1. Jelaskan pengertian benda? dan uraikan konsep benda menurut Kitab Undangundang
Hukum Perdata
2. Apakah pengertian hak kebendaan serta sebutkan dan jelaskan sifat hak kebendaan?
3. Sebutkan dan uraikan macam-macam benda, beserta contohnya?
4. Didalam ketentuan perihal benda pentingnya mengenal perbedaan pengaturan
mengenai benda bergerak dan benda tidak bergerak. Jelaskan mengenai :
a. Bezit; b. Levering; c. Verjaring; d. Bezwaring.
5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan sifat tertutup didalam pengaturan kebendaan
pada KUHPerdata? Apa perbedaannya dengan pengaturan mengenai perikatan. Nb :
Semua jawaban dilengkapi uraian dan dasar hukum
Jawaban :
1. Pengertian benda dalam arti luas disebut dalam Pasal 509 KUHPerdata yaitu benda
ialah tiap barang-barang dan hak-hak yamg dapat dikuasai dengan hak milik atau
denga kata lain benda dalam konteks hukum perdata adalah segala sesuatu yang dapat
diberikan / diletakkan suatu Hak diatasnya, utamanya yang berupa hak milik. Dengan
demikian, yang dapat memiliki sesuatu hak tersebut adalah Subyek Hukum,
sedangkan sesuatu yang dibebani hak itu adalah Obyek Hukum.
2. Hak kebendaan adalah hak yang memberikan kekuasaan langsung atas suatu benda
dan dapat dipertahankan terhadap siapapun. Hubungan ini menimbulkan hak
kebendaan yang bersifat mutlak (absolut).
Hak kebendaan adalah Hak Mutlak (absolut), artinya hak ini dapat
dipertahankan terhadap setiap orang.
a. Hak kepribadian, contohnya : hak atas namanya, hak kehormatannya,
hak hidup, hak kemerdekaan dan sebagainya.
b. Hak-hak yang terletak di dalam hukum keluarga, contohnya : hak-hak
yang timbul karena adanya hubungan antara suami isteri dan sebagainya.
c. Hak mutlak atas sesuatu benda atau hak kebendaan, yaitu suatu hak yang
diberikan kepada seseorang yang memberikan kekuasaan langsung atau
suatu benda yang dapat dipertahankan terhadap setiap orang.
Hak kebendaan memberikan wewenang yang sangat luas kepada pemiliknya.
Hak ini dapat dijual, dijaminkan, disewakan, atau dapat dipergunakan sendiri.
Dari pasal-pasal diatas benda dapat dibagi menjadi benda pokok (utama) dan benda
perlekatan. Benda pokok adalah benda yang semula telah dimiliki oleh seseorang
tertentu, sedangkan benda perlekatan adalah setiap yang (1) karena perbuatan alam ;
(2) karena perbuatan manusia ; (3) karena hasil perdata yang belum dapat ditagih.
4. Jelaskan mengenai :
a. Bezit; b. Levering; c. Verjaring; d. Bezwaring.
5. Sistem pengaturan hukum benda adalah sistem tertutup, artinya orang tidak dapat
mengadakan hak-hak kebendaan baru selain yang sudah ditetapkan dalam undang-
undang. Jadi hanya dapat mengadakan hak kebendaan terbatas pada yang sudah
ditetapkan dalam undang-undang saja (menurut Sri Soedewi Masjchoen Sofwan) Hal
ini berlawanan dengan sistem hukum perikatan, di mana hukum perikatan mengenal
sistem terbuka, artinya orang dapat mengadakan perikatan ataupun perjanjian
mengenai apa pun juga, baik yang sudah ada aturannya dalam undang-undang
maupun yang belum ada peraturannya sama sekali. Jadi, siapapun boleh mengadakan
suatu perikatan atau perjanjian mengenai apa pun juga. Dengan demikian, hukum
perikatan mengenal asas kebebasan berkontrak. Namun demikian, berlakunya asas
kebebasan berkontrak ini dibatasi oleh undang-undang, kesusilaan, dan ketertiban
umum.
Sistem yang dianut dalam Buku II/Hukum Benda adalah system tertutup.
Sistem tertutup artinya orang tidak dapat mengadakan/membuat hak-hak kebendaan
yang baru selain yang sudah ditetapkan dalam undang-undang. Jadi hak-hak
kebendaan yang diakui itu hanya hal-hak kebendaan yang sudah diatur oleh undang-
undang.
Kita tidak boleh misalnya mengadakan hak milik baru yang tidak sama dengan hak
milik yang sudah diatur oleh undang-undang.
Berbeda dengan sistem yang dianut oleh hukum perikatan dalam buku III, yaitu
sistem terbuka.
Sistem terbuka artinya setiap orang dapat bebas membuat perjanjian apa saja selain
apa yang telah ditetapkan oleh undang-undang asal tidak bertentangan dengan
undang-undang, kesusilaan, dan ketertiban umum.
Sistem terbuka ini merupakan cerminan dari pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata yang
berbunyi sebagai berikut:
“semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi
mereka yang membuatnya”
Jadi buku III/hukum perikatan menganut asas kebebasan berkontrak.