40/2021
Lampiran : -
Perihal : Keberatan Penasihat Hukum Terdakwa H KUSDIYONO Bi
DARMONO KERTODRONO
di-
Semarang
Dengan Hormat,
emuanya Advokat pada Sutrisno dan Rekan yang beralamat di Jln. Zebra
Tengah No. 23, Kota Semarang, Jawa Tengah, berdasarkan Surat Kuasa Khusus
tanggal 08 November 2021 yanag mana diwakilkan oleh Pengurus/Kuasa, bertindak
untuk dan atas nama Terdakwa, yaitu :
Terdakwa
Tempat tinggal : Jl. Kapten Rusdiat I RT/RW 00002/00002 kel/Desa Dayang Kec.
Purwodadi Kab. Grobogan/ Jl Diponegoro 183 Kelurahan Kalongan
Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Pedagang
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
II. TINJAUAN
A. Tinjauan Hukum Surat Dakwaan
B. TINJAUAN HUKUM NOTA KEBERATAN
I. PENDAHULUAN
Dimana hal ini tumbuh dari kesalahan yang muncul dalam masyarakat dengan
pengaturan akan hukum. Dimana kami sebagai pihak Penasihat Hukum dari H
KUSDIYONO Bon DARMO KERTODRONO tidak bertujuan untuk semata-mata
memperoleh imbalan materi tetapi kami mengutamakan untuk terciptanya/tegaknya
hukum itu sendiri, dan kebenaran serta keadilan.
Demikian pula tidak lupa kami sampaikan terimakasih kepada Ketua dan
anggota Majelis Hakim yang telah memeriksa dan mengadili perkara ini dengan arif
dan bijaksana, sehingga acara ini sampai kepada tahapan pembacaan Nota
Keberatan untuk kepentingan Terdakwa H KUSDIYONO Bon DARMO
KERTODRONO dan demikian pula selanjutnya kami menyampaikan terimakasih
kepada Panitera perkara tindak pidana perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup. Karena dengan tekun, teliti, dan cermat dalam mencatat peristiwa-peristiwa
yang terjadi dalam fakta persidangan ini.
Kami ucapkan terimakasih kepada Jaksa Penuntut Umum dimana dalam hal ini
merupakan lembaga yang diamanatkan untuk menjaga konstitusi Negara, yang
PRIMAIR
: Pasal 2 ayat (1) Jo Pasal 18 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dan
ditambah dengan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang perubahan atas
Undang- Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi Jo Pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP.
SUBSIDAIR :
Pada hakikatnya sebuah dakwaan pidana bagi seseorang yang tidak bersalah
adalah sama dengan serangan resmi terhadap martabat dan kehormatan manusia
pada umumnya. Sehingga apabila ada suatu putusan dari majelis hakim yang
menyatakan suatu dakwaan Penuntut Umum tidak dapat diterima atau batal demi
hukum, hal itu pada hakikatnya merupakan suatu kemenangan bagi semua penegak
hukum di Pengadilan yang bersangkutan, yang berhasil menegakkan martabat dan
kehormatan manusia dan kemanusiaan. Majelis hakim yang mulia, kebenaran
adalah sesuatu yang mutlak dan tidak dapat dipengaruhi oleh seberapa banyak
yang menganggap itu benar;
Tentunya kita menginginkan “Jalan Terang” dalam perkara ini, oleh sebab itu,
Kami berharap setiap komponen dalam persidangan ini mampu menjalankan
perannya dengan baik. Jika kita tidak dapat menegakkan keadilan di kehidupan
maka kebatilan akan menguasai dan menutup mata hati kebenaran. Sekalipun
Oleh karena itu, setelah mempelajari dengan teliti dan seksama atas Surat
Dakwaan Penuntut Umum dan sebelum Kami memasuki inti dari Nota Keberatan ini,
terlebih dahulu Kami menyampaikan sepenggal adagium:
Hadirin sekalian, sebelum kami melanjutkan nota keberatan kami, ijinkanlah kami
untuk menyampaikan beberapa point yang membuat pihak kami yaitu Penasihat
hukum/advokat merasa Kecewa dimana sehubungan dengan sikap pandangan
Sebagian advokat, JPU terhadap nota keberatan yaitu:
Kami dari Pihak Penasihat Hukum merasa senang dan tidak keberatan jika
saudara Penuntut Umum memanfaatkan keberatan yang kami buat ini untuk
mengembangkan Surat Dakwaannya, dikarenakan kami Pihak Penasihat Hukum
berpendirian bahwa peradilan yang baik, jujur serta adil haruslah ditunjang dari
semua unsur-unsur penegak hukum yang ada atau ikut berperan di pengadilan.
Majelis Hakim yang Mulia, Dalam kedudukan sebagai manusia ciptaan Tuhan
yang memiliki harkat, martabat, dan kehormatan seperti semua orang. Keberatan
pada hakikatnya tidak hanya merupakan suatu keberatan untuk kepentingan
Terdakwa yang didudukkan pada posisi lemah di depan Pengadilan, melainkan
merupakan keberatan untuk kepentingan manusia dan kemanusiaan yang lebih luas
termasuk untuk kita semua yang ada di ruang sidang Pengadilan yang mulia ini;
Pada hakikatnya sebuah dakwaan pidana bagi seseorang yang tidak bersalah
adalah sama dengan serangan resmi terhadap martabat dan kehormatan manusia
pada umumnya. Sehingga apabila ada suatu putusan dari majelis hakim yang
menyatakan suatu dakwaan Penuntut Umum tidak dapat diterima atau batal demi
hukum, hal itu pada hakikatnya merupakan suatu kemenangan bagi semua penegak
hukum di Pengadilan yang bersangkutan, yang berhasil menegakkan martabat dan
kehormatan manusia dan kemanusiaan.
II. TINJAUAN
Nota Keberatan menurut pendapat Darwan Prints (Darwan Prints, SH, 1989, hal.
100-104) terbagi atas dua jenis yakni:
1. Nota Keberatan Absolute yaitu nota keberatan mengenai
kewenangan/kompetensi pengadilan untuk mengadili perkara baik dari
segi kompetensi absolute maupun relative.
Bahwa mengenai Nota Keberatan , antara lain diatur dalam Pasal 156 ayat (1)
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang berbunyi, sebagai berikut:
Dari ketiga jenis nota keberatan yang diatur dalam pasal 156 ayat 1 Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana tersebut sebenarnya ada dua jenis nota
keberatan yang kurang jelas yaitu mengenai nota keberatan bahwa dakwaan
tidak dapat diterima dan dakwaan batal demi hukum. Menurut Yahya, yang
dimaksud dengan nota keberatan yang berisi bahwa dakwaan yang diajukan
penuntut umum tidak tepat, karena yang didakwakan tidak tepat, baik mengenai
dasar hukum maupun sasaran dakwaan ,nota keberatan bahwa surat dakwaan
batal
bukan surat dakwaannya yang dimintakan untuk tidak diterima, tetapi
mengajukan keberatan agar dakwaannya yang dibatalkan.
a. Uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang
didakwakan;
Sebelum masuk kepada pokok pembahasan ada baiknya kita mencermati tentang
pendapat M. Yahya Harahap di dalam bukunya “Pembahasan Permasalahan dan
Penerapan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana,Pemeriksaan Sidang
Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali ” mengenai tentang Penyusunan
dakwaan dapat ditemukan pengertian ”cermat, jelas dan lengkap” yang menjadi
pedoman yang mengikat bagi para jaksa Penuntut Umum dalam menyusun Surat
Dakwaannya, yakni sebagai berikut:
a. CERMAT yakni, uraian yang didasarkan pada ketentuan pidana terkait, tanpa
adanya kekurangan/kekeliruan yang menyebabkan Surat Dakwaan batal demi
hukum (van rechtstwege nietig) atau dapat dibatalkan (vernietigbaar). Dalam hal
ini dituntut sikap yang cermat terhadap keseluruhan materi Surat Dakwaan.
b. JELAS adalah Uraian kejadian atau fakta kejadian yang jelas dalam surat
dakwaan, sehingga Terdakwa dengan mudah memahami apa yang didakwakan
terhadap dirinya dan dapat mempersiapkan pembelaan dengan sebaik-baiknya.
c. LENGKAP adalah bahwa Surat Dakwaan itu memuat semua unsur (element)
Tindak Pidana yang didakwakan. Unsur-unsur tersebut harus terlukis di dalam
uraian fakta kejadian yang dituangkan dalam Surat Dakwaan, dengan kata lain
berupa uraian yang bulat dan utuh yang mampu menggambarkan unsur-unsur
tindak pidana yag didakwakan beserta waktu (tempus delicti) dan tempat Tindak
Pidana itu dilakukan (locus delicti).
Bahwa surat dakwaan yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum tidak diuraikan
secara cermat, jelas dan lengkap untuk tempat kejadian perkara peristiwa tindak
pidana terjadi, Jaksa Penuntut Umum menyebutkan dua tempat perkara
sekaligus dalam surat dakwaan yaitu :
Locus dalam kamus hukum S. Adiwinoto (1977:34) yang artinya tempat, locus
delicti adalah ketentuan tentang tempat terjadinya tindak pidana. penentuan
tempat delik dalam bahasa latin dikenal dengan loctus delicti, yang merupakan
rangkaian dari kata locus dan delictum. Locus berarti “tempat”, sedangkan
delictum berarti “perbuatan melawan hukum, kejahatan dan tindak pidana”.
Sehingga locus delicti berarti “tempat kejadian dari kejahatan”. Akhirnya timbul
penyebutan dalam bidang hukum dengan locus regit actum yang berarti “tempat
dari perbuatan menentukan hukum yang berlaku terhadap perbuatan itu.”
Menurut teori ini locus delicti dititikberatkan pada tempat dimana alat yang
digunakan untuk melakukan sutau tindak pidana berada atau berdasarkan
tempat bekerjanya alat yang digunakan oleh si pelaku.
Menurut teori ini locus delicti ditentukan karena adanya akibat yang
muncul dari perbuatan yang telah terjadi atau ditentukan menurut dimana
akibat yang muncul terjadi setelah terjadinya tindak pidana tersebut.
Tetapi didalam surat dakwaan tidak dijelaskan secara rinci dan pasti tempat tindak
pidana itu terjadi. Bahwa disini penuntut umum tidak cermat serta tidak jelas dalam
IV. PENUTUP
MENGADILI:
SUBSIDAIR
Hormat kami,