Kepada Yth
Ketua Pengadilan Negeri Maros
Cq. Hakim Pemeriksa Perkara Nomor : 95/Pid.B/2023/PN Mrs
Di
Maros
Hal : Surat Eksepsi/Keberatan
Yang Bertanda tangan dibawah Ini :
SULAEMAN.S.H Para Advokat dari kantor Hukum Posbakum Pranaja Sulsel Yang Berlamat
di jalan Starda baru 32 Kel.Pantang Kecematan makale kabupaten Tana Toraja bertindak
Atas nama terdakwa Ronal Efendi.S.H Bin Haruddin Terlebih dahulu perkenankan kami
selaku Tim Penasihat Hukum Terdakwa berdasarkan Surat Kuasa Khusus pada kesempatan
ini kami memanjatkan segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang atas
rahmat dan tuntunan-Nya kita masih diberi nafas kehidupan, tubuh yang sehat dan kuat
sehingga kita dimampukan untuk menjalani tahap persidangan ini dengan baik serta kami
dapat mengajukan KEBERATAN atas Surat Dakwaan Penuntut Umum
Setelah pada persidangan lalu kita mendengarkan Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum
terhadap Terdakwa Ronal Efendi.S.H Bin Haruddin, maka kini perkenankanlah kami selaku
Penasihat Hukum Terdakwa menyampaikan eksepsi/tangkisan/keberatan dalam perkara a
quo
Berdasarkan Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Yang Terhormat, kiranya kami merasa
sangat perlu untuk menyampaikan eksepsi ini demi kepentingan hukum dan keadilan serta
memperoleh jaminan perlindungan hak-hak asasi terdakwa atas kebenaran, kepastian hukum
dan keadilan serta demi memastikan terpenuhinya keadilan yang menjadi Hak Asasi Manusia,
sebagaimana tercantum dalam Pasal 7 Deklarasi Universal HAM ( DUHAM ), Pasal 14 ( 1 )
Konvenan Hak Sipil dan Politik yang telah diratifikasi menjadi Undang- Undang No. 12 tahun
2005 tentang Pengesahan Internasional Convenant on Civel and Political Rights (Konvenan
Internasional Tentang Hak-hak Sipil dan Politik), pasal 27 (1), pasal 28 D (1) UUD 1945, pasal
7 dan pasal 8 TAP MPR No. XVII Tahun 1998 Tentang Hak Asasi Manusia, Pasal 17 Undang-
Undang No 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, dimana semua orang adalah sama
dimuka hukum dan tanpa diskriminasi apapun serta berhak atas perlindungan hukum yang
sama
Selain itu, eksepsi ini perlu kami sampaikan demi perlindungan hukum yang lebih luas
bagi masyarakat pada umumnya maupun pembangunan hukum dalam proses beracara pada
persidangan perkara pidana yang semuanya itu telah pula dijamin dan diatur dalam Pasal 156
ayat (1) KUHAP yang mengatur sebagai berikut :
" Dalam hal Terdakwa atau Penasihat Hukum mengajukan keberatan bahwa
Pengadilan tidak berwenang mengadili perkara atau dakwaan tidak dapat diterima atau surat
dakwaan harus dibatalkan, maka setelah diberi kesempatan oleh Jaksa Penuntut Umum
untuk menyatakan pendapatnya Hakim mempertimbangkan keberatan tersebut untuk
selanjutnya mengambil keputusan "
Bahwa setelah disimak dengan cermat dan teliti surat dakwaan tersebut sangat jelas
hanya merupakan dakwaan yang mengada-ada, dan sengaja disusun hanya untuk memenuhi
prosedur, karena tanpa didukung oleh fakta-fakta yang sebenarnya dengan
mengesampingkan mengenai fakta-fakta lain atau bahkan mengabaikan pengertian secara
jelas tentang ketentuan perundang-undangan dan atau tidak menganalisa secara jelas dan
cermat terhadap pasal yang dituduhkan kepada Terdakwa dan apa yang terjadi sebenarnya
dilapangan dan bukti-bukti yang dimiliki oleh Saksi Korban untuk melaporkan dugaan tindak
pidana sebagaimana dalam Dakwaan Penuntut Umum, yang apabila dipertimbangkan secara
seksama, perkara ini seharusnya dan selayaknya tidak akan sampai diajukan ke Pengadilan
Yang Mulia ini.
Pengajuan NOTA KEBERATAN yang kami buat ini, sama sekali tidak mengurangi rasa
hormat kami kepada Jaksa Penuntut Umum yang sedang melaksanakan fungsi dan juga
pekerjaannya, serta juga pengajuan NOTA KEBERATAN ini tidak semata-mata mencari
kesalahan dari dakwaan jaksa penuntut umum ataupun menyanggah secara apriori dari
materi ataupun formal dakwaan yang dibuat oleh jaksa penuntut umum. Namun ada hal yang
sangat fundamental untuk dapat diketahui Majelis Hakim dan saudara Jaksa Penuntut Umum
demi tegaknya keadilan sebagaimana semboyan yang selalu kita junjung bersama selaku
penegak hukum yakni Fiat Justitia Ruat Caelum
Berdasarkan Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang No. 48 tahun 2009 tentang Pokok-
Pokok
Kekuasaan Kehakiman, yang menyatakan bahwa “Setiap orang yang disangka, ditangkap,
dituntut atau dihadapkan di depan pengadilan wajib dianggap TIDAK BERSALAH sebelum
ada putusan pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan telah memperoleh kekuatan
hukum tetap”, oleh karena itu kami selaku Tim Penasihat Hukum Terdakwa, berharap bahwa
Persidangan tetap teguh kepada (bukan saja) prinsip hukum namun perintah undang-undang
yang menyatakan kita WAJIB menganggap Terdakwa yang duduk di hadapan kita saat ini
TIDAK BERSALAH sampai adanya putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum
yang tetap (inkracht van gewijsde).
Dan juga Pengajuan NOTA KEBERATAN ini bukan untuk memperlambat jalannya
proses
peradilan, sebagaimana disebutkan dalam Asas Trilogi peradilan. Namun sebagaimana
disebutkan diatas, bahwa pembuatan dari NOTA KEBERATAN ini mempunyai makna serta
tujuan sebagai Penyeimbang dari Surat Dakwaan yang disusun dan dibacakan dalam sidang.
Kami selaku Penasihat Hukum terdakwa percaya bahwa Majelis Hakim akan
mempertimbangkan dan mencermati segala masalah hukum tersebut, sehingga dalam
keberatan ini kami mencoba untuk menggugah hati nurani Majelis Hakim agar tidak semata-
mata melihat permasalahan ini dari kacamata atau sudut pandang yuridis atau hukum positif
yang ada semata, namun menekankan nilai-nilai keadilan yang hidup didalam masyarakat
yang tentunya dapat meringankan hukuman terdakwa.
Untuk itu, sebelum melanjutkan ke tahap persidangan selanjutnya, marilah kita
melakukan penelaahan yang mendalam terlebih dahulu, apakah Surat Dakwaan dari Penuntut
Umum telah memenuhi ketentuan-ketentuan sebagaimana yang telah diatur KUHAP. Hal ini
didasarkan pada fungsi dari Surat Dakwaan yang pernah dikemukakan oleh Prof. Andi
Hamzah, S.H bahwa Surat Dakwaan merupakan dasar penting hukum acara pidana karena
berdasarkan hal yang dimuat dalam surat itu, hakim akan memeriksa perkara itu.
Bertitik tolak dari Berita Acara Pemeriksaan (BAP) untuk kemudian berlanjut pada
Surat Dakwaan yang diajukan Jaksa Penuntut pada persidangan perkara ini, pada dasarnya
adalah langkah penegakan hukum demi menemukan kebenaran materiil hukum pidana.
Dalam artian pula, bahwa proses yang kita jalani bersama-sama saat ini adalah proses
menegakkan prinsip-prinsip hukum pidana yang berlaku bagi segenap warga negara tanpa
pandang bulu, baik itu hukum pidana formil maupun hukum pidana materiil, demi terwujudnya
suatu kebenaran dan keadilan yang dituangkan dalam putusan Majelis Hakim Yang Mulia
yang sering diibaratkan sebagai perpanjangan tangan Tuhan di atas dunia ini.
Yahya Harahap (1988; 415) menyatakan bahwa putusan perkara pidana dalam teori
maupun praktek sangat bergantung pada surat dakwaan, oleh karena surat dakwaan
merupakan landasan bagi hakim dalam pemeriksaan di muka persidangan, dan kemudian
menjadi landasan bagi hakim dalam menyusun pertimbangan hukum dan putusan. Selain itu,
dalam Yurisprudensi MA RI No : 68K/KR/1973,16 Desember 1976 menyatakan bahwa
putusan hakim wajib mendasarkan pada rumusan surat dakwaan.
Namun demikian, setelah memperhatikan apa yang tertuang dalam Berita Acara
Pemeriksaan (BAP) di Kepolisian serta Surat Dakwaan yang telah disampaikan Jaksa
Penuntut Umum pada persidangan lalu, maka kami merasa perlu untuk menyampaikan
eksepsi ini. Bukan demi kepentingan terdakwa yang duduk pada kursi panas persidangan,
melainkan demi tegaknya hukum dan keadilan sesuai dengan seharusnya. Sudah merupakan
kewajiban bagi Penasihat Hukum untuk mengajukan eksepsi/tangkisan/bantahan atas Surat
Dakwaan Jaksa Penuntut Umum apabila dalam Surat Dakwaan tersebut ada sesuatu yang
tidak sesuai dengan seharusnya dan/atau Surat Dakwaan tersebut bermula dari sebuah
proses yang menyalahi prosedur hukum.
Perlunya eksepsi diajukan atas Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum yang dipandang
tidak sesuai dengan seharusnya bukan sekedar untuk membuat persidangan menjadi lama
melainkan lebih dari itu karena pada dasarnya fungsi surat dakwaan bagi terdakwa dan/atau
penasihat hukum adalah sebagai :
- Dasar menyusun pembelaan (pledooi)
- Dasar menyiapkan bukti-bukti terhadap dakwaan penuntut umum
- Dasar pembahasan yuridis
- Dasar melakukan upaya hukum
Dalam hal ini maka Penuntut Umum selaku penyusun Surat Dakwaan harus
mengetahui dan memahami benar kronologi peristiwa yang menjadi fakta dakwaan, apakah
sudah cukup berdasar untuk dapat dilanjutkan ke tahap pengadilan ataukah fakta tersebut
tidak seharusnya diteruskan karena memang secara materiil bukan merupakan tindak pidana.
Salah satu fungsi hukum adalah menjamin agar tugas Negara untuk menjamin kesejahteraan
rakyat bisa terlaksana dengan baik dan mewujudkan keadilan yang seadil adilnya dan hukum
menjadi panglima untuk mewujudkan sebuah kebenaran dan keadilan. Melalui uraian ini kami
mengajak Majelis Hakim yang terhormat dan jaksa penunutut umum bisa melihat
permasalahan secara menyeluruh (komprehensif) dan tidak terburu-buru serta bijak, agar
dapat sepenuhnya menilai ulang MA’MUN alias BIRAY , sebagai terdakwa dalam perkara ini
dan kami selaku Penasehat Hukum juga memohon kepada Majelis Hakim dalam Perkara ini
untuk memberikan keadilan
hukum yang seadil-adilnya Berdasarkan Surat Dakwaan yang telah dibuat oleh Penuntut
Umum, Kami selaku Tim Penasihat Hukum TERDAKWA sangat tidak setuju dengan Dakwaan
yang menyatakan bahwa terdakwa BERSALAH, Penuntut Umum tidak memperhatikan apa
yang sudah terurai dalam Surat Dakwaan yang sudah di buat. Dalam hal ini, Semoga Majelis
Hakim yang kami muliakan dapat memahami keberatan Tim Penasihat Hukum Terdakwa
dalam perkara ini, bahwa seberapa pun skeptisnya Terdakwa untuk memperoleh Keadilan,
tetapi sebagai suatu Keharusan, haruslah dilalui dengan harapan yang tiada lain Hakim harus
berani memutuskan sesuai dengan kebenaran yang diperoleh. Sekaligus dapat dijadikan tolak
ukur pengungkapan tabir dan penyelesainnya. Kami pun yakin saudara Penuntut Umum
sependapat dengan kami bahwa kehadiran Saudara Penuntut Umum sebagai alat Negara
pada sidang yang mulia ini adalah untuk menggali kebenaran demi mencapai keadilan yang
hakiki
III. KETENTUAN PERUMUSAN DAKWAAN
Majelis Hakim Yang Mulia, Yang Bertuah dan Bersahaja;
Saudara Jaksa Penuntut Umum Yang Terhormat;
Terdakwa dan hadirin sidang yang kami hormati;
Serta Sidang yang kami muliakan;
MENYUSUN SURAT DAKWAAN HARUS DILAKUKAN SECARA SERIUS DAN HATI - HATI.
SURAT DAKWAAN YANG MENYIMPANG DARI HASIL PENYIDIKAN DAN / ATAU YANG
TIDAK MEMENUHI SYARAT MATERIIL, MERUPAKAN DAKWAAN YANG HARUS
DINYATAKAN BATAL DEMI HUKUM MENURUT PASAL 143 KUHAP.
Dalam menyusun Surat Dakwaan tersebut, Penuntut Umum harus berpedoman pada
aturan-aturan, hasil penyidikan, yurisprudensi Mahkamah Agung bahkan doktrin hukum,
bukan hasil berasumsi atau mengarang bebas. Rumusan surat dakwaan harus sejalan
dengan hasil pemeriksaan penyidikan. Rumusan surat dakwaan yang menyimpang dari hasil
pemeriksaan penyidikan merupakan dakwaan yang palsu dan tidak benar. Surat dakwaan
yang demikian tidak dapat dipergunakan jaksa menuntut Terdakwa Selain itu sesuai dengan
pasal 143 KUHAP, dakwaan juga harus memenuhi syarat, baik formil maupun materiil. Pasal
143 ayat (2) KUHAP merupakan ketentuan syarat materil dari sebuah dakwaan. Sesuai
dengan Pasal 143 ayat (3) KUHAP, maka tidak dipenuhinya syarat materiil mengakibatkan
surat dakwaan batal demi hukum. Berikut bunyinya:
Penuntut umum membuat surat dakwaan yang diberi tanggal dan ditandatangani serta
berisi (b) uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang
didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan.
Surat dakwaan yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(2) huruf (b) batal demi hukum ”.
Berdasarkan Pasal 143 ayat (2) KUHAP tersebut, agar syarat materiil terpenuhi, maka ada
2 (dua) unsur yang tidak boleh dilalaikan, yakni (a) uraian cermat, jelas dan lengkap mengenai
tindak pidana yang didakwakan dan menyebut (b) waktu dan tempat tindak pidana
dilakukan.--
1. Surat dakwaan seperti apa yang tidak memenuhi kedua unsur tersebut ? Sebagai berikut :
Surat Dakwaan Yang Mengandung Pertentangan antara Satu Dengan Yang Lain
Pertentangan isi dakwaan menimbulkan keraguan bagi terdakwa tentang perbuatan
atau tindakan mana yang didakwakan kepadanya. Perumusan yang tidak jelas antara
misalnya “turut melakukan” dan “turut membantu” dapat menimbulkan kerugian bagi
terdakwa.----------- Ketentuan Pasal 143 KUHAP tersebut dikukuhkan oleh Mahkamah
Agung melalui putusan- putusannya yang menyatakan bahwa Surat dakwaan yang
disusun secara tidak cermat, tidak jelas, dan tidak lengkap dan oleh karenanya harus
dinyatakan BATAL DEMI HUKUM : Yurispudensi Nomor 234K/Kr/1978 tanggal 10
November tahun 1979 yang pada pokoknya menyatakan bahwa, “karena tuduhan
tidak jelas, tuduhan tersebut tersebut harus dinyatakan batal demi hukum”.
Yurispudensi Nomor 492K/Kr/1981, tanggal 8 Januari 1983 yang pada pokoknya
menyatakan bahwa, “PT telah tepat dengan mempertimbangkan, bahwa tuduhan yang
samar samar atau kabur harus dinyatakan batal demi hukum”. Yurispudensi Nomor
33K/Pid/1985, tanggal 15 Februari 1986, yang pada intinya menyatakan bahwa,
”karena surat dakwaan tidak dirumuskan secara cermat dan lengkap seperti yang
dikehendaki oleh pasal 143 (2) b KUHAP, dakwaan dinyatakan batal demi hukum.
Yurisprudensi tersebut juga sejalan dengan Surat Edaran Kejaksaan Agung RI Nomor
SE- 004/J.A/11/1993 tanggal 16 November 1993 tentang Pembuatan Surat Dakwaan
dijelaskan perumusan cermat, jelas dan lengkap sebagai berikut: Bahwa yang
dimaksud dengan “cermat” adalah menuntut ketelitian Jaksa Penuntut Umum dalam
mempersiapkan Surat Dakwaan yang akan diterapkan bagi Terdakwa. Dengan
menempatkan kata “cermat” paling depan dari rumusan pasal 143 ayat (2) huruf b
KUHAP, pembuat undang – undang menghendaki agar Jaksa Penuntut Umum dalam
membuat Surat Dakwaan selalu bersifat korek dan teliti. Bahwa yang dimaksud
dengan “jelas” adalah uraian kejadian atau fakta kejadian yang jelas dalam Surat
Dakwaan, sehingga terdakwa dengan mudah memahami apa yang didakwakan
terhadap dirinya dan dapat mempersiapkan pembelaan dengan sebaik – baiknya.
Bahwa yang dimaksud dengan “lengkap” adalah surat Dakwaan itu memuat semua
unsur (elemen) Tindak Pidana yang didakwakan. Unsur – unsur tersebut harus tertulis
secara jelas di dalam uraian fakta kejadian yang dituangkan dalam surat dakwaan.
Kemudian, uraian yang dituliskan merupakan syarat materiil. Surat Edaran Jaksa Agung
Nomor: SE 004/J.A/11/1993 menerangkan bahwa surat dakwaan dipandang telah memenuhi
syarat apabila telah mampu memberi gambaran secara utuh dan bulat akan:
1. Tindak pidana yang dilakukan.
2. Siapa yang melakukan tindak pidana.
3. Di mana dilakukannya tindak pidana.
4. Kapan tindak pidana dilakukan.
5. Bagaimana tindak pidana dilakukan.
6. Akibat yang ditimbulkan dari tindak pidana.
7. Apa yang mendorong terdakwa melakukan tindak pidana tersebut.
8. Ketentuan pidana yang diterapkan.
SULAEMAN.S.H