Anda di halaman 1dari 5

Nota Keberatan (Eksepsi) atas Perkara Pidana

Nomor: 150/Pid.B/2021/PN.Kpj
Terdakwa:
Gunarso bin Juma’in
Diajukan oleh Tim Penasehat Hukum Terdakwa
Harry Muhammad, S. H.
Kepada, Yth:
Majelis Hakim Pemeriksa Perkara Pidana
Nomor: 150/Pid.B/2021/PN.Kpj
-Di
Pengadilan Negeri Kepanjen

Dengan hormat
Majelis Hakim yang kami muliakan
Saudara Jaksa/Penuntut Umum Yang Kami Hormati

Terlebih dahulu kami selaku tim penasehat hukum terdakwa, untuk dan atas nama
terdakwa Gunarso bin Juma’in, mengucapkan terimakasih kepada majelis hakim yang
mulia yang telah memberikan kesempatan menyampaikan nota keberatan/eksepsi ini.
Setelah mempelajari dan mendengarkan secara seksama surat dakwaan saudara jaksa/
Penuntut Umum, maka kami dari tim penasehat hukum terdakwa memberikan pendapat,
apakah surat dakwaan tersebut telah memenuhi azas dan ketentuan umum hukum yang
mendudukan Gunarso bin Juma’in menjadi terdakwa sekaligus menjadi satu – satunya
pedoman dalam memeriksa di persidangan.

Majelis Hakim Yang Mulia,


Saudara Penuntut Umum Yang Terhormat,

I. PENDAHULUAN

Sehubungan dengan Surat Dakwaan NOMOR REG. PERK :


PDM/126/PWK/V/2021 tanggal 2 Juni 2021 yang dibacakan oleh Saudara Penuntut
Umum di persidangan Pengadilan Negeri Kepanjen pada hari tanggal Senin, 14 Juni 2021
dalam perkara pidana Nomor 150/Pid.B/2021/PN.Kpj, dengan ini ijinkanlah kami
selaku pnasehat Hukum dari terdakwa Gunarso bin Juma’in menyampaikan nota
keberatan (Eksepsi) terhadap surat dakwaan Penuntut Umum tersebut sebagaimana
berikut ini.

II. DASAR HUKUM


1. Dasar hukum surat dakwaan

Di dalam KUHAP mengenai dasar hukum surat dakwaan tercantum dalam Pasal 143 ayat
(2) dan (3) yang berbunyi sebagai berikut:
Ayat (2) Penuntut Umum membuat surat dakwaan yang diberi tanggal dan
ditandatanganinya serta berisi: Nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis
kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan tersangka. Uraian secara
cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana itu dilakukan Ayat (3) Surat Dakwaan
yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana, dimaksud dalam ayat (2) huruf b batal
demi hukum.

2. Dasar Hukum Nota Keberatan (Eksepsi)

Bahwa mengenai nota keberatan (Eksepsi) antara lain diatur dalam Pasal 156 ayat
(1) KUHAP yang berbunyi sebagai berikut:
“Dalam hal terdakwa atau penasehat hukum mengajukan keberatan bahwa pengadilan
tidak mengadili perkara atau dakwaan tidak dapat diterima atau surat dakwaan harus
dibatalkan, maka setelah diberi kesempatan kepada penuntut umum untuk menyatakan
pendapatnya, hakim mempertimbangkan keberatan tersebut untuk selanjutnya mengambil
keputusan”.

III. EKSEPSI

Pertama-tama, kami dari Tim Penasihat Hukum Gunarso Bin Juma’in


menyampaikan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada Hakim Yang
Mulia, yang memeriksa dan mengadili perkara pidana ini. Kami Tim Penasihat
Hukum merasa bahwa Hakim Yang Mulia telah bertindak adil dan bijaksana
terhadap semua pihak dalam persidangan ini. Hakim Yang Mulia telah memberikan
kesempatan yang sama baik kepada Jaksa Penuntut Umum untuk menyusun
dakwaannya, maupun kepada Terdakwa dan penasihat hukumnya juga telah diberi
kesempatan yang sama yaitu untuk mangajukan Eksepsi (Nota Keberatan). Eksepsi
ini kami sampaikan dengan pertimbangan bahwa ada hal-hal prinsip yang perlu kami
sampaikan berkaitan demi tegaknya hukum, kebenaran dan keadilan serta demi
memastikan terpenuhinya keadilan yang menjadi hak Terdakwa sebagaimana diatur
dalam Pasal 156 ayat (1) KUHAP yaitu : "Dalam hal Terdakwa atau penasihat
hukum mengajukan keberatan bahwa Pengadilan tidak berwenang mengadili perkara
atau dakwaan tidak dapat diterima atau surat dakwaan harus dibatalkan, maka setelah
diberi kesempatan oleh Jaksa Penuntut Umum untuk menyatakan pendapatnya
Hakim mempertimbangkan keberatan tersebut untuk selanjutnya mengambil
keputusan". Pengajuan Eksepsi yang kami buat ini, sama sekali tidak mengurangi
rasa hormat kami kepada Jaksa Penuntut Umum yang sedang melaksanakan fungsi
dan juga pekerjaannya, serta juga pengajuan Eksepsi ini tidak semata-mata mencari
kesalahan dari dakwaan Jaksa Penuntut Umum ataupun menyanggah secara apriori
dari materi ataupun formal dakwaan yang dibuat oleh Jaksa Penutut Umum. Namun
ada hal yang sangat fundamental untuk dapat diketahui Hakim Yang Mulia

1. Eksepsi mengenai Error in Persona


2. Eksepsi mengenai Obscuur Libel

Bahwa sehubungan dengan ketentuan yang tersebut dalam Pasal 156 ayat (1)
KUHAP diatas, maka bersamaan ini disampaikan eksepsi terhadap surat
dakwaan tertanggal 2 Juni 2021 yang diajukan oleh saudara Jaksa/ Penuntut
Umum dalam persidangan tanggal 14 Juni 2021 sebagaimana berikut dibawah
ini:

1. Eksepsi Error In Persona

Bahwa seperti diketahui dakwaan saudara Jaksa/Penuntut Umum tersebut adalah


mengenai tindak/perbuatan terdakwa Gunarso bin Juma’in, telah didakwakan kepada
terdakwa oleh Jaksa Penuntut Umum dalam Surat Dakwaan yang diterbitkan telah
salah menuliskan nama Terdakwa, di dalam Surat Dakwaan jelas tertulis Gunarso bin
Jumain, padahal yang senyatanya benar adalah Gunarso bin Juma’in. Bahwasannya
secara syarat materiil isi surat dakwaan harus berisikan dengan nama lengkap yang
jelas, ini menunjukkan bahwa terjadai kekeliruan sebagaimana orang yang
dipersidangkan atau disebut Error in Persona.
Dari dakwaan tersebut kami tim penasehat hukum terdakwa mohon kepada Yth.
Bapak Ketua Majelis Hakim yang memeriksa perkara pidana ini menjatuhkan putusan:
Menyatakan Pengadilan Negeri Kepanjen tidak berwenang mengadili, dikarenakan
ketidakjelasan informasi terdakwa yang dipersidangkan yang mengakibatkan kaburnya
suatu dakwaan atau cacat materiil.

2. Eksepsi Mengenai Ketidakjelasan Dakwaan yang Dijatuhkan (Exception Obscuur


Libel)

Berdasar pada surat dakwaan yang telah kami teliti, bahwa pasal yang dikenakan
kepada terdakwa tidak jelas mengena pada unsur-unsur yang telah dilakukan oleh
terdakwa, serta jaksa penuntut umum tidak menjelaskan secara jelas mengenai
akibat daripada perbuatan terdakwa sehingga dakwaan kabur atau tidak jelas. Hal
ini merupakan fundamental yang prinsipil sehubungan dengan menelaah nilai
keadilan yang kemudian dipertanggungjawabkan oleh terdakwa Gunarso Bin
Juma’in. Oleh karena itu kami sebagai tim kuasa hukum terdakwa mengajukan
eksepsi ini sebagai pertimbangan yang mulia dalam memutuskan perkara ini
dengan bijak dan seadil-adilnya.

tentang tindak pidana yang didakwakan.


Apabila tidak memenuhi ketentuan syarat materiel tersebut berakibat surat dakwaan batal
demi hukum (Pasal 143 ayat (3) KUHAP), lebih lanjut bila diperlihatkan pasal-pasal
KUHAP lainnya mengenai surat dakwaan dapat dilihat dalam pasal-pasal 156 ayat (10)
yang berbunyi sebagaimana tersirat dan tersurat pada bagian lain dalam nota keberatan
(eksepsi) ini.
Pasal 197 ayat (1) huruf c, “Dakwaan sebagaimana terdapat dalam surat dakwaan,” dari
bunyi pasal tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa KUHAP dengan tegas
membedakan antara “surat dakwaan” dengan “Dakwaan”.
Dengan demikian dapatlah diketahui bahwa dakwaan adalah salah satu bagian dari surat
dakwaan atau dengan kata lain di dalam surat dakwaan terdapat dakwaan.
Dalam hubungannya dengan ketentuan yang tersebut dalam Pasal 156 ayat (1)
tersebut, perkenankanlah kami tim Penasehat Hukum untuk dan atas nama terdakwa
menyampaikan alasan-alasan kami, apa sebabnya menurut hemat kami, Surat Dakwaan
tidak berisi uraian cermat
Bahwa apa yang didakwakan JPU tidak didasarkan atas peristiwa yang ada sebelum
perkara pidana Nomor 150/Pid.B/2021/PN.Kpj disidangkan. Laporan atas perkara
yang didakwakan kepada terdakwa sudah daluarsa sehingga menurut hemat kami laporan
tidak bisa dituntut.

MENGENAI EKSEPSI DAKWAAN BATAL DEMI HUKUM DAN DAKWAAN


TIDAK DAPAT DITERIMA
Majelis Hakim Yang Mulia,
Saudara Penuntut Umum Yang Terhormat,

Sebagaimana diketahui, bahwa Surat Dakwaan memegang peranan fundamental


yang sangat penting dan dijadikan dasar bagi hakim dalam pemeriksaan perkara pidana di
pengadilan. Fungsi Surat Dakwaan dalam sidang pengadilan suatu fundamental dan
acuan dalam pemeriksaan terdakwa. Berdasarkan rumusan surat dakwaan tersebutlah
kesalahan terdakwa dapat dibuktikan. Pemeriksaan sidang tidak boleh keluar dari apa
yang diterbitkan dalam surat dakwaan. Maka dari itu, undang-undang mewajibkan
Penuntut Umum dalam menyusun surat dakwaan harus teliti, cermat, jelas, dan tidak
boleh kabur.

Berdasarkan fakta surat dakwaan dan alasan-alasan hukum tersebut di atas maka
menurut analisa Kami Surat Dakwaan Penuntut Umum dalam perkara ini dibuat dengan
tidak cermat dan tidak jelas, sehingga surat dakwaan penuntut umum menjadi kabur
(obscuur libel) yang dapat merugikan Terdakwa dalam mempersiapkan pembelaan dan
bertentangan dengan ketentuan Pasal 63 KUHP, Pasal 65 KUHP, Pasal 66 KUHP dan
Pasal 70 KUHP. Hal ini dapat memicu terjadinya kegagalan dalam mencapai keadilan
dan menciderai fungsi hukum itu sendiri. Oleh sebab itu, maka sebaiknya surat dakwaan
Penuntut Umum tersebut dinyatakan batal demi hukum.

Surat dakwaan Penuntut Umum tidak memuat fakta yang jelas dan keadaan
(omstandigheiden) yang tidak lengkap atas masing-masing tindak pidana yang
didakwakan; Bahwa berdasarkan alasan hukum tersebut di atas, Kami berpendapat uraian
fakta perbuatan dalam surat dakwaan Penuntut Umum tidak cermat, tidak jelas dan tidak
lengkap sehingga mengakibatkan surat dakwaan menjadi kabur (obscuur libel). Sesuai
dengan Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor : 492/K/Kr/1983 tanggal 8
Januari 1983 dan Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor : 600
K/Pid/1982 tanggal 9 November 1983 yang menyatakan : “Surat dakwaan yang samar-
samar atau kabur harus dibatalkan demi hukum.” Oleh karenanya Kami mohon kepada
Yang Mulia Majelis Hakim Pemeriksa perkara ini kiranya berkenan menyatakan surat
dakwaan Penuntut Umum batal demi hukum demi hukum maka sudah sepantasnya surat
dakwaan Penuntut Umum tersebut dinyatakan tidak dapat diterima.
Membebankan biaya yang timbul dalam perkara ini kepada Negara.
IV. PENUTUP

Berdasarkan pada pokok-pokok Eksepsi yang kami uraikan di atas, maka kami selaku
Penasihat Hukum Terdakwa Gunarso bin Juma’in memohon kepada Hakim Yang
Mulia untuk menjatuhkan Putusan Sela dengan Amar Putusan yang pada pokoknya
menyatakan sebagai berikut:
1. Menerima Eksepsi dari penasihat hukum Gunarso bin Juma’in untuk
seluruhnya;
2. Menyatakan Surat Dakwaan Penuntut Umum dengan Nomor Register Perkara:
PDM/126/PWK/V/2021 Batal Demi Hukum;
3. Menetapkan pemeriksaan perkara terhadap Terdakwa Gunarso bin Juma’in
tidak dilanjutkan;
4. Membebaskan Terdakwa dari segala dakwaan;
5. Memulihkan hak Terdakwa Gunarso bin Juma’in dalam hal kemampuan,
kedudukan, harkat serta martabatnya;
6. Membebankan biaya perkara kepada negara;

ATAU : Apabila Hakim Yang Mulia berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-
adilnya (ex aequo et bono).

Di akhir dari Nota Keberatan ini, perkenankanlah kami mengutip definisi keadilan
tertua yang dirumuskan oleh para ahli hukum zaman romawi, berbunyi demikian:
“Justitia est constans et perpetua voluntas jus suum cuique tribuendi”, artinya: “Keadilan
adalah kemauan yang tetap dan kekal untuk memberikan kepada setiap orang apa yang
semestinya”.

Selanjutnya Prof. Mr. Wirjono Prodjodikoro, seorang ahli hukum berpesan sebagai
berikut: “sebelum memutus perkara, supaya berwawancara dahulu dengan hati
nuraninya”. Oleh karena itu, kami yakin dan percaya bahwa Hakim Yang Mulia akan
menjatuhkan putusan yang adil dan benar berdasarkan fakta hukum dan keyakinannya.
Akhirnya, kami serahkan nasib dan masa depan Gunarso bin Juma’in kepada Hakim
Yang Mulia, karena hanya Hakimlah yang dapat menentukannya dengan bunyi ketukan
palu, mudah-mudahan ketukan palu tersebut memberikan pertanggungjawaban yang
benar demi keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Demikianlah Eksepsi atas
nama Gunarso bin Juma’in kami baca dan kami sampaikan kepada Hakim Yang Mulia
dalam persidangan pada hari Senin, 14 Juni 2021 di Pengadilan Negeri Kepanjen.

Malang, 14 Juni 2021


Hormat Kami,

TTD Kuasa Hukum

Anda mungkin juga menyukai