Hukum Bisnis adalah suatu perangkat kaidah hukum (termasuk enforcement-nya) yang
mengatur tentang tatacara pelaksanaan urusan atau kegiatan dagang, industri atau
keuangan yang dihubungkan dengan produksi atau pertukaran barang atau jasa dengan
menempatkan uang dari para entrepreneunr dalam risiko tertentu dengan usaha tertentu
Pengertian Benda
Menurut Pasal 499 KUHPer, benda ialah tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak yang dapat
dikuasai oleh hak milik. Sedangkan yang dimaksud benda dalam arti ilmu hukum adalah
segala sesuatu yang dapat menjadi obyek hukum dan barang-barang yang dapat menjadi
milik serta hak setiap orang yang dilindungi oleh hukum.
mengatur apa yang diartikan dengan benda dan mengatur hak-hak atas benda.
Sedangkan menurut Prof. L.J van Apeldoorn, hukum kebendaan ialah peraturan mengenai
hak-hak kebendaan. Menurut Prof. Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, yang diatur dalam
hukum benda adalah pertama-tam mengatur pengertian dari benda, kemudian
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Hukum Benda
ialah peraturan-peraturan hukum yang mengatur mengenai hak-hak kebendaan yang
sifatnya mutlak.
Macam-macam Benda
Menurut Prof. Subekti, benda dapat dibagi atas beberapa macam, yaitu:
1. Benda yang dapat diganti (contoh: uang) dan benda yang tidak dapat diganti
3. Barang yang dapat dipakai habis dan barang yang tidak dapat dipakai habis.
4. Barang-barang yang sudah ada dan barang-barang yang masih akan ada
sudah ada, tetapi bagi orang-orang yang tertentu belum ada, misalnya barang-
barang yang sudah dibeli, tapi belum diserahkan.
Adalah kebendaan yang dapat dilihat dengan mata dan dapat diraba dengan tangan.
Penyerahan kebendaan bergerak yang berwujud cukup dilakukan dengan penyerahan
yang (atau secara) nyata dari tangan ke tangan. Contohnya antara lain:
1). Hasil karena alam Benda berwujud (pasal 500) yang timbul dari: (natuurlijke vruchten)
a. tumbuh timbul dari tanah sendiri, seperti buah- buahan yang berasal dari pohon
b. hasil dari atau dilahirkan oleh binatang- binatang, seperti telur, susu sapi, atau
anak dari
2). Hasil binatang-binatang yang melahirkan. pekerjaan manusia yang diperoleh karena
penanaman di atasnya (pasal 502 ayat 2) , seperti ubi-ubian, wortel, atau kacang tanah.
· Benda tidak berwujud
Benda tidak berwujud ini tidak dapat dilihat, diraba oleh panca indra tetapi lebih dapat
dirasakan, seperti berbagai macam hak contohnya hak paten, hak merek, hak cipta, hak
atau piutang atas unjuk ; Penagihan-penagihan lainnya berupa uang sewa, uang upeti,
uang angsuran, atau uang bunga.
goederen)
bergerak ini diatur di dalam Pasal 506 sampai dengan 508 BW. Terdapat tiga golongan
benda tidak bergerak, yaitu :
a. Benda yang menurut sifatnya tidak bergerak yang dapat dibagi lagi
menjadi 3 (tiga) macam, yaitu :
(1) tanah;
(2) segala sesuatu yang bersatu dengan tanah karena tumbuh dan berakar serta
(3) segala sesuatu yang bersatu dengan tanah karena didirikan di atas tanah yaitu
karena tertanam dan terpaku (seperti bangunan).
(2) pada suatu perkebunan : segala sesuatu yang dipergunakan sebagai rabuk bagi
tanah, ikan di dalam kolam dan lain sebagainya.
(3) pada rumah kediaman : segala kacak, tulisan-tulisan dan lain-lain, serta alat-
alat untuk menggantungkan barang-barang itu sebagai bagian dari dinding,
(1) hak-hak atau penagihan mengenai suatu benda yang tidak bergerak
(contohnya hak postal, hak hipotek, hak tanggungan dan sebagainya).
diatur di dalam Pasal 509 sampai dengan 511 BW. Terdapat 2 (dua) golongan benda
bergerak, yaitu :
a. benda yang menurut sifatnya bergerak di dalam arti benda itu dapat dipindahkan
dari suatu tempat ke tempat yang lain, contohnya kendaraan, alat perkakas dapur
dan sebagainya.
b. benda yang menurut penetapan UU sebagai benda bergerak yaitu segala hak atas
benda-benda bergerak. Contohnya hak memetik hasil dan hak memakai, hak atas
bunga yang harus dibayar selama hidup seseorang, hak menuntut di muka
menjadi habis.
Pengertian Benda Yang Musnah adalah benda-benda yang dalam pemakaiannya baru
dikatakan bermanfaat ketika benda tersebut telah musnah. Benda-benda yang dalam
diminum (artinya musnah) baru memberikan manfaat bagi kesehatan. Demikian juga
kayu bakar dan arang, setalah dibakar menimbulkan api, baru memberikan manfaat
Pengertian Benda Yang Tetap Ada adalah benda-benda yang di dalam pemakaiannya
tidak mengakibatkan benda itu musnah, akan tetapi memberi manfaat bagi
pemakaiannya. Contohnya cangkir, sendok, piring, mobil, motor dan sebagainya.
C. Benda Yang Dapat Diganti dan Benda Yang Tidak Dapat Diganti
Perbedaan antara benda yang dapat diganti dan benda yang tidak dapat diganti ini
tidak disebut secara tegas di dalam BW, akan tetapi perbedaan itu ada di dalam
pengaturan perjanjian. Contohnya di dalam pasal yang mengatur mengenai perjanjian
penitipan barang.
Menurut Pasal 1694 BW, pengembalian barang oleh penerima titipan harus in natura,
artinya tidak boleh diganti dengan benda lain. Oleh karena itu, maka perjanjian
penitipan barang pada umumnya hanya dilakukan mengenai benda yang tidak
musnah.
Jika benda yang dititpkan berupa uang, maka menurut Pasal 1714 BW bahwa jumlah
uang yang harus dikembalikan harus di dalam bentuk mata uang yang sama pada
waktu dititipkan; baik mata uang itu telah naik atau telah turun nilainya. Lain halnya
jika uang tersebut tidak dititipkan, namun dipinjam menggantikan; maka yang
menerima pinjaman hanya diwajibkan mengembalikan sejumlah uang yang sama
(pinjam-mengganti) diadakan.
D. Benda Yang Dapat Dibagi dan Benda Yang Tidak Dapat Dibagi
Pengertian Benda yang dapat dibagi adalah benda yang jika wujudnya dibagi, tidak
mengakibatkan hilangnya hakikat daripada benda itu sendiri. Contohnya : beras, gula
Pengertian Benda yang tidak dapat dibagi ialah benda yang jika wujudnya dibagi akan
mengakibatkan hilangnya atau lenyapnya hakikat daripada benda itu sendiri.
Pengertian Benda yang tidak diperdagangkan ialah benda-benda yang tidak dapat
dijadikan sebagai objek (pokok) suatu perjanjian di lapangan harta kekayaan.
Selain pembagian benda seperti diuraikan di atas, masih ada pembagian benda yang
lain lagi; yaitu benda terdaftar dan benda tidak terdaftar. Benda-benda yang harus
didaftarkan, diatur di dalam berbagai macam peraturan perundang-undangan yang
sebagainya.
Asas-asas Kebendaan
• Asas individualitas. Yaitu objek kebendaan selalu benda tertentu, atau dapat
satu kesatuan yang ditentukan menurut jenis jumlahnya. Contoh: rumah, hewan.
• Asas totalitas. Yaitu hak kebendaan terletak diatas seluruh objeknya sebagai satu
kesatuan. Contoh: seorang memiliki sebuah rumah, maka otomatis dia adalah
pemilik jendela, pintu, kunci, dan benda-benda lainnya yang menjadi pelengkap
tangankan sebagian dari kekuasaan yang termasuk hak kebendaan yang ada
padanya. Contoh: seseorang tidak dapat memindah tangankan sebagian dari
wewenang yang ada padanya atas suatu hak kebendaan, seperti memindahkan
sebagian penguasaan atas sebuah rumah kepada orang lain. Penguasaan atas
rumah harus utuh, karena itu pemindahannya harus juga utuh.
• Asas publisitas. Yaitu hak kebendaan atas benda tidak bergerak diumumkan dan
di daftarkan dalam register umum. Contoh: pengumunam status kepemilikan suatu
benda tidak bergerak (tanah) kepada masyarakat melalui pendaftaran dalam buku
tanah/ register.sedangkan pengumuman benda bergerak terjadi melalui
harus ditunjukan dengan jelas ujud, batas, letak, luas tanah. Contoh Asas ini
terdapat pada hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan atas benda tetap.
bangunan dengan genteng, kosen, pintu dan jendela. Menurut asas ini pemilik
benda pokok dengan sendirinya merupakan pemilik dari benda pelengkap.
Dengan perkataan lain status hukum benda pelengkap mengikuti status hukum
benda pokok.
• Asas zakelijke actie. Adalah hak untuk menggugat apabila terjadi gangguan atas
hak tersebut. Misalnya: penuntutan kembali, gugatan untuk menghilangkan
• Asas hukum pemaksa (dewingen recht). Bahwa orang tidak boleh mengadakan hak
kebendaan yang sudah diatur dalam UU. Aturan yang sudah berlaku menurut UU
hak atas tanah UUHT, semua hak kebendaan dapat dipindah tangankan.
• Asas hukum pemaksa (dewingenrecht)
Hukum pemaksa artinya berlakunya aturan-aturan itu tidak dapat disimpangi oleh
para pihak . Hak-hak kebendaan tersebut tidak akan memberikan wewenang yang
lain daripada apa yang sudah ditentukan oleh Undang-undang. Dengan kata lain,
bahwa kehendak para pihak itu tidak dapat memengaruhi isi hak kebendaan.
• Hak prioriteit
terjadi kemudian. Asas prioriteit sifatnya tidak tegas, tetapi akibat dari sifat ini
bahwa seorang itu hanya dapat membarikan hak yang tidak melebihi apa yang
dipunyai (asas nemoplis) yang artinya bahwa orang dapat memberikan atau
memindahkan kepada orang lain suatu hak yang lebih besar (banyak) daripada hak
Hak kebendaan yang terbatas jadi selain hak milik hanya mungkin atas benda
orang lain. Tidak dapat orang itu untuk kepentingan sendiri memperoleh hak gadai
Terhadap benda bergerak tak bergerak terdapat perbedaan pengaturan dalam hal
terjadi peristiwa hukum penyerahan , pembebanan , bezit , kedaluarsa mengenai
• Asas mengenai sifat perjanjiannya/ Asas bahwa hak kebendaan mempunyai sifat
zakelijk overeenkomst
Hak yang melekat atas benda itu berpindah, apabila bendanya itu di serahkan
kepada yang memperoleh hak kebendaan itu. Untuk memperoleh hak kebendaan
tidak ada pemiliknya (res nullius). Res nullius hanya atas benda bergerak.
Contohnya: memburu rusa di hutan, memancing ikan dilaut, mengambil harta
karun, dll.
b. Perlekatan (natrekking), yaitu suatu cara memperoleh hak milik, dimana benda itu
bertambah besar atau berlipat ganda karena alam. Contoh: tanah bertambah besar
sebagai akibat gempa bumi, seseorang membeli seekor sapi yang sedang bunting
maka anak sapi yang dilahirkan dari induknya itu menjadi milinya juga, pohon
berbuah, dll.
c. Daluarsa (verjaring), yaitu suatu cara untuk memperoleh hak milik atau
membebaskan dari suatu perikatan dengan lewatnya suatu waktu tertentu dan atas
sebelumnya (misalnya karena menemukannya), hak milik atas benda itu diperoleh
setelah lewat waktu 3 tahun sejak orang tersebut menguasai benda yang
bersangkutan.
d. Melalui penemuan. Benda yang semula milik orang lain, akan tetapi lepas dari
penyerahan. Contoh: jual beli, sewa menyewa. Dengan adanya penyerahan maka
title berpindah kepada siapa benda itu diserahkan.
f. Pewarisan, yaitu suatu proses beralihnya hak milik atau harta warisan dari pewaris
kepada ahli warisnya. Pewarisan dapat dibedakan menjadi dua macam: karena UU
dan wasiat
yang sudah ada maupun baru, dapat memperoleh hak milik atas benda ciptaannya
tersebut. Contoh: orang yang menciptakan patung dari sebatang kayu, menjadi
pemilik patung itu. Demikian pula hak kebendaan tidak berwujud seperti hak
paten, dan hak cipta.
Karena musnahnya suatu benda, maka hak atas benda tersebut ikut lenyap.
Contohnya: hak sewa atas rumah yang habis/musnah tertimbun longsor. Hak gadai
atas sebuah sepeda motor ikut habis apabila barang tersebut musnah karena
kebakaran.
Pada umumnya pelepasan yang bersangkutan dilakukan secara sengaja oleh yang
memiliki hak tersebut.Contohnya: radio yang rusak dibuang ke tempat sampah.
Dalam hal ini, maka hak kepemilikan menjadi hapus dan bisa menjadi hak milik
orang lain yang menemukan radio tersebut.
Cara memperoleh hak kebendaan dengan bantuan orang lain terjadi dengan
penyerahan dari orang lain yang sudah memiliki hak atas benda tersebut.
Penyarahan tersebut disebabkan oleh pemberian ats hibah, jual beli, tukar
Contohnya seorang produsen yang memproduksi barang atau jasa dan mereka
juga membutuhkan konsumen untuk membeli produk mereka.
Cara memperoleh hak kebendaan ini lebih tepatnya berhubungan dengan alam,
3. Perlekatan ( Natreking )
Cara memperoleh hak kebendaan dengan perlekatan terjadi karena benda itu
mengikuti atau melekat pada benda yang lain. Selain itu, dapat pula terjadi apabila
benda tersebut bertambah besar atau berlipat karena faktor alam. Misalnya
sebidang tanah ditepi sungai bertambah luas karena pengendapan air sungai.
4. Warisan
Cara memperoleh hak kebendaan dengan warisan terjadi karena adanya seseorang
yang meninggal dunia dan ia meninggalkan harta kekayaan. Ada dua cara
pewarisan, yaitu :
1. Feitelijke Levering
Adalah perbuatan yang berupa penyerahan kekuasaan atas suatu benda. Cara ini
merupakan suatu penyerahan secara nyata. Feitelijke levering berlaku atsa penyerahan
benda bergerak. Hal ini berarti terjadinya penyerahan secara fisik atas suatu benda
betgeark tersebut, hak kebendaan sekalihus beralih.
2. Juridische Levering
Adalah perbuatan hukum yang bertujuan untuk memindahkan hak na kebendaan kepada
orang lain. Perbuatan ini merupakan penyerahan secara formal atau resmi. Penyerahan
hak kebendaan atas tanah secara feitelijke levering saja tidak cukup karena harus ada
penyerahan secara yuridis untuk memindahkan hak kepada orang lain, yaitu dengan
membuat surat penyerahan yang disebut balik nama. Denagn akta autentik atau akta
dibawah tangan, penyerahan hak kebendaan ats tanah harus dilakukan secara juridische
levering.
3. Cessie
Adalah penyerahan piutang atas nama dan benda tidak berwujud lainnya, yaitu dengan
membuat akta autentik atau akta dibawah tangan. Dengan demikian hak benda tersebut
dilimpahkan pemilik lama keapada pemilik baru. Contohnya yaitu penyerahan saham atas
nama.
3. Biaya-biaya perkara yang teleh dikelurkan untuk penyitaan dan penjualan suatu
benda atau yang dinamakan biaya-biaya ekskusi; harus diambil dahulukan dari
pada privilege lain-lainya, bahkan terlebih dahulu pula dari pada pand dan
pypotheek.
4. Uang-uang sewa dari benda-benda yang tak bergerak (rumah atau persil) beserta
ongkos-ongkos perbaikan yang telah dilakukan si pemilik rumah atau persil, tetapi
seharusnya dipikul oleh si penyewa, penagihan uang sewa dan ongkos perbaikan
5. Harga barang-barang bergerak yang belum dibayar oleh sipembeli jikalau disita,
sipenjual barang mendapat privilege atas hasil penjualan barang itu.
mendapat privilege atas pendapatan penjualan barang itu, apabila barang itu disita
dan dijual.
I. HAK REKLAME
Hak Reklame adalah hak istimewa dari seorang penjual barang bergerak yang belum
menerima pembayaran harga barangnya. Apabila pembeli tidak membayar atau baru
membayar sebagian maka penjual dapat menuntut kembali barang tersebut. Syarat-
syarat hak reklame ialah, Belum lewat 30 hari sejak barang diserahkan, Barang itu masih
berada di tangan pembeli dan wujudnya masih sama dengan ketika diserahkan (belum
berubah) Sekalipun bungkusnya sudah terbuka, barangnya sudah berkurang, tidaklah
pembeli lain, dan pembeli baru belum membatar harganya, maka penjual pertama boleh
meminta agar pembeli baru membayar harga barang tersebut tidak kepada penjual
(pembeli pertama) melainkan kepada penjual pertama. Bila barangnya digadaikan hak
reklame bisa dilakukan dengan menebus
Minggu -3
Perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara 2 orang atau 2 pihak, berdasarkan
mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak lain (kreditur) dan pihak
Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lain atau
dimana kedua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal. Dari peristiwa ini,
timbullah suatu hubungan antara dua orang tersebut yang dinamakan perikatan.
Perjanjian itu menerbitkan suatu perikatan antara dua orang yang membuatnya. Dalam
bentuk nya, perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji janji
Dengan demikian, hubungan antara perikatan dan perjanjian adalah bahwa perjanjian itu
untuk melakukan sesuatu. Dapat dikatakan bahwa dua perkataan (perjanjian dan
persetujuan itu adalah sama artinya. Perkataan kontrak, lebih sempit karena di tunjukan
kepada perjanjian atau persetujuan yang tertulis.
itu paling banyak diterbitkan oleh suatu perjanjian, tetapi sebagaimana sudak dikatakan
tadi, ada juga sumber-sumber lain ini tecakup dengan nama undang undang. Jadi, ada
perikatan yang lahir dari “perjanjian” dan ada perikatan yang lahir dari “undang undang”.
Perikatan yang timbul akibat perjanjian barulah putus kalau janji itu sudah dipenuhi.
Contoh : Pasal 625 KUHPer dan Pasal 1368 KUHPer. Undang – undang meletakkan
kewajiban kepada orang tua dan anak untuk saling memberikan nafkah.
Jika seorang, dengan sukarela, dengan tidak mendapat perintah untuk itu, mewakili
urusan orang lain, maka ia berkewajiban untuk untuk meneruskan serta menyelesaikan
urusan tersebut, hingga orang yang diwakili kepentingannya dapat mengerjakan sendiri
perjanjian yang dibuat oleh si wakil itu atas namanya, dan menggantikan semua
pengeluaran yang sudah dilakukan oleh si wakil tadi. Antara dua orang itu ada suatu
perikatan yang lahir dari undang – undang karena perbuatan seseorang. Dalam hal ini,
perbuatan orang tadi adalah suatu perbuatan yang halal. Antara dua orang tersebut oleh
undang – undang ditetapkan beberapa hak dan kewajiban yang harus mereka indahkan
seperti hak dan kewajiban yang timbul dari perjanjian (pasal 1354 dan seterusnya Kitab
mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian
tersebut. Disinipun ada suatu kejadian, dimana oleh undang – undang ditetapkan suatu
perikatan antara dua orang, yaitu antara orang yang melakukan perbuatan melanggar
hukum dan orang yang menderita kerugian karena perbuatan tersebut. Perikatan ini lahir
dari “undang – undang karena perbuatan seseorang”, dalam hal ini suatu perbuatan yang
melanggar hukum.
Perikatan itu suatu pengertian abstrak, tidak dapat kita lihat, hanya dapat dibayangkan.
Namun perjanjian adalah suatu yang kongkrit atau suatu peristiwa. Kita bisa melihat dan
membaca suatu perjanjian yang tertulis, maupun hanya mendengarkan janji yang
diucapkan.
Syarat sahnya perjanjian adalah syarat-syarat agar perjanjian itu sah dan punya kekuatan
mengikat secara hukum. Tidak terpenuhinya syarat perjanjian akan membuat perjanjian
itu menjadi tidak sah. Menurut Pasal 1320 KUHPerdata, syarat sahnya perjanjian terdiri
dari :
1. Kata Sepakat
Kata sepakat berarti adanya titik temu (a meeting of the minds) diantara para pihak
2. Cakap
Mengenai kecakapan Pasal 1329 KUH Perdata menyatakan bahwa setiap orang
cakap melakukan perbuatan hukum kecuali yang oleh undang-undang dinyatakan
tidak cakap. Pasal 1330 KUH Perdata menyebutkan orang-orang yang tidak cakap
untuk membuat suatu perjanjian yakni :
membuat perjanjian telah berumur 21 tahun atau kurang dari 21 tahun tetapi
sudah menikah dan sehat pikirannya.
Kecakapan bagi pria adalah bila telah mencapai umur 19 tahun, sedangkan bagi
berlaku lagi).
• Semua orang yang dilarang oleh Undang-Undang untuk membuat perjanjian-
perjanjian tertentu.
Apabila syarat subyektif tidak dapat terpenuhi, maka salah satu pihak mempunyai hak
untuk meminta supaya perjanjian itu dibatalkan. Pihak yang dapat meminta pembatalan
Jadi, perjanjian yang telah dibuat itu akan terus mengikat kedua belah pihak yang
mengadakan perjanjian, selama tidak dibatalkan (oleh hakim) atas permintaan pihak yang
Suatu hal tertentu berarti obyek perjanjian harus terang dan jelas, dapat ditentukan
baik jenis maupun jumlahnya. Misalnya, Gareng menjual mobil Toyota Avanza
Nomor Polisi B 1672 RI dengan harga Rp. 180.000.000 kepada Petruk. Obyek
perjanjian tersebut jenisnya jelas, sebuah mobil dengan spesifikasi tertentu, dan
begitupun harganya.
Suatu sebab yang halal berarti obyek yang diperjanjikan bukanlah obyek yang
terlarang tapi diperbolehkan oleh hukum. Suatu sebab yang tidak halal itu meliputi
Sebab yang halal adalah isi perjanjian itu sendiri, yang menggambarkan tujuan
yang akan dicapai oleh para pihak. Isi dari perjanjian itu tidak bertentangan dengan
undang-undang, kesusilaan, maupun dengan ketertiban umum. Hal ini diatur
menyebabkan perjanjian menjadi tidak sah. Perjanjian yang tidak sah karena tidak
terpenuhinya salah satu syarat subyektif akan mengakibatkan perjanjian itu dapat
terpenuhinya syarat obyektif maka perjanjian tersebut batal demi hukum (nul and
void), yaitu secara hukum sejak awal dianggap tidak pernah ada perjanjian. Selain
syarat sahnya perjanjian, suatu perjanjian juga baru akan mengikat para pihak jika
dalam pembuatan dan pelaksanaannya memenuhi asas-asas perjanjian.
A. Asas Konsensualisme adalah perjanjian itu telah terjadi apabila telah ada
konsensus antara pihak-pihak yang mengadakan perjanjian. Bahwa suatu
perjanjian dan perikatan yang timbul telah lahir sejak detik tercapainya
kesepakatan, selama para pihak dalam perjanjian tidak menentukan lain. Azas ini
sesuai dengan ketentuan Pasal 1320 KUH Perdata mengenai syarat-syarat sahnya
perjanjian.
perjanjian. Bahwa para pihak dalam suatu perjanjian bebas untuk menentukan
materi/isi dari perjanjian sepanjang tidak bertentangan dengan ketertiban umum,
kesusilaan dan kepatutan. Azas ini tercermin jelas dalam Pasal 1338 KUH Perdata
yang menyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah mengikat
1. Bebas menentukan apakah ia akan melakukan perjanjian atau tidak (yes or no).
C. Azas Pacta sunt Servanda maksudnya bila perjanjian itu telah disepakati berlaku
mengikat para pihak yang bersangkutan sebagai undang- undang. Asas pacta sunt
servanda biasa juga disebut asas kepastian hukum (certainty). Asas ini bertujuan
agar hakim atau pihak ketiga harus menghormati substansi kontrak yang dibuat
oleh para pihak. Asas ini dapat disimpulkan diambil dari Pasal 1338 ayat 1 BW yang
menegaskan “perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang.”
“perjanjian harus dilaksanakan dengan iktikad baik.” Asas iktikad baik merupakan
asas bahwa para pihak kreditur dan debitur harus melaksanakan substansi kontrak
berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh atau kemauan baik dari para
pihak.
HAPUSNYA PERIKATAN
Dalam KUHpdt (BW) tidak diatur secara khusus apa yang dimaksud berakhirnya perikatan,
tetapi yang diatur dalam Bab IV buku III BW hanya hapusnya perikatan. Pasal 1381 secara
1. Pembayaran.
Terkait dengan Pasal 1231 perikatan yang lahir karena undang-undang dan perikatan
yang lahir karena perjanjian. Maka berakhirnya perikatan juga demikian. Ada perikatan
Agar berakhirnya perikatan tersebut dapat terurai jelas maka perlu dikemukakan
beberapa item yang penting, perihal defenisi dan ketentuan-ketentuan yang
• Pembayaran
Berakhirnya kontrak karena pembayaran dijabarkan lebih lanjut dalam Pasal 1382
BW sampai dengan Pasal 1403 BW. Pengertian pembayaran dapat ditinjau secara
sempit dan secara yuridis tekhnis.
Pembayaran dalam arti sempit adalah pelunasan utang oleh debitur kepada
kreditur, pembayaran seperti ini dilakukan dalam bentuk uang atau barang.
Sedangkan pengertian pembayaran dalam arti yuridis tidak hanya dalam bentuk
uang, tetapi juga dalam bentuk jasa seperti jasa dokter, tukang bedah, jasa tukang
utangnya, dan jika kreditur masih menolak, debitur dapat menitipkan uang atau
barangnya di pengadilan.
• Novasi
Novasi diatur dalam Pasal 1413 Bw s/d 1424 BW. Novasi adalah sebuah
persetujuan, dimana suatu perikatan telah dibatalkan dan sekaligus suatu
perikatan lain harus dihidupkan, yang ditempatkan di tempat yang asli. Ada tiga
macam jalan untuk melaksanakan suatu novasi atau pembaharuan utang yakni:
Apabila seorang yang berutang membuat suatu perikatan utang baru guna orang
yang mengutangkannya, yang menggantikan utang yang lama yang dihapuskan
karenanya. Novasi ini disebut novasi objektif. Perikatan baru, tetapi para pihak
tetap.Contoh: Kewajiban untukmembayar sejumlah uang tertentu diganti dengan
Apabila sebagai akibat suatu perjanjian baru, seorang kreditur baru ditunjuk untuk
kreditur. Sehingga perjanjian utang piutang itu tadinya terjadi antara si Ani
(debitur) dengan si Ali (kreditur).
Debitur lama yang telah dibebaskan dari kewajiban oleh kreditur tidak dapat
meminta pembayaran kepada debitur lama, sekalipun debitur baru jatuh pailit atau
debitur baru ternyata orang yang tidak dapat melakukan perbuatan hukum.
• Kompensasi
Kompensasi atau perjumpaan utang diatur dalam Pasal 1425 BW s/d Pasal 1435
antara kreditur dan debitur (vide: Pasal 1425 BW). Contoh: A menyewakan rumah
kepada si B seharga RP 300.000 pertahun. B baru membayar setengah tahun
terhadap rumah tersebut yakni RP 150.000. Akan tetapi pada bulan kedua A
meminjam uang kepada si B sebab ia butuh uang untuk membayar SPP untuk
• Konfusio
Konfusio atau percampuran utang diatur dalam Pasal 1436 BW s/d Pasal 1437 BW.
dalam suatu testamen ditunjuk sebagai waris tunggal oleh krediturnya, atau
sidebitur kawin dengan krediturnya dalam suatu persatuan harta kawin.
meninggal dunia dan meninggalkan satu-satunya ahli waris, yaitu debitur. Ini
berarti bahwa dengan meninggalnya kreditur, maka kedudukan debitur
menjadi kreditur;
2. Dengan jalan penerusan hak di bawah alas hak khusus. Misalnya: pada jual beli,
• Pembebasan utang:
Secara sederhana pembebasan utang Adalah: Suatu pernyataan sepihak dan tegas
dari kreditur kepada debitur, bahwa debitur dibebaskan dari
yang kuat, maka pernyataan itu harus merupakan tindakan dari kreditur misalnya
dengan mengembalikan surat piutang kepada debitur.
Ada dua cara terjadinya, pembebasan utang, yaitu: Cuma-cuma, dan Prestasi dari
pihak debitur.
Sedangkan prestasi dari pihak debitur artinya sebuah prestasi lain, selain prestasi
yang terutang dimana pembebasan ini didasarkan pada perjanjian.
musnah atau hilang juga, meskipun di tangan debitur. Jadi dalam hal ini si debitur
telah berusaha dengan segala daya upaya untuk menjaga barang tersebut agar
Bidang kebatalan ini dapat dibagi dalam dua hal pokok, yaitu:
kesusilaan.
Selain sebab-sebab hapusnya perikatan yang ditentukan oleh Pasal 1381 KUH Perdata
tersebut, ada beberapa penyebab lain untuk hapusnya suatu perikatan, yaitu:
belum tentu menghapuskan suatu perjanjian, kecuali semua perikatan-perikatan yang ada
pada perjanjian tersebut sudah hapus. Sebaliknya hapusnya suatu perjanjian
• Dengan persetujuan kedua belah pihak sesuai dengan Pasal 1338 ayat (2)
KUHPerdata;
• Karena ditentukan oleh para pihak mengenai perjanjian dengan jangka waktu
tertentu;
melakukan prestasi, maka pihak lainnya tidak wajib melakukan kontra prestasi.
Perjanjian Kawin
Dasar Hukum
Menurut KUHPerdata dalam Pasal 119 disebutkan bahwa perkawinan pada hakikatnya
menyebabkan percampuran dan persatuan harta pasangan menikah, kecuali apabila
bersama asalkan ketentuan tersebut tidak bertentangan dengan tata susila atau tata tertib
umum. Lebih spesifik, definisi atas Perjanjian Perkawinan disebutkan pada Pasal 29
niatan tulus Anda dan calon pasangan dapat dibuktikan sebelum membangun rumah
tangga. Lebih lanjut, urgensi dari dibuatnya Perjanjian Perkawinan adalah sebagai berikut:
1. Menjamin keamanan dan kepentingan usaha. Contoh kecilnya adalah jika salah
satu pasangan merupakan pemilik usaha (atau menjabat sebagai pemimpin usaha,
meskipun bukan pemilik usaha), dan suatu hari usahanya tersebut dituntut
kerugian maka kedua pasangan akan terlibat. Perjanjian Perkawinan dapat
mencegah terjadinya hal tersebut, sehingga pasangan dan buah hati Anda tidak
turut terlibat kerugian usaha.
harta benda yang diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan, adalah
di bawah penguasaan masing-masing sepanjang para pihak tidak menentukan
menjamin harta perolehan dari warisan atau pusaka turun temurun milik keluarga
tetap dalam kekuasaan Anda.
istri, baik untuk perkawinan yang pertama, kedua, ketiga bahkan untuk perkawinan
yang keempat. Masing-masing isteri akan tenang dan hidup terjamin. Jauh dari
bertukar atribut imateril lainnya yang melekat pada calon besan. Pernikahan politik
dilakukan untuk menjaga reputasi maupun memperluas relasi dengan prinsip
tanpa khawatir terhadap permasalahan yang dipicu oleh harta kekayaan. Perjanjian
perkawinan akan melindungi semangat dan cita-cita kemitraan yang
diselenggarakan.
5. Menjamin kondisi finansial Anda setelah perkawinan putus atau berakhir. Banyak
ditemui pihak perempuan tidak lagi bekerja setelah menikah dengan harapan agar
calon istri dapat berperan sebagai ibu rumah tangga dengan lebih maksimal.
Dalam hal ini Perjanjian Perkawinan sangat bermanfat bagi perempuan yang tidak
bekerja, dan saat vonis pengadilan menolak tuntutan nafkah dan biaya pendidikan
anak yang diajukan seorang ibu yang memegang hak pengasuhan anak dan lebih
memilih menetapkan jumlah biaya hidup dan biaya pendidikan anak berdasarkan
dibicarakan dengan baik sejak awal, baik jumlah dan mekanismenya. Eksekusinya
hanya perlu mengajukan perjanjian tersebut dan meminta hakim untuk
dari niatan tidak sehat seperti ini, dimana niatan tersebut tidak akan pernah
diutarakan oleh calon pasangan Anda sebelumnya.
Materi yang diatur di dalam perjanjian tergantung pada pihak-pihak calon suami-istri, asal
dalam perkawinan, utang yang dibawa oleh suami atau istri, dan lain sebagainya. Dalam
penerapannya berikut adalah hal-hal yang umumnya diatur dalam perjanjian
perkawinan:Harta bawaan dalam perkawinan, baik harta yang diperoleh dari usaha
masing-masing maupun dari hibah, warisan ataupun cuma-cuma yang diperoleh masing-
Semua hutang dan piutang yang dibawa oleh suami atau istri dalam perkawinan mereka,
sehingga tanggung jawab yang dibuat oleh mereka selama perkawinan tetap akan
pembatasan tertentu. Hak istri dalam mengurus harta pribadinya baik yang bergerak
maupun yang tidak bergerak dan dengan tugas memungut (menikmati) hasil serta
pendapatan baik dari pekerjaannya sendiri atau sumber lain.Kewenangan istri dalam
mengurus hartanya, agar tidak memerlukan bantuan atau pengalihan kuasa dari suami.
maupun kelanjutan bisnis masing-masing pihak (dalam hal salah satu/kedua pihak
merupakan pemegang saham/pemimpin usaha pada suatu entitas bisnis).
lebih lanjut dijelaskan bahwa Perjanjian Perkawinan tersebut wajib untuk disahkan oleh
pegawai pencatat perkawinan. Berdasarkan ketentuan dalam pasal tersebut maka
Namun hal tersebut sempat menimbulkan permasalahan terkait kepemilikan tanah dalam
pernikahan campuran antara WNI dengan WNA, dimana keduanya tidak sempat
bersama, namun dalam kasus kepemilikan tanah hanya WNI yang dapat diizinkan untuk
memiliki tanah dengan status hak milik (Vide: Pasal 21 (1) Undang-Undang No. 5 Tahun
1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria). Hal ini menyebabkan pasangan
yang berkewarganegaraan WNI tidak dapat membeli tanah dengan status hak milik.
sebagai berikut:
(1) Pada waktu, sebelum dilangsungkan, atau selama dalam ikatan perkawinan, kedua
belah pihak atas persetujuan bersama dapat mengajukan perjanjian tertulis yang disahkan
oleh Pegawai pencatat perkawinan atau notaris, setelah mana isinya berlaku juga
terhadap pihak ketiga sepanjang pihak ketiga tersangkut.
(2) Perjanjian tersebut tidak dapat disahkan bilamana melanggar batas-batas hukum,
(3) Perjanjian tersebut mulai berlaku sejak perkawinan dilangsungkan, kecuali ditentukan
kedua belah pihak ada persetujuan untuk mengubah atau mencabut, dan perubahan atau
pencabutan itu tidak merugikan pihak ketiga.
Putusan MK 69/2015 ini mengatasi keresahan dari para WNI yang menikah dengan
bagi pasangan suami istri untuk dapat membuat suatu perjanjian perkawinan selama
dalam ikatan perkawinan atau yang biasa dikenal dengan Postnuptial Agreement, selama
pasangan tersebut masih terikat di dalam perkawinan yang sah. Perjanjian Perkawinan ini
harus disahkan oleh notaris atau pegawai pencatat pernikahan.