Anda di halaman 1dari 7

Irhammudin, S.H.,M.H.

, Rekan LBH Koabumi

ADVOKAT – KONSULTAN HUKUM

Jl. Susilo Raya No.8A, KoaBumi, Lampung

Phone : (021) 457279 HP : 0822118828849

EKSEPSI

Nomor 163/Pid.B/2019/PN Kbu

Perkara Pidana : NOMOR. REG-PERKARA: 163/pid.B/2019/PN Kbu

Pengadilan Negeri : Kotabumi

Terdakwa : Ibun Bin Mawi

Tempat Lahir : Bandar Agung

Umur/Tanggal Lahir : 31 Tahun / Tanggal Lupa Bulan Lupa Tahun 1988

Jenis Kelamin : Laki-laki

Kebangsaan : Indonesia

Tempat Tinggal : Jl. Desa Bandar Abung RT 006, Kab.Lampung Utara;

Agama : Islam

Pekerjaan : Buruh

Pendidikan : SD (Tidak Tamat)

Didakwa Melanggar : Pasal 365 ayat 2 ke (2) Kitab Undang- Undang Hukum
Pidana.

Kepada :

Yth. Majelis Hakim yang memeriksa dan memutus perkara No. 163/Pid.B/2019/PN-KBU

di-

Pengadilan Negeri KOTABUMI

Dengan Hormat,
Yang bertanda tangan dibawah ini,

Irhammudin, S.H.,M.H., Rekan LBH Koabumi ADVOKAT – KONSULTAN HUKUM


berkantor pada/di : LBH Koabumi Jl. Susilo Raya No.8A, KoaBumi, Lampung. Berdasarkan
surat kuasa khusus tertanggal, 12 September 2019. Bertindak untuk dan atas nama serta sah
untuk mewakili Terdakwa (IBUN) yang telah dihadapkan dimuka persidangan ini
berdasarkan surat dakwaan Penuntut Umum Tertanggal 18 September 2019. Dengan ini
perkenankanlah kami mengajukan eksepsi/tanggapan/jawaban atas dakwaan Penuntut Umum
tersebut.

Majelis Hakim Yang Kami Muliakan ;

Rekan Penuntut Umum Yang Terhormat;

Serta hadirin sidang sekalian yang berbahagia;

Terlebih dahulu perkenankan kami selaku Tim Penasihat Hukum Terdakwa


berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 12 September 2019 bertindak untuk dan atas
nama para Terdakwa pada kesempatan ini memanjatkan segala puji dan syukur kepapda
Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya. Selanjutnya kami selaku tim penasihat
hukum terdakwa menyampaikan terimakasih kepada majelis hakim atas kesempatan yang
diberikan kepada kamiuntuk mengajukan Eksepsi/tanggapan/jawaban terhadap Surat
Dakwaan Penuntut Umum dalam perkara atas nama Terdakwa (IBUN). Eksepsi ini kami
ajukan dengan pertimbangan bahwaa ada hal-hal prinsipil yang perlu kami sampaikan
berkaitan demi tegaknya hukum, kebenaran dan keadilan dan demi memastikan terpenuhinya
keadilan yang menjadi hak asasi tiap manusia , sebagaimana tercantum dalam Pasal 7
Deklarasi Universal HAM, Pasal 14 ayat (1) Konvenan Hak Sipil dan Politik yang telah
diratifikasi menjadi Undang-Undang No.12 Tahun 2005 Tentang Pengesahan Internasional
Convenant on Civel and Political Rights (Konvenan Internasional Tentang Hak-hak Sipil dan
Politik), Pasal 27 ayat (1), Pasal 28 D ayat (1) UUD NRI 1945, Pasal 7 dan Pasal 8 TAP
MPR No. XVII Tahun 1998 Tentang HAM, Pasal 17 UU No.39 Tahun 1999 Tentang HAM,
dimana semua orang adalah sama di muka hukum dan tanpa diskriminasi apapun serta
berhak atas perlindungan hukum yang sama.

Pengajuan eksepsi/tanggapan/jawaban ini juga didasarkan pada hak Terdakwa


sebagaimana diatur dalam Pasal 156 ayat (1) KUHAP yang mengatur sebagai berikut:

“Dalam hal Terdakwa atau penasihat hukum mengajukan keberatan bahwa Pengadilan
tidak berwenang mengadili perkara atau dakwaan tidak dapat diterima atau surat dakwaan
harus dibatalkan, maka setelah diberi kesempatan oleh Penuntut Umum untuk menyatakan
pendapatnya Hakim mempertimbangkan keberatan tersebut untuk selanjutnya mengambil
keputusan.”

Majelis Hakim Yang Kami Muliakan;

Rekan Jaksa Penuntut Umum Yang Terhormat;

Serta hadirin sidang sekalian yang berbahagia;

Proses persidangan perkara sendiri, merupakan suatu rangkaian proses mulai adanya
dugaan suatu tindak pidana yang kemudian berlanjuut dengan penyelidikan dan penyidikan
dari Kepolisian untuk kemudian diserahkan kepada Penuntut Umum guna melakukan
penuntutan dan dari Penuntut Umum menyerahkan kepada Pengadilan yang berwenang
untuk mengadili guna dihasilkan suatu putusab hukum berdasarkan peraturan perundang-
undangan. Dari rangkaian proses ini, tidak satupun yang berdiri sendiri-sendiri, melainkan
suatu rangkaian proses yang saling terkait guna melahirkan sutu penegakan hukum yang
bermartabat. Proses persidangan peradilan pidana sendiri, berangkat dari adanya Surat
Dakwaan yang diajukan Penuntut Umum. Posisi atau kedudukan surat dakwaan dalam
penanganan perkara pidana ini menempati posisi yang sangat penting. Hal ini dikarenakan
surat dakwaan mempunyai 2 (dua) segi dalam suatu persidangan, yaitu segi positif dan segi
negatif (Zulkarnain; 2006: 89). Surat dakwaan mempunyai segi positifnya dimana
keseluruhan isi dakwaan yang terbukti di persidangan harus dijadikan dasar oleh majelis
hakim dalam memberikan putusannya. Sementara itu, sirat dakwaan memiliki segi negative
bahwa apa yang dinyatakan terbukti dalam suatu proses persidangan harus dapat ditemukan
kembali dalam surat dakwaan yang diajukan Penuntut Umum pada awal persidangan. Yahya
Harahap (1988: 415) menyatakan bahwa putusan perkara pidana dalam teori maupun praktek
sangat bergantung pada surat dakwaan, oleh karena surat dakwaan merupakan landasan bagi
hakim dalam pemeriksaan di muka persidangan, dan kemudian landasan bagi hakim dalam
menyusun pertimbangan hukum dan putusan. Selain itu, dalam Yurisprudensi MA RI No:
68K/KR/1973, 16 Desember 1976 menyatakan bahwa putusan hakim wajib mendasarkan
pada rumusan surat dakwaan.

Surat dakwaan sendiri yang memuat berbagai uraian verbal tindak pidana yang di duga
dilakukan terdakwa, haruslan disusun berdasarkan bahan-bahan/fakta-fakta, kemudian ditarik
dan disimpulkan dari hasil pemeriksaan penyidikan yang sudah tertuang secara resmi dalam
BAP yang dilimpahkan penyidik ke Kejaksaan. Untuk kemudian berangkat dari bahan-
bahan/fakta-fakta tersebut, Penuntut Umum akan menuangkannya dalam suatu Surat
Dakwaan guna mendakwa seorang terdakdwa dalam suatu proses persidangan perkara
pidana. Namun demikian, setelah memperhatikan apa yang tertuang dalam Berita Acara
Pemeriksaan (BAP) di Kepolisian serta Surat Dakwaan yang telah disampaikan Penuntut
Umum pada persidangan lalu, maka kami merasa perlu untuk menyampaikan eksepsi ini.
Bukan demi kepentingan terdakwa yang duduk pada kursi panas persidangan, melainkan
demi tegaknya hukum dan keadilan sesuai dengan seharusnya. Sudah merupakan kewajiban
bagi Penasihat Hukum untuk mengajukan eksepsi/tanggapan/jawaban atas Surat Dakwaan
Penuntut Umum apabila dalam Surat Dakwaan tersebut ada sesuatu yang tidak sesuai dengan
seharusnya dan/atau Surat Dakwaan tersebut bermula dari sebuah proses yang menyalahi
prosedur hukum. Keberadaan kami, selaku kuasa hukum Terdakwa (IBUN), kami sadari
berada dalam posisi subjektif atau dalam kepentingan pembelaan perkara Terdakwa
(IBUN).

Namun demikian, hendaklah kiranya di persidangan ini kita secara bersama-sama


berada dalam satu pandangan objektif yang berorientasi secara hukum dalam rangka mencari
dan menemukan materi sebagaimana dikehendaki oleh Hukum Acara Pidana. Eksepsi ini
kami ajukan dengan pertimbangan, bahwa ada berbagai hal yang prinsipil yang harus kami
sampaikan demi tegaknya hukum, kebenaran dan keadilan. Kami berharap proses penegakan
hukum tebang pilih tidak dijadikan landasan proses penegakan hukum kepada saudara
Terdakwa (IBUN), untuk menutup-nutupi adanya praktek kotor di dalam persidangan.
Dengan tidak mengecilkan niat baik maupun semangat penegak hukum untuk melakukan
pemberantasan tindak pidana yang sangat menyengsarakan dan meresahkan masyarakat,
kami selaku Penasihat Hukum Terdakwa (IBUN) , menyampaikan penyesalan dalam
eksepsi ini atas proses yang menurut Terdakawa (IBUN) sebagai bentuk ketidakadilan dari
penegak hukum.

Majelis Hakim yang kami hormati,

Penuntut Umum yang kami hormati,

Serta hadirin sidang yang kami hormati pula,

Berdasarkan Pedoman Pembuatan Surat Dakwaan, terbitan Kejaksaan Agung Republik


Indonesia Tahun 1985 halaman 14 menyatakan yang dimaksud dengan cermat adalah:

“Ketelitian Penuntut Umum dalam mempersiapkan surat dakwaan yang didasarkan kepada
Undang-undang yang berlaku bagi terdakwa, serta tidak terdapat kekurangan dan/atau
kekeliruan yang dapat mengakibatkan batalnya surat dakawaan atau tidak dapat dibuktikan,
antara lain misalnya: apakah ada pengaduan dalam hal delik aduan, apakah penerapan
hukum/ketentuan pidananya sudah tepat, apakah terdakwa dapat dipertanggungjawabkan
dalam melakukan perbuatan tersebut, apakah tindak pidana tersebut belum atau sudah
kadaluarsa, apakah tindak pidana yang didakwakan itu tidak nebis in idem. Pada pokoknya
kepada Penuntut Umum dtuntut untuk bersikap teliti dan waspada dalam semua hal yang
berhubungan dengan keberhasilan penuntutan perkara dimuka pengadilan”.

Setelah kami mendengar, meneliti dan mempelajari surat dakwaana Penuntut Umum
seperti yang disampaikan pada persidangan ini, maka kami menanggapi surat dakwaan
Penuntut Umum tersebut karena adanya suatu hal yang janggal dalam melaksanakan
persidangan tersebut. Dan kami menyatakan keberatan dengan alasan-alasan sebagai berikut:

1. Dalam surat dakwaan yang disampaikan oleh Penuntut Umum dijelaskan dalam dakwaan
bahwa Terdakwa (IBUN), bahwa Terdakwa IBUN BIN MAWI Pada Hari Jumat
Tanggal 19 April 2019 sekira pukul 03.00 Atau setidak-tidaknya pada suatu waktu dalam
Bulan April Tahun 2019, Bertempat di Desa Isorejo Kec.Bungamayang Kab.Lampung
Utara atau setidak-tidaknya pada suatu tempat lain yang masih termasuk dalan wilayah
hukum Pengadilan Negeri Kotabumi yang berwenang memeriksa dan mengadili,
mengambil barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain dengan
maksud untuk dimiliki secara melawan hukum yang didahului, disertai atau diikuti
dengan kekerasan atau ancaman kekerasan terhadap orang dengan maksud untuk
mempersiapkan atau mempermudah pencurian, dilakukan oleh dua orang atau lebih,
sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 365 ayat (2), Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana. Namun Penuntut Umum telah melakukan kesalahan atau
kekeliruan dalam mendakwa Terdakwa (IBUN). Bahwa Penuntut Umum terlalu
mendramatisir dakwaan dan cenderung keluar dari pokok perkara yang terjadi
sebenarnya, sehingga surat dakwaan terlalu memberatkan para terdakwa dan tidak sesuai
dengan kejadian atau fakta yang sebenarnya, karena menurut kami selaku penasihat
hukum Terdakwa (IBUN), tindak pidana pencurian tersebut tidak dilakukan dengan cara
kekerasan oleh Terdakwa, karena dalam tindak pidana pencurian tersebut aksi
pencurian itu hanya dilakukan oleh Terdakwa (IBUN). Adapun yang menyebabkan niat
itu muncul yaitu karena Terdakwa (IBUN) sedang membutuhkan sejumlah uang untuk
membiayai Istrinya yang sedang sakit keras, lalu ada juga dorongan dari teman-temannya
untuk melakuka pencurian tersebut. Maka dengan sangat terpaksa Terdakwa (IBUN)
melakukan tindak pidana pencurian tersebut. Oleh karena itu Surat Dakwaan Penuntut
Umum tidak memenuhi syarat materiil seperti yang disebutkan dalam pasal 143 ayat
(2)huruf (b) KUHAP , bahwa surat dakwaan harus diuraikan secara cermat, jelas dan
lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan dengan menyebutkan waktu dan
tempat tindak pidana dilakukan, meskipun pembuat undang-undang tidak menentukan
bagaimana caranya menguraikan agar surat dakwaan menjadi cermat, jelas dan terang,
akan tetapi bila dikaji menurut makna gramatikalnya dari kamus umum Bahasa
Indonesia, bahwa yang dimaksud dengan “Cermat” adalah seksama, teliti, dengan penuh
perhatian. ; “Jelas” berarti terang,nyata, dan tegas; sedangkan “lengkap” berarti genap,
tidak ada kurangnya, komplit. Jika ditinjau dari perkembangan kebiasaan praktek yuridis
peradilan, serta pendapat dari beberapa ahli hukum dan yurisprudensi mancatat, hakikat
essensial surat dakwaan hendaknya memuat secara lengkap unsure-unsur (bestanddelen)
dari pada tindak pidana yang didakwakan. Apabila unsur-unsur tersebut tidak diterangkan
secara utuh dan menyeluruh maka hal ini menyebabkan dakwaan menjadi kabur (obscuur
libellum) sehingga menyebabkan ketidak jelasan terhadap tindak pidana apa yang
dilanggar oleh perbuatan mereka. Sehingga berdasarkan uraian diatas maka Surat
Dakwaan Penuntut Umum tersebut, sangat jelas dan nyata bahawa surat dakwaan tersebut
kabur atau obscuur libellum karena syarat materiil tidak terpenuhi dengan jelas.
2. Selain itu terhadap Saksi (ARIPIN), dan Saksi (SAPRI) tidak dapat didakwa sebagai
pelaku peserta atau terlibat penyertaan dalam kasus pencurian tersebut. Sebab seperti
yang kita ketahui, agar seseorang dapat dikatakan sebagai pelaku peserta atau terlibat
penyertaan ada dua syarat yang harus dipenuhi, adalah sebagai berikut yaitu :
a.Kerjasama secara sadar, berarti bahwa setiap pelaku peserta saling mengetahui dan
menyadari tindakan dari pada pelaku peserta lainnya. Tidak dipersyaratkan apakah
telah ada kesepakatan jauh sebelumnya. Walaupun kesepakatan itu baru terjadi dekat
sebelum atau bahkan pada saat tindak tindak pidana itu dilakukan, namun sudah
termasuk kerjasama secarar sadar.
b. Kerjasama secara Fisik, berarti bahwa perwujudan dari tindak pidana itu adalah
secara langsung sebagai akibat dari tindakan dari paara pelaku peserta itu, dan bukan
dengan cara sebagaimana ditentukan dalam pasal 56 KUHP.

Jadi bentuk pelaku penyertaan, harus ditandai dengan tindakan pelaksanaan (uitvoering
handeling). Jika peserta itu turut dalam tindakan pelaksanaan, maka ia adalah pelaku
peserta, tetapi jika baru tahap persiapan pelaksanaan (voorbereidings handeling) yang
terjadi, maka ia adalah pembantu.

3. Bahwa setelah kami teliti dengan cermat dari surat dakwaan saudara Penuntut Umum
dalam Perkara ini, kami melihat adanya suatu indikasi, bahawa kasus Terdakwa (IBUN)
ini sangat dipaksakan untuk dimajukan ke persidangan. Hal ini dapat dilihat bahwa
penguraian materi dakwaan Jaksa Penuntut Umum yang terkesan asal jadi, terutama
mengenai pasal yang di dakwakan kepada Saksi (ARIPIN), dan Saksi (SAPRI) dimana
kedua saksi tersebut bukanlah sebagai pelaku peserta dlaam tindak pidana pencurian
tersebut atau keempat terdakwa lainnya tidak terlibat penyertaam, sebagaimana yang
telah diuraikan dalam dakwaan Penuntut Umum. Oleh karenanya surat dakwaan tidak
dapat diterima. Kemudian dalam perkara ini tindak pidana pencurian sebagaimana yang
didakwakan oleh Penuntut Umum yang dilakukan Terdakwa (IBUN) tidak ada
perencanaan sebelumnya dan Tindak Pidana pencurian tersebut tidak dilakukan secara
bersama-sama. Selain itu Penuntut Umum juga tidak dapat menjelaskan atau
menguraikan bagaimana peran masing-masing secara jelas, cermat dan teliti dalam surat
dakwaannya Sehingga Penuntut Umum dengan jelas telah melakukan kesalaham
dalam menyusun dakwaannya terhadap para Terdakwa, oleh karena itu sudah
seharusnya surat dakwaan dari Penuntut Umum cacat hukum dan karenanya
menjadi batal demi hukum .

Majelis Hakim Yang Kami Muliakan;

Rekan Penuntut Umum Yang Terhormat;

Serta hadirin sidang sekalian yang berbahagia;

Dengan menunjuk pada alasan-alasan diatas, maka kami selaku Penasihat Hukum Terdakwa
(IBUN) memohon kiranya agar Majelis Hakim memutus:

1. Menerima eksepsi secara keseluruhan dari Penasihat Hukum Terdakwa (IBUN).


2. Jelaslah bahwa dakwaan Penuntut Umum kabur atau obscuur libellum, tidak berdasar
dan terkesan mengada-ada sehingga akan merugikan kepentingan Terdakwa, karenanya
dakwaaannya tersebut haruslah dinyatakan BATAL DEMI HUKUM.
3. Jelaslah bahwa Penuntut Umum keliru dalam mendakwakan pasal dilanggar oleh Saksi
(ARIPIN), dan Saksi (SAPRI) karenanya dakwaan tersebut TIDAK DAPAT
DITERIMA .
4. Membebankan biaya perkara ini kepada Negara.

Demikian eksepsi ini kami sampaikan, atas perkenaan dan dikabulkannya eksepsi ini oleh
majelis hakim, kami ucapkan terima kasih.

Koabumi, 18 September 2019

Hormat kami,

Penasihat Hukum Para Terdakwa

Irhammudin, S.H.,M.H. & Rekan LBH Koabumi

Anda mungkin juga menyukai