Hukum Perdata
HUKUM BENDA
PERTEMUAN KE-6
HUKUM BENDA
A. Pengertian Benda
Benda (zaak) dalam arti yuridis (Pasal 499 KUH Perdata) adalah segala sesuatu yang
dapat menjadi objek hak milik. Benda sebagai objek yang berlawanan dengan subjek dalam
hukum yaitu orang dan badan hukum. Dalam KUH Perdata, pengertian benda sebagai objek
hukum tidak hanya meliputi barang yang berwujud, namun juga barang yang tidak berwujud,
meskipun sebagian besar pasal-pasal dalam Buku II KUH Perdata mengatur mengenai benda
dalam arti berwujud.
Sistem hukum benda adalah sistem tertutup, artinya orang tidak dapat mengadakan hak-
hak kebendaan yang baru selain yang sudah ditetapkan dalam undang-undang. Jadi hanya dapat
mengadakan hak kebendaan terbatas pada yang sudah ditetapkan dalam undang-undang saja. Ini
berlawanan dengan sistem hukum perjanjian atau perikatan, yang menganut sistem terbuka,
artinya orang dapat mengadakan perikatan atau perjanjian mengenai apapun juga, baik yang
sudah ada aturannya dalam undang-undang (KUH Perdata, KUH Dagang, peraturan khusus),
maupun yang belum ada pengaturannya sama sekali. Dengan perkataan lain mengenal “asas
kebebasan berkontrak”. Akan tetapi terhadap kebebasan ini ada pembatasannya, yaitu asal tidak
memungut hasil atas benda bergerak, hak pemakaian atas benda bergerak, hak
atas surat- surat berharga.
1. Benda bergerak karena sifatnya, yaitu benda-benda yang dapat berpindah atau dapat
dipindahkan misalnya, ayam, kambing, buku, pensil, meja, kursi dan lain-lain (Pasal 509
KUH Perdata). Termasuk juga sebagai benda bergerak ialah kapal-kapal, perahu-
perahu, gilingan-gilingan dan tempat- tempat pemandian yang dipasang di perahu dan
sebagainya (Pasal 510 KUH Perdata).
2. Benda bergerak karena ketentuan undang-undang (Pasal 511 KUH Perdata), misalnya:
4. Benda yang dapat dibagi dan Benda yang tidak dapat dibagi
a. Benda yang dapat dibagi adalah: benda yang apabila dibagi tidak
mengakibatkan hilang hakikatnya atau wujud dari benda itu sendiri.
Misalnya: beras, gula dll.
b. Benda yang dapat dibagi adalah benda yang apabila dibagi mengakibatkan
hilangnya hakikat atau wujudnya. Misalnya: kuda, sapi, uang dll.
Perbedaan antara benda bergerak dan benda yang tidak bergerak dianggap penting karena:
2. Penyerahan (levering)
Pasal 612 KUH Perdata, menentukan bahwa penyerahan benda bergerak dapat
dilakukan dengan penyerahan nyata, sedangkan benda tidak bergerak harus dengan balik
nama pada daftar umum.
3. Daluarsa (verjaring)
Benda bergerak tidak dikenal daluarsa karena bezit sama dengan eigendom.
Benda tidak bergerak dikenal daluarsa. Seseorang dapat mempunyai hak milik karena
4. Pembebanan (bezwaring)
Benda bergerak dilakukan dengan gadai (pand). Benda tidak bergerak
dilakukan dengan hipotik. Benda bergerak harus digunakan lembaga jaminan gadai
(pand), sedangkan benda tak bergerak harus digunakan lembaga jaminan hyphoteek
(Pasal 1150 dan 1162 KUH Perdata).
1. hak kebendaan memberikan kekuasaan atas suatu benda, hak kebendaan dapat dipertahankan
terhadap orang yang melanggar hak itu;
2. hak perorangan memberikan suatu tuntutan atau penagihan terhadap seorang, hak
perorangan hanyalah dapat dipertahankan terhadap orang tertentu saja terhadap sesuatu
pihak.
Dalam praktek kita jumpai perbedaan antara hak kebendaan dan hak perorangan tidak
tajam lagi, karena pada tiap-tiap hak-hak perorangan yang mempunyai sifat kebendaan:
1. mempunyai sifat absolut yaitu dapat dipertahankan/dilindungi terhadap setiap gangguan dari
pihak ketiga. Misalnya, hak penyewa mendapat perlindungan berdasarkan Pasal 1365 KUH
Perdata.
1. Asas individualitas, yaitu objek kebendaan selalu benda tertentu, atau dapat ditentukan
secara individual, yang merupakan kesatuan. Hak kebendaan selalu benda yang dapat
ditentukan secara individu. Artinya, berwujud dan merupakan satu kesatuan yang
ditentukan menurut jenis jumlahnya. Contoh, rumah, hewan.
2. Asas totalitas, yaitu hak kebendaan terletak diatas seluruh objeknya sebagai satu kesatuan.
Contoh, seorang memiliki sebuah rumah, maka otomatis dia adalah pemilik jendela, pintu,
kunci, dan benda- benda lainnya yang menjadi pelengkap dari benda pokoknya (tanah).
3. Asas tidak dapat dipisahkan, yaitu orang yang berhak tidak boleh memindah tangankan
sebagian dari kekuasaan yang termasuk hak kebendaan yang ada padanya. Contoh,
1. Pendakuan (toeeigening), yaitu memperoleh hak milik atas benda- benda yang tidak ada
pemiliknya (res nullius). Res nullius hanya atas benda bergerak. Contohnya, memburu rusa
di hutan, memancing ikan dilaut, mengambil harta karun, dll.
Para pihak tidak dapat memperjanjikan suatu privilegie, artinya memperjanjikan bahwa
tagihan yang timbul dari perjanjian yang mereka tutup mengandung privilegie. Semua privilegie
adanya ditentukan secara limitatif oleh undang-undang dan bahkan orang tidak diperkenankan
untuk memperluasnya dengan jalan penafsiran terhadap perikatan- perikatan (tagihan-tagihan),
yang tidak secara tegas di dalam undang-undang, dinyatakan sebagai hak tagihan yang
diistimewakan.
Privilegie harus dituntut, harus dimajukan, artinya kalau pemilik tagihan yang
diistimewakan tinggal diam saja, maka tagihannya dianggap sebagai tagihan biasa (konkuren).
Pemilik tagihan tersebut harus menuntut agar ia dimasukkan dalam daftar tingkatan menurut
tingkat yang diberikan kepadanya menurut undang- undang dan dengan demikian mendapat
pelunasan menurut urutan tingkatnya dalam daftar.
Privilegie lain daripada gadai, hipotik, hak tanggungan dan fidusia, ia bukan merupakan
hak kebendaan. Pemilik hak tagih yang diistimewakan pada azasnya tidak mempunyai hak- hak
Hak privilegie bukan merupakan hak kebendaan, tetapi dalam hal tertentu mempunyai sifat
kebendaan, yaitu menunjukkan sifat droit de suite. Privilegie sedikit banyak memberikan jaminan
juga, oleh karena itu menurut sistem KUH Perdata, hak privilegie diatur bersama dengan
pengaturan pand dan hipotik. Sebagaimana kita ketahui Pand dan hipotik itu kedua- duanya
merupakan jaminan kebendaan dan diatur dalam Buku II KUH Perdata. Hak-hak kebendaan yang
memberikan jaminan yaitu memberi jaminan terhadap piutang. Jadi, privilegie juga merupakan
hak yang memberi jaminan tapi bukan merupakan hak kebendaan.
Hak retensi tersebut memberikan tekanan kepada debitur agar segera melunasi utangnya.
Kreditur dengan hak retensi sangat diuntungkan dalam penagihan piutangnya. Hak retensi
berbeda dengan hak-hak jaminan kebendaan yang lain, karena ia tidak diperikatkan secara
Hak retensi di luar hal-hal yang ditetapkan dalam undang-undang yang didasarkan pada
azas kebebasan mengadakan perjanjian (partij autonomi), sebagaimana yang dapat disimpulkan
dari Pasal 1338 KUH Perdata. Sifat-sifat hak retensi adalah tidak dapat dibagi-bagi, artinya
kalau misalnya sebagian saja dari hutang itu yang dibayar, tidak lalu berarti harus
mengembalikan sebagian barang yang ditahan. Hutang seluruhnya harus dibayar lebih dahulu,
baru barang seluruhnya dikembalikan. Hak retensi itu tidak membawa serta hak boleh memakai
terhadap barang yang ditahan itu, jadi hanya boleh menahan saja tidak boleh memakai.
Hak retensi bersifat tidak dapat dibagi-bagi, kalau misalnya sebagian saja dari utang itu
tidak dibayar, tidak lalu berarti harus mengembalikan sebagian dari barang yang ditahan. Hutang
seluruhnya harus dibayar terlebih dahulu baru barang seluruhnya dikembalikan. Hak retensi tidak
membawa serta hak boleh memakai barang yang ditahan tersebut tetapi hanya boleh menahan
Selama pemegang gadai tidak melakukan misbruik atas barang gadai itu, si pemegang
gadai pada hakikatnya tidak diperbolehkan memakai barang gadaian. Resiko kehilangan barang
itu, lebih berat diletakkan kepada si pemegang gadai (Pasal 1159 ayat 1 KUH Perdata). Jadi,
pada dasarnya hak retensi bersifat accesoir yang berarti melekat pada suatu kewajiban, prestasi,
utang, atau perikatan yang harus dilakukan, dibayar, atau dipenuhi oleh debitur. Hak retensi yang
bersifat accesoir yaitu ikut beralih, hapus dan batal dengan beralihnya, hapusnya dan batalnya
perjanjian pokok.