya beberapa orang secara bersama-sama
membeli sebuah mobil, rumah atau tanah, dsb.

Ciri-ciri:

1. Hubungan antara para pemilik peserta tidak didasarkan


pada hubungan hukum lain atau in other words, berdiri
sendiri.

2. Ada kehendak di antara pemilik peserta untuk bersama-


sama menjadi pemilik.

3. Setiap pemilik peserta mempunyai bagian tertentu dalam


hak eigendom tersebut.

4. Setiap pemilik peserta mempunyai wewenagn untuk


melakukan perbuatan hukuma tau perbuatan materil.

5. Tidak ada unsur badan hukum. Kalau ada sengketa, urus


sendiri.

Dalam vrije mede-eigendom, para pemilik peserta dapat


meminta pemisahan dan pembagian terhadap benda milik
bersama, tapi kalau tidak dimungkinkan, maka terjadi hak
milik bersama yang terikat.
Hak MIlik Bersama yang Jika beberapa orang menjadi pemilik/eigenaar bersama-
Terikat sama atas suatu benda sebagai akibat adanya hubungan
(Onvrije/Gebonden yang memang telah ada terlebih dulu di antara para pemilik,
Mede-Eigendom) e.g.:

- Hak milik bersama pemilik saham atas suatu perusahaan;

- Hak milik bersama atas harta benda perkawinan atau


harta peninggalan seperti warisan.

27
BENPER Dyah Ayu Saraswati (FH UI 2018)

Macam-Macam Mede-Eigendom

Hak MIlik Bersama yang Ciri-ciri:

Terikat 1. Hubungan antara para pemilik peserta adalah sebagai


(Onvrije/Gebonden akibat sudah adanya suatu hubungan tertentu terlebih
Mede-Eigendom) dahulu di antara mereka.

2. Dia ntara para pemilik peserta belum tentu ada kehendak


untuk bersama-sama menjadi pemilik dari suatu benda.

3. Setiap pemilik peserta berhak atas seluruh bendanya.

4. Setiap pemilik peserta untuk melakukan suatu perbuatan


hukuma tau perbautan materil harus mendapat
perseutjuan terlebih dahulu dari para pemilik peserta
lainnya.

5. Mengandung unsur badan hukum. Kalau ada sengketa,


pake badan hukum buat ngurus.

Hak milik bersama dapat terjadi baik melalui perjanjian maupun karena undang-undang.

Menurut Beekhuis dan Suijling — quoted by Mariam Darus — perbedaan antara hak milik
bersama yang bebas dan hak milik bersama yang terikat didasarkan atas kriteria apakah
dikehendaki para peserta ataukah karena akibat hukum dari suatu perbuatan hukum
tertentu. Jika dikehendaki = bebas, karena kebersamaan (gemeenschap) merupakan
sebab dari kepemilikan bersama. Jika terjadi akibat suatu perbuatan hukum = terikat,
karena ikatan hukum (rechtband) yang menjadi penyebabnya.

RUMAH SUSUN / CONDOMINIUM

Salah satu contoh umum mede-eigendom adalah rumah susun. Tiap pemilik peserta
(mede-eigenaar) menguasai satuan rumah susun (“sarusun”) secara terpisah yang
menjadi hak miliknya sendiri secara individual, artinya kepemilikannya secara yuridis
terpisah dari bagian pemilik-pemilik satuan rumah susun lainnya meskipun secara fisik
bagian-bagian tersebut merupakan suatu kesatuan atau yang tak terpisahkan dair rumah
susun sebagai bangunan induknya.

Rumah susun yang kepemilikannya dikuasai bersama-sama disebut juga dengan


condominium atau apartemen. Condominium berasal dari Roman law, “Co” = bersama
dan “dominium” = hak milik. Literally means hak milik bersama.

Karena kepemilikan bersama atas rumah susun sebelumnya sama sekali tidak pernah ada
ikatan apapun baik karena perjanjian maupun perbuatan hukum lainnya, hak milik
bersama atas rumah susun dapat dikategorikan sebagai hak milik bersama yang bebas
(vrije mede-eigendom).

Pasal 1 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun (“UU Rumah Susun”):

“Rumah susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu
lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional, baik
dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-
masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian yang
dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama.”

28
BENPER Dyah Ayu Saraswati (FH UI 2018)

Dapat disimpulkan sistem rumah susun memiliki dua pola:

1. Pemilikan Individual
Pemilikan secara individual dinamakan “satuan rumah susun” (Pasal 1 ayat (3) UU
Rumah Susun), yaitu rumah susun yang tujuan utamanya digunakan secara terpisah
dengan fungsi utama sebagai tempat hunian dan mempunyai sarana penghubung ke
jalan umum.

2. Pemilikan/Hak Milik Bersama


a. Bagian bersama [Pasal 1 ayat (5) UU Rumah Susun]

“…bagian rumah susun yang dimiliki secara tidak terpisah untuk pemakaian
bersama dalam kesatuan fungsi dengan satuan-satuan rumah susun.”

b. Benda bersama [Pasal 1 ayat (6) UU Rumah Susun]

“…benda ayng bukan merupakan bagian rumah susun melainkan bagian yang
dimiliki bersama secara tidak terpisah untuk pemakaian bersama.”

c. Tanah bersama [Pasal 1 ayat (4) UU Rumah Susun]

“…sebidang tanah hak atau tanah sewa untuk bangunan yang digunakana tas
dasar hak bersama secara tidak terpisah yang di atasnya berdiri rumah susun dan
ditetapkan batasnya dalam persyaratan izin mendirikan bangunan.”

Pemilikan sarusun diatur secara spesifik dalam Bagian Kedua: Pemilikan Sarusun dalam
UU Rumah Susun.

Pasal 46:

(1) Hak kepemilikan atas sarusun merupakan hak milik atas sarusun yang bersifat
perorangan yang terpisah dengan hak bersama atas bagian bersama, benda
bersama, dan tanah bersama.

(2) Hak atas bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dihitung berdasarkan atas NPP.

Peralihan hak milik atas sarusun:

Pasal 54:

(1) Sarusun umum yang memperoleh kemudahan dari pemerintah hanya dapat dimiliki
atau disewa oleh MBR. (=masyarakat berpenghasilan rendah)

(2) Setiap orang yang memiliki sarusun umum sebagaiamna dimaksud pada ayat (1)
hanya dapat mengalihkan kepemilikannya kepada pihak lain dalam hal:

a. pewarisan;

b. perikatan kepemilikan rumah susun setelah jangka waktu 20 tahun; atau

c. pindah tempat tinggal yang dibuktikan dengan surat keterangan pindah dari pihak
berwenang.

(3) Pengalihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dan huruf c hanya dapat
dilakukan kepada badan pelaksana.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengalihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
(3) diatur dalam peraturan pemeirntah.

29
BENPER Dyah Ayu Saraswati (FH UI 2018)

(5) Ketentuan mengenai kriteria dan tata cara pemberian kemudahan kepemilikan
sarusun umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan
Menteri.

Sarusun dibebankan sebagai jaminan pelunasan utang:

Pasal 47:

(5) SHM sarusun dapat dijadikan jaminan utang dengan dibebani hak tanggungan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

UUHT, Penjelasan Umum angka 5:

- UUPA menunjuk beberapa hak atas tanah yang dapat dijadikan jaminan atas utang
dengan dibebani hak tanggungan: hak milik, hak guna usaha, dan hak guna bangunan,
sebagai hak-hak atas tanah yang wajib didaftar dan menuntut sifatnya dapat
dipindahtangankan. Dalam Pasal 51 UUPA yang harus diatur dengan undang-undang
adalah hak tanggungan atas hak milik, hak guna usaha, dan hak guna bangunan.

- Hak pakai dalam UUPA tidak ditunjuk sebagai objek hak tanggungan.

- Hak pakai juga dapat dibebankan hak tanggungan, tapi dibebani fidusia. Diaturnya di
UU Fidusia ntar.

- Dalam UUHT, hak pakai tersebut ditunjuk sebagai objek hak tanggungan.

Dapat disimpulkan:

1. Istilah “hipotik” dan “fidusia” pada UU Rumah Susun menjadi tidak berfungsi karena
hipotik dan fidusia bukan lagi merupakan hak jaminan atas tanah. (ini UU Rumah
Susun yang lama, belum ngecek UU yang baru ada atau gak. cek dulu guys)

2. Hak pakai atas tanah negara tidak bisa lagi dijadikan jaminan fidusia karena
disamping fidusia udah bukan hak jaminan atas tanah, tapi hak pakai atas tanah
negara udah bisa jadi jaminan hak tanggungan.

30

Anda mungkin juga menyukai