Anda di halaman 1dari 20

Nomor : 099/NKE/HND/Pid.

40/2021
Lampiran : -
Perihal : Keberatan Penasihat Hukum Terdakwa H KUSDIYONO Bi
DARMONO KERTODRONO

Kepada Yang Mulia,

Majelis Hakim Pengadilan Negeri Semarang

Pemeriksaan Perkara Pidana Nomor:75/Pid.Sus-TPK/2021/PN Smg

atas nama Terdakwa H KUSDIYONO Bi DARMONO KERTODRONO

di-

Semarang

Dengan Hormat,

Yang bertanda tangan di bawah ini, kami

1. Sutrisno, S.H., M.H.,


2. Moch Amin Subahiono, S.H.,
3. Dion Sukma Marandra S.H.,M.H.

emuanya Advokat pada Sutrisno dan Rekan yang beralamat di Jln. Zebra
Tengah No. 23, Kota Semarang, Jawa Tengah, berdasarkan Surat Kuasa Khusus
tanggal 08 November 2021 yanag mana diwakilkan oleh Pengurus/Kuasa, bertindak
untuk dan atas nama Terdakwa, yaitu :

Terdakwa

Tempat kedudukan Perusahaan induk apabila TINDAK PIDANA KORUPSI


sebagai berikkut

BAYU DWI PRASETYA 1900024133


Nama : H KUSDIYONO Bon DARMO KERTODRONO

Tempat Lahir : GROBOGAN

Umur/Tanggal : 79 Tahun/ 15 FEBRUARI 1942


Lahir

Tempat tinggal : Jl. Kapten Rusdiat I RT/RW 00002/00002 kel/Desa Dayang Kec.
Purwodadi Kab. Grobogan/ Jl Diponegoro 183 Kelurahan Kalongan
Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan

Jenis Kelamin : Laki-laki

Kebangsaan : Indonesia

Agama : Islam

Pekerjaan : Pedagang

Pada kesempatan kali ini, Kami selaku Penasihat Hukum Terdakwa H


KUSDIYONO Bon DARMO KERTODRONO mengucapkan terimakasih atas waktu yang
diberikan Majelis Hakim kepada kami untuk dan atas nama kepentingan hukum
Terdakwa, perlu untuk menyampaikan Nota Keberatan atas Surat Dakwaan Penuntut
Umum dengan Nomor Register : PDM-212/L.8.10/Eoh.2/11/2021 yang telah dibacakan
pada sidang tertanggal 22 November 2021 di Pengadilan Negeri Semarang. Adapun
Nota Keberatan kami susun dengan sistematika sebagai berikut :

DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
II. TINJAUAN
A. Tinjauan Hukum Surat Dakwaan
B. TINJAUAN HUKUM NOTA KEBERATAN

BAYU DWI PRASETYA 1900024133


III. POKOK-POKOK NOTA KEBERATAN
A. NOTA KEBERATAN MENGENAI SURAT DAKWAAN PENUNTUT UMUM
TIDAK DAPAT DITERIMA (NIET ONVANKELIJK VERKLAARD)
a. Terdapat error in persona atau diskualifikasi in person dalam Surat Dakwaan
Penuntut Umum.
b. Nota Keberatan Mengenai Surat Dakwaan Penuntut Umum Tidak Dapat Diterima
Karena Jaksa Salah Dalam Menerapkan Undang-Undang.
IV. PENUTUP

I. PENDAHULUAN

Majelis Hakim yang mulia,

Penuntut Umum yang terhormat,

Serta Hadirin Sidang yang berbahagia,

Pertama-tama perkenankanlah kami Penasihat Hukum serta semua yang hadir


dalam persidangan ini menyampaikan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha
Esa, karena berkat kuasanya kita dapat hadir di persidangan ini. Sehingga kami bisa

BAYU DWI PRASETYA 1900024133


menyampaikan Nota Keberatan/Eksepsi di dalam persidangan yang mulia ini.
Merupakan suatu keharusan bagi kita yang hadir di persidangan ini untuk
memberikan pandangan maupun pemikiran terhadap pertanggungjawaban
penegakan hukum, karena keadilan tercipta ketika hukum ditegakan secara
menyeluruh walaupun apa yang dimaksud dengan kepastian hukum, keadilan dan
kemanfaatan tercipta dan hadir dalam tampilan yang bersifat terpisah. Semoga yang
kita harapkan bersama dalam menegakkan hukum dan keadilan dapat di bangun
dengan baik dari apa yang menjadi harapan keadilan itu sendiri serta terpanggil dari
hati kita yang sungguh-sungguh murni, demi menjalankan tugas mulia sebagai
penegak hukum di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan menjunjung
tinggi hukum sebagai tertuang dalam semboyan yang selalu kita elu-elukan, yakni
fiat justicia ruat caelum (Hendaknya Keadilan Ditegakkan Walaupun Langit Akan
Runtuh).

“Hukum Tidak Memberikan Ketidakadilan Kepada Siapapun dan Tidak


Melakukan Kesalahan Kepada Siapapun”

Dimana hal ini tumbuh dari kesalahan yang muncul dalam masyarakat dengan
pengaturan akan hukum. Dimana kami sebagai pihak Penasihat Hukum dari H
KUSDIYONO Bon DARMO KERTODRONO tidak bertujuan untuk semata-mata
memperoleh imbalan materi tetapi kami mengutamakan untuk terciptanya/tegaknya
hukum itu sendiri, dan kebenaran serta keadilan.

Demikian pula tidak lupa kami sampaikan terimakasih kepada Ketua dan
anggota Majelis Hakim yang telah memeriksa dan mengadili perkara ini dengan arif
dan bijaksana, sehingga acara ini sampai kepada tahapan pembacaan Nota
Keberatan untuk kepentingan Terdakwa H KUSDIYONO Bon DARMO
KERTODRONO dan demikian pula selanjutnya kami menyampaikan terimakasih
kepada Panitera perkara tindak pidana perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup. Karena dengan tekun, teliti, dan cermat dalam mencatat peristiwa-peristiwa
yang terjadi dalam fakta persidangan ini.

Kami ucapkan terimakasih kepada Jaksa Penuntut Umum dimana dalam hal ini
merupakan lembaga yang diamanatkan untuk menjaga konstitusi Negara, yang

BAYU DWI PRASETYA 1900024133


telah menjalankan tugasnya untuk merumuskan terhadap apa yang terjadi menjadi
pokok permasalahan dalam perkara tindak pidana perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup. Sehingga pada persidangan ini telah mengetuk hati kita bersama,
dengan sungguh-sungguh diatas kekuatan dan kuasa Tuhan Yang Maha Esa untuk
mencari kebenaran dan keadilan yang hakiki sebagaimana sesuai dengan fakta
hukum dalam persidangan perkara ini, sehingga terdapat apa yang dicapai dalam
pemeriksaan yang tidak sia-sia, melainkan kita bersandarkan pada harapan yang
terbaik sehingga dapat diperoleh sesuai kebenaran dan keadilan yang hakiki
sebagai cita-cita hukum kita bersama, karena kita tahu bahwa hukum ditegakkan
bukan hanya untuk mencari agar seseorang itu dapat dihukum, demi memenuhi
tugas dari seseorang Penuntut Umum, dan demikian pula sebaliknya sebagai
seseorang Penasihat Hukum bukanlah bertugas agar seseorang itu dapat
dibebaskan dari segala kesalahannya. Akan tetapi jika kita menyadari dengan
sungguh-sungguh, maka hukum akan dijadikan sebagai penyelamat dan pelita yang
terang bagi setiap orang agar memperoleh jalan yang lurus dan menjadi dasar
dalam mencapai kebenaran dan keadilan.

Suatu kehormatan bagi kami untuk dapat bersama-sama menegakka supremasi


hukum dalam persidangan yang mulia ini, yaitu mendampingi Terdakwa yang oleh
Penuntut Umum didakwakan dengan dakwaan dalam bentuk dakwaan SUBSIDIAR
yaitu:

PRIMAIR

: Pasal 2 ayat (1) Jo Pasal 18 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dan
ditambah dengan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang perubahan atas
Undang- Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi Jo Pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP.

SUBSIDAIR :

BAYU DWI PRASETYA 1900024133


Pasal 3 Jo Pasal 18 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dan ditambah
dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang perubahan atas Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo
Pasal 55 ayat (1) ke KUHP.

Majelis Hakim yang Mulia,

Dalam kedudukan sebagai manusia ciptaan Tuhan yang memiliki harkat,


martabat, dan kehormatan seperti semua orang. Keberatan pada hakikatnya tidak
hanya merupakan suatu keberatan untuk kepentingan Terdakwa yang didudukkan
pada posisi lemah di depan Pengadilan, melainkan merupakan keberatan untuk
kepentingan manusia dan kemanusiaan yang lebih luas termasuk untuk kita semua
yang ada di ruang sidang Pengadilan yang mulia ini.

Pada hakikatnya sebuah dakwaan pidana bagi seseorang yang tidak bersalah
adalah sama dengan serangan resmi terhadap martabat dan kehormatan manusia
pada umumnya. Sehingga apabila ada suatu putusan dari majelis hakim yang
menyatakan suatu dakwaan Penuntut Umum tidak dapat diterima atau batal demi
hukum, hal itu pada hakikatnya merupakan suatu kemenangan bagi semua penegak
hukum di Pengadilan yang bersangkutan, yang berhasil menegakkan martabat dan
kehormatan manusia dan kemanusiaan. Majelis hakim yang mulia, kebenaran
adalah sesuatu yang mutlak dan tidak dapat dipengaruhi oleh seberapa banyak
yang menganggap itu benar;

Kebenaran jika berantakan atau tidak ditegakkan

Maka akan kalah dengan kebatilan yang ditegakkan

Tentunya kita menginginkan “Jalan Terang” dalam perkara ini, oleh sebab itu,
Kami berharap setiap komponen dalam persidangan ini mampu menjalankan
perannya dengan baik. Jika kita tidak dapat menegakkan keadilan di kehidupan
maka kebatilan akan menguasai dan menutup mata hati kebenaran. Sekalipun

BAYU DWI PRASETYA 1900024133


pandangan penuntut umum syarat dengan kesubjektifan, kami harap itu tidak
menggoyahkan asas presumption of innouncence yang dipegang oleh Majelis
Hakim Yang Mulia. Dengan demikian, Majelis Hakim dapat menempatkan diriya
dalam posisi netral dengan mempertahankan eksistensi dan integritas Majelis Hakim
sebagai pengayom keadilan dan kebenaran. Kemudian pada dasarnya. Majelis
Hakim sebagai “Dominis litis” dapat memberikan putusan yang seadil- adilnya
dengan tidak mengikis hak-hak dari terdakwa.

Oleh karena itu, setelah mempelajari dengan teliti dan seksama atas Surat
Dakwaan Penuntut Umum dan sebelum Kami memasuki inti dari Nota Keberatan ini,
terlebih dahulu Kami menyampaikan sepenggal adagium:

Jadilah penegak hukum yang seadil-adilnya, Janganlah kamu


mencampuradukkan kebenaran dan kebatilan, dan Janganlah kamu sembunti
kebenaran sementara kamu mengetahuinya. “Jangan kambing hitamkan aku
demi kesalahanmu, karena tak seorangpun bisa meupakan kalau dia tidak
melakukan kesalahan.”

Hadirin sekalian, sebelum kami melanjutkan nota keberatan kami, ijinkanlah kami
untuk menyampaikan beberapa point yang membuat pihak kami yaitu Penasihat
hukum/advokat merasa Kecewa dimana sehubungan dengan sikap pandangan
Sebagian advokat, JPU terhadap nota keberatan yaitu:

• Adanya pandangan sebagian pencari keadilan dimana mereka asal mengajukan


keberatan sekalipun tidak mempunyai dasar hukum yang kuat untuk mengajukan
suatu nota keberatan
• Dimana point pertama telah dijadikan acuan dari banyak pengadian yang ada
untuk menyamaratakan dimana menganggap semua nota keberatan sama saja
sehingga menyebabkan nota keberatan ditolak
• Selanjutnya hampir semua keberatan yang diajukan oleh pihak Penasihat Hukum
pada umumnya selalu ditolak oleh pihak pengadilan, hal ini menyebabkan
timbulnya rasa percaya diri yang berlebihan dari pihak Jaksa Penuntut Umum dalam

BAYU DWI PRASETYA 1900024133


membuat dakwaannya dimana mereka beranggapan bahwa sudah pasti keberatan
dari PH akan ditolak oleh pengadilan
• Dan yang terakhir, adanya pandangan bahwa keberatan terhadap dakwaan
Penuntut umum merupakan suatu bentuk Perlawanan terhadap Negara, anggapan
ini telah membuat bergesernya hakikat dari keberatan yaitu untuk menjaga dan
menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia.

Kami dari Pihak Penasihat Hukum merasa senang dan tidak keberatan jika
saudara Penuntut Umum memanfaatkan keberatan yang kami buat ini untuk
mengembangkan Surat Dakwaannya, dikarenakan kami Pihak Penasihat Hukum
berpendirian bahwa peradilan yang baik, jujur serta adil haruslah ditunjang dari
semua unsur-unsur penegak hukum yang ada atau ikut berperan di pengadilan.
Majelis Hakim yang Mulia, Dalam kedudukan sebagai manusia ciptaan Tuhan
yang memiliki harkat, martabat, dan kehormatan seperti semua orang. Keberatan
pada hakikatnya tidak hanya merupakan suatu keberatan untuk kepentingan
Terdakwa yang didudukkan pada posisi lemah di depan Pengadilan, melainkan
merupakan keberatan untuk kepentingan manusia dan kemanusiaan yang lebih luas
termasuk untuk kita semua yang ada di ruang sidang Pengadilan yang mulia ini;
Pada hakikatnya sebuah dakwaan pidana bagi seseorang yang tidak bersalah
adalah sama dengan serangan resmi terhadap martabat dan kehormatan manusia
pada umumnya. Sehingga apabila ada suatu putusan dari majelis hakim yang
menyatakan suatu dakwaan Penuntut Umum tidak dapat diterima atau batal demi
hukum, hal itu pada hakikatnya merupakan suatu kemenangan bagi semua penegak
hukum di Pengadilan yang bersangkutan, yang berhasil menegakkan martabat dan
kehormatan manusia dan kemanusiaan.

II. TINJAUAN

A. TINJAUAN HUKUM SURAT DAKWAAN

BAYU DWI PRASETYA 1900024133


Di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana mengenai dasar hukum
surat dakwaan termaktub dalam Pasal 143 ayat (2) dan ayat (3) yang berbunyi,
sebagai berikut :
Ayat (2): Penuntut Umum membuat surat dakwaan yang diberi tanggal dan
ditandatangani serta berisi:
a. Nama lengkap, tempat lahir, umur dan tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan,
tempat tinggal, agama dan pekerjaan tersangka;
b. Uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang
didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan;

Ayat (3): Surat dakwaan yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana


dimaksud dalam ayat (2) huruf b batal demi hukum;

Surat dakwaan harus dibuat karena sangat berguna untuk menjalankan


persidangan perkara pidana, baik bagi hakim, maupun terdakwa/penasihat
hukumnya. Surat dakwaan diperlukan oleh penasihat hukum untuk kepentingan
sebagai berikut :
1. Dasar mengajukan nota keberatan.
2. Dasar dan pedoman pemeriksaan dalam sidang.
3. Dasar, acuan dan pedoman dalam melakukan pedoman.
4. Dasar melawan putusan atau upaya (banding, kasasi dan
sebagainya).

B. TINJAUAN HUKUM NOTA KEBERATAN

Nota Keberatan menurut pendapat Darwan Prints (Darwan Prints, SH, 1989, hal.
100-104) terbagi atas dua jenis yakni:
1. Nota Keberatan Absolute yaitu nota keberatan mengenai
kewenangan/kompetensi pengadilan untuk mengadili perkara baik dari
segi kompetensi absolute maupun relative.

BAYU DWI PRASETYA 1900024133


2. Nota Keberatan Relatif yaitu nota keberatan mengenai tidak
dipenuhinya syarat formal maupun materiil dalam merumuskan surat
dakwaan (pasal 145 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana) atau
menyangkut daluwarsa, nebis in idem, terdakwa tidak mampu
bertanggungjawab atau dakwaan kabur dan lain sebagainya. Dari
uraian tadi maka dapat dilihat jenis ragam nota keberatan tersebut,
namun jika dilihat sebenarnya hanya empat macam nota keberatan:

1. Nota keberatan agar Hakim menyatakan tidak berwenang


mengadili, baik secara absolute maupun relative atau tangkisan
mengenai kewenangan pengadilan yang bersangkutan dalam
memeriksa dan memutus perkara;

2. Nota keberatan yang berisikan agar dakwaan dinyatakan tidak


diterima;
3. Nota keberatan yang berisikan tentang perbuatan yang
dituntutkan kepada Terdakwa bersifat dapat dihukum atau tidak.
Jika perbuatan yang dituntut tersebut tidak bersifat dapat dihukum,
maka penuntut umum tidak boleh menuntut dan oleh karena itu
dapat diajukan nota keberatan oleh Terdakwa atau penasihat
hukumnya;
4. Nota keberatan agar dakwaan dinyatakan batal yaitu nota
keberatan yang berisikan tangkisan terhadap apakah suatu
dakwaan telah memenuhi syarat yang ditentukan undang-undang
atau tidak (pasal 143 ayat (2) Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana).

Bahwa mengenai Nota Keberatan , antara lain diatur dalam Pasal 156 ayat (1)
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang berbunyi, sebagai berikut:

BAYU DWI PRASETYA 1900024133


“ Dalam hal Terdakwa atau Penasihat Hukum Mengajukan keberatan bahwa
pengadilan tidak berwenang mengadili perkaranya atau dakwaan tidak dapat
diterima atau surat dakwan harus dibatalkan, maka setelah diberi kesempatan
kepada Penuntut Umum untuk menyatakan pendapatnya, Hakim
mempertimbangkan keberatan tersebut untuk selanjutnya mengambil
keputusan.”

Sesuai dengan 156 ayat 1 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana


yang membatasi keberatan yang mungkin dapat dikabulkan hakim hanya
sebatas masalah berwenang tidaknya hakim dalam mengadili perkara, dakwaan
tidak dapat diterima,
dakwaan dibatalkan, maka mengenai beragamnya alasan dan jenis nota
keberatan
tidak menjadi masalah sepanjang objek sasaran nota keberatan terbatas, namun
bukan berarti tertutup kemungkinan seluas-luasnya untuk mengajukan alasan
nota keberatan sepanjang tidak melebihi objek sasaran nota keberatan yang
telah dibatasi oleh pasal 156 ayat 1 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
Pada dasarnya alasan yang dapat dijadikan dasar hukum mengajukan keberatan
agar dakwaan dibatalkan apabila surat yang dibuat jaksa penuntut umum tidak
memenuhi ketentuan pasal 143 atau melanggar ketentuan pasal 144 ayat 2
Kitab Undang- Undang Hukum Acara Pidana.

Dari ketiga jenis nota keberatan yang diatur dalam pasal 156 ayat 1 Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana tersebut sebenarnya ada dua jenis nota
keberatan yang kurang jelas yaitu mengenai nota keberatan bahwa dakwaan
tidak dapat diterima dan dakwaan batal demi hukum. Menurut Yahya, yang
dimaksud dengan nota keberatan yang berisi bahwa dakwaan yang diajukan
penuntut umum tidak tepat, karena yang didakwakan tidak tepat, baik mengenai
dasar hukum maupun sasaran dakwaan ,nota keberatan bahwa surat dakwaan
batal
bukan surat dakwaannya yang dimintakan untuk tidak diterima, tetapi
mengajukan keberatan agar dakwaannya yang dibatalkan.

BAYU DWI PRASETYA 1900024133


Karena hal inilah kami selaku penasihat hukum terdakwa dalam
menguraikan nota keberatan ini kami membuat suatu penafsiran hukum atau
interprestasi yang kami anggap sangat perlu adanya untuk menegakkan suatu
keadilan untuk terdakwa.

Beberapa yurisprudensi yang berasal dari Putusan Mahkamah Agung


berikut dapat menjelaskan kategori alasan nota keberatan yang diajukan nota
keberatan mengenai dakwaan batal, yaitu:

1. Nomor 71 K/Kr/1968 tanggal 10 MEI 1968; Menyatakan suatu tuduhan


yang dirumuskan berdasarkan unsur-unsur pemerasan (pasal 368
Kitab Undang Undang Hukum Pidana) bersama-sama dengan unsur
penipuan (pasal 378 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana)
merupakan kesalahan esensial yang menyebabkan tuduhan batal.
2. Nomor 74 K/Kr/1973 tanggal 10 Desember 1974; Menyatakan bahwa
penggelapan (pasal 372 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) secara
prinsipil berbeda dengan tindak pidana penipuan (pasal 378 Kitab
Undang- Undang Hukum Pidana) maka harus tegas dirumuskan dalam
dakwaan atau tuduhan dan tidak cukup pada tuduhan primer saja.
3. Nomor 41 K/Kr/1973 tanggal 25 Januari 1975; Menyatakan bahwa
surat
dakwaan yang tidak melukiskan secara jelas tentang hak ikhwal
perbuatan
terdakwa, maka dakwaan tersebut harus dibatalkan.
4. Nomor 492 K/Kr/1981; Menyatakan Pengadilan Tinggi telah dapat
dipertimbangkan bahwa tuduhan samar-samar atau kabur harus
dinyatakan
batal demi hukum.

III. POKOK-POKOK NOTA KEBERATAN

BAYU DWI PRASETYA 1900024133


Majelis Hakim Yang Mulia

Penuntut Umum yang terhormat,

Rekan Pers dan Pengunjung Sidang Yang Kami Hormati.

Dalam Undang – Undang Dasar 1945 mengenai pemenuhan dari hak-hak


tersangka dalam hal jaminan kepastian hukum dan keadilan terhadap diri
terdakwa, Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana telah memberikan
ruang bagi seorang terdakwa untuk didampingi oleh Penasihat Hukumnya untuk
mengajukan nota keberatan/Eksepsi (diatur dalam Pasal 156 Ayat 1 Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana) Yang Berbunyi :

“dalam hal terdakwa/penasihat hukum mengajukan keberatan bahwa pengadilan


tidak berwenang mengadili perkara atau dakwaan tidak dapat diterima atau surat
dakwaan harus dibatalkan. Maka setelah diberi kesempatan oleh jaksa penuntut
umum untuk menyatakan pendaatnya hakim mempertimbangkan keberatan
tersebut untuk selanjutnya mengambil keputusan.”

Hukum Acara Pidana sebagaimana dimaksud adalah Undang-Undang


No. 8 tahun 1981 (selanjutnya disebut Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana), berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Pasal 156 Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana Terdakwa dan Penasihat Hukumnya mempunyai
hak untuk mengajukan Nota Keberatan atas Surat Dakwaan Penuntut Umum
baik keberatan berdasarkan alasan yang ditentukan dan atas alasan yang diatur
dalam pasal 84, pasal 147, sampai Pasal 151 Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana yang menyangkut Kompetensi absolute maupun Kompetensi
relative dari peradilan dan yang diatur dalam Pasal 143 atau melanggar
kententuan pasal 144 ayat (2) dan (3) Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana yang telah disampaikan oleh M. Yahya Harahap bahwa pada dasarnya
alasan yang dapat dijadikan dasar hukum mengajukan keberatan agar surat
dakwaan dibatalkan, yakni bila Surat Dakwaan tidak menguraikan tempus delicti

BAYU DWI PRASETYA 1900024133


dan locus delicti secara jelas atau tidak menguraikan secara cermat, jelas dan
lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan.

Setelah kami membaca dan mencermati isi Surat Dakwaan Penuntut


Umum kami mendapatkan hal yang menurut hemat kami tidak sesuai dnegan
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, dan karenanya perkenankanlah
dalam kesempatan ini mengajukan keberatan yang pada pokoknya sebagai
berikut:

A. NOTA KEBERATAN MENGENAI SURAT DAKWAAN BATAL DEMI HUKUM


(NULL AND VOID)

Bahwa setelah kami membaca, mempelajari, serta mencermati Surat


Dakwaan Penuntut Umum, Kami selaku Penasihat Hukum berpendapat
bahwa terdapat alasan yuridis yang apabila dikaitkan dengan uraian fakta
dalam rumusan Surat Dakwaan mengakibatkan Surat Dakwaan Penuntut
Umum Batal Demi Hukum, yaitu:

a. SURAT DAKWAAN PENUNTUT UMUM TIDAK CERMAT, TIDAK JELAS DAN


TIDAK LENGKAP DALAM MENGURAIKAN LOCUS DELICTI

Mengenai syarat sahnya Surat Dakwaan telah diatur dalam Pasal


143 Ayat (2) huruf b Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana,
yaitu : Surat Dakwaan harus memuat syarat materiil yang
berhubungan dengan:

a. Uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang
didakwakan;

BAYU DWI PRASETYA 1900024133


b. Uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai waktu dan tempat tindak
pidana itu dilakukan.

Sebelum masuk kepada pokok pembahasan ada baiknya kita mencermati tentang
pendapat M. Yahya Harahap di dalam bukunya “Pembahasan Permasalahan dan
Penerapan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana,Pemeriksaan Sidang
Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali ” mengenai tentang Penyusunan
dakwaan dapat ditemukan pengertian ”cermat, jelas dan lengkap” yang menjadi
pedoman yang mengikat bagi para jaksa Penuntut Umum dalam menyusun Surat
Dakwaannya, yakni sebagai berikut:

a. CERMAT yakni, uraian yang didasarkan pada ketentuan pidana terkait, tanpa
adanya kekurangan/kekeliruan yang menyebabkan Surat Dakwaan batal demi
hukum (van rechtstwege nietig) atau dapat dibatalkan (vernietigbaar). Dalam hal
ini dituntut sikap yang cermat terhadap keseluruhan materi Surat Dakwaan.
b. JELAS adalah Uraian kejadian atau fakta kejadian yang jelas dalam surat
dakwaan, sehingga Terdakwa dengan mudah memahami apa yang didakwakan
terhadap dirinya dan dapat mempersiapkan pembelaan dengan sebaik-baiknya.
c. LENGKAP adalah bahwa Surat Dakwaan itu memuat semua unsur (element)
Tindak Pidana yang didakwakan. Unsur-unsur tersebut harus terlukis di dalam
uraian fakta kejadian yang dituangkan dalam Surat Dakwaan, dengan kata lain
berupa uraian yang bulat dan utuh yang mampu menggambarkan unsur-unsur
tindak pidana yag didakwakan beserta waktu (tempus delicti) dan tempat Tindak
Pidana itu dilakukan (locus delicti).

Bahwa setelah kami membaca, mempelajari serta mencermati Surat Dakwaan


Penuntut Umum, kami selaku Penasihat Hukum berpendapat bahwa terdapat
alasan yuridis yang apabila dikaitkan dengan uraian fakta dalam rumusan Surat
Dakwaan mengakibatkan Surat Dakwaan Penuntut Umum Batal Demi Hukum.
Secara materiil, suatu Surat Dakwaan dipandang telah memenuhi syarat apabila
Surat Dakwaan tersebut telah memberi gambaran secara bulat dan utuh tentang:
Tindak pidana yang dilakukan

BAYU DWI PRASETYA 1900024133


1. Siapa yang melakukan tindak pidana tersebut
2. Dimana tindak pidana dilakukan
3. Bilamana/kapan tindak pidana dilakukan;
4. Bagaimana tindak pidana terebut dilakukan;
5. Akibat apa yang ditimbulkan tindak pidana tersebut (delik materiil)
6. Apakah yang mendorong Terdakwa melakukan tindak pidana tersebut (delik-
delik tertentu)
7. Ketentutan-ketentuan pidana yang diterapkan

Komponen-komponen tersebut secara kasuistik harus disesuaikan dengan jenis


tindak pidana yang didakwakan (apakah tindak pidana tersebut termasuk delik
formil atau delik materiil). Dengan demikian dapat diformulasikan bahwa syarat
formil adalah syarat yang berkenaan dengan formalitas pembuatan surat
dakwaan, sedang syarat materiil adalah syarat yang berkenaan dengan
materi/substansi surat dakwaan. Untuk keabsahan Surat Dakwaan, kedua syarat
tersebut harus dipenuhi. Tidak terpenuhinya syarat formil, menyebabkan Surat
Dakwaan dapat dibatalkan ( vernietigbaar), sedang tidak terpenuhinya syarat
materiil, menyebabkan dakwaan batal demi hukum (absolut nietig).

Setelah mencermati tentang pendapat M. Yahya Harahap didalam bukunya


“Pembahasan Permasalahan dan Penerapan Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana mengenai Pemeriksaan Sidang Pengadilan , Banding , Kasasi ,
dan Peninjauan Kembali” diatas kita bisa memahami jika surat dakwaan harus
menguraikan secara cermat, jelas, dan lengkap . Namun, sebaliknya jika kita
menilik dakwaan penuntut umum tentu sangat berbeda dengan ketentuan di
atas.

Bahwa surat dakwaan yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum tidak diuraikan
secara cermat, jelas dan lengkap untuk tempat kejadian perkara peristiwa tindak
pidana terjadi, Jaksa Penuntut Umum menyebutkan dua tempat perkara
sekaligus dalam surat dakwaan yaitu :

BAYU DWI PRASETYA 1900024133


“bertempat di Jl. P Antasari No.25, Tlk. Lerong Ulu, Kec. Samarinda Ulu,
Kota Samarinda, Kalimantan Timur dan Jl. P Antasari No,25, Tlk. Lerong Ulu,
Kec. Samarinda Ulu, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur”

Locus dalam kamus hukum S. Adiwinoto (1977:34) yang artinya tempat, locus
delicti adalah ketentuan tentang tempat terjadinya tindak pidana. penentuan
tempat delik dalam bahasa latin dikenal dengan loctus delicti, yang merupakan
rangkaian dari kata locus dan delictum. Locus berarti “tempat”, sedangkan
delictum berarti “perbuatan melawan hukum, kejahatan dan tindak pidana”.
Sehingga locus delicti berarti “tempat kejadian dari kejahatan”. Akhirnya timbul
penyebutan dalam bidang hukum dengan locus regit actum yang berarti “tempat
dari perbuatan menentukan hukum yang berlaku terhadap perbuatan itu.”

Terdapat 3 teori yang membahas mengenai locus delicti yaitu:

a. Teori Perbuatan Materiin (leer van de lichamelijke)

Menurut teori ini locus delicti merupakan tempat dimana seseorang


melakukan suatu tindak pidana. Apabila telah ditentukan mengenai
dimana tempat tindak pidana dilakukan maka dapat ditentukan juga
mengenai pengadilan mana yang berwenang untuk mengadili orang yang
melakukan tindak pidana tersebut.

b. Teori Alat (leer van het instrumen)

Menurut teori ini locus delicti dititikberatkan pada tempat dimana alat yang
digunakan untuk melakukan sutau tindak pidana berada atau berdasarkan
tempat bekerjanya alat yang digunakan oleh si pelaku.

c. Teori Akibat (leer van het gevlog)

Menurut teori ini locus delicti ditentukan karena adanya akibat yang
muncul dari perbuatan yang telah terjadi atau ditentukan menurut dimana
akibat yang muncul terjadi setelah terjadinya tindak pidana tersebut.

Tetapi didalam surat dakwaan tidak dijelaskan secara rinci dan pasti tempat tindak
pidana itu terjadi. Bahwa disini penuntut umum tidak cermat serta tidak jelas dalam

BAYU DWI PRASETYA 1900024133


menguraikan tempat (locus) terjadinya suatu perkara karena di sini penuntut umum
mendakwakan dua tempat terjadinya suatu perkara. Di sini sudah sangat jelas bahwa
penunut umum masih ragu dalam menentukan tempat (locus) terjadinya suatu perkara.
Seharusnya penuntut umum membuat dakwaan dengan jelas, yaitu tempat (locus)
terjadinya suatu perkara di buat satu tempat saja agar tidak membingungkan. Sehingga
menurut hemat kami selaku Penasihat Hukum Terdakwa, saudara Penuntut Umum
Tidak Cermat, Tidak Jelas dan Tidak Lengkap dalam menguraikan surat dakwaan.

IV. PENUTUP

Majelis Hakim Yang Mulia,


Penuntut Umum yang terhormat,
Rekan Pers dan Pengujung Sidang Yang Kami Hormati,

Akhirnya sampailah Kami pada penutup nota keberatan ini. Berdasarkan


uraian keberatan terhadap dakwaan penuntut umum yang telah kami
sampaikan di atas, maka dengan ini Kami selaku Penasihat Hukum
Terdakwa HKUSDIYONO memohon kepada Majelis Hakim Pemeriksa
Perkara agar menjatuhkan Putusan Sela dengan amar putusan sebagai
berikut :
PRIMAIR

MENGADILI:

1. Menyatakan menerima Nota Keberatan Penasihat Hukum H


KUSDIYONO untuk seluruhnya;

BAYU DWI PRASETYA 1900024133


2. Menyatakan Surat Dakwaan Penuntut Umum dengan No. Reg.
Perkara: Nomor : 75/Pid.Sus-TPK/2021/PN SMG tertanggal 16
November 2021 BATAL DEMI HUKUM atau setidak-tidaknya TIDAK
DAPAT DITERIMA;
3. Memulihkan Harkat, Martabat dan Nama Baik Terdakwa H
KUSDIOYONO seperti sedia kala;
4. Membebankan biaya perkara kepada negara.

SUBSIDAIR

Apabila Majelis Hakim berpendapat lain mohon keputusan yang seadil-


adilnya (ex aequo et bono).

Demikianlah Nota Keberatan ini Kami sampaikan ke hadapan Yang


Mulia Majelis Hakim pemeriksa perkara ini. Kami mohon kepada Majelis
Hakim pemeriksa perkara untuk dapat memeriksa, mempertimbangkan
dan mengadili perkara ini meurut hati dan nurani yang jernih tanpa
tekanan dari pihak manapun, agar dapat memberikan keadilan yang
seadil-adilnya bagi Terdakwa.

Atas perhatian serta terkabulnya Nota Keberatan ini Kami ucapkan


terimakasih.

Semarang, Selasa 16 November 2021

Hormat kami,

BAYU DWI PRASETYA 1900024133


BAYU DWI PRASETYA 1900024133

Anda mungkin juga menyukai