Anda di halaman 1dari 33

Minggu 1-2

Hukum Bisnis adalah suatu perangkat kaidah hukum (termasuk enforcement-nya) yang
mengatur tentang tatacara pelaksanaan urusan atau kegiatan dagang, industri atau

keuangan yang dihubungkan dengan produksi atau pertukaran barang atau jasa dengan
menempatkan uang dari para entrepreneunr dalam risiko tertentu dengan usaha tertentu

dengan motif (dari entrepreneur tersebut) adalah untuk mendapatkan keuntungan.


(Munir Fuady, 2005 : 2).

Pengertian Benda
Menurut Pasal 499 KUHPer, benda ialah tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak yang dapat
dikuasai oleh hak milik. Sedangkan yang dimaksud benda dalam arti ilmu hukum adalah

segala sesuatu yang dapat menjadi obyek hukum dan barang-barang yang dapat menjadi
milik serta hak setiap orang yang dilindungi oleh hukum.

Pengertian Hukum Benda


Hukum benda merupakan terjemahan dari bahasa Belanda “Zakenrecht”. Menurut
Prof. Soediman Kartohadiprodjo, hukum kebendaan ialah semua kaidah hukum yang

mengatur apa yang diartikan dengan benda dan mengatur hak-hak atas benda.
Sedangkan menurut Prof. L.J van Apeldoorn, hukum kebendaan ialah peraturan mengenai

hak-hak kebendaan. Menurut Prof. Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, yang diatur dalam
hukum benda adalah pertama-tam mengatur pengertian dari benda, kemudian

Hukum Bisnis | KMP 2018 `80


perbedaan macam-macam benda, dan selanjutnya bagian yang terbesar mengatur

mengenai macam-macam hak kebendaan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Hukum Benda
ialah peraturan-peraturan hukum yang mengatur mengenai hak-hak kebendaan yang

sifatnya mutlak.

Macam-macam Benda
Menurut Prof. Subekti, benda dapat dibagi atas beberapa macam, yaitu:
1. Benda yang dapat diganti (contoh: uang) dan benda yang tidak dapat diganti

(contoh: seekor kuda).


2. Benda yang dapat diperdagangkan dan benda yang tidak dapat diperdagangkan

(contoh: jalan-jalanan dan lapangan umum).


3. Benda yang dapat dibagi (contoh: beras) dan benda yang tidak dapat dibagi

(contoh: seekor kuda).


4. Benda yang bergerak (contoh: perabot rumah) dan yang tidak dapat bergerak

(contoh: tanah) (Subekti, 2003: hlm.61)

Menurut Prof. Soedewi Masjchoen Sofwan, benda dapat dibedakan atas :

1. Barang yang berwujud dan barang yang tidak berwujud.


2. Barang-barang yang bergerak dan tidak bergerak.

3. Barang yang dapat dipakai habis dan barang yang tidak dapat dipakai habis.
4. Barang-barang yang sudah ada dan barang-barang yang masih akan ada

Barang yang akan ada dibedakan :


1. Barang-barang yang suatu saat sama sekali belum ada, misal: panen yang akan
datang.

Hukum Bisnis | KMP 2018 `81


2. Barang-barang yang akan ada relatif, yaitu barang-barang yang pada saat itu

sudah ada, tetapi bagi orang-orang yang tertentu belum ada, misalnya barang-
barang yang sudah dibeli, tapi belum diserahkan.

3. Barang-barang yang dalam perdagangan dan barang-barang di luar


perdagangan.

4. Barang-barang yang dapat dibagi dan tidak dapat dibagi.

Pembedan Benda Berwujud dan Tidak Berwujud


· Benda berwujud

Adalah kebendaan yang dapat dilihat dengan mata dan dapat diraba dengan tangan.
Penyerahan kebendaan bergerak yang berwujud cukup dilakukan dengan penyerahan

yang (atau secara) nyata dari tangan ke tangan. Contohnya antara lain:
1). Hasil karena alam Benda berwujud (pasal 500) yang timbul dari: (natuurlijke vruchten)

a. tumbuh timbul dari tanah sendiri, seperti buah- buahan yang berasal dari pohon
b. hasil dari atau dilahirkan oleh binatang- binatang, seperti telur, susu sapi, atau

anak dari
2). Hasil binatang-binatang yang melahirkan. pekerjaan manusia yang diperoleh karena

penanaman di atasnya (pasal 502 ayat 2) , seperti ubi-ubian, wortel, atau kacang tanah.
· Benda tidak berwujud

Benda tidak berwujud ini tidak dapat dilihat, diraba oleh panca indra tetapi lebih dapat
dirasakan, seperti berbagai macam hak contohnya hak paten, hak merek, hak cipta, hak

tagih atau piutang dan yang terdiri atas: Piutang-piutang (penagihan-penagihan)


(vordering) yang belum dapat ditagih , berupa piutang atas nama , piutang atas bawa

atau piutang atas unjuk ; Penagihan-penagihan lainnya berupa uang sewa, uang upeti,
uang angsuran, atau uang bunga.

Hukum Bisnis | KMP 2018 `82


A. Benda Tidak Bergerak (onroerende goederen) dan Benda Bergerak (roerende

goederen)

Pengertian Benda Tidak Bergerak adalah benda-benda yang karena sifatnya,


tujuannya atau penetapan UU dinyatakan sebagai benda tidak bergerak. Benda tidak

bergerak ini diatur di dalam Pasal 506 sampai dengan 508 BW. Terdapat tiga golongan
benda tidak bergerak, yaitu :

a. Benda yang menurut sifatnya tidak bergerak yang dapat dibagi lagi
menjadi 3 (tiga) macam, yaitu :

(1) tanah;
(2) segala sesuatu yang bersatu dengan tanah karena tumbuh dan berakar serta

bercabang (seperti tumbuh-tumbuhan, buah-buahan yang belum dipetik dan


sebagainya);

(3) segala sesuatu yang bersatu dengan tanah karena didirikan di atas tanah yaitu
karena tertanam dan terpaku (seperti bangunan).

b. Benda yang menurut tujuan pemakaiannya supaya bersatu dengan benda

tidak bergerak (tanah), yaitu :


(1) pada pabrik : segala macam mesin-mesin, katel-katel dan alat-alat lain yang

dimasudkan supaya terus-menerus berada di tempat tersebut untuk


dipergunakan di dalam menjalankan pabrik;

(2) pada suatu perkebunan : segala sesuatu yang dipergunakan sebagai rabuk bagi
tanah, ikan di dalam kolam dan lain sebagainya.

(3) pada rumah kediaman : segala kacak, tulisan-tulisan dan lain-lain, serta alat-
alat untuk menggantungkan barang-barang itu sebagai bagian dari dinding,

sarang burung yang dapat di makan (walet).

Hukum Bisnis | KMP 2018 `83


(4) barang-barang reruntuhan dari suatu bangunan, jika dimaksudkan untuk

dipakai mendirikan lagi bangunan tersebut.

c. Benda yang menurut penetapan UU sebagai benda tidak bergerak, seperti


:

(1) hak-hak atau penagihan mengenai suatu benda yang tidak bergerak
(contohnya hak postal, hak hipotek, hak tanggungan dan sebagainya).

(2) kapal-kapal yang berukuran 20 meter kubik ke atas (WvK).

Pengertian Benda Bergerak adalah benda-benda yang karena sifatnya, tujuannya


atau penetapan UU dinyatakan sebagai benda bergerak. Benda-benda bergerak ini

diatur di dalam Pasal 509 sampai dengan 511 BW. Terdapat 2 (dua) golongan benda
bergerak, yaitu :

a. benda yang menurut sifatnya bergerak di dalam arti benda itu dapat dipindahkan
dari suatu tempat ke tempat yang lain, contohnya kendaraan, alat perkakas dapur

dan sebagainya.
b. benda yang menurut penetapan UU sebagai benda bergerak yaitu segala hak atas

benda-benda bergerak. Contohnya hak memetik hasil dan hak memakai, hak atas
bunga yang harus dibayar selama hidup seseorang, hak menuntut di muka

pengadilan agar uang tunai atau benda-benda bergerak diserahkan kepada


seseorang (penggugat), saham-saham dari perseroan dagang, dan hak terhadap

surat-surat berharga lainnya, hak kekayaan intelektual yang meliputi hak


penemuan, hak cipta, hak paten dan hak merek.

1. Benda yang dapat dihabiskan


2. Benda yang tidak dapat dihabiskan, yaitu benda yang karena dipakai dapat

menjadi habis.

Hukum Bisnis | KMP 2018 `84


B. Benda Yang Musnah dan Benda Yang Tetap Ada

Pengertian Benda Yang Musnah adalah benda-benda yang dalam pemakaiannya baru
dikatakan bermanfaat ketika benda tersebut telah musnah. Benda-benda yang dalam

pemakaiannya suatu hari akan musnah, kegunaan benda-benda tersebut justru


terletak pada kemusnahannya. Contohnya makanan dan minuman, jika dimakan atau

diminum (artinya musnah) baru memberikan manfaat bagi kesehatan. Demikian juga
kayu bakar dan arang, setalah dibakar menimbulkan api, baru memberikan manfaat

untuk memasak sesuatu dan sebagainya.

Pengertian Benda Yang Tetap Ada adalah benda-benda yang di dalam pemakaiannya

tidak mengakibatkan benda itu musnah, akan tetapi memberi manfaat bagi
pemakaiannya. Contohnya cangkir, sendok, piring, mobil, motor dan sebagainya.

C. Benda Yang Dapat Diganti dan Benda Yang Tidak Dapat Diganti

Perbedaan antara benda yang dapat diganti dan benda yang tidak dapat diganti ini

tidak disebut secara tegas di dalam BW, akan tetapi perbedaan itu ada di dalam
pengaturan perjanjian. Contohnya di dalam pasal yang mengatur mengenai perjanjian

penitipan barang.

Menurut Pasal 1694 BW, pengembalian barang oleh penerima titipan harus in natura,
artinya tidak boleh diganti dengan benda lain. Oleh karena itu, maka perjanjian

penitipan barang pada umumnya hanya dilakukan mengenai benda yang tidak
musnah.

Jika benda yang dititpkan berupa uang, maka menurut Pasal 1714 BW bahwa jumlah
uang yang harus dikembalikan harus di dalam bentuk mata uang yang sama pada

waktu dititipkan; baik mata uang itu telah naik atau telah turun nilainya. Lain halnya
jika uang tersebut tidak dititipkan, namun dipinjam menggantikan; maka yang
menerima pinjaman hanya diwajibkan mengembalikan sejumlah uang yang sama

Hukum Bisnis | KMP 2018 `85


banyaknya saja, sekalipun dengan mata uang yang berbeda daripada waktu perjanjian

(pinjam-mengganti) diadakan.

D. Benda Yang Dapat Dibagi dan Benda Yang Tidak Dapat Dibagi

Pengertian Benda yang dapat dibagi adalah benda yang jika wujudnya dibagi, tidak
mengakibatkan hilangnya hakikat daripada benda itu sendiri. Contohnya : beras, gula

pasir, tepung dan lain sebagainya.

Pengertian Benda yang tidak dapat dibagi ialah benda yang jika wujudnya dibagi akan
mengakibatkan hilangnya atau lenyapnya hakikat daripada benda itu sendiri.

Contohnya : sapi, kuda, uang dan sebagainya.

E. Benda Yang Diperdagangkan dan Benda Yang Tidak Diperdagangkan

Pengertian Benda yang diperdagangkan adalah benda-benda yang dapat dijadikan


sebagai objek (pokok) suatu perjanjian. Jadi semua benda yang dapat dijadikan pokok

perjanjian di lapangan harta kekayaan, termasuk benda yang diperdagangkan.

Pengertian Benda yang tidak diperdagangkan ialah benda-benda yang tidak dapat
dijadikan sebagai objek (pokok) suatu perjanjian di lapangan harta kekayaan.

Contohnya : benda-benda yang dipergunakan untuk kepentingan umum.

Selain pembagian benda seperti diuraikan di atas, masih ada pembagian benda yang
lain lagi; yaitu benda terdaftar dan benda tidak terdaftar. Benda-benda yang harus
didaftarkan, diatur di dalam berbagai macam peraturan perundang-undangan yang

tepisah-pisah. Contohnya peraturan mengenai pendaftaran tanah, peraturan


mengenai pendaftaran kapal, peraturan mengenai pendaftaran bermotor dan

sebagainya.

Adanya peraturan-peraturan hukum yang mengatur mengenai pendaftaran beberapa


macam benda tersebut, di samping untuk lebih menjamin kepastian hukum dan

Hukum Bisnis | KMP 2018 `86


kepastian hak atas benda-benda yang didaftarkan itu, juga mempunyai kaitan dengan

usaha pemerintah untuk memperoleh pendapatan, dengan mengenakan pajak, iuran


dan sebagainya terhadap benda-benda yang didaftarkan tersebut.

Asas-asas Kebendaan

• Asas individualitas. Yaitu objek kebendaan selalu benda tertentu, atau dapat

ditentukan secara individual, yang merupakan kesatuan. Hak kebendaan selalu


benda yang dapat ditentukan secara individu. Artinya berwujud dan merupakan

satu kesatuan yang ditentukan menurut jenis jumlahnya. Contoh: rumah, hewan.
• Asas totalitas. Yaitu hak kebendaan terletak diatas seluruh objeknya sebagai satu

kesatuan. Contoh: seorang memiliki sebuah rumah, maka otomatis dia adalah
pemilik jendela, pintu, kunci, dan benda-benda lainnya yang menjadi pelengkap

dari benda pokoknya (tanah).


• Asas tidak dapat dipisahkan.Yaitu orang yang berhak tidak boleh memindah

tangankan sebagian dari kekuasaan yang termasuk hak kebendaan yang ada
padanya. Contoh: seseorang tidak dapat memindah tangankan sebagian dari

wewenang yang ada padanya atas suatu hak kebendaan, seperti memindahkan

sebagian penguasaan atas sebuah rumah kepada orang lain. Penguasaan atas
rumah harus utuh, karena itu pemindahannya harus juga utuh.
• Asas publisitas. Yaitu hak kebendaan atas benda tidak bergerak diumumkan dan
di daftarkan dalam register umum. Contoh: pengumunam status kepemilikan suatu

benda tidak bergerak (tanah) kepada masyarakat melalui pendaftaran dalam buku
tanah/ register.sedangkan pengumuman benda bergerak terjadi melalui

penguasaan nyata benda itu.


• Asas spesialitas. Dalam lembaga hak kepemilikan hak atas tanah secara individual

harus ditunjukan dengan jelas ujud, batas, letak, luas tanah. Contoh Asas ini
terdapat pada hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan atas benda tetap.

Hukum Bisnis | KMP 2018 `87


• Asas zaaksvelog atau droit de suit (hak yang mengikuti), artinya benda it uterus

menerus mengikuti bendanya dimanapun juga (dalam tangan siapapun juga)


barang itu berada.

• Asas accessie/asas pelekatan. Suatu benda biasanya terdiri atas bagian-bagian


yang melekat menjadi satu dengan benda pokok. Contohnya: hubungan antara

bangunan dengan genteng, kosen, pintu dan jendela. Menurut asas ini pemilik
benda pokok dengan sendirinya merupakan pemilik dari benda pelengkap.

Dengan perkataan lain status hukum benda pelengkap mengikuti status hukum
benda pokok.

• Asas zakelijke actie. Adalah hak untuk menggugat apabila terjadi gangguan atas
hak tersebut. Misalnya: penuntutan kembali, gugatan untuk menghilangkan

gangguan-gangguan atas haknya, gugatan untuk memulihkan secara semula,


gugatan untuk menuntut ganti rugi, dll.

• Asas hukum pemaksa (dewingen recht). Bahwa orang tidak boleh mengadakan hak
kebendaan yang sudah diatur dalam UU. Aturan yang sudah berlaku menurut UU

wajib dipatuhi atau tidak boleh disimpangi oleh para pihak.


• Asas dapat dipindah tangankan. Yaitu semua hak kebendaan dapat dipindah

tangankan. Menurut perdata barat, tidak semua dapat dipindah tangankan (


seperti hak pakai dan hak mendiami) tetapi setelah berlakunya undang-undang

hak atas tanah UUHT, semua hak kebendaan dapat dipindah tangankan.
• Asas hukum pemaksa (dewingenrecht)

Hukum pemaksa artinya berlakunya aturan-aturan itu tidak dapat disimpangi oleh
para pihak . Hak-hak kebendaan tersebut tidak akan memberikan wewenang yang

lain daripada apa yang sudah ditentukan oleh Undang-undang. Dengan kata lain,
bahwa kehendak para pihak itu tidak dapat memengaruhi isi hak kebendaan.

• Hak prioriteit

Hukum Bisnis | KMP 2018 `88


Adalah hak yang lebih dahulu terjadinya dimenangkan dengan hak hak yang

terjadi kemudian. Asas prioriteit sifatnya tidak tegas, tetapi akibat dari sifat ini
bahwa seorang itu hanya dapat membarikan hak yang tidak melebihi apa yang

dipunyai (asas nemoplis) yang artinya bahwa orang dapat memberikan atau
memindahkan kepada orang lain suatu hak yang lebih besar (banyak) daripada hak

yang ada pada dirinya.


• Asas percampuran (Verminging)

Hak kebendaan yang terbatas jadi selain hak milik hanya mungkin atas benda
orang lain. Tidak dapat orang itu untuk kepentingan sendiri memperoleh hak gadai

(menerima gadai) hak memungut hasil atas barangnya sendiri.


• Asas perlakuan yang berlainan terhadap benda bergerak dan tidak bergerak

Terhadap benda bergerak tak bergerak terdapat perbedaan pengaturan dalam hal
terjadi peristiwa hukum penyerahan , pembebanan , bezit , kedaluarsa mengenai

benda-benda roernd dan Onroerend berlainan. Misalnya untuk benda bergerak


maka hak kebendaan yang dapat diadakan : gadai, hak memungut hasil;

sedangkan untuk benda tetap ; pengabdian pekarangan, erfpacht, postal, hipotek,


hak pakai dan mendiami.

• Asas mengenai sifat perjanjiannya/ Asas bahwa hak kebendaan mempunyai sifat
zakelijk overeenkomst

Hak yang melekat atas benda itu berpindah, apabila bendanya itu di serahkan
kepada yang memperoleh hak kebendaan itu. Untuk memperoleh hak kebendaan

perlu dilakukan dengan perjanjian zakelijk. Yaitu perjanjian memindahkan hak


kebendaan. Setelah perjanjian zakelijk selesai dilakukan, tujuan pokok tercapai

yaitu adanya hak kebendaan.

Timbul dan Terhapusnya Hak Kebendaan

Timbulnya hak kebendaan:

Hukum Bisnis | KMP 2018 `89


a. Pendakuan (toeeigening), Yaitu memperoleh hak milik atas benda-benda yang

tidak ada pemiliknya (res nullius). Res nullius hanya atas benda bergerak.
Contohnya: memburu rusa di hutan, memancing ikan dilaut, mengambil harta

karun, dll.
b. Perlekatan (natrekking), yaitu suatu cara memperoleh hak milik, dimana benda itu

bertambah besar atau berlipat ganda karena alam. Contoh: tanah bertambah besar
sebagai akibat gempa bumi, seseorang membeli seekor sapi yang sedang bunting

maka anak sapi yang dilahirkan dari induknya itu menjadi milinya juga, pohon
berbuah, dll.

c. Daluarsa (verjaring), yaitu suatu cara untuk memperoleh hak milik atau
membebaskan dari suatu perikatan dengan lewatnya suatu waktu tertentu dan atas

syarat-syarat yang ditentukan dalam Undang-Undang (pasal 1946 KUH Perdata).


Barang siapa menguasai benda bergerak yang dia tidak ketahui pemilik benda itu

sebelumnya (misalnya karena menemukannya), hak milik atas benda itu diperoleh
setelah lewat waktu 3 tahun sejak orang tersebut menguasai benda yang

bersangkutan.
d. Melalui penemuan. Benda yang semula milik orang lain, akan tetapi lepas dari

penguasanya, karena misalnya jatuh di perjalanan, maka barang siapa yang


menemukan barang tersebut dan ia tidak mengetahui siapa pemiliknya, menjadi

pemilik barang yang ditemukannya.


e. Melalui penyerahan. Cara ini yang lazim, yaitu hak kebendaan diperoleh melalui

penyerahan. Contoh: jual beli, sewa menyewa. Dengan adanya penyerahan maka
title berpindah kepada siapa benda itu diserahkan.

f. Pewarisan, yaitu suatu proses beralihnya hak milik atau harta warisan dari pewaris
kepada ahli warisnya. Pewarisan dapat dibedakan menjadi dua macam: karena UU

dan wasiat

Hukum Bisnis | KMP 2018 `90


g. Dengan penciptaan. Seseorang yang menciptakan benda baru, baik dari benda

yang sudah ada maupun baru, dapat memperoleh hak milik atas benda ciptaannya
tersebut. Contoh: orang yang menciptakan patung dari sebatang kayu, menjadi

pemilik patung itu. Demikian pula hak kebendaan tidak berwujud seperti hak
paten, dan hak cipta.

Hapusnya hak kebendaan

a. Bendanya lenyap/ musnah

Karena musnahnya suatu benda, maka hak atas benda tersebut ikut lenyap.
Contohnya: hak sewa atas rumah yang habis/musnah tertimbun longsor. Hak gadai

atas sebuah sepeda motor ikut habis apabila barang tersebut musnah karena
kebakaran.

b. Karena dipindah tangankan


Hak milik, hak memungut hasil atau hak pakai menjadi hapus bila benda yang

bersangkutan dipindah tangankan kepada orang lain.


c. Karena pelepasan hak (pemilik melepaskan benda tersebut)

Pada umumnya pelepasan yang bersangkutan dilakukan secara sengaja oleh yang
memiliki hak tersebut.Contohnya: radio yang rusak dibuang ke tempat sampah.

Dalam hal ini, maka hak kepemilikan menjadi hapus dan bisa menjadi hak milik
orang lain yang menemukan radio tersebut.

d. Karena pencabutan hak


Penguasa public dapat mencabut hak kepemilikan seseorang atas benda tertentu,

dengan syarat: harus didasarkan undang-undang, dilakukan untuk kepentingan


umum (dengan ganti rugi yang layak).

CARA MEMPEROLEH HAK KEBENDAAN

Hukum Bisnis | KMP 2018 `91


Hak atas suatu benda dapat diperoleh melalui empat cara :

1. Bantuan Orang Lain

Cara memperoleh hak kebendaan dengan bantuan orang lain terjadi dengan

penyerahan dari orang lain yang sudah memiliki hak atas benda tersebut.
Penyarahan tersebut disebabkan oleh pemberian ats hibah, jual beli, tukar

menukar, atau karena hal lain yang sah.

Contohnya seorang produsen yang memproduksi barang atau jasa dan mereka
juga membutuhkan konsumen untuk membeli produk mereka.

2. Pengambilan Secara Langsung Tanpa Bantuan Orang Lain

Cara memperoleh hak kebendaan ini lebih tepatnya berhubungan dengan alam,

contohnya apabila seseorang ingin memiliki madu maka ia dapat mengambilnya


dari sarang tawon dihutan yang tidak ada pemiliknya, Apabila seseorang

menginginkan ikan ia dapat mencari di sungai ataupun laut.

3. Perlekatan ( Natreking )

Cara memperoleh hak kebendaan dengan perlekatan terjadi karena benda itu
mengikuti atau melekat pada benda yang lain. Selain itu, dapat pula terjadi apabila

benda tersebut bertambah besar atau berlipat karena faktor alam. Misalnya
sebidang tanah ditepi sungai bertambah luas karena pengendapan air sungai.

4. Warisan

Cara memperoleh hak kebendaan dengan warisan terjadi karena adanya seseorang

yang meninggal dunia dan ia meninggalkan harta kekayaan. Ada dua cara
pewarisan, yaitu :

a. Pewarisan berdasarkan undang – undang ( ab Intestato )

Hukum Bisnis | KMP 2018 `92


Adalah pewarisan yangberdasarkan keturunan darah.

b. Pewarisan berdasarkan surat wasiat ( testamentair )

Adalah apabila seseorang yang tidak mempunyai pertalian darah

memperoleh warisan berdasarkan surat wasiat dari pewaris.

F. CARA PENYERAHAN ATAU PENGALIHAN HAK KEBENDAAN

1. Feitelijke Levering

Adalah perbuatan yang berupa penyerahan kekuasaan atas suatu benda. Cara ini
merupakan suatu penyerahan secara nyata. Feitelijke levering berlaku atsa penyerahan

benda bergerak. Hal ini berarti terjadinya penyerahan secara fisik atas suatu benda
betgeark tersebut, hak kebendaan sekalihus beralih.

2. Juridische Levering

Adalah perbuatan hukum yang bertujuan untuk memindahkan hak na kebendaan kepada

orang lain. Perbuatan ini merupakan penyerahan secara formal atau resmi. Penyerahan
hak kebendaan atas tanah secara feitelijke levering saja tidak cukup karena harus ada

penyerahan secara yuridis untuk memindahkan hak kepada orang lain, yaitu dengan

membuat surat penyerahan yang disebut balik nama. Denagn akta autentik atau akta
dibawah tangan, penyerahan hak kebendaan ats tanah harus dilakukan secara juridische

levering.

3. Cessie

Adalah penyerahan piutang atas nama dan benda tidak berwujud lainnya, yaitu dengan
membuat akta autentik atau akta dibawah tangan. Dengan demikian hak benda tersebut

dilimpahkan pemilik lama keapada pemilik baru. Contohnya yaitu penyerahan saham atas
nama.

Hukum Bisnis | KMP 2018 `93


H. PIUTANG-PIUTANG YANG DIISTIMEWAKAN

3. Biaya-biaya perkara yang teleh dikelurkan untuk penyitaan dan penjualan suatu

benda atau yang dinamakan biaya-biaya ekskusi; harus diambil dahulukan dari
pada privilege lain-lainya, bahkan terlebih dahulu pula dari pada pand dan

pypotheek.
4. Uang-uang sewa dari benda-benda yang tak bergerak (rumah atau persil) beserta

ongkos-ongkos perbaikan yang telah dilakukan si pemilik rumah atau persil, tetapi
seharusnya dipikul oleh si penyewa, penagihan uang sewa dan ongkos perbaikan

ini mempunyai privilege terhadap barang-barang perabor rumah (meubilair) yang


berada dalam rumah atau diatas persil tersebut.

5. Harga barang-barang bergerak yang belum dibayar oleh sipembeli jikalau disita,
sipenjual barang mendapat privilege atas hasil penjualan barang itu.

6. Biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan suatu benda, dapat


diambilkan telebih dahulu dari hasil penjualan benda tersebut, apabila benda itu

di sita dan dijual.


7. Biaya-biaya pembikinan suatu benda yang belum dibayar, sipembikin barang ini

mendapat privilege atas pendapatan penjualan barang itu, apabila barang itu disita
dan dijual.

I. HAK REKLAME

Hak Reklame adalah hak istimewa dari seorang penjual barang bergerak yang belum
menerima pembayaran harga barangnya. Apabila pembeli tidak membayar atau baru

membayar sebagian maka penjual dapat menuntut kembali barang tersebut. Syarat-
syarat hak reklame ialah, Belum lewat 30 hari sejak barang diserahkan, Barang itu masih

berada di tangan pembeli dan wujudnya masih sama dengan ketika diserahkan (belum
berubah) Sekalipun bungkusnya sudah terbuka, barangnya sudah berkurang, tidaklah

Hukum Bisnis | KMP 2018 `94


menjadi rintangan untuk melakukan hak reklame. Bila barangnya sudah dijual lagi kepada

pembeli lain, dan pembeli baru belum membatar harganya, maka penjual pertama boleh
meminta agar pembeli baru membayar harga barang tersebut tidak kepada penjual

(pembeli pertama) melainkan kepada penjual pertama. Bila barangnya digadaikan hak
reklame bisa dilakukan dengan menebus

Minggu -3

HUBUNGAN ANTARA PERIKATAN DAN PERJANJIAN

Perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara 2 orang atau 2 pihak, berdasarkan
mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak lain (kreditur) dan pihak

yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu (debitur).

Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lain atau
dimana kedua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal. Dari peristiwa ini,

timbullah suatu hubungan antara dua orang tersebut yang dinamakan perikatan.
Perjanjian itu menerbitkan suatu perikatan antara dua orang yang membuatnya. Dalam

bentuk nya, perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji janji

atau kesanggupan yang di ucapakan atau di tulis

Perjanjian menerbitkan perikatan. Artinya perjanjian adalah sumber perikatan, disamping


sumber-sumber lainnya ( yaitu UU – lihat pasal 1233 KUHPer).

Dengan demikian, hubungan antara perikatan dan perjanjian adalah bahwa perjanjian itu

menerbitkan perikatan. Perjanjian adalah sumber perikatan, di asmping nya sumber-


sumber lain. Suatu perjanjian juga dinamakan persetujuan, karena dua pihak itu setuju

untuk melakukan sesuatu. Dapat dikatakan bahwa dua perkataan (perjanjian dan
persetujuan itu adalah sama artinya. Perkataan kontrak, lebih sempit karena di tunjukan
kepada perjanjian atau persetujuan yang tertulis.

Hukum Bisnis | KMP 2018 `95


Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan. Memang, perikatan

itu paling banyak diterbitkan oleh suatu perjanjian, tetapi sebagaimana sudak dikatakan
tadi, ada juga sumber-sumber lain ini tecakup dengan nama undang undang. Jadi, ada

perikatan yang lahir dari “perjanjian” dan ada perikatan yang lahir dari “undang undang”.

Perikatan bisa bersumber dari perjanjian maupun undang-undang.

Perikatan yang timbul akibat perjanjian barulah putus kalau janji itu sudah dipenuhi.

Perikatan yang lahir karena UU, dibagi menjadi :

1. Lahir dari UU semata-mata / begitu saja

Contoh : Pasal 625 KUHPer dan Pasal 1368 KUHPer. Undang – undang meletakkan

kewajiban kepada orang tua dan anak untuk saling memberikan nafkah.

2. Lahir dari UU berkat perbuatan orang

a. Perbuatan yang halal -> contoh Pasal 1354KUHPer

Jika seorang, dengan sukarela, dengan tidak mendapat perintah untuk itu, mewakili

urusan orang lain, maka ia berkewajiban untuk untuk meneruskan serta menyelesaikan
urusan tersebut, hingga orang yang diwakili kepentingannya dapat mengerjakan sendiri

urusan itu. Pihak yang kepentingannya diwakili diwajibkan memenuhi perjanjian –

perjanjian yang dibuat oleh si wakil itu atas namanya, dan menggantikan semua
pengeluaran yang sudah dilakukan oleh si wakil tadi. Antara dua orang itu ada suatu

perikatan yang lahir dari undang – undang karena perbuatan seseorang. Dalam hal ini,
perbuatan orang tadi adalah suatu perbuatan yang halal. Antara dua orang tersebut oleh

undang – undang ditetapkan beberapa hak dan kewajiban yang harus mereka indahkan
seperti hak dan kewajiban yang timbul dari perjanjian (pasal 1354 dan seterusnya Kitab

Undang – Undang Hukum Perdata)

b. Perbuatan yang melawan hukum -> Pasal 1365 KUHPer

Hukum Bisnis | KMP 2018 `96


Tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian kepada orang lain,

mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian
tersebut. Disinipun ada suatu kejadian, dimana oleh undang – undang ditetapkan suatu

perikatan antara dua orang, yaitu antara orang yang melakukan perbuatan melanggar
hukum dan orang yang menderita kerugian karena perbuatan tersebut. Perikatan ini lahir

dari “undang – undang karena perbuatan seseorang”, dalam hal ini suatu perbuatan yang
melanggar hukum.

Perikatan itu suatu pengertian abstrak, tidak dapat kita lihat, hanya dapat dibayangkan.

Namun perjanjian adalah suatu yang kongkrit atau suatu peristiwa. Kita bisa melihat dan
membaca suatu perjanjian yang tertulis, maupun hanya mendengarkan janji yang

diucapkan.

Syarat Sahnya Perjanjian

Syarat sahnya perjanjian adalah syarat-syarat agar perjanjian itu sah dan punya kekuatan

mengikat secara hukum. Tidak terpenuhinya syarat perjanjian akan membuat perjanjian
itu menjadi tidak sah. Menurut Pasal 1320 KUHPerdata, syarat sahnya perjanjian terdiri

dari :

a. Syarat Subyektif (Mengenai subyek atau para pihak)

1. Kata Sepakat

Kata sepakat berarti adanya titik temu (a meeting of the minds) diantara para pihak

tentang kepentingan-kepentingan yang berbeda. Dalam perjanjian jual beli mobil,


Gareng punya kepentingan untuk menjual mobilnya karena ia membutuhkan

uang. Sebaliknya, Petruk membeli mobil Gareng karena ia punya kepentingan


memiliki kendaraan. Pertemuan kedua kepentingan itu akan mencapai titik

keseimbangan dalam perjanjian.

2. Cakap

Hukum Bisnis | KMP 2018 `97


Cakap berarti dianggap mampu melakukan perbuatan hukum. Prinsipnya, semua

orang berhak melakukan perbuatan hukum, setiap orang dapat membuat


perjanjian, kecuali orang yang belum dewasa, dibawah pengampuan, dan orang-

orang tertentu yang dilarang oleh undang-undang.

Mengenai kecakapan Pasal 1329 KUH Perdata menyatakan bahwa setiap orang
cakap melakukan perbuatan hukum kecuali yang oleh undang-undang dinyatakan

tidak cakap. Pasal 1330 KUH Perdata menyebutkan orang-orang yang tidak cakap
untuk membuat suatu perjanjian yakni :

a. Orang yang belum dewasa. Mengenai kedewasaan Undang-undang

menentukan sebagai berikut :


• Menurut Pasal 330 KUH Perdata: Kecakapan diukur bila para pihak yang

membuat perjanjian telah berumur 21 tahun atau kurang dari 21 tahun tetapi
sudah menikah dan sehat pikirannya.

• Menurut Pasal 7 Undang-undang No.1 tahun 1974 tertanggal 2 Januari 1974


tentang Undang-Undang Perkawinan (“Undang-undang Perkawinan”):

Kecakapan bagi pria adalah bila telah mencapai umur 19 tahun, sedangkan bagi

wanita apabila telah mencapai umur 16 tahun.


• Mereka yang berada di bawah pengampuan.
• Orang perempuan dalam hal-hal yang ditetapkan oleh Undang-Undang
(dengan berlakunya Undang-Undang Perkawinan, ketentuan ini sudah tidak

berlaku lagi).
• Semua orang yang dilarang oleh Undang-Undang untuk membuat perjanjian-

perjanjian tertentu.

Apabila syarat subyektif tidak dapat terpenuhi, maka salah satu pihak mempunyai hak

untuk meminta supaya perjanjian itu dibatalkan. Pihak yang dapat meminta pembatalan

Hukum Bisnis | KMP 2018 `98


itu, adalah pihak yang tidak cakap atau pihak yang memberikan sepakatnya (perizinannya)

secara tidak bebas.

Jadi, perjanjian yang telah dibuat itu akan terus mengikat kedua belah pihak yang
mengadakan perjanjian, selama tidak dibatalkan (oleh hakim) atas permintaan pihak yang

berhak meminta pembatalan tersebut.

b. Syarat Obyektif (Mengenai obyek perjanjian)

1. Suatu Hal Tertentu

Suatu hal tertentu berarti obyek perjanjian harus terang dan jelas, dapat ditentukan

baik jenis maupun jumlahnya. Misalnya, Gareng menjual mobil Toyota Avanza
Nomor Polisi B 1672 RI dengan harga Rp. 180.000.000 kepada Petruk. Obyek

perjanjian tersebut jenisnya jelas, sebuah mobil dengan spesifikasi tertentu, dan
begitupun harganya.

2. Suatu Sebab Yang Halal

Suatu sebab yang halal berarti obyek yang diperjanjikan bukanlah obyek yang
terlarang tapi diperbolehkan oleh hukum. Suatu sebab yang tidak halal itu meliputi

perbuatan melanggar hukum, berlawanan dengan kesusilaan dan melanggar


ketertiban umum. Misalnya perjanjian perdagangan manusia atau senjata ilegal.

Sebab yang halal adalah isi perjanjian itu sendiri, yang menggambarkan tujuan

yang akan dicapai oleh para pihak. Isi dari perjanjian itu tidak bertentangan dengan
undang-undang, kesusilaan, maupun dengan ketertiban umum. Hal ini diatur

dalam pasal 1337 KUHPer.

Tidak terpenuhinya syarat-syarat subyektif dan obyektif di atas dapat

menyebabkan perjanjian menjadi tidak sah. Perjanjian yang tidak sah karena tidak
terpenuhinya salah satu syarat subyektif akan mengakibatkan perjanjian itu dapat

Hukum Bisnis | KMP 2018 `99


dimintakan pembatalan (canceling) oleh salah satu pihak. Maksudnya, salah satu

pihak dapat menuntut pembatalan itu kepada hakim melalui pengadilan.


Sebaliknya, apabila tidak sahnya perjanjian itu disebabkan karena tidak

terpenuhinya syarat obyektif maka perjanjian tersebut batal demi hukum (nul and
void), yaitu secara hukum sejak awal dianggap tidak pernah ada perjanjian. Selain

syarat sahnya perjanjian, suatu perjanjian juga baru akan mengikat para pihak jika
dalam pembuatan dan pelaksanaannya memenuhi asas-asas perjanjian.

IV. Asas-Asas Perjanjian

A. Asas Konsensualisme adalah perjanjian itu telah terjadi apabila telah ada
konsensus antara pihak-pihak yang mengadakan perjanjian. Bahwa suatu

perjanjian dan perikatan yang timbul telah lahir sejak detik tercapainya
kesepakatan, selama para pihak dalam perjanjian tidak menentukan lain. Azas ini

sesuai dengan ketentuan Pasal 1320 KUH Perdata mengenai syarat-syarat sahnya
perjanjian.

B. Asa kebebasan berkontrak, adalh seorang bebas untuk mengadakan perjanjian,


bebas mengenai apa yang diperjanjikan, bebas pula menentukan bentuk

perjanjian. Bahwa para pihak dalam suatu perjanjian bebas untuk menentukan
materi/isi dari perjanjian sepanjang tidak bertentangan dengan ketertiban umum,

kesusilaan dan kepatutan. Azas ini tercermin jelas dalam Pasal 1338 KUH Perdata
yang menyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah mengikat

sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.

1. Bebas menentukan apakah ia akan melakukan perjanjian atau tidak (yes or no).

2. Bebas menentukan dengan siapa ia akan melakukan perjanjian (who).

3. Bebas menentukan isi atau klausul perjanjian (substance).

Hukum Bisnis | KMP 2018 `100


4. Bebas menentukan bentuk perjanjian (form)

5. Kebebasan-kebebasan lainnya yang bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan (other freedom).

C. Azas Pacta sunt Servanda maksudnya bila perjanjian itu telah disepakati berlaku
mengikat para pihak yang bersangkutan sebagai undang- undang. Asas pacta sunt

servanda biasa juga disebut asas kepastian hukum (certainty). Asas ini bertujuan
agar hakim atau pihak ketiga harus menghormati substansi kontrak yang dibuat

oleh para pihak. Asas ini dapat disimpulkan diambil dari Pasal 1338 ayat 1 BW yang
menegaskan “perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang.”

D. Asas Iktikad Baik (geode trouw)


Asas iktikad baik diakomodasi melalui Pasal 1338 ayat 3 BW yang menegaskan

“perjanjian harus dilaksanakan dengan iktikad baik.” Asas iktikad baik merupakan
asas bahwa para pihak kreditur dan debitur harus melaksanakan substansi kontrak

berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh atau kemauan baik dari para
pihak.

HAPUSNYA PERIKATAN

Dalam KUHpdt (BW) tidak diatur secara khusus apa yang dimaksud berakhirnya perikatan,
tetapi yang diatur dalam Bab IV buku III BW hanya hapusnya perikatan. Pasal 1381 secara

tegas menyebutkan sepuluh cara hapusnya perikatan. Cara-cara tersebut adalah:[1]

1. Pembayaran.

2. Penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau penitipan


(konsignasi).
3. Pembaharuan utang (novasi).

Hukum Bisnis | KMP 2018 `101


4. Perjumpaan utang atau kompensasi.

5. Percampuran utang (konfusio).


6. Pembebasan utang.[2]

7. Musnahnya barang terutang.


8. Batal/ pembatalan.

9. Berlakunya suatu syarat batal.


10. Dan lewatnya waktu (daluarsa).

Terkait dengan Pasal 1231 perikatan yang lahir karena undang-undang dan perikatan
yang lahir karena perjanjian. Maka berakhirnya perikatan juga demikian. Ada perikatan

yang berakhir karena perjanjian seperti pembayaran, novasi, kompensasi, percampuran


utang, pembebasan utang, pembatalan dan berlakunya suatu syarat batal. Sedangkan

berakhirnya perikatan karena undang–undang diantaranya; konsignasi, musnahnya


barang terutang dan daluarsa.

Agar berakhirnya perikatan tersebut dapat terurai jelas maka perlu dikemukakan
beberapa item yang penting, perihal defenisi dan ketentuan-ketentuan yang

mengaturnya sehinga suatu perikatan/ kontrak dikatakan berakhir:

• Pembayaran
Berakhirnya kontrak karena pembayaran dijabarkan lebih lanjut dalam Pasal 1382

BW sampai dengan Pasal 1403 BW. Pengertian pembayaran dapat ditinjau secara
sempit dan secara yuridis tekhnis.

Pembayaran dalam arti sempit adalah pelunasan utang oleh debitur kepada
kreditur, pembayaran seperti ini dilakukan dalam bentuk uang atau barang.

Sedangkan pengertian pembayaran dalam arti yuridis tidak hanya dalam bentuk
uang, tetapi juga dalam bentuk jasa seperti jasa dokter, tukang bedah, jasa tukang

cukur atau guru privat.

Hukum Bisnis | KMP 2018 `102


• Konsignasi

Konsignasi terjadi apabila seorang kreditur menolak pembayaran yang dilakukan


oleh debitur, debitur dapat melakukan penawaran pembayaran tunai atas

utangnya, dan jika kreditur masih menolak, debitur dapat menitipkan uang atau
barangnya di pengadilan.

• Novasi

Novasi diatur dalam Pasal 1413 Bw s/d 1424 BW. Novasi adalah sebuah
persetujuan, dimana suatu perikatan telah dibatalkan dan sekaligus suatu

perikatan lain harus dihidupkan, yang ditempatkan di tempat yang asli. Ada tiga
macam jalan untuk melaksanakan suatu novasi atau pembaharuan utang yakni:

Apabila seorang yang berutang membuat suatu perikatan utang baru guna orang
yang mengutangkannya, yang menggantikan utang yang lama yang dihapuskan

karenanya. Novasi ini disebut novasi objektif. Perikatan baru, tetapi para pihak
tetap.Contoh: Kewajiban untukmembayar sejumlah uang tertentu diganti dengan

kewajiban untuk menyerahkan sesuatu barang tertentu.

Apabila seorang berutang baru ditunjuk untuk menggantikan orang berutang


lama, yang oleh siberpiutang dibebaskan dari perikatannya (ini dinamakan novasi

subjektif pasif). Perikatan lama, tetapi penggantian debitur baru.Contoh: A


berutang pada B. Namun, dalam pelaksanaan pembayaran utangnya A diganti oleh

C sebagai debitur baru, sehingga yang berutang akhirnya adalah C kepada B.

Apabila sebagai akibat suatu perjanjian baru, seorang kreditur baru ditunjuk untuk

menggantikan kreditur lama, terhadap siapa si berutang dibebaskan dari


perikatannya (novasi subjektif aktif). Perikatan lama, tetapi penggantian kreditur
baru.Contoh: si Ani berutang pada Mina. Namun di dalam pelaksanaan perjanjian

Hukum Bisnis | KMP 2018 `103


ini kedudukan si Mina yang tadinya sebagai kreditur kini diganti oleh si Ali sebagai

kreditur. Sehingga perjanjian utang piutang itu tadinya terjadi antara si Ani
(debitur) dengan si Ali (kreditur).

Akibat Novasi (Pasal 1418 KUHPerdata):

Debitur lama yang telah dibebaskan dari kewajiban oleh kreditur tidak dapat

meminta pembayaran kepada debitur lama, sekalipun debitur baru jatuh pailit atau
debitur baru ternyata orang yang tidak dapat melakukan perbuatan hukum.

• Kompensasi
Kompensasi atau perjumpaan utang diatur dalam Pasal 1425 BW s/d Pasal 1435

BW. Yang dimaksud dengan kompensasi adalah penghapusan masing-masing


utang dengan jalan saling memperhitungkan utang yang sudah dapat ditagih

antara kreditur dan debitur (vide: Pasal 1425 BW). Contoh: A menyewakan rumah
kepada si B seharga RP 300.000 pertahun. B baru membayar setengah tahun

terhadap rumah tersebut yakni RP 150.000. Akan tetapi pada bulan kedua A
meminjam uang kepada si B sebab ia butuh uang untuk membayar SPP untuk

anaknya sebanyak Rp 150.000. maka yang demikianlah antara si A dan si b terjadi


perjumpaan utang.

• Konfusio
Konfusio atau percampuran utang diatur dalam Pasal 1436 BW s/d Pasal 1437 BW.

Konfusio adalah percampuran kedudukan sebagai orang yang berutang dengan


kedudukan sebagai kreditur menjadi satu (vide: Pasal 1436). Misalnya si debitur

dalam suatu testamen ditunjuk sebagai waris tunggal oleh krediturnya, atau
sidebitur kawin dengan krediturnya dalam suatu persatuan harta kawin.

Ada dua cara terjadinya percampuran utang, yaitu:

Hukum Bisnis | KMP 2018 `104


1. Dengan jalan penerusan hak dengan alas hak umum. Misalnya: si kreditur

meninggal dunia dan meninggalkan satu-satunya ahli waris, yaitu debitur. Ini
berarti bahwa dengan meninggalnya kreditur, maka kedudukan debitur

menjadi kreditur;
2. Dengan jalan penerusan hak di bawah alas hak khusus. Misalnya: pada jual beli,

dimana penjual kemudian juga menjadi pembeli.

Pada umumnya percampuran utang terjadi pada bentuk-bentuk debitur menjadi

ahli waris dari

kreditur atau karena perkawinan.

• Pembebasan utang:

Secara sederhana pembebasan utang Adalah: Suatu pernyataan sepihak dan tegas
dari kreditur kepada debitur, bahwa debitur dibebaskan dari

perutangan.Pembebasan utang tidak mempunyai bentuk tertentu dan dapat saja


diadakan secara lisan, tetapi untuk adanya kepastian hukum dan agar adanya bukti

yang kuat, maka pernyataan itu harus merupakan tindakan dari kreditur misalnya
dengan mengembalikan surat piutang kepada debitur.

Ada dua cara terjadinya, pembebasan utang, yaitu: Cuma-cuma, dan Prestasi dari
pihak debitur.

Pembebasan utang dengan cuma-cuma harus dipandang sebagai penghadiahan.

Sedangkan prestasi dari pihak debitur artinya sebuah prestasi lain, selain prestasi
yang terutang dimana pembebasan ini didasarkan pada perjanjian.

• Musnahnya barang yang terutang:

Adalah: Hancurnya, tidak dapat diperdagangkan, atau hilangnya barang terutang,


sehingga tidak diketahui sama sekali apakah barang itu masih ada atau tidak ada.

Hukum Bisnis | KMP 2018 `105


Syaratnya: bahwa musnahnya barang itu di luar kesalahan debitur dan sebelum

dinyatakan lalai (wanprestasi) oleh kreditur. Debitur wajib membuktikan bahwa


musnahnya barang tersebut adalah diluar kesalahannya dan barang itu akan

musnah atau hilang juga, meskipun di tangan debitur. Jadi dalam hal ini si debitur
telah berusaha dengan segala daya upaya untuk menjaga barang tersebut agar

tetap berada dalam keadaan semula.


• Kebatalan atau pembatalan perikatan:

Bidang kebatalan ini dapat dibagi dalam dua hal pokok, yaitu:

1. Dapat dibatalkan; dan

2. Batal demi hukum.


Dapat dibatalkan, baru mempunyai akibat setelah ada putusan hakim

yangmembatalkan perbuatan tersebut. Disebut batal demi hukum karena


kebatalannya yang menyangkut perbuatan hukum, ketertiban umum atau

kesusilaan.

Selain sebab-sebab hapusnya perikatan yang ditentukan oleh Pasal 1381 KUH Perdata

tersebut, ada beberapa penyebab lain untuk hapusnya suatu perikatan, yaitu:

1. Berakhirnya suatu ketetapan waktu dalam suatu perjanjian;

2. meninggalnya salah satu pihak dalam perjanjian, misalnya meninggalnya pemberi

kuasa atau penerima kuasa (Pasal 1813 KUH Perdata);

3. meninggalnya orang yang memberikan perintah;

4. karena pernyataan pailit dalam perjanjian maatschap;

5. adanya syarat yang membatalkan perjanjian.1

Hukum Bisnis | KMP 2018 `106


Perbedaan Hapusnya Perikatan dengan Hapusnya Perjanjian:

Cara hapusnya perjanjian berbeda dengan hapusnya perikatan. Hapusnya perikatan

belum tentu menghapuskan suatu perjanjian, kecuali semua perikatan-perikatan yang ada
pada perjanjian tersebut sudah hapus. Sebaliknya hapusnya suatu perjanjian

mengakibatkan hapusnya perikatan-perikatannya.

Cara hapusnya perjanjian:

• Karena tujuan perjanjian sudah tercapai;

• Dengan persetujuan kedua belah pihak sesuai dengan Pasal 1338 ayat (2)
KUHPerdata;

• Karena ketentuan undang-undang, misalnya: Pasal 1601 KUHPerdata tentang


perburuhan, jika si buruh meninggal, maka perjanjian perburuhan menjadi hapus;

• Karena ditentukan oleh para pihak mengenai perjanjian dengan jangka waktu
tertentu;

• Karena keputusan hakim; dan


• Karena diputuskan oleh salah satu pihak, yaitu jika salah satu pihak tidak

melakukan prestasi, maka pihak lainnya tidak wajib melakukan kontra prestasi.

Perjanjian Kawin

Dasar Hukum

Menurut KUHPerdata dalam Pasal 119 disebutkan bahwa perkawinan pada hakikatnya
menyebabkan percampuran dan persatuan harta pasangan menikah, kecuali apabila

pasangan menikah tersebut membuat sebuah Perjanjian Perkawinan yang mengatur


mengenai pemisahan harta.

Selanjutnya ditegaskan kembali dalam Pasal 35 Undang-Undang No. 1/1974 tentang


Perkawinan (“UU Perkawinan”) bahwa dengan pembuatan Perjanjian Perkawinan calon

Hukum Bisnis | KMP 2018 `107


suami istri dapat menyimpang dari peraturan undang-undang mengenai ketentuan harta

bersama asalkan ketentuan tersebut tidak bertentangan dengan tata susila atau tata tertib
umum. Lebih spesifik, definisi atas Perjanjian Perkawinan disebutkan pada Pasal 29

undang-undang yang sama. Ketentuan-ketentuan tersebut merupakan dasar hukum


pembuatan Perjanjian Perkawinan oleh calon suami-istri.

Mengapa harus membuat Perjanjian Perkawinan?

Perjanjian Perkawinan dibuat semata-mata untuk menjaga kepentingan usaha dan

menghargai martabat masing-masing pihak. Perjanjian Perkawinan dapat memastikan


bahwa pasangan Anda menikah dengan Anda, bukan dengan kekayaan Anda. Sehingga

niatan tulus Anda dan calon pasangan dapat dibuktikan sebelum membangun rumah
tangga. Lebih lanjut, urgensi dari dibuatnya Perjanjian Perkawinan adalah sebagai berikut:

1. Menjamin keamanan dan kepentingan usaha. Contoh kecilnya adalah jika salah
satu pasangan merupakan pemilik usaha (atau menjabat sebagai pemimpin usaha,

meskipun bukan pemilik usaha), dan suatu hari usahanya tersebut dituntut
kerugian maka kedua pasangan akan terlibat. Perjanjian Perkawinan dapat

mencegah terjadinya hal tersebut, sehingga pasangan dan buah hati Anda tidak
turut terlibat kerugian usaha.

2. Menjamin berlangsungnya harta peninggalan keluarga. Dalam pasal 35 ayat (2) UU


Perkawinan dijelaskan, harta bawaan dari masing-masing suami dan isteri dan

harta benda yang diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan, adalah
di bawah penguasaan masing-masing sepanjang para pihak tidak menentukan

lain. Melalui Perjanjian Perkawinan dapat ditegaskan kembali sehingga dipastikan


tidak akan ada hadiah atau warisan keluarga yang berpindah. Karena dalam

prakteknya, dalam hal pasangan pemilik warisan keluarga meninggal maka


peninggalan tersebut akan dimiliki oleh pasangannya yang masih hidup. Belum
lagi ada kemungkinan pasangan tersebut menikah kembali, sehingga warisan

Hukum Bisnis | KMP 2018 `108


keluarga Anda akan hilang dan menimbulkan perseteruan. Perjanjian juga

menjamin harta perolehan dari warisan atau pusaka turun temurun milik keluarga
tetap dalam kekuasaan Anda.

3. Melindungi kepentingan seorang istri dalam hal suami melakukan poligami.


Perjanjian Perkawinan dapat memastikan pemisahan harta peninggalan terhadap

istri, baik untuk perkawinan yang pertama, kedua, ketiga bahkan untuk perkawinan
yang keempat. Masing-masing isteri akan tenang dan hidup terjamin. Jauh dari

pertikaian dan perselisihan antar ahli waris.


4. Menjaga hubungan kemitraan dalam political marriage. Bagi kalangan petinggi

pemerintahan maupun kalangan high profile investor, seringkali pernikahan


dilakukan untuk memperoleh nama baik, membangun hubungan, maupun saling

bertukar atribut imateril lainnya yang melekat pada calon besan. Pernikahan politik
dilakukan untuk menjaga reputasi maupun memperluas relasi dengan prinsip

saling memberikan manfaat antar calon besan. Namun seringkali hubungan


kemitraan tersebut kandas dikarenakan munculnya sengketa akibat percampuran

kekayaan. Dengan dibuatnya perjanjian perkawinan, para calon besan dapat


memperoleh nilai-nilai imateril yang diharapkan atas pernikahan politik tersebut

tanpa khawatir terhadap permasalahan yang dipicu oleh harta kekayaan. Perjanjian
perkawinan akan melindungi semangat dan cita-cita kemitraan yang

diselenggarakan.
5. Menjamin kondisi finansial Anda setelah perkawinan putus atau berakhir. Banyak

ditemui pihak perempuan tidak lagi bekerja setelah menikah dengan harapan agar
calon istri dapat berperan sebagai ibu rumah tangga dengan lebih maksimal.

Dalam hal ini Perjanjian Perkawinan sangat bermanfat bagi perempuan yang tidak
bekerja, dan saat vonis pengadilan menolak tuntutan nafkah dan biaya pendidikan

anak yang diajukan seorang ibu yang memegang hak pengasuhan anak dan lebih
memilih menetapkan jumlah biaya hidup dan biaya pendidikan anak berdasarkan

Hukum Bisnis | KMP 2018 `109


pertimbangan keputusan hakim. Dalam Perjanjian Perkawinan hal ini dapat

dibicarakan dengan baik sejak awal, baik jumlah dan mekanismenya. Eksekusinya
hanya perlu mengajukan perjanjian tersebut dan meminta hakim untuk

memerintahkan suami agar menjalankan kewajiban yang telah ditetapkan dalam


Perjanjian Perkawinan.

6. Menghindari motivasi perkawinan yang tidak sehat. Dengan dibuatnya Perjanjian


Perkawinan maka dapat menghindari niat tidak tulus dari calon pasangan yang

ternyata memiliki maksud untuk melunasi hutang-hutang debiturnya melalui


kekayaan hasil pernikahan. Janji manis calon pasangan sebelum pernikahan belum

tentu seutuhnya benar, dan dalam prakteknya seringkali permasalahan muncul


setelah rumah tangga berlangsung. Perjanjian Perkawinan dapat melindungi Anda

dari niatan tidak sehat seperti ini, dimana niatan tersebut tidak akan pernah
diutarakan oleh calon pasangan Anda sebelumnya.

Apa saja materi yang dapat diatur dalam Perjanjian Perkawinan?

Materi yang diatur di dalam perjanjian tergantung pada pihak-pihak calon suami-istri, asal

tidak bertentangan dengan hukum, undang-undang, agama, dan kepatutan atau


kesusilaan. Perjanjian perkawinan yang lazim disepakati antara lain berisi harta bawaan

dalam perkawinan, utang yang dibawa oleh suami atau istri, dan lain sebagainya. Dalam
penerapannya berikut adalah hal-hal yang umumnya diatur dalam perjanjian

perkawinan:Harta bawaan dalam perkawinan, baik harta yang diperoleh dari usaha
masing-masing maupun dari hibah, warisan ataupun cuma-cuma yang diperoleh masing-

masing selama perkawinan.

Semua hutang dan piutang yang dibawa oleh suami atau istri dalam perkawinan mereka,
sehingga tanggung jawab yang dibuat oleh mereka selama perkawinan tetap akan

Hukum Bisnis | KMP 2018 `110


menjadi tanggungan masing-masing atau tanggung jawab keduanya dengan

pembatasan tertentu. Hak istri dalam mengurus harta pribadinya baik yang bergerak
maupun yang tidak bergerak dan dengan tugas memungut (menikmati) hasil serta

pendapatan baik dari pekerjaannya sendiri atau sumber lain.Kewenangan istri dalam
mengurus hartanya, agar tidak memerlukan bantuan atau pengalihan kuasa dari suami.

Pencabutan wasiat, serta ketentuan-ketentuan lain yang dapat melindungi kekayaan

maupun kelanjutan bisnis masing-masing pihak (dalam hal salah satu/kedua pihak
merupakan pemegang saham/pemimpin usaha pada suatu entitas bisnis).

Kapan Perjanjian Perkawinan harus dibuat?

Dalam Pasal 29 UU Perkawinan disebutkan bahwa Perjanjian Perkawinan merupakan


suatu perjanjian yang dibuat pada waktu atau sebelum perkawinan dilangsungkan dan

lebih lanjut dijelaskan bahwa Perjanjian Perkawinan tersebut wajib untuk disahkan oleh
pegawai pencatat perkawinan. Berdasarkan ketentuan dalam pasal tersebut maka

perjanjian perkawinan dibuat pada saat maupun sebelum perkawinan dilangsungkan.

Namun hal tersebut sempat menimbulkan permasalahan terkait kepemilikan tanah dalam
pernikahan campuran antara WNI dengan WNA, dimana keduanya tidak sempat

membuat Perjanjian Perkawinan sebelum perkawinan dilangsungkan. Tanpa dilakukannya


Perjanjian Perkawinan maka harta yang diperoleh setelah perkawinan akan menjadi harta

bersama, namun dalam kasus kepemilikan tanah hanya WNI yang dapat diizinkan untuk
memiliki tanah dengan status hak milik (Vide: Pasal 21 (1) Undang-Undang No. 5 Tahun

1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria). Hal ini menyebabkan pasangan
yang berkewarganegaraan WNI tidak dapat membeli tanah dengan status hak milik.

Permasalahan tersebut kini telah memperoleh solusi dengan dikeluarkannya Putusan


Mahkamah Konstitusi No. 69/PUU-XIII/2015 Tahun 2015 (“Putusan MK 69/2015”). Dengan

Hukum Bisnis | KMP 2018 `111


adanya Putusan MK 69/2015, maka ketentuan Pasal 29 UU Perkawinan berubah menjadi

sebagai berikut:

(1) Pada waktu, sebelum dilangsungkan, atau selama dalam ikatan perkawinan, kedua
belah pihak atas persetujuan bersama dapat mengajukan perjanjian tertulis yang disahkan

oleh Pegawai pencatat perkawinan atau notaris, setelah mana isinya berlaku juga
terhadap pihak ketiga sepanjang pihak ketiga tersangkut.

(2) Perjanjian tersebut tidak dapat disahkan bilamana melanggar batas-batas hukum,

agama dan kesusilaan.

(3) Perjanjian tersebut mulai berlaku sejak perkawinan dilangsungkan, kecuali ditentukan

lain dalam Perjanjian Perkawinan.

(4) Selama perkawinan berlangsung, perjanjian perkawinan dapat mengenai harta


perkawinan atau perjanjian lainnya, tidak dapat diubah atau dicabut, kecuali bila dari

kedua belah pihak ada persetujuan untuk mengubah atau mencabut, dan perubahan atau
pencabutan itu tidak merugikan pihak ketiga.

Putusan MK 69/2015 ini mengatasi keresahan dari para WNI yang menikah dengan

pasangan berbeda kewarganegaraan. Putusan MK 69/2015 memberikan kesempatan

bagi pasangan suami istri untuk dapat membuat suatu perjanjian perkawinan selama
dalam ikatan perkawinan atau yang biasa dikenal dengan Postnuptial Agreement, selama

pasangan tersebut masih terikat di dalam perkawinan yang sah. Perjanjian Perkawinan ini
harus disahkan oleh notaris atau pegawai pencatat pernikahan.

Hukum Bisnis | KMP 2018 `112

Anda mungkin juga menyukai