Anda di halaman 1dari 14

KEJAKSAAN NEGERI SERANG

“ Demi Keadilan Dan Kebenaran


Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
Esa “

JAWABAN PENUNTUT UMUM


TERHADAP PEMBELAAN
PENASEHAT HUKUM TERDAKWA JIJI ABDUL AZIZ S.Pd BIN UDIB
=======================================================================

I. PENDAHULUAN

Majelis Hakim yang terhormat,


Saudara Penasehat Hukum dan Terdakwa yang kami
hormati, Sidang yang kami muliakan.

Pertama-tama kami ucapkan terima kasih kepada Majelis Hakim yang telah memberikan
kesempatan kepada kami untuk memberikan jawaban atas Pembelaan yang disampaikan oleh
Penasehat Hukum Terdakwa JIJI ABDUL AZIZ S.Pd BIN UDIB sesuai ketentuan Pasal 182 Ayat (1)
KUHAP, mengingat menurut hemat kami persidangan dalam perkara atas nama Terdakwa JIJI
ABDUL AZIZ S.Pd BIN UDIB telah berjalan dengan lancar dan tertib, pada dasarnya adalah karena
Majelis Hakim secara arif dan bijaksana dalam memimpin jalannya persidangan ini, dan telah
menempatkan Terdakwa JIJI ABDUL AZIZ S.Pd BIN UDIB serta Penasehat Hukumnya sebagai
pihak-pihak yang mempunyai kedudukan yang sama dengan Penuntut Umum, untuk itu kami
haturkan terima kasih yang tulus kepada Majelis Hakim.
Pada hari ini giliran kami selaku Penuntut Umum menyampaikan jawaban terhadap
Pembelaan (Pledoi) dari Penasehat Hukum Terdakwa JIJI ABDUL AZIZ S.Pd BIN UDIB.
Sehubungan dengan Pembelaan dari Penasehat Hukum Terdakwa JIJI ABDUL AZIZ S.Pd
BIN UDIB, sesungguhnya tidak perlu kami berikan jawaban lagi, karena apa yang manjadi materi
pembelaan dari Penasehat Hukum Terdakwa JIJI ABDUL AZIZ S.Pd BIN UDIB tersebut telah cukup
jelas kami uraikan dalam Surat Tuntutan yang kami bacakan pada hari Kamis tanggal 29 Maret 2012.
Dalam Surat Tuntutan tersebut secara panjang lebar telah kami uraikan perbuatan-
perbuatan yang kami dakwakan kepada Terdakwa JIJI ABDUL AZIZ S.Pd BIN UDIB, mulai dari
unsur-unsur pasal yang didakwakan, kemudian uraian perbuatan yang berkaitan dengan masing-
masing dari unsur pasal-pasal tersebut didukung dengan alat-alat bukti yang sah, fakta-fakta yang
terungkap di persidangan, analisa kami terhadap fakta-fakta persidangan, dilanjutkan dengan
penerapan dari fakta hukum yang terungkap dalam persidangan berikut alat-alat bukti (keterangan
saksi, surat, ahli dan petunjuk serta keterangan terdakwa) dan barang bukti yang diajukan dalam
persidangan ke unsur-unsur pasal-pasal yang terbukti, yang kesemuanya bermuara pada ketentuan-
ketentuan hukum yang berlaku baik dari hukum acaranya maupun terhadap hukum pidana
materiilnya sendiri.
Akan halnya Penasehat Hukum Terdakwa JIJI ABDUL AZIZ S.Pd BIN UDIB, melihatnya
dari sisi yang lain, yang akhirnya mengambil kesimpulan yang berbeda dengan Penuntut Umum,
tentu saja merupakan hal yang biasa terjadi di persidangan. Bahkan hal seperti ini bagi kami adalah
2

diperlukan untuk memberikan masukan yang sebanyak-banyaknya kepada Majelis Hakim, yang
mana diharapkan Majelis Hakim yang mulia dapat memberikan putusan yang obyektif, benar dan
adil. Sebagai bahan atau wacana, perlu juga kami kemukakan dalil-dalil dari ahli hukum pidana Mr.
TRAPMAN dalam buku Prof. Mr. J.M. VAN BEMELEN “Straaf Voordering” cetakan
1950 halaman 90, yang menyatakan :
“Bahwa masing-masing pihak dalam suatu persidangan, yaitu Jaksa Penuntut Umum,
Pembela/Penasehat Hukum, dan Hakim adalah mempunyai fungsi sama, meskipun mereka masing-
masing mempunyai posisi yang berbeda, maka sudah selayaknyalah masing-masing pihak memiliki
pendirian yang berbeda pula, fungsi yang sama adalah karena pada dasarnya masing-masing
berusaha mencari kebenaran dengan menyelidiki secara jujur fakta-fakta perbuatan terdakwa,
maksud dan akibatnya sebagaimana dituduhkan dalam surat dakwaan”
Meskipun sesungguhnya materi yang dikemukakan dalam pembelaan yang disampaikan
oleh Penasehat Hukum Terdakwa JIJI ABDUL AZIZ S.Pd BIN UDIB seluruhnya telah terjawab dalam
Surat Tuntutan dari Penuntut Umum, namun untuk mempertegas dan menambah lebih jelas lagi
beberapa masalah yang disampaikan oleh Penasehat Hukum Terdakwa JIJI ABDUL AZIZ S.Pd BIN
UDIB, maka perlu kiranya kami kemukakan penjelasan tambahan akan hal-hal tersebut.

II. MATERI POKOK PEMBELAAN PENASEHAT HUKUM TERDAKWA JIJI ABDUL AZIZ S.Pd BIN
UDIB
Bahwa setelah membaca dan meneliti pembelaan yang disampaikan Penasehat Hukum
Terdakwa JIJI ABDUL AZIZ S.Pd BIN UDIB, dapat kami uraikan hal-hal yang perlu kami beri jawaban
dan luruskan sesuai fakta persidangan antara lain sebagai berikut :

1. FAKTA-FAKTA PERSIDANGAN
Dalam pembelaannya penasehat hukum membuat fakta-fakta persidangan dari masing-masing
saksi namun kami sangat menyayangkan keterangan masing-masing saksi yang di
sampaikan dalam sidang yang mulia dan di bawah sumpah ternyata diputarbalikkan oleh
penasehat hukum dan bahkan menambahkan keterangan yang tidak pernah
disampaikan oleh saksi. Untuk lebih rincinya uraian kami ini maka kami akan mengutip
beberapa keterangan yang ditulis oleh sdr penasehat hukum dalam pembelaannya dan
selanjutnya langsung kami beri tanggapan dan jawaban:

A. Saksi Dr. Rifaid M.Nur


- Bahwa Kementerian tidak pernah menyampaikan sosialisasi secara khusus
untuk program ini kepada lembaga / koperasi yang akan menyalurkan dana subsidi
(Pembelaan penasehat hukum halaman 11)
➢ Tanggapan dan jawaban penuntut umum
 Saksi Dr. Rifaid M.Nur menerangkan saksi sudah pernah mensosialisasikan
tentang adanya bantuan KPRS mikro bersubsidi ini kepada koperasi KPRI
harapan mancak di Bandung yang di wakili oleh sdr Muhidi sebagai
salah satu pengurus KPRI harapan mancak sesuai alat bukti nama dan tanda
tangan daftar hadir yang diperlihatkan oleh saksi di persidangan. Alat bukti
daftar hadir itu sama-sama dilihat oleh majelis hakim, penuntut umum,
terdakwa dan penasehat hukum terdakwa yang sama-sama berdiri di depan
meja majelis hakim.
- Bahwa, untuk KPRI Harapan mancak telah melengkapi seluruh persyaratan dan tidak
ada yang fiktif (Pembelaan penasehat hukum halaman. 11)
➢ Tanggapan dan jawaban penuntut umum
 Saksi Dr. Rifaid M.Nur Bahwa tidak pernah menerangkan bahwa
persyaratan dari KPRI harapan “tidak ada yang fiktif”. Sesuai keterangan
dipersidangan saksi menyatakan baru mengetahui ada persyaratan fiktif
setelah ada pemeriksaan oleh Penyidik Polda Banten yaitu adanya dana pokok
pinjaman sebagai syarat untuk mendapatkan dana KPRS Mikro bersubsidi
tidak pernah diberikan oleh terdakwa, sedangkan bukti perjanjiankredit dari
koperasi kepada anggota yang ada diberikan kepada Kementerian perumahan
Rakyat hanya sebatas kertas saja yang ternyata fiktif setelah diketahui saat
pemeriksaan saksi di penyidik polda banten ternyata pinjaman tidak pernah
diberikan.
 Fakta yang dibuat oleh penasehat hukum ini juga bertolak belakang dengan
fakta yang penasehat hukum buat terkait saksi-saksi dari anggota koperasi
KPRI mancak yang menerangkan bahwa “mereka tidak keberatan
menandatangani akad kredit tentang pemberian dana pokok pinjaman yang
sebenarnya tidak ada karena itu hanyapersyaratan administrasi saja”
(sebagaimana jawaban penuntut umum terhadap keterangan saksi-saksi Eli
Sodri, S.Pd, Ida Farida, S.Pd, Mudawaroh, S.Pd, Nana Hasuna, S.Pd, Siti
asmariyah, S.Pd, Ahmad Ruhaeni, S.Pd, dibawah nantinya)
- Bahwa, dana hibah mikro bersubsidi tidak perlu dikembalikan karena hibah murni
untuk anggota (Pembelaan penasehat hukum halaman. 11)
➢ Tanggapan dan jawaban penuntut umum
 Saksi tidak pernah menyebutkan dana mikro bersubsidi sebagai hibah murni,
tetapi yang diterangkan oleh saksi adalah dana KPRS Mikro bersubsidi
bukanlah bantuan Cuma-Cuma namun merupakan bantuan yang
bertujuan sebagai apresiasi / penghargaan terhadap anggota
koperasi yang sudah mau meminjam di koperasi. Dengan demikian
bila anggota koperasi tidak memiliki pinjaman pokok di koperasi
maka dana KPRS mikro bersubsidi tidak boleh diberikan kepada
anggota koperasi dan KPRI harapan tidak dapat ditunjuk sebagai lembaga
penerbit kredit. Saksi beberapa kali menyampaikan keterangan seperti ini
karena dimintai ketegasan oleh penuntut umum dipersidangan.
- Bahwa dalam Peraturan Menteri Perumahan Rakyat tidak ada sanksi jika tidak
mengeluarkan dana pendamping. (Pembelaan penasehat hukum halaman 12)
➢ Tanggapan dan jawaban penuntut umum
 Saksi tidak pernah memberikan keterangan mengenai sanksi dalam
peraturan menteri perumahan namun merupakan keterangan bohong yang
dibuat penasehat hukum. Memang benar penasehat hukum pernah bertanya
kepada saksi tentang apakah ada sanksi dalam peraturan menteri perumahan,
namun penuntut umum langsung menyatakan keberatan terhadap pertanyaan
penasehat hukum karena saksi bukanlah ahli hukum, keberatan penuntut
umum diterima oleh majelis hakim dan saksi tidak pernah menjawab
pertanyaan penasehat hukum tersebut apalagi menyatakan tidak ada sanksi
seperti dibuat penasehat hukum.
 Fakta yang dibuat penasehat hukum juga menunjukkan ketidakfahaman
penasehat hukum dengan muatan suatu peraturan perundang-undangan.
Sesuai undang-undang nomor 10 tahun 2004 tentang pembentukan peraturan
perundang-undangan dalam Pasal 14 disebutkan “Materi muatan
mengenai ketentuan pidana hanya dapat dimuat dalam Undang-
Undang dan Peraturan Daerah”. Disamping itu penasehat hukum juga
tidak faham bahwa penggunaan peraturan menteri perumahan hanya sebagai
dasar untuk melihat apakah ada unsur melawan hukum sebagai saah satu
unsur tindak pidana korupsi dalam perbuatan terdakwa sehingga perbuatan
terdakwa harus dipertanggungjawabkan sesuai undang-undang nomor 31
tahun 1999 sebagaimana diubah dengan undang-undang nomor 20 tahun 2001
tentang pemberantasan tindak pidana korupsi.
- Bahwa apabila ada penyimpangan dalam penyaluran kemenpera tidak dirugikan
secara financial hanya program saja yang tidak mencapai target (Pembelaan
penasehat hukum halaman. 12)
➢ Tanggapan dan jawaban penuntut umum
 Bahwa saksi tidak pernah mengatakan bahwa kemenpera tidak
dirugikan secara financial namun itu hanya dibuat-buat oleh penasehat
hukum saja. Memang penasehat hukum pernah menanyakan dipersidangan
apakah Negara dirugikan akibat perbuatan terdakwa, namun penuntut umum
langsung keberatan karena saksi bukanlah ahli keuangan Negara dan
keberatan penuntut umum diterima oleh majelis sehingga pertanyaan
penasehat hukum tidak dijawab oleh saksi.
- Seharusnya permen dan SOP diberikan pada saat sosialisasi (Pembelaan penasehat
hukum halaman. 12)
➢ Tanggapan dan jawaban penuntut umum
 Fakta ini tidak pernah disampaikan oleh saksi namun dibuat-buat saja oleh
penasehat hukum karena saksi menerangkan telah memberikan sosialisasi
pada pengurus di bandung dimana dihadiri oleh muhidi salaku wkil dari
pengurus KPRI Harapan dimana telah dijelaskan tentang persyaratan yang
harus dipenuhi sesuai Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 5 Tahun
2007 yang jadi pedoman kredit KPRS mikro bersubsidi.
 Penasehat hukum seharusnya tidak mempersoalkan lagi mengenai masalah
sosialisasi Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 5 Tahun 2007 yang
jadi pedoman kredit KPRS mikro bersubsidi di KPRI Harapan karena sebagai
seorang sarjana hukum seharusnya penasehat hukum sudah mengetahui
bahwa dalam hukum dikenal dengan “FIKSI HUKUM” atau “AZAS
PUBLISITAS” yang menyatakan bahwa diundangkannya sebuah peraturan
perundang-undangan oleh instansi yang berwenang mengandaikan semua
orang mengetahui peraturan tersebut. Dengan kata lain tidak ada alasan bagi
pelanggar hukum untuk menyangkal dari tuduhan pelanggaran dengan alasan
tidak mengetahui hukum atau peraturannya. Menurut teori fiksi hukum,
kewajiban untuk mempublikasikan peraturan yang dibuat dengan sendirinya
gugur ketika peraturan tersebut resmi diundangkan oleh pemerintah. Dengan
pengundangan itu peraturan perndang-undangan resmi berlaku dan dengan
sendirinya masyarakat dianggap mengetahuinya. Perintah pengundangan
terdapat dalam tubuh undang-undang itu sendiri. Biasanya perintah
pengundangan yang ditempatkan di bagian penutup suatu undang-undang itu
berbunyi: “agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan undang-undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia. Teori fiksi hukum mengasumsikan bahwa
pengundangan peraturan mempunyai kekuatan mengikat, mengikat setiap
orang untuk mengakui eksistensi peraturan tersebut (Mertokusumo:1985).
 Dalam Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor:
05/Permen/M/2007 Tentang Pengadaan Perumahan Dan Permukiman Dengan
Dukungan Fasilitas Subsidi Perumahan Melalui KPRS/KPRS mikro bersubsidi
yang menjadi pedoman dalam penyaluran dana mikro bersubsidi kepada KPRI
harapan Fiksi Hukum ini termuat dalam BAB VII mengenai KETENTUAN
PENUTUP dalam Pasal 12 ayat (2) yang berbunyi “Peraturan Menteri ini
mulai berlaku pada tanggal ditetapkan” Dengan demikian masalah
sosialisasi yang dipersoalkan saudara penasehat hukum sangat tidak relevan
untuk dibahas lagi.
 Sudah beberapa kali mahkamah agung mamutuskan bahwa
ketidaktahuan seseorang terhadap hukum atau undang-undang bukan
alasan pemaaf. Yurisprudensi Mahkamah Agung No.645K/sip/1975
mengandung semangat ini; ketidaktahuan hukum tidak bisa dimaafkan. Dua
puluh tahun sebelumnya, Mahkamah Agung juga mengeluarkan Putusan no.
77/kr/1953 dalam perkara Haji Ilyas, yang menyatakan setiap orang
dapat dianggap mengetahui undang- undang. Pertimbangan senada muncul
kembai dalam Putusan MA No. 77k/Kr/1961 dalam perkara M. Sabirin
Biran. Dengan demikan ketidaktahuan seseorang akan peraturan merupakan
suatu kesalahan dasar ignorante logis est late culpa

B. Saksi M.A.S Mulyo Wibowo, S.Kom


- Bahwa peraturan dan SOP untuk menjalankan program ini adalah permen nomor
29 tahun 2006 (Pembelaan penasehat hukum halaman 12)
- Permohonan yang diajukan KPRI harapan mancak telah sesuai dengan Permen No.29
tahun 2006 (Pembelaan penasehat hukum halaman. 12)
➢ Tanggapan dan jawaban penuntut umum
 Fakta seperti ini tidak pernah disampaikan oleh saksi dalam
persidangan namun hanya dibuat-buat oleh saudara penasehat hukum karena
dalam persidangan peraturan yang menjadi pedoman penyaluran dana
KPRS mikro bersubsidi tahun 2008 untuk KPRI harapan yang disampaikan
saksi adalah Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor:
05/Permen/M/2007 Tentang Pengadaan Perumahan Dan Permukiman
Dengan Dukungan Fasilitas Subsidi Perumahan Melalui KPRS/KPRS mikro
bersubsidi sebagaimana dakwaan penuntut umum. Semua saksi-saksi dari
kementerian perumahan rakyat tidak pernah menyebut permen nomor 29 tahun
2006 seperti yang disebutkan oleh sdr penasehat hukum. Ini merupakan bukti
atas ketidak pahaman penasehat hukum terhadap kasus yang dibelanya
sehingga sering memberikan bantuan hukum / pembelaan yang keliru terhadap
kliennya.
C. Saksi Manahan Sinaga SG, MT
- Bahwa apabila ada penyimpangan dalam penyaluran kemenpera tidak dirugikan
secara financial hanya kegiatan saja yang tidak mencapai target (Pembelaan
penasehat hukum halaman. 14)
- Bahwa kemenpera atau Negara tidak dirugikan karena program ini hibah murni
yang tidak harus dikembalikan. (Pembelaan penasehat hukum halaman. 14)
➢ Tanggapan dan jawaban penuntut umum
 Saksi tidak pernah menyebutkan dana mikro bersubsidi sebagai
hibah murni, tetapi yang diterangkan oleh saksi adalah dana KPRS Mikro
bersubsidi bukanlah bantuan Cuma-Cuma namun merupakan
bantuan yang bertujuan sebagai apresiasi / penghargaan terhadap
anggota koperasi yang sudah mau meminjam di koperasi. Bahwa
adanya dana pinjaman pokok yang harus diberikan kepada anggota
koperasi terlebih dahulu adalah syarat mutlak untuk dapat menikmati
dana KPRS mikro bersubsidi Dengan demikian bila anggota koperasi
tidak memiliki pinjaman pokok di koperasi maka dana KPRS mikro
bersubsidi tidak boleh diberikan kepada anggota koperasi dan KPRI
harapan tidak dapat ditunjuk sebagai lembaga penerbit kredit. Saksi beberapa
kali menyampaikan keterangan seperti ini karena dimintai
ketegasan oleh penuntut umum dipersidangan.
 Bahwa saksi tidak pernah mengatakan bahwa kemenpera tidak
dirugikan secara financial namun itu hanya dibuat-buat oleh penasehat
hukum saja. Memang penasehat hukum pernah menanyakan dipersidangan
apakah Negara dirugikan akibat perbuatan terdakwa, namun penuntut umum
langsung keberatan karena saksi bukanlah ahli keuangan Negara dan
keberatan penuntut umum diterima oleh majelis sehingga pertanyaan
penasehat hukum tidak dijawab oleh saksi.
D. Saksi Andri Yusandra, ST
- Bahwa kemenpera atau Negara tidak dirugikan karena program ini hibah murni
yang tidak harus dikembalikan. (Pembelaan penasehat hukum halaman.15)
➢ Tanggapan dan jawaban penuntut umum
 Keterangan saksi ini juga merupakan keterangan yang dibuat-buat oleh
penasehat hukum karena saksi tidak pernah menerangkannya. Saksi hanyalah
anggota tim verivikasi yang tidak bukanlah ahli keuangan Negara. Bahkan
saksi secara lantang menyatakan Bahwa dana KPRS Mikro bersubsidi
bukanlah bantuan Cuma-Cuma namun merupakan bantuan yang
bertujuan sebagai apresiasi / penghargaan terhadap anggota
koperasi yang sudah mau meminjam di koperasi

E. Saksi Ei Sodri, S.Pd


- Saksi tidak keberatan dibuat akad kredit karena hanya syarat dan tidak perlu
mengembalikan. (Pembelaan penasehat hukum halaman. 16)
F. Saksi Ida Farida, S.Pd
- Saksi tidak keberatan dibuat akad kredit karena hanya syarat dan tidak perlu
mengembalikan. (Pembelaan penasehat hukum halaman. 17)
G. Saksi Mudawaroh, S.Pd
- Saksi tidak keberatan dibuat akad kredit karena hanya syarat dan tidak perlu
mengembalikan. (Pembelaan penasehat hukum halaman. 18)
H. Saksi Nana Hasuna, S.Pd
- Saksi tidak keberatan dibuat akad kredit karena hanya syarat dan tidak perlu
mengembalikan. (Pembelaan penasehat hukum halaman. 20)
I. Saksi Siti asmariyah, S.Pd
- Saksi tidak keberatan dibuat akad kredit karena hanya syarat dan tidak perlu
mengembalikan. (Pembelaan penasehat hukum halaman. 28)
J. Saksi Ahmad Ruhaeni, S.Pd
- Saksi tidak keberatan dibuat akad kredit karena hanya syarat dan tidak perlu
mengembalikan. (Pembelaan penasehat hukum halaman. 29)
➢ Tanggapan dan jawaban penuntut umum
 Keterangan saksi-saksi Eli Sodri, S.Pd, Ida Farida, S.Pd, Mudawaroh,
S.Pd, Nana Hasuna, S.Pd, Siti asmariyah, S.Pd, Ahmad Ruhaeni,
S.Pd, yang semuanya adalah anggota koperasi KPRI harapan yang telah
mendapatkan dana KPRS mikro bersubsidi sebesar Rp.5.000.000,- (lima juta
rupiah) semuanya menyatakan “tidak keberatan dibuat akad kredit karena
hanya syarat” merupakan bukti bahwa terdakwa melalui KPRI
harapan benar- benar telah membuat akad kredit yang menerangkan
KPRI harapan telah memberikan dana pokok pinjaman kepada
anggota koperasi. Padahal dana pokok pinajamn itu tidak pernah
ada diberikan/ fiktif.
 Bahwa keterangan saksi yang dibuat penasehat hukum ini sesuai
dengan pernyataan masing-masing saksi dipersidangan Bahwa saksi
membenarkan tanda tangan di berita Acara/akad pinjaman kredit
sebesar Rp.9.000.000,-(Sembilan juta rupiah) yang diperlihatkan
penuntut umum adalah benar tanda tangan saksi tetapi saksi tidak
pernah menerima dana tersebut, hal ini dibenarkan oleh terdakwa di
depan majelis hakim dan penasehat hukum.
 Fakta persidangan yang dibuat oleh penasehat hukum ini membuktikan bahwa
keterangan saksi M. Rifaid M Nur, dan saksi Manahan sinaga, dalam surat
pembelaan penasehat hukum halaman 11 dan 14 yang berbunyi “KPRI
Harapan mancak telah melengkapi seluruh persyaratan dan tidak ada yang
fiktif” memang benar-benar keterangan yang dibuat-buat karena
bertolak belakang dengan keterangan saksi-saksi anggota koperasi ini yang
menyatakan bahwa ““mereka tidak keberatan dibuat akad kredit
karena hanya syarat”.

K. Saksi Mahfudi, S.Pd


- Bahwa pengurus mengetahui wajib menyediakan dana pendamping setelah
menandatangani PKO (Pembelaan penasehat hukum halaman. 21)
➢ Tanggapan dan jawaban penuntut umum
 Keterangan saksi ini secara tidak langsung mematahkan fakta-fakta
palsu yang dibuat oleh penasehat hukum bahwa pihak KPRI Harapan
tidak pernah mendapatkan sosialisasi bahwa untuk mendapatkan dana
KPRS mikro bersubsidi harus terlebih dahulu menyediakan dana pendamping
berupa pinjaman pokok sebenar subsidi yang diusulkan. Seharusnya setelah
mengetahui bahwa KPRI harapan tidak memenuhi syarat untuk
mendapatkan dana KPRS mikro bersubsidi karena tidak sanggup menyediakan
pinjaman pokok sebagaimana dimaksud Permenpera Nomor 5 Tahun 2007,
pihak KPRI harapan tidak melanjutkan untuk mencairkan dana KPRS
mikro bersubsidi namun kenyataannya terdakwa tetap mencairkannya kepada
anggota KPRI Harapan dimana terdakwa juga ikut menikmatinya selaku
anggota koperasi yang ikut mengajukan permohonan..

L. Saksi RPM Muluk Dorojatun


- Terhadap fakta persidangan dari saksi RPM Muluk Dorojatun yang juga diperiksa
dibawah sumpah dipersidangan, Penuntut umum malah menyayangkan Penasehat
hukum malah tidak pernah memasukkan fakta persidangan yang diberikan
oleh saksi RPM Muluk Dorojatun yang dibawah sumpah “wallahi, ballahi,
tallahi” yang dipandu oleh penuntut umum bahwa saksi menerangkan “saksi sudah
mensosialisasikan peraturan dan petunjuk mengenai syarat-syarat untuk
mendapatkan dana KPRS mikro bersubsidi”.

M. Ahli Mudjtahidul Agmy Effendi


- Penuntut umum juga menyayangkan pernyataan saudara penasehat hukum halaman
65 mengenai unsur kerugian Negara yang menyatakan “Jaksa penuntut umum
mendasarkan pada keterangan saksi dari BPKP yang tidak dipercaya dan
tidak rasional karena sudah jelas-jelas dari saksi-saksi kemenpera
menrangkan…….tidak ada data yang fiktif apabila ada penyimpangan
dalam
penyaluran kemenpera tidak dirugikan secara financial”.
➢ Tanggapan dan jawaban penuntut umum
 Pembelaan penasehat hukum ini menunjukkan kepada kita bersama bahwa
saudara pensehat hukum tidak faham bahwa bapak Mudjtahidul Agmy Effendi
dari BPKP merupaka AHLI dan bukan saksi. Mereka menyampaikan
pandangan sesuai dengan keahlian mereka sebagai akuntan dan ahli
keuangan Negara dan mewakili lembaga yang diakui oleh Negara dan
undang-undang untuk melakukan pemeriksaan dan penghitungan keuangan
negara.
 Alasan penasehat hukum menganggap Ahli tidak rasional dengan
membandingkan keterangan saksi dari kemenpera…tidak ada data yang
fiktif, dan ,…. apabila ada penyimpangan dalam penyaluran
kemenpera tidak dirugikan secara financial, jelas tidak ilmiah karena
saksi dari kemenpera bukanlah orang yang ahli dari segi keuangan Negara.
Disamping itu sesuai dengan tanggapan kami sebelumnya bahwa keterangan
saksi kemenpera (M.Rifaid M Nur Dan Manahan Sinaga) tentang tidak ada
data yang fiktif, dan ,…. apabila ada penyimpangan dalam
penyaluran kemenpera tidak dirugikan secara financial merupakan
keterangan yang dibuat-buat oleh penasehat hukum sebagaimana yang telah
kami bahas sebelumnya.
2. MENGENAI AZAS STRICT LIABILITY
- Dalam pembelaannya terkait pertanggungjawaban pidana, penasehat hukum menjelaskan
juga tentang strict iability. “strict liability, azas ini merupakan pengecualian dari azas “tiada
pidana tanpa kesalahan”, azas ini juga dikenal sebagai azas “vicarious liability”,
yang sering diartikan pertanggungjawaban menurut hukum seseorang atas perbuatan salah
yang dilakukan oleh orang lain atau juga disebut pertanggungjawaban pengganti”
(Pembelaan penasehat hukum halaman. 48)
➢ Tanggapan dan jawaban penuntut umum;
 Penuntut umum sangat mengapresiasi bahwa penasehat hukum juga
membahas strict liability dalam pembelaannya sehingga menimbulkan kesan
bahwa pembelaan penasehat hukum sudah didasarkan pada perkembangan teori
hukum pidana. Namun kami sangat menyayangkan ternyata penasehat
hukum menyamakan saja antara strict liability dan vicarious liability.
Agar uraian pensehat hukum tidak menimbulkan salah pengertian pada orang lain
maka penuntut umum akan menguraian apa sebenarnya kedua istilah tersebut:
1.) Strict liability berarti Jika mens rea atau negligence tidak perlu dibuktikan
dalam kaitannya dengan satu atau beberapa unsur actus reus dari tindak
pidana. Strict liability digunakan terhadap kasus-kasus berupa:
 Public nuisance
 Criminal libel
 Blasphemous libel
 Criminal contempt of court
Dalam perkembangannya di Indonesia strict liability sudah dikenalkan dalam
pelanggaran lalu lintas, uu perindungan konsumen dan undang-undng
lingkungan hidup nomor 32 tahun 2009 terkait limbah B3.
2.) Vicarious liability merupakan Pertanggungjawaban menurut hukum
seseorang atas perbuatan salah yang dilakukan oleh orang lain (the legal
responsibility of one person for the wrongful acts of another) yang awalnya
merupakan konsep hukum perdata (respondeat superior). Vicarious
Liability dapat diterapkan dalam tindak pidana yang masuk katagori
public nuisance dan criminal libel, Dalam hal ditentukan dalam UU yaitu
prinsip delegasi (the delegation principle) dan bila ditentukan oleh hukum
bahwa perbuatan buruh dipandang sebagai perbuatan majikan (the servant’s
act is the master’s act in law).
Dengan demikian antara strict liability dan vicarious iability tidaklah
sama. Oleh karena pembahsan tentang strict liability dan vicarious liability
dari penasehat hukum sudah keliru maka kami tidak akan melanjutkan untuk
membahas selanjutnya dari pembelaan penasehat hukum yang mendasarkan
pada konsep tersebut. Apalagi hal ini tidak ada kaitannya dengan tindak pidana
korupsi yang sedang didakwakan kepada terdakwa karena terdakwa jelas-jelas
telah dengan sengaja dan sadar melakukan tindakan korupsi terhadap dana KPRS
mikro bersubsidi dari kemenpera tahun 2008 sebagaimana terungkap
diperseidangan dan dalam tuntutan kami.
3. MENGENAI MELAWAN HUKUM,
- Dalam pembelaan penasehat hukum secara tidak langsung mengakui bahwa tindakan
terdakwa telah melanggar hukum dan harus dipertanggungjawabkan, namun
penasehat hukum menganggap bahwa terdakwa tidak dapat dimintakan
pertanggungjawaban dengan mengutip sebuah yurispridensi mahkamah agung
nomor 42 K/Kr/1965 tanggal 8-1-1966 yang menyatakan “suatu tindakan pada
umumnya dapat hilang sifatnya sebagai melawan hukum bukan hanya berdasarkan sesuatu
ketentuan dalam perundang-undangan, melainkan juga berdasarkan azas-azas hukum yang
tidak tertulis dan bersifat umum dalam perkara ini misalnya factor-faktor Negara tidak
dirugikan, kepentingan umum terlayani, dan terdakwa sendiri tidak mendapat untung”
(Pembelaan penasehat hukum halaman. 53)
➢ Tanggapan Dan Jawaban Penuntut Umum
 Bahwa benar berdasarkan Jurisprudensi, hapusnya sifat melawan hukum suatu
perbuatan apabila terdapat keadaan : 1. Kepentingan umum terlayani; 2.
Terdakwa tidak mendapat keuntungan dari perbuatannya; 3. Negara tidak
dirugikan. Memang hal tersebut ternyata terdapat dalam Yurisprudensi misalnya
dalam kasus Machroes Effendie pada tahun 1966, kasus Mohammad Toha Iljas
pada tahun 1972 dan an. Ir. Otjo Danaatmadja bin Danaatmadja (KKPH
Kab.Garut) dalam Putusan Nomor 81/K/Kr/1973 tanggal 30 Maret 1977
sebagaimana pembelaan penasehat hukum.
 Sebelum kita dengan gampangnya menjadikan yurisprudensi ini
menjadi alasan untuk melepaskan tenggung jawab dari seorang terdakwa
maka sebaiknya kita lihat betul apa yang menjadi pertimbangan
majelis hakim sehingga mengambil putusan seperti itu. “dasar pertimbangan
dari segi keuntungan arah perbuatan terdakwa maupun segi social
adequetlah yang dikatakan alasan pmbenar terhadap perbuatan terdakwa
sebagaimana pertimbangan putusannya (Putusan Nomor 81/K/Kr/1973
tanggal 30 Maret 1977 an. Ir. Otjo Danaatmadja bin Danaatmadja (KKPH
Kab.Garut)) yaitu:
“bahwa tertuduh/ terkasasi dalam menjalankan fungsi pekerjaannya selaku
insinyur kehutanan dengan memperhitungkan biaya reboisasi yang tidak
dikurangi kemanfaatannya, dengan tidak mengambil keuntungan untuk
dirinya sendiri dan dengan memperoleh tanah, menambah mobilitas serta
untuk kesejahteraan pegawai, kepentingan umum dilayani dan Negara tidak
dirugikan secara materiele tidak melakukan perbuatan yang melawan
hukum, walaupun perbuatannya itu termasuk dari delik yang bersangkutan.”
“bahwa perbuatannya tersebut adalah social adequet dan menimbulkan suatu
keuntungan yang demikian dapat dirasakan, sehingga ia seimbang dengan
dengan kerugian yang ditimbulkan karena perbuatannya itu bertentangan dengan
undang-undang”. (Prof.Dr. Indriyanto Seno Adji, Korupsi Kebijakan Aparatur
Negara Dan Hukum Pidana, Diadit Media, Jakarta, 2007, hlm.219)
Dengan demikian pertimbangan majelis hakim yang diketuai Prof. Oemar
Seno Adji tersebut dapat kita jelaskan sebagai berikut:
1.) Tertuduh/ terkasasi dalam menjalankan fungsi pekerjaannya selaku insinyur
kehutanan dengan memperhitungkan biaya reboisasi yang tidak dikurangi
kemanfaatannya, (artinya program tetap berjalan dengan baik)
2.) Tertuduh tidak mengambil keuntungan untuk dirinya sendiri dan
dengan memperoleh tanah, (tidak ada keuntungan materil pada tertuduh)
3.) Perbuatan tertuduh menambah mobilitas serta untuk kesejahteraan
pegawai, (aktifitas kerja seluruh pegawai kehutanan menjadi lebih meningkat)
4.) kepentingan umum dilayani (sebagai dampak dari meningkatnya mobilitas
pegawai)
5.) Negara tidak dirugikan secara materiele
6.) Tidak melakukan perbuatan yang melawan hukum, (tidak ada
aturan hukum yang dilanggar) walaupun perbuatannya itu termasuk dari delik
yang bersangkutan
 Selanjutnya juga harus diperhatikan Yurisprudensi yakni Putusan MA
Nomor
572 K/Pid/2003 tanggal 12 Februari 2004, dimana dalam perkara
tersebut terdapat fakta dari ahli Prof.Loebby Loqman Guru Besar
Hukum Pidana Universitas Indonesia yang menyatakan bahwa ajaran
melawan hukum materiil negatif ada batasannya, yaitu harus dicari
aturan formilnya dan orang tidak boleh dihukum kalau tidak ada aturan
formil yang dilanggar.1 (M. Sudrajad Basar (1998:5) dalam Guse Prayudi , “Sifat
Melawan HukumUndang- Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi”
Majalah Varia Peradilan, Tahun XXII, No. 254 Januari 2007, IKAHI , Jakarta ,
2007, hlm.25)
 Masalahnya sekarang apakah yurisprudensi yang disebut oleh penasehat
hukum itu untuk membela terdakwa dalam kasus korupsi dana KPRS mikro
bersubsidi bisa disamakan dengan kasus Ir. Otjo Danaatmadja bin
Danaatmadja? Apabila kita lihat perbuatan terdakwa Jiji Abdul Azis Bin Udib
tentu secara nyata jelas- jelas berbeda dan tidak terpenuhi untuk
menghilangkan pertanggungjawaban pidana dari perbuatan korupsi terdakwa Jiji
Abdul Azis Bin Udib. Sesuai dengan fakta persidangan sebagaimana alat bukti
dalam surat tuntutan penuntut umum dan pengakuan terdakwa sendiri, maka fakta
yang terjadi adalah:
1.) KPRI harapan dan anggotanya tidak berhak menerima dana KPRS mikr
bersubsidia sebesar Rp.197.000.000,- (seratus Sembilan pulh tujuh juta
rupiah) karena KPRI harapan tidak dapat memenuhi persyaratan untuk
menyediakan pinjaman pokok sebesar dana subsidi yang diajukan oleh
masing-masing anggota koperasi sebagaimana disyaratkan dalam Pasal 1
Poin 8, Pasal 5 ayat (2), Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat RI
Nomor : 05/PERMEN/M/2007, Tanggal 09 Februari 2007 tentang pengadaan
perumahan dan pemukiman dengan dukungan fasilitas subsidi perumahan
melalui KPRS mikro bersubsidi
2.) Terdakwa JIJI ABDUL AZIS BIN UDIB turut menikmati setidaknya
sebesar Rp.5.000.000,- (lima juta rupiah) karena terdakwa selain jadi ketua
juga oromatis sebagai salah seorang anggota koperasi yang ikut mengajukan
permohonan sebagai penerima dana KPRS Mikro bersubsidi. Terdakwa
selaku pengurus KPRI harapan juga mendapatkan sebagian dana
yang merupakan iuran anggota kperasi sebesar Rp. 165.000,-
(seratus enampuluh lima ribu rupiah) per anggota (119 anggota) yang berasal
dari dana KPRS mikro bersubsidi.
3.) Tidak ada kepentingan umum yang terlayani akibat perbuatan
terdakwa karena yang diuntungkan hanyalah khusus anggota
koperasi KPRI
harapan saja dan bukan kepentingan umum, bahkan dengan perbuatan
terdakwa justru menumbuhkan perilaku korupsi kepada setiap
anggota KPRI harapan karena mereka akan menilai biasa tindakan
memalsukan dokumen (seperti pemalsuan akad kredit di KPRI harapan) yang
jelas-jelas melanggar hukum.
4.) Negara jelas-jelas dirugikan karena dana itu seharusnya tidak
diberikan kepada KPRSI harapan karena mereka tidak memenuhi
persyaratan sebagai penerima kredik KPRS mikro bersubsidi tahun 2008
sehingga dana KPRS mikro bersubsidi telah mengalir kepada orang yang
tidak berhak dan tidak sesuai dengan tujuan dari dana KPRS mikro
bersubsidi.
5.) Perbuatan terdakwa nyata-nyata telah melanggar Pasal 1 Poin 8, Pasal
5 ayat (2), Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat RI Nomor
: 05/PERMEN/M/2007, Tanggal 09 Februari 2007 tentang pengadaan
perumahan dan pemukiman dengan dukungan fasilitas subsidi perumahan
melalui KPRS mikro bersubsidi

4. MENGENAI KEPUTUSAN DIAMBIL BERDASARKAN RAPAT ANGGOTA


Penasehat hukum dalam pembelaannya menjelaskan bahwa tindakan yang dilakukan terdakwa
Jiji Abdul Azis S.Pd Bin Udib sebagai ketua KPRI harapan tentang dana KPRS mikro bersubsidi
kemenpera, tentang permohonan kekementerian perumahan rakyat, segala tindakan
administrasi, pemberkasan, penyaluran kepada anggota dan pengeluaran sebesar Rp.
199.250.000,- kepada ahmad rozi dan muluk bukan atas dasar pribadi terdakwa,
akan tetapi semuanya didasarkan pada kesepakatan. persetujuan rapat anggota yang
merupakan kekuasaan tertinggi koperasi (pembelaan penasehat hukum halaman 55)
➢ Tanggapan dan jawaban penuntut umum
✓ Penuntut umum merasa berterima kasih atas pengakuan jujur dari penasehat
hukum yang mengandung makna bahwa memang terdakwa telah
melakukan tindakan berupa pemalsuan administrasi salah satunya membuat
akad kredit fiktif agar dapat bantuan dana KPRS mikro bersubsidi dari kemenpera,
termasuk telah memberikan sebagiannya kepada ahmad rozi.
✓ Terkait alasan penasehat hukum bahwa semua penyimpangan yang disengaja dan
direncanakan itu bukan “atas dasar pribadi terdakwa, akan tetapi
semuanya didasarkan pada pengurus koperasi” maka penuntut umum
hanya ingin menyampaikan apakah alasan yang disampaikan oleh
penasehat hukum termasuk sebagai alasan pembenar, alasan pemaaf,
atau alasan penghapus tuntutan pindana terhadap terdakwa sebagaimana
yang diatur dalam undang undang? Apabila kita lihat mengenai ketentuan umum
dalam KUHP BAB I yang mengatur mengnai azas-azas hukum pidana maka
yang dapat dijadikan alasan pemaaf adalah:
▪ Pasal 44, bila terdakwa orang gila / Verstandelijk vermogen
▪ Pasal 48, pengaruh daya paksa / overmacht
▪ Psl 49 KUHP: pembelaan darurat / noodweer
▪ Psl 50 KUHP: menjalankan peraturan yg sah
▪ Psl 51 (1) KUHP: menjalankan perintah jabatan yg berwenang
▪ Psl 51 (2) KUHP: menjalanlkan perintah yg tdk berwenang, tetapi
bawahan menganggap berwenang
✓ Sedangkan alasan penghapus penuntutan hanya terdapat pada: Psl 35
huruf c UU No. 16 2004 tentang Kejaksaan: Jaksa Agung berwenang
mengesampingkan perkara demi kepentingan umum (kewenangan deponering,
mempertimbangkan utilitas/manfaat kepentingan masyarakat luas)
✓ Dengan demikian tidak ada satu ketentuan hukumpun yang dapat
dijadikan alasan pembenar dan pemaaf apabila tindakan seorang terdakwa
didasarkan pada kesepakatan sebagaimana disebut oleh penasehat hukum
apalagi kesepakatan untuk melanggar peraturan perundang-
undangan..

Setelah penuntut umum menanggapi dan menjawab mengenai fakta persidangan yang dibuat
oleh penasehat hukum dalam pembelaannya, penuntut umum sangat menyayangkan
sekali tindakan dan cara-cara yang ditempuh oleh penasehat hukum berupa
memutarbalikkan fakta persidangan, membuat fakta-fakta yang tidak ada dipersidangan
seolah-olah ada demi membela kliennya. Memang benar tugas penasehat hukum adalah
membela hak-hak kliennya agar diberikan sesuai hak-hak yang dilindungi oleh undang-undang
namun tentu tidak harus dengan cara melanggar hukum apalagi dengan memutarbalikkan fakta yang
ada. Sangat disayangkan tugas mulia sebagai penegak hukum justru menjadi orang
yang melanggar hukum itu sendiri. Kami tidak tahu betapa besarnya pertanggung jawaban yang
akan dipikul oleh penasehat hukum nantinya yang memutarbalikkan fakta / keterangan para saksi
yang disampaikan dibawah sumpah di depan persidangan dan disaksikan puluhan pasang mata.
Oleh karena kami telah menanggapi dan menjelaskan bahwa fakta-fakta hukum yang
dijadikan oleh penasehat hukum sebagai dasar untuk pembelaannnya merupakan fakta
hukum yang palsu dan dibuat-buat oleh penasehat hukum maka kami tidak heran lagi
kalau penasehat hukum dalam uraian pembelaannya pada akhirnya penasehat hukum
berkesimpulan bahwa terdakwa tidak terbukti melakukan tindak pidana korupsi
sebagaimana dakwaan penuntut umum. Oleh karena fakta hukum yang menjadi dasarnya
sudah tidak benar maka sudah tentu hasil atau kesimpulan pembelaan penasehat hukum juga tidak
benar. Dengan telah kami jelaskan dan uraikan secara rinci bahwa fakta-fakta hukum yang dijadikan
sebagai dasar pembelaan adalah palsu dan dibuat-buat maka kami tidak akan melanjutkan lagi
untuk membahas mengenai pembelaan penasehat hukum mengenai unsur-unsur pasal
tindak pidana korupsi yang dilakukan terdakwa Jiji Abdul Azis Bin Udib sebagaimana yang kami
dakwakan karena apabila fakta-faktanya sudah tidak benar / palsu / dibuat buat tentu
saja pembahasannya juga adalah pembahasan palsu dan tidak benar sehingga
hanya akan menghabiskan waktu saja. Oleh karena itu disamping jawaban terhadap
pembelaan penasehat hukum ini, penuntut umum tetap dengan tuntutan yang telah kami
bacakan pada hari Kamis tanggal 29 Maret 2012.

III. KESIMPULAN

Majelis Hakim yang terhormat,


Sdr. Penasehat Hukum dan Terdakwa Jiji Abdul Azis Bin Udib yang kami hormati,
Sidang yang kami muliakan.

Berdasarkan uraian-uraian tersebut diatas, kami Jaksa Penuntut Umum dalam perkara ini
sampai pada kesimpulan sebagai berikut :

1. Bahwa Surat Tuntutan Pidana kami Jaksa Penuntut Umum Nomor Register Perkara :
PDS- 21/Srg/12/2012 yang telah kami bacakan pada persidangan hari Kamis tanggal 29
Maret
2012 telah benar pembuktiannya sebagaimana yang telah kami uraikan dalam
pembuktian unsur-unsur tindak pidana yang didakwakan pada terdakwa dalam Dakwaan
Pertama Subsidair dan kami jaksa penuntut umum tetap pada tuntutan.
2. Bahwa Pembelaan terdakwa dan Penasehat Hukumnya pada tanggal 12 April 2012
terhadap dalil-dalil yang diajukan adalah tidak berdasar dan beralasan karena didasarkan
pada fakta-fakta palsu / dibuat-buat, maka haruslah ditolak dan dikesampingkan.

Terakhir kami sangat berharap dan mendoakan semoga majelis hakim diberikan kekuatan
untuk memutus seadil-adilnya “katakanlah yang benar itu adalah benar walaupun pahit”. Amiin.
Demikian jawaban kami selaku Penuntut Umum atas pembelaan (Pledoi) terdakwa melalui
Penasehat Hukumnya yang disampaikan dalam sidang pada hari Kamis tanggal 12 April 2012 .

PENUNTUT UMUM,

ERIANTO.N,SH.MH
Jaksa Pratama Nip 197902032003121004

YAYAH KHAIRIYAH, SH.


Ajun Jaksa Nip. 1978061920021003

Anda mungkin juga menyukai