Anda di halaman 1dari 6

NAMA : FADIAH AINI WARDAH

NPM ; 3018210343

MATA KULIAH : FILSAFAT HUKUM

KELAS : B

Soal

Apa bedanya Filsafat Hukum dengan Ilmu Pengetahuan Umum

FILSAFAT HUKUM

Filsafat hukum adalah ilmu yang mempelajari hukum secara filosofis. Maka obyek filsafat
hukum adalah hukum. Filsafat hukum tidak dimasukkan sebagai cabang ilmu hukum, tetapi
sebagai bagian dari teori hukum (legal theory) atau disiplin hukum. FilsafatFilsafat hukum
adalah filsafat yang obyek khusus hukum ,oleh karena pemecahan permasalahan yang
dipecahkan oleh filsafat hukum ialah apa hukum itu, apa keadilan itu,apa itu hukuman, apa
itu delik ( offense;pelanggaran) apa itu hak dan apa itu like ( keeimbangan )

Menurut purnadi purbacaraka dan soerjono soekanto, fislafat hukum adalah perenungan dan
perumusan nilai nilai, kecuali itu filsafat hukum juga mencakup penyerasian nilai nilai
misalnya penyerasian antara ketertiban dengan ketentraman,antara kebendaan dengan
keakhlakan, dan antara kelanggengan/konservatisme dengan pembaharuan.

Pokok kajian filsafat hukum sebagai berikut :

1. Ontologi hukum, yaitu ilmu tentang segala sesuatu ( merefleksi hakikat hukum dan
konsep konsep fundamental dalam hukum,seperti konsep demokrasi, hubungan
hukum dan kekuasaan,hubungan hukum dan moral
2. Aksiologi hukum, yaitu ilmu tentang nilai ( merefleksi isi dan nilai nilai yang termuat
dalam hukum seperti kelayakan, persamaan, keadilan, kebebasan, kebenaran, dan
sebagainya )
3. Ideologi hukum, yaitu ilmu tentang tujuan hukum yang menyangkut cita cita manusia
( merefleksi wawaan manusia dan mayarakat yang melandasi dan melegitimasi
kaidah hukum, pranata hukum, sistem hukum dan bagian bagian dari sistem hukum )
4. Teleologi hukum, yaitu ilmu tentang tujuan hukum yang menyangkut cita hukum itu
sendiri ( merefleksi makna dan tujuan hukum )
5. Epistemologi, yaitu ilmu tentang pengetahuan hukum ( merefleksi sejauh mana
pengetahuan tentang hakikat hukum dan masalah masalah fundamental dalam filsafat
hukum mungkin dijalankan akal budi manusia
6. Logika hukum, yaitu ilmu tentang berpikir benar atau kebenaran berpikir ( merefleksi
aturan aturan berpikir yuridik dan argumentasi yuridik, bangunan logikal serta
struktur sistem hukum )
7. Ajaran hukum umum
Jurisprudence adalah ilmu yang mempelajari pengetahuan dan sistem hukum secara
mendalam. Pokok kajian jurisprudence adalah :
 Logika hukum
 Ontologi hukum ( penelitian tentang hakikat dari hukum )
 Epistemologi hukum ( ajaran pengetahuan )
 Axiologi( penentuan isi dan nilai )

Ilmu Pengetahuan Hukum : hanya mencatat dan menganalisis segala pengalaman, termasuk
gejala hukum dalam masyarakat, sedangkan filsafat Hukum tidak saja mencatat dan
menganalisa, tetapi juga menilai atau memberi penilaian dan mencari latar belakang
pengalaman tsb.

Ilmu Pengetahuan Hukum hanya melihat gejala-gejala hukum sebagaimana dapat diamati
oleh panca indera manusia mengenai perbuatan-perbuatan manusia dan kebiasaan-kebiasaan
masyarakat. Sementara itu, pertimbangan nilai di balik gejala-gejala hukum tersebut luput
dari pengamatan Ilmu Hukum. Norma atau kaidah hukum tidak termasuk dunia kenyataan
(sein), tetapi berada pada dunia lain (sol/en dan mogeni), sehingga norma hukum bukan dunia
penyelidikan Ilmu Pengetahuan Hukum.

Sedangkan ilmu pengetahuan hukum menurut bellefroid, adalah ilmu pengetahuan hukum
terdiri atas 5 bagian yang masing masing sebagai berikut

1. Dogmatik hukum, yaitu bagian ilmu pengetahuann hukum yang menelaah isi hukum
yang berlaku, arti ketentuan hukum yang berlaku, tingkatan ketentuan hukum yang
berlaku berdasarkan asas hukum yang berlaku dan sistem hukum yang dianut.
2. Sejarah hukum, yaitu bagain ilmu pengetahuan hukum yang menelaah ketentuan
hukum yang berlaku diberbagai negara untuk mendapatkan persaman dan perbedaan
3. Perbandingan hukum, yaitu bagian ilmu pengetahuan hukum yang membandingkan
ketentuan hukum yang berlaku dibebagai negara untuk mendapatkan persamaannya
dan perbedaanya
4. Politik hukum, yaitu bagian ilmu pengetahuan hukum yang menelaah perubahan yang
harus dilakukan dalam hukum yang berlaku agar dapat memnuhi kebutuhan
kehidupan masyarakat dengan demikian politik hukum membahas arah perkembangan
suatu tata hukum
5. Teori hukum, yaitu bagian dari ilmu pengetahuan hukum yang menelaah hukum
terlepas dari kekhususan waktu dan tempat tertentu, teori hukm mencari pengertian
hukum, kewajiban hukum, person hukum, obyek hukum,hubungan hukum dan
sebagainya

NAMA: FADIAH AINI WARDAH

NPM : 3018210343

MATA KULIAH : FILSAFAT HUKUM

KELAS : B

Mengapa Plato mengidolakan pimpinan negara itu harusnya raja sekaligus filsuf?

Jawab :

karena menurut plato seorang filsuf memiliki jiwa untuk mencintai kebenaran atau
kebijaksaan. Jika pribadi itu sudah mencintai kebenaran pasti akan diikuti oleh sifat-sifat lain
seperti Jujur, amanah, tanggung jawab, dan lain-lain. Seorang yang duduk pada kekuasaan
tidak boleh hanya manusia biasa, haruslah pribadi yang memiliki karakter kuat, tahan godaan
dan bisa memimpin. Pemerintahan negara hanya akan menjadi lebih baik dan
membahagiakan apabila pemerintahan diserahkan kepada seorang filsuf.menurut plato Filsuf
juga seorang pecinta segala sesuatu yang benar.Kualitas lain yang mereka miliki ialah bahwa
mereka tidak akan dengan sengaja memasukkan kesalahan ke dalam pikiran mereka, karena
itu merupakan suatu kebencian bagi mereka.
Selain itu, seorang filsuf harus memiliki ingatan yang bagus, cepat belajar, bersifat mulia,
ramah, bersahabat bagi kebenaran, keadilan, keberanian, kesabaran dan ketenangan.Hanya
filsuflah yang layak menjadi raja dan penguasa karena ia menguasai filsafat, orang yang
memiliki pengetahuan, kebijaksanaan, dan yang tidak mungkin salah memimpin negara.

Dengan demikian, ia akan membebaskan rakyatnya dari segala belenggu nestapa.

NAMA : FADIAH AINI WARDAH

NPM : 3018210343

MATA KULIAH : FILSAFAT HUKUM

KELAS : B

• APA BEDA KEADILAN DISTRIBUTIF DAN KEADILAN KOREKTIF MENURUT


ARISTOTELES ?
Referensi :

Buku soetiksno, bagian 1, edisi 2013. Hal 14-15

Distributive Justice (keadilan yang membagi) memberi petunjuk tentang pembagian


barang-barang dan kehormatan kepada masing-masing orang, menurut tempatnya di
masyarakat, keadilan ini menghendaki perlakuan yang sama terhadap mereka yang
sama menurut hukum. Hal ini menunjukkan suatu kenyataan, yang kebanyakan
dilupakan oleh para ahli pikir dalam keinginannya untuk membuktikan kebenaran
dan keyakinannya politik, bahwa tidak ada suatu cita-cita mengenai keadilan yang
benar, berlaku menurut teori, dan (pada waktu itu juga) mempunyai “isi” yang
tertentu. Hukum positiflah, didasarkan pada prinsip-prinsip kesusilaan dan politik
yang menentukan siapa yang sama untuk hukum.
Keadilan distributive adalah keadilan yang memberikan kepada tiap-tiap orang
bagiannya menurut jasanya. Ia tidak menuntut supaya tiap orang mendapat bagian
yang sama banyaknya, bukan persamaan, akan tetapi kesebandingan yang harus
diperhatikan.
Sedangkan
Corrective Justice (keadilan yang memperbaiki/vergeldende recht vaardigheld)
adalah terutama ukuran prinsip-prinsip teknis yang mengatur administrasi hukum.
Dalam mengatur hubungan-hubungan hukum, harus ada suatu ukuran umum guna
memperbaiki akibat-akibat tindakan, tanpa memperhatikan siapa orangnya yang
berkepentingan, untuk keperluan tesebut tindakan-tindakan harus diukur dengan
suatu ukuran obyektif. Misalnya, hukuman harus memperbaiki kejahatan, ganti
kerugian memperbaiki tindakan salah di bidang hukum perdata, ganti kerugian
memperbaiki suatu kekayaan yang didapat tidak dengan halal dan sebagainya.
Lambang Themis, seorang wanita yang mencari keimbangan pada timbangan, tanpa
memperhatikan orangnya, adalah dasar dari bentuk keadilan sebagai tersebut. Akan
tetapi corrective justice harus tunduk pada distributive justice.
Keadilan commutatief (coreective justice) adalah keadilan yang memberikan pada
setiap orang sama banyaknya dengan tak mengingat jasa-jasa perorangan. Ia
memegang peranan dalam perjanjian “tukar-menukar”, pada pertukaran
barangbarang dan jasajasa, dalam mana sebanyak mungkin harus terdapat persamaan
antara apa yang dipertukarkan. Coreective justice lebih menguasai hubungan antara
perorangan. Keadilan distributive, terutama mengenai hubungan antara masyarakat,
khususnya negara, dan perseorangan tertentu

NAMA : FADIAH AINI WARDAH

NPM : 3018210343

MATA KULIAH : FILSAFAT HUKUM

KELAS : B

Apa bukti tidak ada hukum berlaku umum,jika didasarkan atas pengalaman?

Jawab :

Tidak ada buktinya,karena pada umumnya pengalaman/empiris tidak selalu


obyektif,melainkan subyektif. Atas dasar itulah,berdasarkan pengalaman tidak ada pengertian
hukum yang berlaku umum,pengertian hukum yang berlaku umum hanya mungkin ada jika
berdasarkan atas hal hal yang apriori ( tidak berdasarkan pengalaman atau bersifat
bawaan,yaitu hal-hal yang ada sebelum pengalaman.)

peraturan/hukum yang berlaku dan ditaati dimasyarakat,yang tidak semuanya berasal dari
badan ,pejabat berwenang/buatan negara ,melainkan banyak juga hukum yang berlaku dan
ditaati masyarakat namun tidak tertulis yang dapat berasal dari kebiasaan,norma atau adat
istiadat, dimana kebiasaan,norma,atau adat istiadat yang berlaku dimasyarakat ini ditaati dan
dihormati oleh masyarakat setempat, dimana peraturan tidak tertulis ini atau yang berasal dari
pengalaman tersebut juga tidak dapat berlaku secara keseluruhan atau umum seperti pada
peraturan tentang lalu lintas,dimana dalam peraturan lalu lintas tersebut,justru yang berlaku
ialah peraturan yang dibuat oleh negara /badan/pejabat berwenang dan tentunya merupakan
peraturan tertulis

Anda mungkin juga menyukai