Anda di halaman 1dari 7

NOTA KEBERATAN (EKSEPSI)

KEBERATAN

NO. 8570/ UA / UAS / 76 / 2010

Kepada Yth:

Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Barat

Yang memeriksa perkara dengan No 1311/Pid.B/2010/PN.JKT.PST

atas Nama Terdakwa Wong Cung Han bin David Cung

Dengan Hormat,

Perkenangkan Kami, Ulhaq Andyaksa, S.H, M.H dan M.Sadam A.P, S.H, Advocat
dan Konsultan Hukum berkantor di : Law Office & Law Consultant , Andyaksa,S.H,M.H
& Partners di Jl. Tebet Utara Dalam No. 70 Jakarta Selatan. Berdasarkan surat kuasa
khusus tertanggal, 9 April 2010. Bertindak untuk dan atas nama serta sah untuk mewakili
Terdakwa WONG CUNG HAN bin DAVID CUNG, yang telah diperhadapkan dimuka
persidangan ini berdasarkan surat dakwaan Penuntut Umum Tertanggal 7 Mei 2010. Dengan
ini perkenankanlah kami mengajukan keberatan/tangkisan atas surat dakwaan penuntut
umum tersebut.

Majelis Hakim yang kami muliakan,

Penuntut Umum yang kami hormati,

Dan pengunjung sidang sekalian yang kami hargai,

Sebelum memasuki uraian mengenai Surat Dakwaan Penuntut Umum dan dasar hukum
pengajuan serta materi keberatan kami selaku Advokat/penasihat hukum Terdakwa terhadap
Surat Dakwaan Penuntut Umum, perkenankanlah kepada kami untuk menyampaikan terima
kasih kepada Majelis Hakim atas kesempatan yang diberikan untuk mengajukan
EKSEPSI/keberatan ini..
Adanya kesempatan bagi Terdakwa atau Advokatnya untuk mengajukan
EKSEPSI/KEBERATAN setelah Penuntut Umum mengajukan suatu Surat Dakwaan menjadi
bukti nyata bahwa KUHAP sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran dan keadilan,
dengan cara memberikan kesempatan kedua belah pihak untuk mengemukakan
pandangannya masing-masing. Memang untuk memperoleh konstruksi tentang kebenaran
dari suatu kasus seperti halnya kasus yang Terdakwa alami tidak ada cara lain kecuali
memberi kesempatan yang selayaknya kepada kedua belah pihak, penuntut umum dan
terdakwa, untuk mengemukakan pandangannya masing-masing (du choc des opinions jaillit
la verite).

Oleh karena itu dalam Negara Hukum seperti halnya Negara Republik Indonesia, pengajuan
keberatan terhadap surat dakwaan penuntut umum sama sekali tidak dimaksudkan untuk
mencari-cari kesalahan atau memojokkan posisi penyidik atau penuntut umum yang dalam
menjalankan tugas dan kewajibannya telah bekerja dengan tekun dan gigih serta dengan hati
nurani yang bersih. Bukan pula semata-mata memenuhi ketentuan pro forma hanya karena
hal itu telah diatur dalam undang-undang atau sekedar menjalani acara ritual yang sudah
lazimnya dilakukan oleh seorang advokat hanya karena advokat itu telah menerima sejumlah
honor dari kliennya. Pengajuan keberatan itu dimaksudkan semata-mata demi memperoleh
konstruksi tentang kebenaran dari kasus yang sedang Terdakwa hadapi. Apabila misalnya
ternyata dalam surat dakwaan penuntut umum atau dari hasil penyidikan yang menjadi dasar
dakwaan penuntut umum terdapat cacat formal atau mengandung kekeliruan beracara (error
in procedure), maka diharapkan majelis hakim yang memeriksa perkara dapat
mengembalikan berkas perkara tersebut kepada penuntut umum yang selanjutnya
menyerahkan kepada penyidik untuk disidik kembali oleh karena kebenaran yang ingin
dicapai oleh KUHAP tidak akan terwujud dengan surat dakwaan atau hasil penyidikan yang
mengandung cacat formal atau mengandung kekeliruan beracara (error in procedure).
Mustahil pula suatu kebenaran yang diharapkan akan dapat diperoleh melalui persidangan ini
apabila Terdakwa dihadapkan pada surat dakwaan penuntut umum yang tidak dirumuskan
secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan, oleh karena
dalam hal demikian sudah pasti Terdakwa termasuk advokatnya tidak akan dapat menyusun
pembelaan bagi Terdakwa dengan sebaik-baiknya.

Sejak awal terdakwa telah merasakan tekanan dan intimidasi dari perilaku aparat yang telah
melakukan penagkapan, terdakwa mengatakan bahwa terdakwa ditanya dan dimintai
keterangan tanpa diberi kesempatan untuk menelfon kedutaan besar Malaysia di Jakarta
sebagai mana hal tersebut penasehat hukum terdakwa memberikan suatu gambaran hukum
sebagai berikut :

Penyidik melakukan pemeriksaan terhadap tersangka tanpa didampingi advokat, tanpa


menunjuk advokat bagi tersangka, dan tanpa menjelaskan kepada tersangka bahwa dalam
perkara itu ia wajib didampingi oleh advokat, sehingga ketentuan Pasal 56 Ayat (1) KUHAP
telah dilanggar Bahwa ketentuan Pasal 56 Ayat (1) KUHAP telah menyatakan:
Dalam hal tersangka atau terdakwa disangka atau didakwa melakukan tindak pidana yang
diancam dengan pidana mati atau ancaman pidana lima belas tahun atau lebih atau bagi
mereka yang tidak mampu yang diancam dengan pidana lima tahun atau lebih yang tidak
mempunyai penasihat hukum sendiri, pejabat yang bersangkutan pada semua tingkat
pemeriksaan dalam proses peradilan wajib menunjuk penasihat hukum bagi mereka. Bahwa
ketentuan ini tidak lain dimaksudkan untuk melindungi hak-hak asasi manusia seorang
tersangka atau terdakwa yang dipersangkakan atau didakwa melakukan suatu tindak pidana,
oleh karena seandainya orang itu benar telah melakukan perbuatan seperti yang
dipersangkakan atau didakwakan, perbuatan itu belum tentu merupakan suatu tindak pidana,
dan seandainya perbuatan itu merupakan suatu tindak pidana, belum tentu ia bersalah
melakukan tindak pidana itu karena berbagai keadaan yang dibenarkan oleh hukum; Bahwa
oleh karena itu peran seorang advokat dalam mendampingi tersangka yang sedang didengar
keterangannya oleh penyidik menjadi sangat penting dalam mengawal amanat undang-
undang dalam menegakkan dasar utama negara hukum, dengan pendampingan advokat
diharapkan dapat dijaga misalnya:

a. agar keterangan tersangka diberikan tanpa tekanan dari siapa pun dan atau dalam bentuk
apa pun sebagaimana diamanatkan oleh ketentuan Pasal 117 Ayat (1) KUHAP yang
berbunyi: Keterangan tersangka kepada penyidik diberikan tanpa tekanan dari siapa pun dan
atau dalam bentuk apa pun.

b. agar dapat dipastikan bahwa penyidik mencatat keterangan tersangka dalam berita acara
seteliti-telitinya sesuai dengan kata yang dipergunakan oleh tersangka sendiri, bukan kata
yang dikehendaki oleh penyidik atau yang sesuai dengan keterangan saksi pelapor, sesuai
dengan ketentuan Pasal 117 Ayat (2) KUHAP yang berbunyi: Dalam hal tersangka memberi
keterangan apa yang sebenarnya ia telah lakukan sehubungan dengan tindak pidana yang
dipersangkakan kepadanya penyidik mencatat dalam berita acara seteliti-telitinya sesuai
dengan kata yang dipergunakan oleh tersangka sendiri. Bahwa peran pendampingan seorang
advokat bagi tersangka dalam pemeriksaan penyidik sangat inhaerent dengan perlindungan
hak-hak asasi manusia khususnya bagi mereka yang tengah menjadi pesakitan di hadapan
penyidik atau penuntut umum, oleh karena seperti dikatakan oleh BAMBANG POERNOMO
dalam bukunya Pandangan terhadap Azas-azas Umum Hukum Acara Pidana (Liberty,
Yogyakarta, 1982, halaman 4):

Pada hakikatnya pekerjaan seseorang untuk menduga dan menyangka orang lain melakukan
perbuatan pidana yang berupa kejahatan atau pelanggaran, dapat menjurus sebagai perbuatan
yang bersifat barbar karena di satu pihak akan giat mempertahankan tuduhannya dan di lain
pihak dengan gigih melakukan pembelaan yang didorong oleh harga diri dan kebebasan
pribadi setiap orang.

Oleh karena itu melalui kesempatan ini Terdakwa dan advokatnya memohon kepada Majelis
Hakim yang memeriksa perkara ini untuk dapat memberikan tempat yang selayaknya bagi
keberatan ini dalam putusan yang akan diambil oleh Majelis Hakim setelah Penuntut Umum
menyatakan pendapatnya.

Majelis Hakim yang kami muliakan,

Penuntut Umum yang kami hormati,

Dan pengunjung sidang sekalian yang kami hargai,

Setelah kami mendengar, meneliti dan mempelajari surat dakwaan Penuntut Umum seperti
yang disampaikan pada persidangan ini, maka kami menanggapi surat dakwaan tersebut ada
satu hal yang janggal dalam melaksanakan persidangan kami selaku kuasa hukum dari
terdakwa mengemukakan beberapa cacat formal atau kekeliruan beracara (error in procedure)
seperti diuraikan di bawah ini. Dan kami menyatakan keberatan dengan alasan alasan
sebagai berikut :

1. Bahwa Pengadilan Negeri Jakarta Barat tidak berwenang memeriksa dan mengadili dalam
perkara pidana atau setidak-tidaknya Terdakwa lepas dari segala tuntutan hukum karena
perbuatan Terdakwa tidak melakukan perbuatan pidana sesuai dakwaan dari Jaksa Penuntut
Umum karena sebagai mana fakta tempat kejadian perkara locus dan tempus delictinya
terjadi di wilayah hukum Pengadilan Negeri Tanggerang.
2. Bahwa kami selaku penasehat hukum dari terdakwa mencermati dakwaan yang telah
diajukan oleh Jaksa Penuntut umum, terdapat banyak kekurangan dalam penguraian fakta-
fakta dan materi dakwaan yang tidak diuraikan secara jelas dan cermat (obscurr lible). Hal ini
sesuai dengan pasal 143 ayat(2) huruf b yang menyatakan bahwauraian secara cermat, jelas
dan lengkap, mengenai tindak pidana yang di dakwakan dengan menyebutkan waktu dan
tempat tindak pidana yang dilakukan dan sesuai dengan pasal 143 ayat (3) surat dakwaan
dinyatakan batal demi hukum.

Dan sebagai bahan pertimbangan Majelis Hakim Yang Terhormat, disini kami magutip pula
beberapa putusan Mahkamah Agung RI mengenai surat dakwaan, sebagai berikut:

Putusan Mahkamah Agung RI No. 808 K/Pdn/1984/tanggal 29 Juni 1985:


Bahwa dakwaan yang tidak cermat, tidak jelas, tidak lengkap harus dinyatakan batal demi
hukum.

Putusan Mahkamah Agung RI No. 33 K/Mil/1985/tanggal 15 Febuari 1986:

Karena surat dakwan tidak dirumuskan secara lengkap dan tidak secara cermat, dakwaan
dinyatakan batal demi hukum.

Untuk menanggapi dan menyatakan pendapatnya, dimohonkan kepada Majelis Hakim


untuk mempetimbangkan mengenai kebenaran tersebut dan untuk selanjutnya mengambil
keputusan sesuai dengan pasal 156 KUHAP.

3. Bahwa setelah penasehat hukum membaca dan memahami dakwaan dari Jaksa Penuntut
umum tertanggal 7 mei 2010 penasehat hukum berkesimpulan Jakas Penuntut umum terkesan
memaksakan materil dakwaan dan asal jadi sehingga perbuatan ini sungguh menyudutkan
dan merugikan klien kami yang ternyata hanya sebagai korban dari bujuk rayu tipu muslihat
dari IEN TAN FUK yang kini menjadi DPO, klien kami merasa dirugikan atas bujuk rayu
tipu muslihat yang menimpanya, Dari surat dakwaan saudara Penuntut Umum tersebut,
sangat jelas dan nyata bahwa syarat Materil surat dakwaan tidak terpenuhi.

4. Bahwa, apa yang Penuntut Umum dakwakan dalam dakwaannya, sebagaimana tertulis
dalam surat dakwaan, yang menyebutkan bahwa klien kami telah melakukan perbuatan
melawan hukum, dan didakwa dengan Pasal 113 ayat (1), Pasal 114 ayat (1) dan (2) dan 115
ayat (1) dan (2) Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika.

Menurut kami, Terdakwa tidak melakukan tindak pidana seperti yang di dakwakan Jaksa
Penuntut Umum, kami berpendapat bahwa klien kami berada dalam suatu keadaan bujuk
rayu tipu muslihat sehingga kami berkesimpulan tidaklah patut klien kami dituntut
sedemikian rupa sebagai mana yang tertuang dalam Dakwaan Jaksa penuntut umum
tertanggal 7 Mei 2010.

Majelis Hakim yang kami muliakan,

Saudara Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati,

Dan pengunjung sidang sekalian yang kami hargai,

Setelah kami menguraikan panjang lebar baik hal-hal yang berkenaan dengan aspek-
aspek prosesuil formal dan materiil, maupun yang berkenaan dengan aspek-aspek substansial
yang kesemuannya adalah merupakan prinsip-prinsip hukum universal yang harus ditegakkan
dalam persidangan ini, maka kami tiba pada kesimpulan-kesimpulan yang selanjutnya
berdasarkan kesimpulan itu , kami yakin yang Terhormat Majelis Hakim akan sependapat
dengan kami sebagaimana permohonan pada akhir Keberatan ini.

Kesimpulan-kesimpulan kami adalah sebagai berikut:

a. Surat dakwaan batal demi hukum karena disusun berdasarkan penyidikan yang melanggar
ketentuan hukum acara pidana. Untuk itu surat Jaksa Penuntut Umum dalam perkara ini
haruslah dinyatakan batal demi hukum atau setidak tidaknya tidak dapat diterima

b. Bahwa surat dakwaan tidak diuraikan secara cermat, jelas dan lengkap sebagaimana
ditentukan oleh pasal 143 ayat (2) KUHAP karena isinya menjadi kabur dan meragukan,
sehingga karenanya batal demi hukum.

Dengan menunjuk pada alasan diatas, maka kami selaku Penasehat Hukum terdakwa
memohon Kiranya agar Majelis Hakim berkenaan memberikan pertimabangan dan memutus:

1. Menerima keberatan secara keseluruhan dari penasehat hukum terdakwa.

2. Menyatakan surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum batal demi hukum atau setidak-tidaknya
menolak surat dakwaan Jaksa Penuntut umum karena surat dakwaan tersebut tidak memenuhi
syarat materiil.
3. Menyatakan bahwa Pengadilan Negeri Jakarta Barat tidak berwenang untuk mengadili
perkara atas nama WONG CUNG HAN Bin DAVID CUNG.

Atau : Bilamana Majelis Hakim berpendapat lain, maka kami mohon agar diberikan
putusan yang seadil-adilnya (Ex Aequo Et Bono), demi tegaknya keadilan berdasarkan
hukum yang berlaku dan Ke-Tuhanan Yang Maha Esa

Demikian Keberatan ini kami sampaikan, atas perkenaan dan dikabulkannya


keberatan ini oleh Majelis Hakim, kami ucapkan terima kasih.

Jakarta, 19 Mei 2010

Hormat kami,

Penasihat Hukum Terdakwa Penasehat Hukum Terdakwa

M.Sadam AP, S.H Ulhaq Andyaksa,S,H,M.H

Anda mungkin juga menyukai